• Tidak ada hasil yang ditemukan

Populasi dalam penelitian ini adalah satuan lahan yang ada di Kecamatan Kalikotes. Satuan lahan dibuat dengan menumpang susunkan (overlay) Peta Jenis Tanah, Peta Lereng, dan Peta Penggunaaan Lahan. Hasil dari overlay diperoleh 18 satuan lahan. Satuan lahan yang dianalisis adalah ke 13 satuan lahan. Ke 5 satuan lahan lainnya tidak dianalisis karena penggunaan lahannya berupa sawah (lahan basah) sehingga tidak termasuk daerah yang diteliti.

D. Teknik Sampel

Sampel adalah sebagian dari obyek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi (Tika, 2005 : 24). Sampel dalam penelitian ini adalah sampel populasi, dimana daerah kajian yang diteliti adalah seluruh satuan lahan di Kecamatan Kalikotes kecuali satuan lahan yang berupa sawah dan hutan negara.

commit to user

E. Sumber Data

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau obyek yang diteliti atau ada hubungannya dengan yang diteliti (Tika, 2005 : 44). Data disini diperoleh dari pengamatan, pengukuran, dan pengujian dilapangan serta analisis di laboratorium. Data Primer tersebut adalah Drainase Permukaan, Tekstur Tanah, Daya Dukung Tanah, Tinggi Muka Air Tanah, Aksesibilitas, Ancaman Banjir, dan Potensi Kembang Kerut Tanah.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang telah lebih dahulu di kumpulkan dan di laporkan oleh orang atau instansi di luar diri peneliti sendiri walaupun data yang di kumpulkan itu sesungguhnya data yang asli (Tika, 2005 : 44). Data sekunder berupa:

a. Macam Tanah, diperoleh dari Peta Tanah Skala 1 : 100.000 Bapeda Kabupaten Klaten tahun 2001.

b. Penggunaan Lahan, diperoleh dari Peta Rupabumi Digital Indonesia skala 1 : 25.000 tahun 2002 Lembar Klaten1408-331, Lembar Ceper 1408-332, dan Lembar Jabung 1408-313.

c. Curah Hujan, diperoleh dari Sub Dinas Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Klaten, dalam kurun waktu 10 Tahun (dari Tahun 2000 sampai dengan tahun 2009)

d. Citra Quickbird Kecamatan Kalikotes Tahun 2011.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dengan memperhatikan sumber data diatas maka untuk mengumpulkan data kualitatif menggunakan cara :

1. Observasi Langsung

Observasi langsung adalah observasi yang dilakukan terhadap obyek di tempat kejadian atau tempat berlangsungnya peristiwa sehingga observan (orang yang melakukan observasi) berada bersama obyek yang di teliti (Tika, 2005: 44).

commit to user

Observasi langsung dilakukan untuk memperoleh data Drainase Permukaan, Tekstur Tanah, Daya Dukung Tanah, Tinggi Muka Air Tanah, dan aksesibilitas.

Alat bantu yang digunakan dalam observasi langsung berupa checklist, penetro meter, rol meter, GPS (Global Positioning System), ring sampel tanah, kantong plastik, karet gelang, alat tulis, peta daerah penelitian, serta kamera digital untuk dokumentasi daerah penelitian. Checklist merupakan suatu daftar berisi nama obyek atau fenomena yang akan diteliti atau diamati (Tika, 2005 : 48).

2. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian (Tika, 2005 49). Dalam pelaksanaan penelitian ini jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang dilakukan tanpa menyusun daftar pertanyaaan sebelumnya. Wawancara dilakukan untuk mengetahui informasi tentang ancaman banjir.

3. Analisis Laboratorium

Analisis laboratorium diperlukan untuk mengetahui sifat dari sampel tanah yang telah diambil di lapangan. Sifat kimia yang perlu diukur dan diketahui dalam evaluasi kasesuian lahan untuk lokasi industri adalah nilai cole (Coefficient of Linier Extensibility) dari potensi kembang kerut tanah.

4. Analisis Dokumen

Analisis dokumen adalah teknik pengumpulan data dari sumber-sumber resmi yang ada, seperti peta dan catatan-catatan resmi. Analisis dokumen dilakukan untuk memperoleh data mengenai kemiringan lereng, jenis tanah, penggunaan lahan, curah hujan, serta ketinggian tempat daerah penelitian.

commit to user

G. Teknik Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data agar lebih mudah dibaca, dipahami, dan diinterpretasikan. Menurut Miles dan Huberman yang

GLNXWLS6XWRSREDKZD³$QDOLVLVGDODPSHQHOLWLDQNXDOLWDWLIWHUGLULGDUL

tiga komponen pokok yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan dengan verifikasinya. Ketiga hal itu merupakan sesuatu yang menjalin dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut

DQDOLVLV´

Teknik analisis data disini terbagi menjadi dua hal yaitu :

1. Teknik analisis data untuk mengetahui kualitas dan karakteristik lahan di Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten.

Untuk mengetahui kualitas dan karakteristik lahan di Kecamatan Kalikotes dilakukan dengan cara observasi di lapangan, analisis laboratorium, wawancara, dan analisis dokumen pada setiap sampel satuan lahan.

Adapun satuan lahan diperoleh dari hasil tumpang susun Peta Kemiringan Lereng, Peta Tanah, dan Peta Penggunaan Lahan yang sudah disesuaikan dengan citra Kecamatan Kalikotes Tahun 2011. Satuan lahan ditulis dengan menggunakan kode. Kode satuan lahan disusun berdasarkan pada parameter penyusunnya yang terdiri dari:

a. Macam Tanah.

Tanah di daerah penelitian mempunyai menjadi tiga macam, masing- masing adalah sebagai berikut:

¾ Regosol Kelabu diberi kode huruf Reg K ¾ Regosol Coklat Kelabu diberi kode Reg KK

¾ Komplek Regosol Coklat Kelabu diberi kode K Reg KK b. Kemiringan Lereng.

Kemiringan lereng dikelompokkan menjadi empat kelas yaitu ¾ Kemiringan Lereng 0 - 3 % diberi kode 1

¾ Kemiringan Lereng 3 - 8 % diberi kode 2 ¾ Kemiringan Lereng 8 - 15 % diberi kode 3 ¾ Kemiringan Lereng 15 - 30% diberi kode 4

commit to user

c. Penggunaan Lahan.

Penggunaan lahan di daerah penelitian terbagi menjadi: ¾ Kebun diberi kode K

¾ Pemukiman diberi kode P ¾ Sawah diberi kode S ¾ Tegalan diberi kode T

Berikut contoh dan cara pembacaan karakteistik lahan dalam satuan lahan : K Reg KK 1 K

Penggunaan lahan berupa kebun Kemiringan lereng antara 0 ± 3 %

Macam tanahnya berupa Kompleks Regosol Coklat

2. Teknik analisis data untuk mengetahui kesesuaian lahan lokasi sentra industri di Kecamatan Kalikotes.

Untuk mengetahui kesesuaian lahan lokasi sentra industri di Kecamatan Kalikotes dilakukan dengan menggunakan metode pengharkatan (scoring).

Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Kemiringan lereng

Kelas dan kriteria kemiringan lereng disertai harkat masing-masing kelas untuk evaluasi kesesuaian lahan bangunan atau gedung industri disajikan pada tabel 14 di bawah ini:

Tabel 14. Harkat Kelas dan Kriteria Kemiringan Lereng

No. Kelas Kemiringan Lereng Harkat Penimbang

1. Datar <3% 5 2 2. Landai 3 - 8 % 4 2 3. Agak Miring 8-30 % 3 2 4. Miring 30 - 50 % 2 2 5. Terjal > 50 % 1 2 Sumber : Suharsono (1983) : 34

commit to user

b. Ancaman Banjir

Tabel 15 menyajikan kelas kriteria ancaman banjir disertai harkat untuk evaluasi kesesuian lahan bangunan/gedung industri.

Tabel 15. Harkat Kelas dan Kriteria Ancaman Banjir

No. Kelas Lama Penggenangan Banjir Harkat Penimbang 1. Sangat

baik

Daerah tidak pernah dilanda banjir. 5 2 2. Baik Banjir terjadi tidak teratur dalam

waktu kurang dari satu tahun

4 2 3. Sedang Selama waktu satu bulan dalam

setahun secara teratur terjadi banjir.

3 2 4. Jelek Selama 2-5 bulan dalam setahun secara

teratur terjadi banjir.

2 2 5. Sangat

jelek

Selama 6 bulan atau lebih selalu terjadi banjir secara teratur.

1 2

Sumber : Arsyad (1989) : 209 c. Tekstur Tanah

Kelas kriteria dan harkat tekstur tanah untuk bangunan/gedung industri disajikan pada tabel 16 berikut:

Tabel 16. Harkat Kelas dan Kriteria Tekstur Tanah

No. Kelas Tekstur Tanah Harkat Penimbang

1. Sangat baik

Pasir berlempung, Pasir berdebu, Pasir bergeluh, Pasir

5 1

2. Baik Geluh berpasir, Geluh pasir berlempung, Geluh pasir berdebu

4 1

3. Sedang Debu, Geluh, Geluh berdebu, Geluh lempung berdebu, Geluh lempung berpasir, Lempung berpasir

3 1

4. Jelek Lempung bergeluh, Lempung berpasir halus, Geluh berlempung

2 1

5. Sangat jelek

Lempung, Lempung berdebu 1 1

Sumber : CSR/FAO and Staff 1983 dalam Santoso : 27 d. Drainase Permukaan

Tabel 17 menyajikan kelas dan kriteria drainase permukaan disertai harkat untuk evaluasi kesesuaian lahan untuk industri.

commit to user

Tabel 17. Kelas dan Kriteria Drainase Permukaan

No. Kelas Drainase Permukaan Harkat Penimbang

1. Sangat baik

Lahan kering dan pengatusan sangat baik 5 1 2. Baik Lahan dengan pengarusan sangat baik

setelah turun hujan

4 1

3. Sedang Lahan dengan pengatusan sedang, sedikit terpengaruh fluktuasi air tanah

3 1

4. Jelek Lahan dengan pengatusan lambat, sangat terpengaruh oleh fluktuasi air tanah

2 1

5. Sangat jelek

Daerah rawa dan genangan banjir 1 1

Sumber : Suprapto, dkk (1990) : 57 e. Tinggi Muka Air Tanah

Kelas kriteria dan harkat tinggi muka air tanah untuk bangunan/gedung disajikan pada tabel 18 berikut:

Tabel 18. Kelas dan Kriteria Tinggi Muka Air Tanah

No. Kelas Tinggi Muka Air Tanah Harkat Penimbang

1. Sangat baik > 250 cm 5 1 2. Baik 151 -250 cm 4 1 3. Sedang 101 - 150 cm 3 1 4. Jelek 51 -100 cm 2 1 5. Sangat jelek <50cm 1 1 Sumber : Sunarto, dkk (1991) : 23 f. Daya Dukung Tanah

Tabel 19 menyajikan kelas dan kriteria daya dukung tanah disertai harkat untuk evaluasi kesesuaian lahan untuk industri.

Tabel 19. Kelas dan Kriteria Daya Dukung Tanah

No. Kelas Daya Dukung Tanah Harkat Penimbang

1. Sangat baik > 4,50 Kg/cm2 5 1

2. Baik 2,75 ± 4,50 Kg/cm2 4 1

commit to user

4. Jelek 1,25 ± 1,75 Kg/cm2 2 1

5. Sangat jelek < 1,25 Kg/cm2 1 1

Sumber : Sunarto, dkk (1991) : 55 g. Potensi Kembang Kerut

Kelas kriteria dan harkat potensi kembang kerut untuk bangunan/gedung disajikan pada tabel 20 berikut:

Tabel 20. Kelas dan Kriteria Potensi Kembang Kerut

No. Kelas COLE Harkat Penimbang

1. Sangat baik <0.01 5 1

2. Baik 0,01 ± 0,03 4 1

3. Sedang 0,03 ± 0,06 3 1

4. Jelek 0.06 ± 0,09 2 1

5. Sangat jelek >0,09 1 1

Sumber : USDA (1971) dalam Sutanto (1993) : 20 h. Penggunaan Lahan

Tabel 21 menyajikan kelas dan kriteria penggunaan lahan disertai harkat untuk evaluasi kesesuaian lahan untuk industri.

Tabel 21. Kelas dan Kriteria Penggunaan Lahan

No. Kelas Penggunaan Lahan Harkat Penimbang

1. Sangat baik

Lahan berupa semak, lahan kosong, dan lahan tidak dimanfaatkan.

5 2

2. Baik Lahan pekarangan, kebun campuran, dan sejenisnya.

4 2

3. Sedang Lahan pertanian kering berapa tegalan, perkebunan dan semacamnya.

3 2

4. Jelek Lahan pertanian berupa sawah non irigasi dan semacamnya.

commit to user

5. Sangat

jelek

Sawah irigasi, permukiman, situs purbakala, militer, pendidikan dan jasa.

1 2

Sumber : Malingreau (1981) : 73 i. Jarak Terhadap Jalan Utama

Kelas kriteria dan harkat jarak terhadap jalan utama untuk bangunan/gedung disajikan pada tabel 22 berikut:

Tabel 22. Kelas dan Kriteria Jalan Utama

No. Kelas Jarak (Km) Harkat Penimbang

1. Sangat Baik 0 ± 0,5 5 2 2. Baik 0,5 ± 1 4 2 3. Sedang 1 ± 1,5 3 2 4. Jelek 1,5 ± 2 2 2 5. Sangat Jelek >2 1 2 Sumber : Endang (1999) : 34

Penentuan kelas kesesuaian lahan untuk lokasi sentra industri ditentukan berdasarkan hasil dan proses pengharkatan yang kemudian dikelaskan berdasarkan tingkat kesesuaiannya. Pengkelasan dilakukan dengan mengurangkan skor tertinggi dengan skor terendah, kemudian dibagi dengan jumlah kelas. Penentu skor akhir didasarkan pada penjumlahan skor hasil pengharkatan pada masing-masing parameter lahan dengan dikalikan faktor penimbangnya. Nilai faktor penimbang disesuaikan dengan besarnya pengaruh parameter tersebut terhadap kesesuaian lahan untuk lokasi sentra industri.

Klasifikasi untuk menentukan kelas-kelas lahan yang akan diperuntukkan untuk sentra industri yaitu menggunakan rumus :

Range = Nilai Tertinggi - Nilai Terendah Kelas Interval = Range : Jumlah Kelas Nilai Tertinggi = 65

Nilai Terendah = 13 Jumlah Kelas = 5

commit to user

Pada Tabel 23 berikut ini menyajikan kelas dan skor total untuk evaluasi kesesuaian lahan lokasi sentra industri.

Tabel 23. Kelas Kesesuaian Lahan Lokasi Sentra Industri No. Kelas Kesesuaian

Lahan

Skor Total Keterangan

1 Sangat Sesuai

(SI)

55-65 Lahan tidak mempunyai pembatas yang berarti bila digunakan untuk lokasi kawasan industri.

2 Cukup Sesuai

(S2)

45-54 Lahan mempunyai pembatas agak berat bila digunakan untuk lokasi industri. 3 Sesuai Marjinal

(S3)

35-44 Lahan mempunyai pembatas sangat berat bila di gunakan untuk lokasi kawasan industri.

4 Tidak Sesuai Saat Ini (Nl)

25-34 Lahan dengan pembatas sangat berat namun masih bisa diatasi hanya tidak bisa diatasi dengan pengetahuan sekarang dan biaya yang rasional.

5 Tidak Sesuai

Permanen (N2)

13-24 Lahan dengan pembatas sangat berat dan tidak mungkin digunakan untuk penggunaan lestari.

H. Prosedur Penelitian

Secara garis besar penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain:

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan dilakukan pencarian referensi untuk menguatkan penelitian. Kajian teoritik menggunakan kepustakaan atau literatur yang relevan dengan masalah dan observasi awal daerah penelitian agar seluruh prosedur penelitian nantinya berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan tepat waktu. Pengajuan judul penelitian yang disertai dengan alasan-alasan dimaksud agar penelitian dapat ilmiah dan sesuai kaidah bidang ilmu geografi.

commit to user

2. Penyusunan Proposal

Penyusunan proposal dilakukan setelah ada penetapan pembimbing. Penyusunan proposal merupakan rancangan penelitian yang berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka penelitian, lokasi penelitian, waktu penelitian , bentuk dan strategi penelitian, sumber data, populasi, teknik pengumpulan data, analisis data, dan prosedur penelitian.

3. Penyusunan Instrumen Penelitian

Tahap ini adalah kegiatan persiapan dan penyusunan instrumen yang digunakan dalam penelitian. Instrumen yang digunakan dalam pengamatan dan pengukuran lapangan adalah dengan menggunakan lembar observasi dan alat bantu GPS (Global Positioning System). Instrumen digunakan untuk klasifikasi data dan penentuan lokasi atau letak absolut.

4. Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data adalah tahap pengambilan sampel dilapangan yang selanjutnya untuk dilakukan uji di laboratorium, selain informasi yang dapat diamati secara langsung. Data lainnya dikumpulkan berasal dari berbagai instansi pemerintah.

5. Analisis Data

Analisis data diperlukan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca. Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah analisis skoring (pengharkatan). Setiap satuan lahan diskoring sesuai skoring yang ada pada parameter satuan lahan.

Untuk mempermudah penelitian maka diperlukan pengambilan sampel yang diharapkan dapat mewakili seluruh populasi yang ada. Sampel terbagi atas beberapa satuan lahan. Peta satuan lahan didapat berdasarkan hasil tumpang susun (overlay) dari peta penggunaan lahan, peta kemiringan dan peta jenis tanah.

6. Penyusunan Laporan

Langkah terakhir dari penelitian ini adalah pembuatan laporan hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk buku yang berupa skripsi. Laporan ditulis berdasarkan dengan kaidah yang telah ditetapkan. Sebuah hasil penelitian

commit to user

diharapkan mempunyai manfaat bagi peneliti dan masyarakat pada umumnya. Dengan demikian mempunyai andil yang besar dalam peningkatan kesejahteraan manusia.

commit to user

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Daerah Penelitian

1. Kondisi Fisik Kecamatan Kalikotes a. Letak dan Luas

Letak Kecamatan Kalikotes secara astronomis berdasarkan Peta RBI lembar Klaten 1408-331, Lembar Ceper 1408-332 dan Lembar Jabung 1408 ± 313, terletak antara 7o ¶¶¶/6± 7o¶¶¶/6GDQo ¶¶¶%7±

110o¶¶¶%7

Secara administratif batas-batas Kecamatan Kalikotes adalah sebagai berikut :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Klaten Utara. 2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Wedi.

3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Trucuk dan Kecamatan Bayat.

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Klaten Selatan dan Kecamatan Klaten Tengah.

commit to user

Luas Kecamatan Kalikotes meliputi 7 desa. Luas keseluruhan Kecamatan Kalikotes kurang lebih 1.390,22 Ha, dengan luas untuk tiap desa bervariasi antara desa yang satu dengan desa yang lain. Secara terperinci luas masing-masing desa di Kecamatan Kalikotes dapat dilihat pada tabel 24 berikut:

Tabel 24. Luas masing-masing desa di Kecamatan Kalikotes

No Desa / Kelurahan Luas (Ha ) %

1 Gemblegan 176,62 12,70 2 Jogosetran 173,72 12,50 3 Tambong Wetan 99,02 7,12 4 Krajan 105,55 7,59 5 Kalikotes 199,49 14,35 6 Ngemplak 176,18 12,67 7 Jimbung 459,65 33,06 Jumlah 1.390,22 100

Sumber: Kecamatan Kalikotes Dalam Angka Tahun 2009

Dari Tabel 24 diatas dapat kita ketahui bahwa perbedaan luas tiap desa di Kecamatan Kalikotes tidak begitu mencolok, semuanya memiliki luas yang hampir sama. Desa terluas dimiliki oleh Desa Jimbung yaitu 459,65 Ha. Lahan yang tersempit adalah Desa Tambong Wetan yaitu 99,02 Ha. Dari Tabel 24 di atas dapat disajikan ke dalam bentuk grafik seperti terlihat pada Gambar 2 berikut :

commit to user

Gambar 2. Grafik Luas Tiap Desa di Kecamatan Kalikotes

b. Iklim

Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak di daerah lintang rendah yang mempunyai iklim tropis. Ciri-ciri iklim tropis di Indonesia antara lain :

1) Indonesia beriklim panas, karena terletak dekat khatulistiwa

2) Indonesia dipengaruhi angin musim, karena letaknya diantara dua benua yang musimnya senantiasa berlawanan sehingga mengakibatkan hembusan angin yang arahnya selalu berlawanan.

3) Indonesia beriklim lembab, karena luasnya permukaan perairan diantara pulau-pulau.

4) Indonesia terletak diluar hembusan angin topan, karena letaknya diantara 10o LU dan 10o LS

Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu tempat dalam kurun waktu yang relatif lama minimal 30 tahun dan sifatnya tetap ( Kartasapoetra, 1991). Perbedaan iklim diberbagai tempat pada dasarnya disebabkan oleh perbedaan-perbedaan dari faktor letak, jarak, tinggi tempat dari permukaan air laut, angin, intensitas curah hujan, temperatur. Kombinasi pengaruh dari masing-masing faktor ini menyebabkan adanya perbedaan banyaknya curah

13% 12% 7% 8% 14% 13% 33%

Luas Desa di Kecamatan Kalikotes

Gemblegan Jogosetran Tambong Wetan Krajan Kalikotes Ngemplak Jimbung

commit to user

hujan. Untuk mengetahui keadaan iklim suatu daerah dapat ditentukan dengan menghitung faktor-faktor penentu iklim, antara lain suhu udara / temperatur dan curah hujan.

1.) Temperatur

Keadaan iklim sangat dipengaruhi oleh suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara, curah hujan dan durasi sinar matahari. Berdasarkan Peta RBI Kecamatan Kalikotes terletak pada daerah yang mempunyai ketinggian maksimal 155 m dpal dan ketinggian minimal 119 m dpal. Ketinggian tersebut digunakan untuk menentukan keadaan temperatur rata-rata yang ada di Kecamatan Kalikotes Untuk menghitung keadaan temperatur rata-rata yang ada di Kecamatan Kalikotes digunakan rumus sebagai berikut :

T = (26,3 ± 0,6 H) o C Keterangan :

T = Rata-rata temperatur tahunan

26,3 = Rata-rata temperatur tahunan di daerah beriklim tropis 0,6 = Konstanta temperatur

H = Tinggi tempat dihitung dalam hekto meter.

Temperatur rata-rata daerah penelitian dapat dihitung sebagai berikut: - Temperatur Tempat Tertinggi

T = (26,3 ± 0,61 H) oC T = (26,3 ± 0,61 . 1,55) oC = (26,3 ± 0,95) oC = 25,35 oC = 25 oC

- Temperatur Tempat Terendah T = (26,3 ± 0,61 H) oC

T = (26,3 ± 0,61 . 1,19) oC = (26,3 ± 0,73) oC = 25,57 °C = 26 oC

Dari perhitungan diatas, maka dapat diketahui rata-rata keadaan temperatur di Kecamatan Kalikotes yaitu :

25,46 = 25 o

C 25,35 + 25,57 50,92

2 2

commit to user

2.) Curah Hujan

Curah hujan berpengaruh dalam menentukan tipe iklim suatu daerah. Dalam penelitian ini penggolongan tipe curah hujan berdasarkan kriteria tipe curah hujan menurut Schmidt-Ferguson, yaitu dengan perbandingan rata-rata bulan kering dan basah dari data curah hujan selama 10 tahun. Data curah hujan diperoleh dari Kantor Cabang Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Klaten dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir (2000-2009). Secara rinci data hujan Kecamatan Kalikotes tahun 2000-2009 disajikan dalam Tabel 17 berikut:

.u

n

s.

a

c.

id

d

ig

ilib

.u

n

s.

a

c.

id

c

o

m

m

it

t

o

u

ser

47 9 Januari 356 483 298 186 230 239 280 42 172 166 2452 245,2 Februari 380 162 430 398 229 231 174 231 343 228 2806 280,6 Maret 187 299 315 230 146 195 150 194 202 161 2079 207,9 April 280 143 207 42 69 246 230 279 189 148 1833 183,3 Mei 58 117 51 96 43 70 210 106 69 90 910 91 Juni 56 71 16 36 14 40 0 0 0 62 295 29,5 Juli 0 0 0 0 15 76 0 0 0 0 91 9,1 Agustus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Septembe r 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Oktober 134 130 0 41 0 91 0 0 80 72 548 54,8 November 83 175 108 172 159 153 54 128 239 0 1271 127,1 Desember 141 54 257 313 375 180 342 342 139 165 2307 230,7 Jumlah 1675 1634 1682 1514 1280 1521 1140 1323 1431 109 2 14592 1459,2 Rata-rata 139,5 8 136,1 7 140,1 7 126,1 7 106,6 7 126,7 5 95 110,2 5 119,2 5 91 1216 121,6 B. Kering 3 4 6 6 6 3 6 6 4 4 48 4,8 B. Lembab 3 1 0 1 1 3 0 0 2 3 14 1,4 B. Basah 6 7 6 5 5 6 6 6 6 5 58 5,8

Sumber : Hasil Perhitungan

commit to user

Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson dikelompokkan menjadi tiga yaitu, bulan kering, bulan lembab dan bulan basah berdasarkan kriteria Mohr yaitu :

a) Bulan kering yaitu bulan yang rata-rata curah hujannya kurang dari 60 mm.

b) Bulan lembab yaitu bulan yang rata-rata curah hujannya antara 60 mm

± 100 mm.

c) Bulan basah yaitu bulan yang rata-rata curah hujannya lebih dari 100 mm.

Setelah mengetahui bulan basah dan kering maka dapat ditentukan tipe curah hujan menurut Schmidt-Ferguson dengan menghitung nilai Q (Quotient) dengan rumus sebagai berikut :

Q =

ker

X100

basah

bulan

rata

Rata

ing

bulan

rata

Rata

% Keterangan : Q = Quotient

Dari Tabel 17 dapat diketahui : Rata-rata jumlah bulan basah = 5,8 Rata-rata jumlah bulan kering = 4,8 Rata-rata jumlah bulan lembab = 1,4

Dengan menggunakan rumus di atas dapat dihitung nilai Q untuk daerah penelitian sebagai berikut :

Q = 100 8 , 5 8 , 4 x % Q = 82,76 %

Berdasarkan nilai Q yang telah diperoleh dapat ditentukan tipe curah hujan Kecamatan Kalikotes dengan menggunakan kriteria Schmidt dan Ferguson yang membagi iklim di Indonesia menjadi delapan golongan sebagai berikut:

commit to user

Tabel 26. Tipe Iklim Schmidt-Ferguson Berdasarkan Curah Hujan.

Tipe Sifat Nilai (%)

A Sangat Basah ”4 B Basah ”4 C Agak Basah ”4 D Sedang ”4 E Agak Kering 100.0 ”4 F Kering ”4 G Sangat Kering ”4 H Kering Sekali ”4’ Sumber : Kartasapoetra (1991 : 29)

Berdasarkan nilai Q = 83 % kemudian dikonsultasikan dengan tipe curah hujan Schmidt - Ferguson pada tabel 26 maka dapat diketahui bahwa tipe curah hujan di Kecamatan Kalikotes termasuk tipe D (Sedang). Tipe iklim di Kecamatan Kalikotes dapat ditunjukkan gambar 3 berikut :

Gambar 3. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt-Ferguson di Kecamatan Kalikotes. 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 12

Jumlah rata-rata bulan basah

Jum lah rat a-rat a bul an kerin g H G F E D C B A 700 % 300% 157 % 100 % 14, 3 % 33, 3 % 60 % (4,8 : 5,8) 0 Nilai Q (%)

commit to user

2. Kondisi Tanah

Tanah merupakan lapisan permukaan bumi paling luar sebagai tempat tumbuhnya tanaman. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan induk (organik) dan bahan-bahan unsur dari tumbuhan dan hewan yang telah membusuk. Bahan- bahan yang menyusun tanah terdiri atas zat padat, cair, gas, dan organisme. Pelapukan batuan induk pembentuk tanah di daerah tropis seperti Indonesia sangat dipengaruhi oleh faktor suhu dan kelembaban udara. Jenis tanah yang ada di suatu tempat ditentukan oleh batuan induk, iklim, topografi, bahan organik, dan umur.

Tanah merupakan salah satu unsur penting dalam penentuan kesesuaian lahan. Disamping tanah merupakan kajian utama dalam karakteristik fisik dan kimia, tanah juga berpengaruh terhadap pengembangan kawasan industri.

Tanah di Kecamatan Kalikotes berjenis Regosol. Tanah Regosol adalah tanah berbutir kasar dan berasal dari material gunung api. Tanah Regosol berupa tanah alluvial yang baru diendapkan berupa tanah pasir. Material jenis tanah ini berupa abu vulkan, napal, dan pasir vulkan.

Tanah Regosol di Kecamatan Kalikotes dapat di kategorikan menjadi 3 macam yaitu Regosol Kelabu, Regosol Coklat Kelabu, dan Komplek Regosol Coklat Kelabu (http://www.jatengprov.go.id) diakses tanggal 8 April 2010. Perbedaan antara Tanah Regosol Kelabu dengan Tanah Regosol Coklat Kelabu adalah warnanya, sedangkan materi/struktur batuannya sama. Sedangkan Tanah Komplek Regosol Coklat Kelabu struktur tanahnya bercampur dengan material lainnya tapi masih dominan Regosol Coklat Kelabu yang menunjukkan luasannya.

3. Topografi

Topografi merupakan kenampakan permukaan bumi atau sebagian permukaan bumi. Salah satu faktor penting dalam topografi adalah relief, yang dapat menggambarkan tinggi rendahnya permukaan bumi terhadap permukaan air laut. Perbedaan tinggi rendahnya tempat di permukaan bumi sangat berpengaruh

Dokumen terkait