• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

2.1.4 Kualitas Audit

Secara umum auditing adalah “suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan- kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk menyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan” (Konranth, 2002: 5). Sukrisno Agoes (2012: 4) mendefinisikan auditing sebagai “suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.

Laporan keuangan suatu perusahaan dapat dikatakan berkualitas baik jika mendapatkan pendapat wajar tanpa pengecualian. Pendapat ini dikeluarkan oleh kantor akuntan publik yang telah melakukan tugasnya mengaudit perusahaan yang bersangkutan. Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor. Oleh karena itu, auditor sebagai pihak yang independen diharapkan dapat membatasi besarnya besarnya manajemen laba serta membantu menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat umum terhadap laporan keuangan. Jensen dan Meckling (1976: 309) menyatakan bahwa audit merupakan bentuk monitoring yang digunakan oleh perusahaan untuk menurunkan biaya keagenan.

De Angelo (1981) dalam Rusmin (2010: 621) mendefinisikan kualitas audit sebagai sebuah kemungkinan bahwa auditor akan mendeteksi dan melaporkan salah saji material. Proses pelaporan yang dilakukan oleh auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut. Kualitas auditor dipandang sebagai kemampuan untuk mempertinggi kualitas suatu laporan keuangan bagi perusahaan. Oleh karena itu, auditor yang berkualitas tinggi diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan investor. Akuntan publik sebagai auditor eksternal yang relatif independen daripada auditor internal diharapkan mampu meminimalkan prakatek manajemen laba dan meningkatkan kredibilitas informasi akuntansi dalam laporan keuangan.

Bartov et al. (dalam Rusmin, 2010: 621) menunjukkan bahwa auditor yang berkualitas tinggi lebih menyukai untuk melaporkan kesalahan dan penyimpangan, serta tidak bersedia untuk menerima praktik akuntansi yang dipertanyakan. Auditor yang berkualitas tinggi diharapkan mampu mendeteksi praktik manajemen laba. Menurut Zhou dan Elder (2004: 95), kualitas audit dapat diukur dari ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) dan spesialisasi industri oleh auditor. Kualitas audit tidak dapat diobservasi secara langsung. Persepsi mengenai kualitas audit biasanya berkaitan dengan nama auditor, termasuk dalam hal ini adalah pengalaman auditor dalam suatu industri dan kemampuan untuk mengungkap kesalahan yang dilakukan manajemen (Zhou dan Elder, 2004: 96). Oleh karena itu pada penelitian ini proksi yang digunakan untuk mengukur kualitas audit adalah ukuran KAP dan auditor spesialisasi auditor.

2.1.4.1 Ukuran KAP

Dalam teori agensi dan teori stewardship dijelaskan bahwa adanya pihak prinsipal dengan pihak agen yang digambarkan dengan hubungan auditee dan auditor dalam proses audit. Seorang prinsipal akan cenderung menunjuk auditor yang memiliki independensi untuk memperoleh audit yang berkualitas. Auditor yang memiliki independensi tinggi diasumsikan oleh auditor yang berada dalam KAP yang besar. Dalam hal ini ukuran KAP dijadikan sebagai patokan dalam menentukan hasil audit yang diperlukan dalam pengambilan keputusan. Pihak prinsipal dianggap akan lebih mempercayai laporan dari auditor dengan nama besar dengan integritas dan independensi yang tinggi yang dimiliki auditor besar.

Kantor akuntan publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha di bidang pemberian jasa professional dalam praktik akuntan publik. Menurut Arens et al. (2008: 32), terdapat empat kategori ukuran kantor akuntan publik (KAP), antara lain KAP internasional, KAP lokal dan regional, KAP nasional, dan KAP kecil. Kantor akuntan publik (KAP) internasional dikenal dengan julukan “The Big Four” dimana masing-masing kantor akuntan publik (KAP) internasional memiliki kantor di setiap kota besar di Amerika Serikat dan di banyak kota besar di seluruh dunia, termasuk Indonesa.

Tabel berikut menunjukkan mitra KAP internasional Big Four dengan KAP di Indonesia.

Tabel 2.1

Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)

The Big Four Mitra Indonesia

Deloitte Touche Tohmatsu Osman Bing Satrio dan rekan

Ernst and Young Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja

Kingsfield, Peat, Marwick, Goerdeller (KPMG)

Siddharta dan Widjaja Price Waterhouse Coopers (PWC) Haryanto, Sahari dan rekan

Sumber: Tuanakkotta, Theodorus M., Berfikir Kritis dalam Auditing (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hlm. 299.

Ukuran KAP menunjukkan kemampuan auditor untuk bersikap independen dan melaksanakan audit secara professional. KAP Big Four merupakan auditor yang memiliki keahlian dan reputasi yang tinggi dibanding dengan auditor KAP Non Big Four (Nurina, 2010 dalam Kono, 2013: 3). Auditor Big Four diharapkan lebih bisa mengungkap salah saji material antara pihak manajemen dan pemegang saham, selain itu KAP Big Four cenderung memiliki auditor yang lebih berpengalaman yang akhirnya mampu membatasi besarnya manajemen laba pada suatu perusahaan (Kono, 2013: 3). Dahlan (2009: 9) menambahkan bahwa KAP Big Four memiliki dorongan yang lebih besar untuk mengetahui kesalahan dalam sistem akuntansi klien, selain itu perusahaan yang diaudit oleh auditor KAP Big Four cenderung akan membatasi praktik manajemen laba.

2.1.4.2 Auditor Spesialisasi Industri

Dalam Zhou dan Elder (2004: 96) membuktikan bahwa kualitas audit berhubungan dengan auditor spesialis industri. Auditor yang melakukan spesialisasi pada industri tertentu memiliki lebih banyak pengetahuan mengenai informasi industri tersebut dibandingkan auditor non-spesialis. Auditor spesialisasi industri menggambarkan keahlian dan pengalaman audit seorang auditor pada bidang industri tertentu yang diproksi dengan jasa audit pada bidang industri tertentu. Dengan demikian, auditor spesialisasi industri diharapkan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan auditor lainnya dalam meminimalisir adanya praktik manajemen laba (Solomon et al., Owhoso et al. dalam Rusmin, 2010: 621).

Auditor spesialisasi industri diproksi dengan konsentrasi jasa auditor pada bidang tertentu (Rahmadika, 2013: 36). Auditor yang memiliki spesialisasi industri yakni auditor yang memiliki keahlian dalam suatu industri tertentu, auditor spesialisasi industri dimungkinkan akan lebih dapat mendeteksi kesalahan- kesalahan dan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen daripada auditor tanpa keahlian khusus.

Chi et al. (2011) dalam Inaam dan Khmoussi (2012: 21) menemukan bahwa keahlian industri auditor berhubungan dengan manajemen laba berbasi riil yang lebih besar. Dengan meningkatnya keahlian auditor dimungkinkan bahwa manajemen akan menggunakan berbagai caranya untuk memanipulasi aktivitasnya terkait dengan tingkat laba yang dihasilkan perusahaan. Manajemen

memiliki kapasitas untuk mengatur setiap kegiatan di dalam perusahaan sehingga dapat mendorong memenuhi target laba. Oleh karena itu dengan adanya auditor dengan keahlian pada spesialisasi industri, manajemen laba riil akan meningkat terkait manipulasi aktivitas perusahaan.

Dalam teori agensi dan teori stewardship dimana pihak agen sebagai pihak yang diberi tanggungjawab oleh pihak prinsipal akan terdorong untuk melakukan berbagai hal untuk memberikan hasil pertanggungjawaban yang sebaik mungkin walaupun terkadang tidak sesuai dengan realita misalnya dengan melakukan perubahan pada laba. Oleh karena itu, auditor dituntut untuk menguasai keahlian di bidang industri perusahan. Dengan demikian auditor yang memiliki keahlian dalam spesialisasi industri maka akan dapat menurunkan praktek manajemen laba.

Dokumen terkait