• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 BAHAN DAN METODE

4.3 Kualitas Air

Air merupakan media kehidupan ikan. Selain jumlah, kualitasnya juga harus memenuhi syarat yang diperlukan agar budidaya ikan yang dilakukan berhasil. Pengelolaan kualitas air merupakan tindakan preventif dalam menanggulangi serangan penyakit parasit. Adapun parameter kualitas air meliputi salinitas, pH dan suhu. Parameter kualitas air selama penelitian disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 5. Hasil pengamatan kualitas air selama penelitian

Parameter Hasil

Ph 7,5-8,0

Suhu (ºC) 28-31 ºC

Menurut Wardoyo (1981), kualitas air merupakan salah satu faktor yang perlu diketahui dalam mengelola sumberdaya perikanan. Diantaranya suhu merupakan unsur kualitas air yang perlu diperhatikan karena mempunyai pengaruh terhadap

pertumbuhan organisme. Hasil pengamatan terhadap derajat keasaman (pH air tercatat 7,5-8,0) masih dalam batas yang layak, terhadap kisaran tersebut masih pada batas yang cukup untuk menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Kisaran pH air yang ideal bagi perikanan 6,5-8,5 (Wardoyo 1981).

Pengukuran suhu air selama penelitian ini adalah 28 – 31 ºC, kondisi suhu ini masih memungkinkan ikan hidup optimal. Kisaran suhu yang baik bagi kepentingan budidaya ikan adalah 25-32 ºC (Daelami, 2001). Menurut Nurhudah (2006) perubahan suhu air berlangsung secara lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang sangat baik. Sifat ini dapat menghindarkan terjadinya perubahan suhu yang mendadak dapat menyebabkan organisme perairan stress. Kenaikan maupun penurunan suhu yang mendadak akan mengakibatkan ikan mengalami stress dengan gejala ikan berenang melonjak, mengapung di permukaan dan penurunan nafsu makan, daya tahan menurun sehingga pada kondisi ini ikan akan rentan terhadap serangan parasit dan penyakit (Aryati, 2003).

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Jumlah parasit dengan prevalensi tertinggi yaitu Oodonium sp. dengan prevalensi 14,48%, Trichodina sp. yang berasal dari kelas Ciliata sebesar 14,21%, Diplectanum sp. 12,69%, dan prevalensi terendah pada parasit Benedenia sp. 12,49%.

2. Salinitas mempengaruhi prevalensi ektoparasit.

3. Salinitas 30-35 ppt menunjukkan prevalensi ektoparasit yang paling kecil.

5.2 Saran

Diharapkan adanya penelitian lanjutan tentang kajian parameter kualitas air yang lebih berkaitan dengan hubungannya terhadap prevalensi ektoparasit pada benih kerapu macan.

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, M. 2007. Pembesaran Kerapu Macan Di Karamba Jaring Apung. Batam: Balai Budidaya Laut Batam.

Adji, K. 2008. Evaluasi Kontaminasi Bakteri Patogen pada Ikan Segar di Paerairan Teluk Semarang. Tesis. Semarang. Universitas Diponegoro.

Afrianto, E. & Liviawaty. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. hlm. 11, 22-77.

Akbar, S & Sudaryanto. 2001. Pembenihan dan Pembesaran Kerapu Bebek. Jakarta: Penebar Swadaya.

Alifuddin, M. 2004. Diagnostik Pewarnaan Sediaan Parasit. Dalam: Pelatihan Dasar Karantina Ikan Tingkat Ahli dan Terampil. Pusat Karantina Ikan. Bogor: hlm. 15.

Andrews, C. Adrian, E & Neville, C. 2003. Manual of Fish Health. A Firefly Publisher. Canada. Fisrt Printing. hlm. 207.

Anshary, H., & Ogawa. K. 2001. Microhabitats and Made of Attachment of Neoheterobothrium hirame, a Monogenean Parasite of Japanese Flounder. Fish Pathology. 36 (1): 21-26.

Aryati, Y. 2003. Prevalensi dan Derajat Infeksi Ichtyophthirius sp. pada Benih Gurami (Osphronemus gouramy L.) di Kabupaten Sleman. Skripsi. Fakultas Perikanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. hlm. 30.

Bhagawati, D., Petrus, H.T., & Ramawati,S. 1991. Mengenal Ektoparasit Penyebab Penyakit pada Kolam Rakyat di Desa Beji Purwokwerto. Karya Ilmiah. Fakultas Biologi UNSOED. Purwokerto.

Boyd, C. E. 1979. Water Quality in Warm Water Fiah Ponds. Department of Fisheries and Allied Aquacultures. Agricultural Experiment Station. Auburn University Alabama. USA.

Bunga, M. 2008. Prevalensi dan Intensitas Serangan Parasit Diplectanum sp. pada Insang Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal) di Keramba Jaring Apung. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanudin. 18 (3): 204-210.

Burgess, W.E., Axelrod H.R. & Raymond E.H. 1990. Marine Aquarium Fishes. 3rd edition. USA: Publications Inc.

Chua, T. E. & Teng, S. K. 1978. Effects of Feeding Frequency on The growth of Young Estuary Grouper, Epinephelus tauvina Forskal, Culture in Floating Net Cage. Aquaculture.14: 31 – 47.

Dana, D. Sarono, A,. Alifudin, M., Sukenda & Widodo. 1994. Petunjuk Teknis Determinasi Parasit Ikan. Buku 3. Kerjasama Pusat Karantina Pertanian- Fakultas Perikanan. Bogor. hlm. 24-25.

Daelami, D.A.S. 2001. Agar Ikan Sehat. Jakarta. Penebar Swadaya. hlm. 2, 11-79.

Dawes, C.J. 1993. Marine Botany. A Wiley Interscience Publication. New York: John Wiley and Sons.

Dennis, K. G., Dong, J. L., Gun, W. B., Hee, J. Y., Nam, S. S., Hwa, Y. Y., Cheol, Y. H., Jun, H. P., & Se, C. P. 2006. Detection of Betanodaviruses in Apparently Healthy Aaquarium Fishes and Invertebrates. Zoonotic Disease Priority Research Institute, and College of Veterinary Medicine. Korea: Seoul National University. hlm.151-742.

Djamali, A. Sutomo, A., Fatuchri, M & Mubarak, H. 1998. Sumber Daya Benih Komersial. Dalam Potensi dan Penyebaran Sumber Daya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Komisi Nasional Pengkajian Stock Sumber Daya Ikan Laut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. hlm. 169-183.

Djokosetyanto, D. 2006. Pengelolaan Parameter Fisika dan Kimia Air. Makalah Perawatan dan Pemeliharaan Ikan. Pusat Karantina Ikan. Jakarta.

Feliatra. 2002. Implementasi dan Pengembangan Bioteknologi Kelautan dalam Upaya Optimalisasi Pemanfaatan Laut Indonesia. Makalah dalam Pengukuhan Guru Besar. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru. Fujaya, Y. 1999. Fisiologi Ikan. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Makassar: Universitas Hasanuddin. hlm. 88-101.

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan. Jilid 3. Diakses Dari

Hamzah, M. S. 2003. Studi Variasi Musiman Beberapa Parameter Oseanografi terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Kerang Mutiara (Pinctada maxima) di Perairan Teluk Kombal, Lombok Barat. Seminar Nasional ISOI, Jakarta. 30 – 31 Juli 2003. hlm. 12.

Heemstra, P.C. & Randall, J.E. 1999. Seranidae; Gruopers and Sea Bass (also Soap Fishes,Anthiines, In The Living Marine Recources of The Western Central Pacific. KE Carpenter and VH Niem (Mugilidae to Carangidae). Fish. Biol.

Hidayaturrohman. 1990. Penyakit Penting Ikan Budidaya di Indonesia. Bogor: ITB Press. hlm. 19.

Hutabarat. 1984. Pengantar Oseanografi. Cetakan Ketiga. Jakarta: Penerbit UI-Press. Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Telestotei. Yogyakarta: UGM Press.

Jobling, M. 1981. The Influences of Feeding on The Metabolic Rate of Fishes. Fish. Biol. 18: 385-400.

Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish Cultured in The Tropics. United Kingdom: International Development Reasearch Council. hlm. 135, 163, 317- 318.

Klinger, R.E. & Floyd, R.F. 1998. Introduction to Freshwater Fish Paraites. Coorporative Extension Service Instintute of Food and Agricultural Sciences University of Florida. hlm 17.

Koesharyani, I., Mahardika, K., Johnny, F., Zafran, D.R. & Yuasa, K. 2001. Manual for Fish Disease Diagnostic-II. Marine Fish and Crustacean Disease in Indonesia. Gondol. Research Institute for Marine Culture and Japan International Cooperation Agency (JICA). hlm. 57.

Kordi, M. G. H. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Kusumah, H. 1976. Penyakit dan Hama Ikan. Departemen Pertanian, Badan Diklat dan Penyuluhan Pertanian. Sekolah Usaha Perikanan Menengah. Bogor.

Langkosono & Wenno, L. F. 2003. Distribusi Ikan Kerapu (Serranidae) dan Kondisi Lingkungan Perairan Kecamatan Tanimbar Utara, Maluku Tenggara. Prosiding Lokakarya Nasional dan Pameran Pengembangan Agribisnis Kerapu II. Jakarta, 8–9 Oktober 2002. “Menggalang Sinergi unrtuk Pengembangan Agribisnis Kerapu”. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Budidaya Pertanian BPPT. Jakarta: hlm. 203-212.

Lightner, D.V. 1996. A Handbook of Shrimp Pathology and Diagnostic Procedures for Diseases of Cultured Penaeid Shrimp. World Aquaculture Society, Baton Rouge, Louisiana, USA. hlm. 304.

Lio-Po, G. D., Lavilla, C. R., Cruz-Lacierda, E. R. 2001. Health Management in Aquaculture. Aquaculture Department Southeast Asian Fisheries Development Centre. Philipines: Tigbauan Hoilo. hlm. 187.

Manyunar, P., Imanto. D., Susanti & Yokokawa, T. 1991. Pemijahan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus). Seminar Marine Fish Culture. Jakarta. 16 Januari 1991: 1-10.

Meadows, P.S & Campbell, J.I. 1998. An Introduction to Marine Science. New York: John Wiley and Sons.

Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Munro, I. S. R. 1967. The fishes of New Guinea, Departement of Agriculture Stock and Fisheries Port Mores. hlm. 651.

Mulia, D.S. 2005. Tingkat Infeksi Ektoparasit Protozoa pada Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Balai Benih Ikan (BBI) Pandak dan Sidabowa, Kabupaten Banyumas. Jurnal Sains Akuatik. 10 (1): 1-11.

Noble, E.R & Noble G.A. 1989. Parasitologi Biologi Parasit Hewan. Edisi Kelima. Yogyakarta: UGM Press.

Noga, E.J. 1996. Fish Disease. Diagnosis and Treatment. Department of Companion Animal & Special Species Medicine. North Caroline State University. hlm. 23- 25.

Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Nurhudah, M. 2006. Pengelolaan Kualitas Air. Makalah Pendidikan dan Pelatihan Dasar Pengendali Hama Penyakit Ikan Tingkat Ahli. Pusat Karantina Ikan. Jakarta.

Prayitno, S. B. 1998. Prinsip-Prinsip Diagnosa Penyakit Ikan. Semarang: Penerbit UNDIP. hlm. 19.

Rakovac, R.C, Perovic, I.S, Popovic, N.T. Hacmanjek, M. Simpraga, B. & Teskeredzik, E. 2002. Health Status of Wild and Cultured Sea Bass in The Northern Adriatic Sea. Center for Marine and Environmental Research. LIRA, Bijenicka 54, 10000. Zagreb, Croatia.

Reantoso, M.G.B, Shomkiat, K & Chinabut, S. 2004. Review of Grouper Diseases and Health Management. Regional Workshop on Sea Farming Grouper Culture. Departement of Fisheries Compound. Thailand.

Riani, E. 2004. Manajemen Kualitas Air. Dalam: Pelatihan Dasar Karantina Ikan Tingkat Ahli dan Terampil. Bogor: Pusat Karantina Ikan. hlm. 12.

Rokhmani. 2002. Beberapa Penyakit Parasiter pada Budidaya Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) di Kabupaten Banyumas. Sains Akuatik. 5 (1): 21-26.

Saleh, S. 1996. Statistik Non Parametrik. Edisi kedua. BPFE. Yogyakarta. hlm. 39-58. Sindermann, C. J. 1990. Disease of Marine Fish in Principal Diseases of Marine Fish and Shelfish. Vol. 1. Second Edition. Academic Press, Inc. San Diego. California.

Sommerville, C. 1998. Parasites of Farmed Fish. In: K.D. Black & A.D. Pickering (eds). Biology of farmed fish. Sheffield Academic Press. hlm. 146-179.

Soni, A. F. M. 2002. Penggunaan Beberapa Shelter pada Pendederan Ikan Kerapu Macan di Tambak. Dalam: Budidaya Air Payau. Departemen Kelautan dan Perikanan, Dirjen Perikanan Budidaya Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. hlm. 9.

Subyakto, S & Cahyaningsih. S 2003. Pembenihan Kerapu Skala Rumah Tangga. Jakarta: Agromedia Pustaka. hlm. 65.

Sudjiharno. 2003. Pengembangan Usaha Budidaya Kerapu di Keramba Jaring Apung di Wilayah Perairan Lampung. Buletin Budidaya Laut No. 16. Balai Budidaya Laut. hlm. 53-60.

Sunaryat. H. & Minjoyo, 2004. Perbedaan Frekuensi Pemberian Pakan pada Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Keramba Jaring Apung. Budidaya Laut.

17: 27-33.

Suprakto, B. & Fahlivi, M. R. 2007. Studi Tentang Kesesuaian Lokasi Budidaya Ikan di KJA di perairan Kecamatan Sapeken Kabupaten Sumenep. Pembangunan Kelautan Berbasis IPTEK. Dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir. Prosiding SeminarKelautan III. 24: 58 – 65.

Supriyadi, H. 2007. Pemeriksaan dan Identifikasi Hama dan Penyakit Ikan / Hama dan Penyakit Ikan Karantina. Dalam: Pelatihan Dasar Karantina Ikan Tingkat Ahli dan Terampil. Pusat Karantina Ikan. Jakarta. hlm 6.

Suryabrata, S. 2003. Metodologi Penelitian. Universitas Gadjah Mada. Rajawali Pers. Jakarta: PT. Rajawali Grafindo Persada.

Sutisna, H.D & Sutarmanto, R. 1995. Pembenihan Ikan Air Tawar. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Taukhid. 2006. Manajemen Kesehatan Ikan dan Lingkungan. Laboratorium Riset Kesehatan ikan. Bogor.

Wardoyo, S.T.H. 1981. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Training Analisa Dampak Lingkungan Hasil Kerjasama PPH- UNDP-PS IPB. Bogor. hlm. 41.

Wetzel, R.G. 1983. Limnology. 2nd Edition. Toronto: Saunders College Publishing. Zafran, D. Roza. 1998. Manual for Fish Diseases Diagnosis. Marine Fish and

Crustacean Diseases in Indonesia. Gondol Research Institute fo Fisheries. Gondol. Bali.

Lampiran A. Kaidah pengambilan sampel ikan

Amos (1985) dalam Lightner (1996)

Populasi ikan

Jumlah Sampel ikan yang diperlukan pada Asumsi Prevalensi

2% 5% 10% 20% 30% 40% 50% 50 50 35 20 10 7 5 2 100 75 45 23 11 9 7 6 250 110 50 25 10 9 8 7 500 130 55 26 10 9 8 7 1000 140 55 27 10 9 9 8 1500 140 55 27 10 9 9 8 2000 145 60 27 10 9 9 8 4000 145 60 27 10 9 9 8 10000 145 60 27 10 9 9 8 ≥100000 150 60 30 10 9 9 8

Lampiran B. Alur kerja kerokan kulit (Double Layer Slide Glass Method) dan mount insang (Kabata, 1985)

Alur kerja kerokan kulit (Double Layer Slide Glass Method)

v Bagian kulit dari kepala sampai ekor

Diperoleh cairan lendir (mucus)

Hasil

Diusapkan pada objek glass

Ditetesi dengan NaCl atau akuadest sebanyak 2-3 tetes Ditutup dengan cover glass

Dilakukan pengamatan di bawah mikroskop Dikerok dengan scalpel yang bersih

Alur kerja mount insang

Sebagian dari insang

Hasil

Hasil

Diambil dengan menggunakan forcep atau gunting Dipotong kartilago filament dengan scalpel

Ditempatkan di atas objek glass

Ditutup dengan cover glass agar filament insang tidak bergerak Ditetesi dengan NaCl atau akuadest sebanyak 2-3 tetes

di bawah usapan sampai merata

Lampiran C. Data pengamatan mingguan ektoparasit b. Parasit Diplectanum Salinitas Minggu 0 (M0) Minggu 2 (M1) Minggu 4 (M2) Minggu 6 (M3) Total 20 ppt 0 1 2 2 5 25 ppt 1 2 2 2 7 30 ppt 1 2 2 3 8 35 ppt 2 2 3 3 10 40 ppt 2 3 3 4 12 45 ppt 2 3 3 4 12 Total 8 13 15 18 54 c. Parasit Trichodina Salinitas Minggu 0 (M0) Minggu 2 (M1) Minggu 4 (M2) Minggu 6 (M3) Total 20 ppt 0 1 2 2 5 25 ppt 1 2 2 3 8 30 ppt 2 3 3 3 11 35 ppt 2 3 3 4 12 40 ppt 3 4 4 4 15 45 ppt 3 4 4 5 16 Total 11 17 18 21 67 a. Parasit Oodonium Salinitas Minggu 0 (M0) Minggu 2 (M1) Minggu 4 (M2) Minggu 6 (M3) Total 20 ppt 0 1 2 2 5 25 ppt 0 1 2 2 5 30 ppt 2 2 2 2 8 35 ppt 2 2 3 3 10 40 ppt 3 3 4 4 14 45 ppt 3 4 4 5 16 Total 10 13 17 18 58

d. Parasit Benedenia Salinitas Minggu 0 (M0) Minggu 2 (M1) Minggu 4 (M2) Minggu 6 (M3) Total 20 ppt 0 2 2 2 6 25 ppt 1 2 2 2 7 30 ppt 1 2 2 3 8 35 ppt 2 3 3 3 11 40 ppt 2 3 3 3 11 45 ppt 3 3 4 4 14 Total 9 15 15 17 56

Data Ikan Terinfeksi Salinitas Minggu 0 (M-0) Minggu 2 (M-1) Minggu 4 (M-2) Minggu 6 (M-3) Total 20 ppt 0 5 8 8 21 25 ppt 3 7 8 9 27 30 ppt 6 9 9 11 35 35 ppt 8 10 12 13 43 40 ppt 9 13 14 15 51 45 ppt 11 14 15 18 58 Total 37 58 66 74 235

Lampiran D. Tabel χ2 (Chi Square) Derajat Kebebasan Kemungkinan 0,99 0,90 0,70 0,50 0,30 0,10 0,05 0,01 0,001 1 0,002 0,016 0,15 0,46 1,07 2,71 3,84 6,64 10,83 2 0,02 0,21 0,71 1,39 2,41 4,61 5,99 9,21 13,82 3 0,12 0,58 1,42 2,37 3,67 6,25 7,82 11,35 16,27 4 0,30 1,06 2,20 3,36 4,88 7,78 9,49 13,28 18,47 5 0,55 1,61 3,00 4,35 6,06 9,24 11,07 15,09 20,52 6 0,87 2,20 3,83 5,35 7,23 10,65 12,59 16,81 22,46 7 1,24 2,83 4,67 6,35 8,38 12,02 14,07 18,48 24,32 8 1,65 3,49 5,53 7,34 9,52 13,36 15,51 10,09 26,13 9 2,09 4,17 6,39 8,34 10,66 14,68 16,92 21,67 27,88 10 2,56 4,87 7,27 9,34 11,78 15,99 18,31 23,21 29,59 15 5,23 8,55 11,72 14,34 17,32 22,31 25,00 30,58 37,70 20 8,26 12,44 16,27 19,34 22,78 28,41 31,41 37,57 45,32 25 11,52 16,47 20,87 24,34 28,17 34,38 37,65 44,31 52,62 30 14,95 20,60 25,51 29,34 33,53 40,26 43,77 50,89 59,70

Lampiran E. Dokumentasi penelitian di Laboratorium

Tempat Penelitian Lab. BKI Kelas I Polonia

Pengerokan Lendir Pengamatan Mikroskopik Pengukuran pH

Dokumen terkait