• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Biologis Air dan Gangguan Kesehatan Masyarakat

Dalam dokumen MAKALAH EPIDEMIOLOGI UKURAN ASOSIASI KHU (Halaman 35-39)

2. Ukuran perbedaan (perbandingan absolut)

3.5 Kualitas Biologis Air dan Gangguan Kesehatan Masyarakat

Berdasarkan aspek parameter biologis, diketahui parameter yang mempunyai dampak langsung terhadap kesehatan adalah adanya kandungan bakteri dan mikroba. Kelompok protozoa dalam air seperti cacing dan tungau merupakan jenis kuman parasitik yang berdampak terhadap kesehatan seperti kecacingan, scabies, sedangkan air yang terkontaminasi dengan bakteri dan virus juga dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi penggunanya. Bakteri penyebab bawaan air

terbanyak adalah salmonella thypi/parathypi, shigella, dan vibrio cholera, sedangkan penyakit bersumber virus seperti Rotavirus, Virus Hepatitis A, Poliomylitis, dan Virus trachoma. Escericia coli adalah salah satu bakteri pathogen yang tergolong Coliform dan hidup secara normal didalam kotoran manusia maupun hewan sehingga Escercia coli digunakan sebagai bakteri indikator pencemaran air yang berasal dari kotoran hewan berdarah panas (Fardiaz, 1992).

Total Coliform merupakan indikator bakteri pertama yang digunakan untuk menentukan aman atau tidaknya air yang dikonsumsi. Bila Coliform dalam air ditemukan dalam jumlah yang tinggi maka kemungkinan adanya bakteri patogenik seperti Giardia dan Cryptosporidium didalamnya (Soemirat, 2001)

3.6. Keluhan Kesehatan Akibat Penggunaan Air 1. Diare

A. Pengertian Diare

Diare berasal dari bahasa Yunani yaitu diarroi yang berarti mengalir terus. Terdapat beberapa pendapat tentang defenisi penyakit diare. Menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari. B. Klasifikasi Diare

Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat kelompok yaitu: a. Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari

tujuh hari)

b. Disentri yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya

c. Diare persisten yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus menerus d. Diare dengan masalah lain anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga

disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya. C. Faktor-Faktor Penyebab Diare

Menurut Widoyono (2008), diare dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: a. Faktor infeksi

Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare yang disebabkan sebagai berikut :

1. Infeksi bakteri : Vibrio cholerae, E. Coli, Salmonella, Shigella sp., Campilobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

2. Infeksi virus : Rotavirus, Adenovirus.

3. Infeksi parasit : cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides, Blastsistis huminis, protozoa, Entamoeba histolitica, Giardia labila, Belantudium coli dan Crypto.

b. Faktor Malabsorsi

Malabsorsi karbohidrat, lemak dan protein. c. Faktor makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan d. Faktor lingkungan

Dapat terjadi pada lingkungan yang tidak saniter seperti : Pasokan air tidak memadai, air terkontaminasi tinja, jamban tidak memenuhi syarat kesehatan.

e. Faktor perilaku

Kebersihan pribadi buruk, misalnya tidak mencuci tangan setelah buang air,tidak membuang kotoran anak di WC, tidak menggunakan jamban yag sehat, makanan dimasak tanpa dicuci terlebih dahulu atau tidak menutup makanan yang telah dimasak.

f. Faktor individu

Kurang gizi, buruk atau kurangnya mekanisme pertahanan alami tubuh. g. Faktor psikologis

Rasa takut dan cemas (Jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar) (Ngastiyah, 2003). D. Gejala dan Tanda Diare

Menurut Widoyono (2008), beberapa gejala dan tanda diare antara lain: a. Gejala Umum

1. Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare 2. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut 3. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare

4. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, bahkan gelisah. b. Gejala Spesifik

1. Vibrio cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis. 2. Disenteriform: tinja berlendir dan berdarah.

Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan: a. Dehidrasi (kekurangan cairan)

b. Gangguan sirkulasi

c. Gangguan asam-basa (asidosis)

e. Gangguan gizi

Derajat dehidrasi akibat diare dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Tanpa dehidarsi, biasanya penderita merasa normal, tidak rewel atau gelisah, masih bisa beraktifitas seperti biasa. Umumnya karena diarenya tidak berat, penderita masih mau makan dan minum seperti biasa.

b. Dehidrasi ringan atau sedang, memyebabkan penderita gelisah atau rewel, mata sedikit cekung, turgor kulit masih kembali dengan cepat jika dicubit.

c. Dehidrasi berat, penderita apatis (kesadaran berkabut), mata cekung, pada cubitan kulit turgor kembali lambat, napas cepat, penderita terlihat lemah.

E. Pengobatan Diare

a. Tanpa dehidrasi, dengan terapi A

Pada keadaaan ini, buang air besar terjadi 3-4 kali sehari atau disebut mulai mencret. Penderita yang mengalami kondisi ini masih lincah dan masih mau makan dan minum seperti biasa. Pengobatan yang dilakukan dapat dilakukan dengan memberikan makanan dan minuman yang ada di rumah seperti air kelapa, larutan gula garam (LGG), air tajin, air teh, maupun oralit. Istilah pengobatan ini adalah dengan menggunakan terapi A. Ada 3 cara pemberian cairan yang dapat dilakukan di rumah yaitu:

1. Memberikan penderita lebih banyak cairan 2. Memberikan makanan terus menerus

3. Membawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam tiga hari. b. Dehidrasi sedang atau ringan, dengan terapi B

Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan sampai 5% dari berat badan, sedangkan pada diare sedang terjadi kehilangan cairan 6-10% dari berat badan. Untuk mengobati penyakit diare pada derajat

dehidrasi ringan atau sedang digunakan terapi B, yaitu sebagai berikut: Pada tiga jam pertama jumlah oralit yang digunakan:

1. Umur < 1 tahun : 300 ml oralit 2. Umur 1-4 tahun : 600 ml oralit 3. Umur > 5 tahun : 1200 ml oralit 4. Dehidrasi berat, dengan terapi C

Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus menerus, biasanya lebih dari 10 kali disertai dengan muntah, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan. Diare ini diatasi dengan terapi C, yaitu perawatan di puskesmas atau rumah sakit untuk diinfus RL (Ringer laktat).

c. Teruskan pemberian makanan. Pemberian makanan seperti semula diberikan sedini mungkin dan disesuaikan dengan kebutuhan. Makanan tambahan diperlukan pada masa penyembuhan. Untuk bayi, ASI tetap diberikan bila sebelumnya mendapatkan ASI, namun bila sebelumnya tidak mendapatkan ASI dapat diteruskan dengan memberikan susu formula.

d. Antibiotik bila perlu. Sebagian besar penyebab diare adalah rotavirus yang

tidak memerlukan antibiotik dalam penatalaksanaan kasus diare karena tidak bermanfaat dan efek sampingnya bahkan merugikan penderita.

F. Pencegahan Diare

a. Menggunakan air bersih.

b. Memasak air bersih sampai mendidih sebelum diminum.

c. Mencuci tangan dengan sabun dengan air yang mengalir pada waktu sebelum makan, sesudah makan, sesudah buang air besar, sebelum memegang, sebelum menyiapkan makanan, dan sesudah menceboki bayi.

d. Memberikan ASI pada anak sampai usia dua tahun. e. Menggunakan jamban yang sehat

f. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar 3.7.Definisi Diare

Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat (Simatupang, 2004).

Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, frekuensinya lebih dari 3 kali (Simatupang, 2004).

Dalam dokumen MAKALAH EPIDEMIOLOGI UKURAN ASOSIASI KHU (Halaman 35-39)

Dokumen terkait