• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kriteria Umum dan Kriteria Teknis Calon Kelompok Sasaran yaitu :

Penanganan Pascapanen Tanaman Nilam Tahun

BIMBINGAN TEKNIS PETANI NILAM

D. Kriteria Umum dan Kriteria Teknis Calon Kelompok Sasaran yaitu :

1. Kelompok yang bersangkutan sudah

ada/telah eksis dan aktif,

berpengalaman, bukan bentukan baru,

20 mengembangkan usaha/kegiatan melalui kerjasama kelompok, dengan jumlah anggota minimal 25 orang

2. Kelompok yang bersangkutan tidak

mendapat penguatan modal atau fasilitasi lain untuk kegiatan yang sama/sejenis pada saat yang bersamaan atau mendapat modal pada tahun-tahun sebelumnya (kecuali kegiatan yang diprogramkan secara bertahap dan saling mendukung)

3. Kelompok yang bersangkutan tidak

bermasalah dengan perbankan, kredit atau sumber permodalan lainnya

4. Kelompok yang megalami kesulitan untuk mengakses sumber permodalan, sehingga sulit untuk menerapkan rekomendasi teknologi anjuran secara penuh dan memanfaatkan peluang pasar.

Kriteria calon kelompok sasaran lebih rinci diatur dalam Pedoman yang diterbitkan oleh eselon I maupun Petunjuk Pelaksanaan yang diterbitkan provinsi dan Petunjuk Teknis yang diterbitkan oleh Kabupaten/Kota seseuai kondisi petani dan sosial budaya setempat. Disamping kriteria umum calon kelompok

sasaran, diharapkan masing-masing

kabupaten/kota menyusun Kriteria Teknis Calon Kelompok Sasaran.

21

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN,

DAN PENDAMPINGAN

1.Pembinaan kelompok dilakukan secara

berkelanjutan sehingga kelompok mampu mengembangkan usahanya secara mandiri. Untuk itu diperlukan dukungan dana pembinaan lanjutan yang bersumber dari APBD.

2.Tanggung jawab teknis pelaksanaan berada pada Dinas yang membidangi Perkebunan di tingkat Kabupaten. Tanggung jawab tingkat koordinasi pembinaan program ada pada Dinas Perkebunan atau Dinas yang

membidangi Perkebunan di tingkat

Provinsi. Tanggung jawab atas program dan kegiatan adalah Direktorat Jenderal Perkebunan.

3.Pengendalian melalui jalur struktural dilakukan oleh Tim Teknis Kabupaten, Tim Pembina Provinsi dan Pusat, sedangkan pengendalian kegiatan dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Proses

pengendalian di setiap wilayah

direncanakan dan diatur oleh masing- masing Instansi.

4.Pengawasan dilaksanakan sesuai ketentuan

yang berlaku agar penyelenggaraan

kegiatan dapat menerapkan prinsip-prinsip partisipatif, transparansi dan akuntabel. Pengawasan dilakukan oleh Pemerintah

22

melalui aparat pengawas fungsional

(Inspektorat Jenderal, Badan Pengawas

Daerah maupun Lembaga Pengawas

lainnya) dan oleh masyarakat.

5.Pendampingan kegiatan Penanganan

Pascapanen Tanaman Tahunan dan

inventarisasi alat pascapanen, diwujudkan dalam bentuk perjalanan dinas ke provinsi

dan kabupaten yang melaksanakan

23

VI. MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN

Sistem Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri

Pertanian Nomor 31/Permentan/OT.140/-

3/2010 tanggal 19 Maret 2010 tentang Sistem Monev dan Pelaporan.

A.Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan Evaluasi (Monev)

dilaksanakan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi tingkat Pusat dan Provinsi serta Tim Teknis

Kabupaten/ Kota secara berkala dan

berjenjang sesuai dengan tingkatan mulai dari Pusat hingga ke desa supaya pemanfaatan bantuan sarana alat mesin pascapanen tepat sasaran, efektif dan efisien melalui 2 (dua) cara yaitu : (1).memonitor dan mengevaluasi berdasarkan laporan dan (2) mengadakan kunjungan lapangan.

B.Pelaporan

Tim Teknis Kabupaten / Kota dan Tim Pembina Provinsi wajib membuat laporan tentang pelaksanaan kegiatan terdiri dari: 1) Laporan Perkembangan, berisi realisasi

kegiatan yang sedang berjalan dan

permasalahan yang dihadapi serta usulan pemecahannya dengan periode triwulanan.

24 2) Laporan Akhir, berisi realisasi kegiatan yang berhasil dilaksanakan hingga akhir tahun anggaran, permasalahan yang dihadapi dan usulan tindak lanjut yang perlu dilakukan, yang dibuat setelah program berakhir.

Laporan pelaksanaan kegiatan Dana

Tugas Pembantuan per bulan sebagaimana

diatur dalam Sistem SIMONEV tersebut di atas agar dikirim setiap tanggal 10 bulan

pelaporan kepada Direktur Jenderal

Perkebunan c.q. Sekretaris Ditjen

Perkebunan.

VII. PEMBIAYAAN

Kegiatan Penanganan Pascapnen Tanaman Kelapa Tahun 2013 ini dibiayai dari dana APBN

melalui DIPA Ditjen Perkebunan Tugas

Pembantuan (TP) Provinsi/Kabupaten.

VIII. PENUTUP

Penyusunan Pedoman Teknis Peningkatan Penanganan Pascapanen kelapa Tahun 2013 dimaksudkan sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dalam kegiatan Pengembangan Penanganan Pascapanen kelapa.

25 Pedoman Umum ini akan ditindak lanjuti dengan Petunjuk Pelaksanaan di tingkat Provinsi dan Petunjuk Teknis di tingkat

Kabupaten. Diharapkan dengan adanya

Pedoman Umum ini kegiatan Penanganan Pascapanen kelapa Tahun Anggaran 2013 dapat

terlaksana dengan baik sesuai dengan

DUKUNGAN PASCAPANEN

DAN PEMBINAAN USAHA

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

DESEMBER 2012

PEDOMAN TEKNIS

(PENANGANAN PASCAPANEN KARET)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut undang-undang nomor 18 tahun

2004 tentang Perkebunan bahwa

perkebunan mempunyai fungsi (1)

ekonomi, yakni untuk peningkatan

kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, (2) ekologi, yakni peningkatan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen, penyangga kawasan lindung (3) dan sosial budaya, yakni sebagai perekat dan pemersatu bangsa.

Karet (Hevea brasiliensis. Sp) adalah salah komoditi perkebunan yang peranan penting

dalam perekonomian Indonesia yang

pembinaanya ada di bawah Direktorat Jenderal Pekebunan.

Pada tahun 2010 luas areal karet di Indonesia mencapai 3.445.121 Ha, jumlah produksi sebesar 2.591.935 ton dan produktivitas sebesar 935 Kg/Ha/Th. Usaha perkebunan karet dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 2.077.450 orang. (Statistik Perkebunan 2009-2011).

Dari total luas areal perkebunan karet di Indonesia, sebagian besar terdiri dari perkebunan rakyat seluas 2.934.378 Ha

2 (85,17%), BUMN seluas 236.714 Ha (6,87%) dan PBSN 274.029 Ha (7,96%).

Pada umumnya hasil dari perkebunan rakyat adalah bahan olah karet (bokar) berupa lump, slab dan sit dengan mutu yang relatif rendah (belum sesuai dengan SNI). Hal ini merupakan salah satu

permasalahan yang dihadapi petani

(pekebun). Rendahnya kualitas karet yang dihasilkan oleh petani akan mempengaruhi nilai tambah produk karet.

Direktorat Jenderal Perkebunan selaku

instansi yang membina perkebunan,

sebagai upaya untuk meningkatkan mutu produk karet pada tahun 2013 memiliki

kegiatan Pengembangan Penanganan

Pascapanen Tanaman Perkebunan yang salah satunya adalah karet.

Dalam upaya mengawal kegiatan tersebut, perlu disusun pedoman teknis penanganan pascapanen karet untuk menjadi acuan

bagi seluruh pemangku kepentingan

(stakeholders) yang terkait dengan

3

B. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Karet adalah :

1. Memberikan pedoman bagi kelompok

tani dan petugas lapangan dalam penanganan pascapanen karet sehingga menghasilkan produk yang berkualitas baik, menekan kehilangan hasil dan

meningkatkan efisiensi usaha

pascapanen.

2. Meningkatkan ketrampilan kelompok

tani dalam penanganan pascapanen karet

C. Sasaran Nasional

Sasaran nasional sesuai dengan rencana strategis Kementerian Pertanian untuk periode 2010-2014 yang akan ditindak lanjuti dan dilaksanakan oleh Direktorat

Pascapanen dan Pembinaan Usaha,

Direktorat Jenderal Perkebunan antara lain :

1. Penyediaan dan Pengembangan

Prasarana dan Sarana Pertanian

2. Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir, Pemasaran dan Ekspor Hasil Pertanian.

4 Sesuai dengan Rencana Strategis Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha Tahun 2010 – 2014 adalah:

1. Peningkatan ketersediaan dan

penerapan teknologi pascapnen tanaman perkebunan.

2. Peningkatan mutu, nilai tambah dan daya saing hasil perkebunan.

Program Peningkatan Produksi,

Produktivitas, dan Mutu Tanaman

Perkebunan Berkelanjutan, kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :

1.Tercapainya optimalisasi penyediaan dan pemanfaatan sarana pascapanen yang telah diberikan pemerintah.

2.Dihasilkannya produk pascapanen yang bermutu sesuai dengan permintaan pasar 3.Tercapainya harga yang proporsional bagi

petani

4.Tercapainya peningkatan nilai daya saing nasional di pasar luar negeri

5.Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya pada Direktorat Jenderal Perkebunan.

5

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

1. Daerah sasaran kegiatan adalah daerah sentra produksi tanaman karet, daerah miskin, daerah perbatasan dan daerah pasca konflik.

2. Petani/kelompok tani sasaran adalah petani/pekebun di daerah sasaran

seperti pada butir (1),

petani/kelompok tani yang sudah ada yang telah diseleksi. Selanjutnya Calon Kelompok Tani yang telah diseleksi

ditetapkan oleh Kepala Dinas

Perkebunan atau Dinas yang

membidangi perkebunan Kabupaten setempat.

3. Kriteria Calon Kelompok Tani dapat diatur lebih rinci dalam Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) yang disusun oleh Provinsi berdasarkan wilayah, kemudian diatur secara spesifik dalam

Petunjuk Teknis (JUKNIS) oleh

Kabupaten sesuai kondisi petani dan sosial budaya setempat.

4. Proses pengadaan barang/jasa

dilakukan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah tanggal 6 Agustus 2010, Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 tentang

6 Perubahan Pertama atas Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tanggal 30 Juni 2011, serta Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2013 tentang Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tanggal 31 juli 2013.

5. Seluruh tahapan kegiatan yang

dilakukan oleh petani melalui kelompok tani atau kelembagaannya dilaksanakan dengan bimbingan oleh petugas daerah yang ditunjuk.

B.Spesifikasi Teknis

Alat dan mesin yang dipergunakan untuk

penanganan pascapanen karet harus

memenuhi persyaratan minimum yang telah ditetapkan, dan telah teruji kinerjanya oleh Balai Pengujian Mutu Alat dan Mesin Pertanian, Kementerian Pertanian. Selain itu, alat dan mesin harus memenuhi

persyaratan teknis, kesehatan dan

ekonomis. Persyaratan peralatan dan mesin

yang digunakan dalam penanganan

pascapanen karet yakni:

Permukaan yang berhubungan dengan

bahan yang diproses tidak boleh berkarat dan tidak mudah mengelupas.

Mudah dibersihkan dan dikontrol.

Tidak mencemari hasil seperti unsur atau fragmen logam yang lepas, minyak

7 pelumas, bahan bakar, tidak bereaksi dengan produk, jasad renik dan lain-lain. Mudah dikenakan tindakan sanitasi

Spesifikasi Alat pascapanen karet:

a)Provinsi Aceh

1)Kabupaten Aceh Tamiang

Bantuan peralatan panen untuk

4 poktan yang terdiri dari: Pisau sadap

Mangkok sadap Ring mangkok sadap Talang sadap

Bak pembeku aluminium

Bahan pembeku lateks 2)Kabupaten Aceh Utara

Bantuan peralatan panen untuk

4 poktan yang terdiri dari: Pisau sadap

Mangkok sadap Ring mangkok sadap Talang sadap

Bak pembeku aluminium

Bahan pembeku lateks

b)Provinsi Sumatera Utara

1)Kabupaten Serdang Bedagai

Bantuan peralatan panen untuk

4 poktan yang terdiri dari: Pisau sadap

8 Mangkok sadap

Ring mangkok sadap Talang sadap

Bak pembeku aluminium

Bahan pembeku lateks 2)Kabupaten Batubara

Bantuan peralatan panen untuk

4 poktan yang terdiri dari: Pisau sadap

Mangkok sadap Ring mangkok sadap Talang sadap

Bak pembeku aluminium

Bahan pembeku lateks

c)Provinsi Riau

1)Kabupaten Kuantan Singingi

Bantuan peralatan panen untuk

4 poktan yang terdiri dari: Pisau sadap

Mangkok sadap Ring mangkok sadap Talang sadap

Bak pembeku aluminium

9

2)Kabupaten Kampar

Bantuan peralatan panen untuk

4 poktan yang terdiri dari: Pisau sadap

Mangkok sadap Ring mangkok sadap Talang sadap

Bak pembeku aluminium

Bahan pembeku lateks

d)Provinsi Sumatera Selatan

1)Kabupaten Musi Banyuasin

Bantuan peralatan panen untuk

4 poktan yang terdiri dari: Pisau sadap

Mangkok sadap Ring mangkok sadap Talang sadap

Bak pembeku aluminium

Bahan pembeku lateks

2)Kabupaten Muara Enim

Bantuan peralatan panen untuk

4 poktan yang terdiri dari: Pisau sadap

Mangkok sadap Ring mangkok sadap Talang sadap

Bak pembeku aluminium

10

3)Kabupaten Prabumulih

Bantuan peralatan panen untuk

4 poktan yang terdiri dari: Pisau sadap

Mangkok sadap Ring mangkok sadap Talang sadap

Bak pembeku aluminium

Bahan pembeku lateks 4)Kabupaten Ogan Ilir

Bantuan peralatan panen untuk

4 poktan yang terdiri dari: Pisau sadap

Mangkok sadap Ring mangkok sadap Talang sadap

Bak pembeku aluminium

Bahan pembeku lateks

e)Provinsi Bengkulu

1)Kabupaten Bengkulu Utara

Bantuan peralatan panen untuk

4 poktan yang terdiri dari: Pisau sadap

Mangkok sadap Ring mangkok sadap Talang sadap

Bak pembeku aluminium

11

2)Kabupaten Seluma

Bantuan peralatan panen untuk

4 poktan yang terdiri dari: Pisau sadap

Mangkok sadap Ring mangkok sadap Talang sadap

Bak pembeku aluminium

Bahan pembeku lateks

f) Provinsi Jawa Barat

1)Kabupaten Sukabumi

Bantuan peralatan panen untuk

2 poktan yang terdiri dari: Pisau sadap

Mangkok sadap Ring mangkok sadap Talang sadap

Bak pembeku aluminium

Bahan pembeku lateks

Hand Mangel (1 batik + 2 polos/tebal dan tipis)

Pondok Hand Mangel 2)Kabupaten Cianjur

Bantuan peralatan panen untuk 2 poktan yang terdiri dari:

12

g)Provinsi Banten

1)Kabupaten Lebak

Bantuan peralatan panen untuk

3 poktan yang terdiri dari:

Hand mangel (1 batik + 2 polos/tebal & tipis)

Pondok Hand Mangel 2)Kabupaten Pandeglang

Peralatan dan perlengkapan

pembuatan kopra untuk 3 poktan yang terdiri dari:

Hand mangel (1 batik + 2 polos/tebal & tipis)

Pondok Hand Mangel

h)Provinsi Jawa tengah

1)Kabupaten Cilacap

Bantuan peralatan panen untuk

3 poktan yang terdiri dari: Pisau sadap

Mangkok sadap Ring mangkok sadap Talang sadap

Bak pembeku aluminium

13

i) Provinsi Kalimantan Barat

1)Kabupaten Melawi

Bantuan peralatan panen untuk

2 poktan yang terdiri dari: Pisau sadap

Mangkok sadap Ring mangkok sadap Talang sadap

Bak pembeku aluminium

Bahan pembeku lateks

Hand mangel (1 batik + 2 polos/tebal & tipis)

Pondok Hand Mangel

2)Kabupaten Sambas

Bantuan peralatan panen untuk

2 poktan yang terdiri dari: Pisau sadap

Mangkok sadap Ring mangkok sadap Talang sadap

Bak pembeku aluminium

Bahan pembeku lateks

Hand mangel (1 batik + 2 polos/tebal & tipis)

Pondok Hand Mangel

j) Kalimantan Tengah

1)Kabupaten Lamandau

Bantuan peralatan panen untuk

14 Pisau sadap

Mangkok sadap Ring mangkok sadap Talang sadap

Bak pembeku aluminium

Bahan pembeku lateks

k) Kalimantan Selatan

1)Kabupaten Balangan

Bantuan peralatan panen untuk

3 poktan yang terdiri dari: Pisau sadap

Mangkok sadap Ring mangkok sadap Talang sadap

Bak pembeku aluminium

Bahan pembeku lateks 2) Kabupaten Banjar

Bantuan peralatan panen untuk 1 poktan yang terdiri dari:

Gudang pengolahan hasil semi permanen ukuran 4 x 5 m

Rumah asap semi permanen ukuran 6 x 4 x8 m

Gudang sortasi 4 x 5 m

Meja Sortasi

Press Sit Asap (packing)

Gunting, kaca transparan, meja

Timbangan duduk

Instalasi Air Bersih

15 3)Kabupaten Tabalong

Bantuan peralatan panen untuk

3 poktan yang terdiri dari: Pisau sadap

Mangkok sadap Ring mangkok sadap Talang sadap

Bak pembeku aluminium

Bahan pembeku lateks

4)Kabupaten Kota Baru

Bantuan peralatan panen untuk

4 poktan yang terdiri dari: Pisau sadap

Mangkok sadap Ring mangkok sadap Talang sadap

Bak pembeku aluminium

16

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

Dokumen terkait