BAB I PENDAHULUAN
8. Kualitas Lahan
Kualitas lahan merupakan hasil interaksi antara karakteristik tanah, penggunaan lahan, dan keadaan lingkungan (Darmawijaya, 1992 : 272). FAO dalam Sitorus (1995 : 5) mendefinisikan kualitas lahan adalah suatu sifat lahan yang kompleks atas sifat komposit yang sesuai untuk suatu penggunaan yang ditentukan oleh seperangkat karakteristik lahan yang berinteraksi.
a. Suhu / Temperatur Udara (t)
Suhu atau temperatur suatu daerah dipengaruhi oleh ketinggian tempat tertentu. Temperatur udara rata-rata dihitung dengan menggunakan Rumus Braack yaitu
T = (26,3 ± 0,6 H) o C Keterangan :
T = Rata-rata temperatur tahunan
26,3 = Rata-rata temperatur tahunan di daerah beriklim tropis 0,6 = Konstanta temperatur
H = Tinggi tempat dihitung dalam hekto meter. b. Ketersediaan air
1) Jumlah Bulan Kering
Jumlah bulan kering dihitung berdasarkan curah hujan yang kurang dari 60 mm selama satu tahun. Berikut merupakan tabel klasifikasi bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering.
commit to user
Tabel 4. Klasifikasi Bulan Kering, Bulan Lembab, dan Bulan Basah
No. Kelas Curah Hujan (mm/bln)
1 Bulan Kering < 60 2 Bulan Lembab 60 ± 100
3 Bulan Basah
Sumber : Handoko, 1995 : 168 2) Rata-rata Hujan Tahunan
Rata-rata hujan tahunan merupakan rata-rata curah hujan dalam periode sepuluh tahunan yang dinyatakan dalam mm.
c. Keadaan Perakaran 1) Drainase Tanah
Drainase permukaan adalah kecepatan berpindahnya air dari sebidang tanah, baik berupa limpasan permukaan ataupun berupa peresapan air ke dalam tanah (Darmawijaya, 1997 : 285). Kondisi drainase dapat dibedakan menjadi dua, yaitu drainase permukaan dan drainase tanah. Drainase permukaan ditentukan oleh relief topografi dan kemiringan lerengnya sementara drainase tanah tanah ditentukan oleh tekstur dan permeabilitas tanah. Dalam penelitian ini drainase yang digunakan sebagai parameter adalah drainase permukaan. Kelas dan kriteria drainase permukaan untuk industri dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Kelas dan Kriteria Drainase Permukaan
No. Kelas Drainase Permukaan
1. Sangat baik Lahan kering dan pengatusan sangat baik
2. Baik Lahan dengan pengarusan sangat baik setelah turun hujan
3. Sedang Lahan dengan pengatusan sedang, sedikit terpengaruh
fluktuasi air tanah
4. Jelek Lahan dengan pengatusan lambat, sangat terpengaruh oleh
fluktuasi air tanah
5. Sangat jelek Daerah rawa dan genangan banjir Sumber : Suprapto, dkk (1990) : 57
2) Tekstur Tanah
Tekstur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menyatakan perbandingan antara fraksi lempung, debu, dan pasir. Tekstur suatu horison tanah
commit to user
merupakan sifat yang hampir tidak berubah, berlainan dengan struktur dan konsistensi. Disamping itu tekstur tanah juga digunakan sebagai pendekatan untuk menentukan kembang kerut dan daya dukung tanah. Tekstur dapat ditentukan di lapangan seperti disajikan pada tabel 6. atau berdasarkan data hasil analisis di laboratorium dan menggunakan segitiga tekstur seperti disajikan pada Gambar 1. Pengelompokan kelas tekstur adalah:
Halus (h) : Liat berpasir, Hat, Hat berdebu
Agak halus (ah) : Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu
Sedang (s) : Lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu
Agak kasar (ak) : Lempung berpasir Kasar (k) : Pasir, pasir berlempung Sangat halus (sh) : Liat (tipe mineral liat 2:1)
commit to user
Tabel 7. Kelas dan Kriteria Tekstur TanahNo. Kelas Tekstur Tanah
1. Sangat baik Pasir berlempung, Pasir berdebu, Pasir bergeluh, Pasir 2. Baik Geluh berpasir, Geluh pasir berlempung, Geluh pasir berdebu 3. Sedang Debu, Geluh, Geluh berdebu, Geluh lempung berdebu, Geluh
lempung berpasir, Lempung berpasir
4. Jelek Lempung bergeluh, Lempung berpasir halus, Geluh berlempung
5. Sangat jelek Lempung, Lempung berdebu
Sumber : CSR/FAO and Staff 1983 dalam Santoso : 27 3) Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng adalah sudut yang dibentuk oleh bidang lereng dengan bidang horizontal dan dinyatakan dalam besaran derajat atau prosen. Kemiringan lereng sangat berpengaruh dalam penentuan lokasi industri. Konstribusi yang nyata dan kemiringan lereng antara lain sebagai perimbangan pendirian gedung industri, dimana semakin besar kemiringannya maka akan semakin besar pula investasi yang harus dikeluarkan untuk penanganannya. Selain itu kemiringan lereng juga akan berpengaruh terhadap kecepatan atau volume limpasan permukaan yang dapat mengakibatkan banjir. Kelas dan kriteria kemiringan lereng untuk industri dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Kelas dan Kriteria Kemiringan Lereng
Sumber : Suharsono (1983) : 67 4) Ancaman Banjir
Banjir adalah peristiwa menggenangnya air di permukaan tanah atau juga meluapnya air dari saluran yang kapasitasnya lebih kecil dari volume air.
No. Kelas Kemiringan Lereng
1. Datar < 3%
2. Landai 3 - 8 %
3. Agak Miring 8 - 30 %
4. Miring 30 - 50 %
commit to user
Banjir merupakan faktor yang sangat merugikan untuk berdirinya suatu gedung/bangunan industri. Informasi ancaman banjir dapat diperoleh dari wawancara dengan penduduk sekitar pada saat survey lapangan. Menurut Rintung, dkk (2007 : 12) banjir ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh dari kedalaman banjir dan lamanya banjir. Kelas dan kriteria ancaman banjir untuk industri dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Kelas dan Kriteria Ancaman Banjir
No. Kelas Lama Penggenangan Banjir
1. Sangat baik Daerah tidak pernah dilanda banjir.
2. Baik Banjir terjadi tidak teratur dalam waktu kurang dari satu tahun 3. Sedang Selama waktu satu bulan dalam setahun secara teratur terjadi banjir. 4. Jelek Selama 2-5 bulan dalam setahun secara teratur terjadi banjir. 5. Sangat jelek Selama 6 bulan atau lebih selalu terjadi banjir secara teratur.
Sumber : Arsyad (1989) : 209 5) Daya Dukung Tanah
Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk menahan beban pondasi tanpa terjadi keruntuhan akibat dari pergeseran (Wesley, 1977 dalam Santoso, 2003 : 29). Daya dukung tanah merupakan parameter penting dalam perencanaan pembangunan pondasi bangunan karena berfungsi dalam menyangga konstruksi bangunan. Penentuan daya dukung tanah dilakukan lapangan dengan menggunakan alat penetrometer. Kelas dan kriteria daya dukung tanah untuk industri dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Kelas dan Kriteria Daya Dukung Tanah
No. Kelas Daya Dukung Tanah
1. Sangat baik > 4.50 Kg/cm2 2. Baik 2.75 - 4.50 Kg/cm2 3. Sedang 1.75 - 2.75 Kg/cm2 4. Jelek 1.25 - 1.75 Kg/cm2 5. Sangat jelek < 1.25 Kg/cm2 Sumber : Sunarto, dkk (1991) : 55
commit to user
6) Penggunaan LahanPenggunaan lahan merupakan bentuk campur tangan manusia baik secara permanen maupun siklis terhadap suatu kumpulan sumberdaya lahan dan sumberdaya buatan yang secara keseluruhan disebut dengan lahan dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan, baik kebendaan maupun spiritual atau keduanya (Malingreau, 1981 : 72 ). Dalam evaluasi lahan untuk lokasi sentra industri perlu diketahui penggunaan lahan saat ini karena ada penggunaan lahan yang tidak dapat dialihfungsikan menjadi bangunan/gedung industri, hal ini disebabkan beberapa jenis penggunaan lahan mempunyai fungsi sosial ekonomis maupun kelestarian sosial. Klasifikasi penggunaan lahan yang digunakan adalah klasifikasi menurut Malingreau (1981 : 73) dengan modifikasi menyesuaikan dengan kondisi penelitian. Kelas dan kriteria penggunaan lahan untuk industri dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Kelas dan Kriteria Penggunaan Lahan
No. Kelas Penggunaan Lahan
1. Sangat baik Lahan berupa semak, lahan kosong, dan lahan tidak dimanfaatkan.
2. Baik Lahan pekarangan, kebun campuran, dan sejenisnya.
3. Sedang Lahan pertanian kering berapa tegalan, perkebunan dan semacamnya.
4. Jelek Lahan pertanian berupa sawah non irigasi dan semacamnya.
5. Sangat jelek Sawah irigasi, permukiman, situs purbakala, militer, pendidikan dan jasa.
Sumber : Malingreau (1981 : 73)