• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KRITIK SOSIAL DALAM PUISI ESAI “MANUSIA GEROBAK”

A. Kritik Sosial dalam Puisi Esai “Manusia Gerobak” karya Elza

3. Kritik terhadap Pengonversi Lahan Pertanian

a. Kritik atas Proyek Industrialisasi Yang Merugikan Masyarakat

Maraknya industrialisasi dan kegiatan pembangungan di bidang properti kini tidak bisa dipungkiri lagi telah merambah ke wilayah pedesaan. Namun demikian, kegiatan konversi lahan seperti ini jelas hanya mementingkan keuntungan pihak yang terkait dengan menyampingkan kesejahteraan masyarakat daerah. Pembangunan wilayah yang seyogianya untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat, misalnya di daerah pedesaan pada kenyataannya malah menggerus kemakmuran itu sendiri. Hal tersebut dapat ditunjukkan kembali seperti pada bait berikut ini.

Kini desa tak seperti dulu Sawah luas hijau membentang Alam yang tenteram sudah berlalu Pabrik datang sawah menghilang Sawah ladang kian menyempit Kehidupan petani bertambah sulit Perumahan dan pabrik industri Mengusir petani setiap hari25

Seperti pada pembahasan sebelumnya, yakni kritik terhadap pemerintah, bait tersebut pun ditunjukkan untuk mengkritik pola kerja pihak para pengonversi lahan pertanian. Lahan-lahan pertanian yang diganti dengan proyek-proyek pembangunan pabrik industri dan perumahan membuat para petani mau tidak mau mencari sumber pendapatan lain. Para petani yang cenderung hanya berkompeten dalam mengolah lahan pertanian pasti mengalami kesulitan untuk beralih profesi. Jumlah pengangguran di pedesaan akan semakin meningkat apabila hal ini tetap dibiarkan. Kebijakan pembangunan yang mengabaikan sektor pertanian menimbulkan kemandekan atau terhambatnya pertumbuhan pendapatan di daerah pedesaan. Gejala ini menyebabkan mereka berusaha menyelamatkan diri dengan pindah ke kota, tetapi apa yang diidam-idamkan, yaitu keadaan hidup yang lebih

25

baik, ternyata tidak dapat terwujud.26 Hal inilah yang menjadi realitas seperti yang dihadirkan dalam puisi esai “Manusia Gerobak”.

Beberapa kritik yang dapat ditemukan dalam puisi esai “Manusia Gerobak” mengindikasikan bahwa rasa kepedulian sosial semakin tergerus. Penelitian terhadap karya ini menunjukkan bahwa penulis lewat puisi esainya banyak menyuarakan kritik terhadap pemerintah. Beberapa kegagalan pemerintah dalam menjalankan regulasi negara ini ditampilkan dengan beragam bentuk rasa oleh penulis, misalnya sikap ketidakadilan, marginalisasi, ketidaktegasan dalam pelayanan publik, serta kebijakan-kebijakan pemerintah yang malah merugikan masyarakat.

Berkaitan dengan pengisahan “Manusia Gerobak”, dapat dilihat salah satu fenomena sosial yang menjadi bentuk kegagalan pemerintah dalam menangani urbanisasi. Fenomena ini jelas memiliki sebab yang mengarah pada kurangnya usaha pemerintah dalam mencerdaskan rakyat. Hal ini berdampak pada semakin tingginya tingkat kemiskinan baik di perkotaan maupun pedesaan.

Urbanisasi memang membawa dampak yang beragam. Masyarakat yang melakukan urbanisasi dihadapkan pada situasi perkotaan yang sangat berbeda dengan lingkungan asli mereka. Sebagian dari mereka yang beruntung memang memiliki penghasilan yang lebih besar dibanding penghasilan mereka sebelumnya di desa. Ini terkait dengan adanya kebijakan UMR ataupun UMP yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan dengan para pekerja yang sedikit banyaknya berasal dari pedesaan atau pinggiran kota. Tenaga mereka sebagai buruh memang diperlukan di kota-kota metropolitan seperti Jakarta. Akan tetapi, persaingan dalam mencari pekerjaan pun jelas sangat besar. Sehingga bagi mereka yang tidak beruntung atau yang kurang berusaha, tentu mau tidak mau memilih pekerjaan yang tidak produktif atau malah bersifat parasit, seperti pedagang kaki lima, tukang parkir, pengamen, pelacur, pengemis, dan lain-lain.

Untuk mengatasi urbanisasi yang pesat, pemerintah di negara sedang berkembang, salah satunya Indonesia, pertama-tama harus mengubah atau mengurangi kebijakan-kebijakan yang mendorong pertumbuhan penduduk di kota

26

maupun ke kota. Kebijakan-kebijakan industrialisasi yang tidak mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat tidak hanya gagal mendorong masyarakat keluar dari keterbelakangan, tetapi bahkan menyebabkan makin parahnya masalah pengangguran, kemiskinan, migrasi besar-besaran, dan pertumbuhan penduduk kota yang tak terkendali.27

Selanjutnya, perlu dirumuskan kebijakan-kebijakan yang mendorong terciptanya good governance dengan tetap menjunjung tinggi asas keadilan dan kebenaran.28 Integritas moral dan keprofesionalan aparat penegak hukum harus ditingkatkan melalui peningkatkan kesejahteraan, dukungan sarana dan prasarana, hukum, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.

Sebagai pemegang jalannya pemerintahan, pemerintah juga harus terus berlandas pada undang-undang, terutama terkait dengan penggunaan lahan. Keuntungan finansial yang diterima jangan hanya menjadi tujuan utama dalam bekerjasama dengan para pengusaha maupun investor. Penyejahteraan kehidupan masyarakat harus menjadi tujuan utama.

Fakta-fakta sosial yang ditampilkan dalam puisi esai “Manusia Gerobak” menuntut agar diakui dan dihormatinya hak-hak asasi manusia. Pemerintah dalam hal ini hendaknya secara bijak dan transparan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat tanpa kecenderungan sentimen tertentu. Ini semua bertujuan untuk memulihkan kepercayaan masyarakat dalam hal kesamaan hak untuk memperoleh kesempatan dalam meningkatkan taraf hidup.

Faktor utama yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah ketidakpedulian sosial. Hal tersebut jelas merupakan salah satu masalah sosial terbesar. Rakyat negara berkembang seperti di Indonesia memang semakin sengsara dan dapat ditunjukkan dengan angka pengangguran yang semakin menjulang.29 Oleh sebab itu, pemerintah harus mendorong adanya usaha pemecahan masalah dan perubahan ke arah perbaikan. Namun demikian, dari paparan tersebut tentu saja berhadapan dengan realitas yang bertolak belakang. Pemerintah dan masyarakat cenderung belum memaksimalkan usaha pengentasan

27

Evers, op. cit., h. 32. 28

Nugroho, op. cit., h. 135. 29

masalah sosial, sehingga permasalahan sosial seperti kemiskinan tetap menjamur di kota-kota besar khususnya Jakarta.

Upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan masih perlu ditingkatkan. Kebijakan-kebijakan dalam mengentaskan kemiskinan tersebut merupakan komitmen semua bangsa untuk mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat. Dengan demikian, usaha menghapus kemiskinan dapat dikatakan sebagai upaya mencapai keadilan sosial.

B. Implikasi Kritik Sosial dalam Puisi Esai “Manusia

Dokumen terkait