• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

2. Sumber Outlet Limbah Stockpile Fisika

4.2.7 Kualitas Emisi

Cerobongasap PLTU Labuhan Angin mengeluarkan emisi yang dapat mencemari lingkungan. Pengolahan yang dilakukan terhadap emisi ini yaitu dengan memasang ESP yang dapat menurunkan kadar partikulat di udara. PLTU Labuhan Angin melakukan pemantauan terhadap kualitas udara secara periodik

sekali dalam enam bulan. Lokasi pengambilan contoh uji emisi adalah pada gas turbin generator 2A, selanjutnya dianalisis di laboratorium Binalab dan hasil laboratorium dibandingkan dengan baku mutu udara menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 21 tahun 2008. Hasil analisisudara emisi dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini:

Tabel 4.7 Data Hasil Pengukuran Emisi PLTU Labuhan Angin Bulan Desember 2014

No Parameter Satuan Hasil Pengujian Baku Mutu Metode 1 SO2 mg/Nm3 97,47 750 SNI 19-7119.7-2005 2 NO2 mg/Nm3 76,21 850 SNI 19-7119.2-2005

3 Total Partikulat mg/Nm3 33,3 150 SNI 19-7119.12-2005

4 Opasitas mg/Nm3 18 20 SNI 19-7119.11-2005

Sumber : Binalab, 2014

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa seluruh parameter yang diukur untuk menentukan kadar emisi tidak ada yang melebihi baku mutu yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 21 tahun 2008 tentang baku mutu emisi sumber tidak bergerak bagi usaha dan/atau kegiatan pembangkit tenaga listrik termal.

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Jumlah Limbah Yang Dihasilkan

Produksi abu pada satu unit PLTU Labuhan Angin mencapai 45 ton/hari.Kondisi ini masih dibawah rata-rata jumlah abu yang dihasilkan PLTU yaitu 500-1000 ton/hari (Samijo, 2010). Namun jika perlakuan terhadap abu ini hanya dengan membuangnya ke landfill (tempat penimbunan abu) maka abu akan terakumulasi di tempat penimbunan abu tersebut dalam jumlah yang sangat banyakdan tidak dikelola dengan baik tentu saja suatu saat akan menimbulkan masalah lingkungan. Hal ini seiring dengan pernyatan Kurniawan, dkk (2010), jumlah abu batubara yang sangat besar dan apabila tidak dikelola dengan benar dapat menimbulkan masalah lingkungan yang serius dan memerlukan tempat penampungan yang sangat luas.Oleh karena itu pengolahan limbah segera dilakukan misalnya memanfaatkan limbah abu tersebut.

Debit limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan PLTU Labuhan Angin 60

M3/jam sedangkan pengukuran kecepatan alir emisi yang dikeluarkan gas buang

belum dilakukan. Pengeluaran emisi harus dipantau secara terus menerus agar dapatdiketahui cara pengolahan limbah yang tepat dan datanya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk memperbaiki sarana pengolahan limbah jika sewaktu-waktu terjadi masalah pencemaran lingkungan akibat emisi tersebut. 5.2 Karakteristik Petugas Yang Menangani Pengolahan Limbah

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 25 responden menunjukkan bahwa responden terbanyak terdapat pada kelompok umur <25 tahun yaitu 14 orang

(56%) dan paling sedikit pada kelompok umur >50 tahun yaitu 2 orang (8 %). Umur merupakan salah satu yang menjadi indikator perusahaan dalam merekrut karyawan, karyawan yang berproduktif yang akan direkrut untuk mengisi posisi yang dibutuhkan.

Menurut Amron (2009), usiamempengaruhi produktivitas seseorang dalam bekerja. Usia tenaga kerja cukup menentukan keberhasilan dalam melakukan suatu pekerjaan, baik sifatnya fisik maupun non fisik. Pada umumnya, tenaga kerja yang berumur tua mempunyai tenaga fisik yang lemah dan terbatas, sebaliknya tenaga kerja yang berumur muda mempunyai kemampuan fisik yang kuat.

Seluruh responden dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki.Hal ini

dikarenakan tingkat produktivitas laki – laki lebih tinggi dari perempuan. Hal

tersebut dipengaruhi oleh faktor – faktor yang dimiliki oleh perempuan seperti

fisik yang kurang kuat, dalam bekerja cenderung menggunakan perasaan atau faktor biologis seperti harus cuti ketika melahirkan.Namun dalam keadaan

tertentu terkadang produktivitas perempuan lebih tinggi dibanding laki – laki,

misalnya pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran.Jenis kelamin dapat menunjukkan tingkat produktivitas seseorang.

Hasil penelitian berdasarkan pendidikan responden terhadap 25 orang petugas yang menangani pengolahan limbah terdapat 1 orang (4 %) berpendidikan SD, 14 orang (56 %) berpendidikan SMA/SMK/STM, 6 orang (24 %) berpendidikan Diploma, 4 orang (16 %) berpendidikan Sarjana dengan tidak berlatar belakang pendidikan di bidang lingkungan atau kesehatan.Pendidikan

diartikan sebagai pendidikan formal yang dicapai ataudiperoleh di bangku sekolah. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi juga tingkat produktivitas atau kinerja tenaga kerja tersebut (Simanjuntak, 2001). Pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan formal maupun informal yang lebih tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas. Tingginya kesadaran akan pentingnya produktivitas, akan mendorong tenaga kerja yang bersangkutan melakukan tindakan yang produktif (Kurniawan, 2010).Pernyataan ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan seorang tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas, sehingga orang yang berpendidikan lebih tinggi memiliki pengetahuan yang lebih untuk meningkatkan kinerjanya.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 25 responden menunjukkan bahwa lama bekerja responden di bidang pengolahan limbah dengan jumlah responden terbanyak bekerja selama 3-5 tahun yaitu 11 orang (44 %) dan responden paling sedikit bekerja selama 0-2 tahun yaitu 5 orang (20 %).Adanya tenaga kerja yang memiliki pengalaman kerja diharapkan memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahliannya. Semakin lama seseorang dalam pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya makan akan mampu meningkatkan produktivitas kerjanya. Hal ini dikarenakan (Amron, 2009), semakin banyak pengalaman yang didapatkan oleh seorang pekerja akan membuat pekerja semakin terlatih dan terampil dalam melaksanakan pekerjaannya.

Hasil penelitian terhadap 25 responden berdasarkan tindakan responden dalam menangani limbah PLTU diperoleh bahwa tindakan responden baik dalam menangani pengolah limbah ada sebanyak 21 orang (84 %), tindakan sedang

sebanyak 3 orang (12 %) dan tindakan kurang sebanyak 1 orang (4 %). Ditinjau dari pendidikannya, responden yang tindakannya kurang dalam menangani limbah ini memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu SD.

Tindakan petugas dapat mempengaruhi proses pengolahan limbah dan kualitas limbah yang dihasilkan. Petugas yang tindakannya baik, menunjukkan bahwa petugas tersebut adalah seorang yang produktif sehingga petugas semakin kompeten dalam menangani limbah sehingga petugas yang demikian dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan akibat limbah yang ditanganinya misalnya mencegah terjadinya tumpahan/ceceran bahan b3, mencegah debu yang berterbangan, dan melaksanakan tugas sesuai perannya.

Dalam penelitian ini responden atau petugas yang menangani limbah paling banyak memiliki tindakan yang baik dalam menangani limbah dan memiliki tingkat pendidikan yang sedang hingga tinggi yaitu SMA/SMK/STM, Diploma dan Sarjana.Menurut Andrew E. Sikula dalam Mangkunegara (2003), tingkat pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan-tujuan umum. 5.3 Sarana Pengolahan Limbah

Sarana pengolahan limbah yang ada di PLTU Labuhan Angin dibedakan menurut limbah yang diolah meliputi limbah padat, limbah cair dan emisi.Sarana

penanganan limbah padat (abu) meliputi dump truck sebagai alat pengangkut

disposal(landfill).Sedangkan kemasan bekas B3 di kumpulkan dalam sebuah bangunan atau tempat penyimpanan sementara (TPS).

Dump truck (alat pengangkut limbah) dapat menjadi faktor yang mempengaruhi penyebaran abu ke lingkungan karena abu sangat mudah diterbangkan oleh angin.Oleh karena itu perusahaan harus memperhatikan

syarat-syarat dump truckyang digunakan. Menurut Damanhuri dan Padmi (2010) dalam

diklat kuliahnya, persyaratan alat pengangkut sampah sebagai berikut :

− harus dilengkapi dengan penutup sampah, minimal dengan jaring.

− Tinggi bak maksimum 1,6 m.

− Sebaiknya ada alat ungkit.

− Kapasitas disesuaikan dengan kondisi/kelas jalan yang akan dilalui.

− Bak truk/dasar kontainer sebaiknya dilengkapi pengaman air sampah.

Limbah padat diangkut oleh dump truck dan langsung dibawa ke ash

disposal.Ash disposal PLTU Labuhan Angin telah dilapisi pelapis yang kedap air yang berbahan High Density Polyethilene (HDPE) sehingga mencegah terjadinya perembesan air lindi limbah abu ke lingkungan.Lindi terbentuk akibat masuknya air hujan menembus timbunan limbah abu sehingga dapat melarutkan materi-materi yang terdapat pada limbah abu tersebut.Tchobanoglous (1993), lindi adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut, termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis.

Sarana limbah cair meliputi unit waste water treatment plant (WWTP) dan coal waste water treatment plant (CWWTP) dengan saluran tertutup dan kedap

air.Saluran air limbah yang tertutup dapat mencegah air limbah yang belum diolah mencemari lingkungan dan mencegah perkembangbiakan vektor.Sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi persyaratan kesehatan,yaitu tidak mencemari sumber air bersih, tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang serangga/nyamuk, tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan yang tidak menyenangkan, bentuk saluran pembuangan tertutup, dan lancar (Depkes RI, 1993).

Sarana yang digunakan untuk pengolahan emisi adalah diterapkannya

sistem pembakaran dengan konsep Circulating Fluized Bed (CFB) Boiler dan

menambahkan teknologi penangkap debu, electrostastic precipitator

(ESP).Namun, CFB Boiler hanya mampu menurunkan SOx dan NOx sedangkan untuk emisi yang berupa partikulat tidak dapat diturunkan. Pemberian sarana tambahan yaitu ESP sangat tepat sehingga produksi abu dapat ditekan.Oleh karena itu, sarana pengolahan limbah yang dimiliki PLTU Labuhan Angin merupakan unit-unit yang terintegrasi dengan baik sehingga mendukung tercapainya tujuan dari pengolahan limbah yang dihasilkan.

5.4 Proses Pengolahan Limbah

Dokumen terkait