• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Pengertian Kualitas Hidup

Kualitas hidup menurut WHO (2004) didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai posisi individu dalam hidup, konteks budaya dan sistem nilai dimana individu hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standar

yang ditetapkan dan perhatian seseorang. Bowling (2003) mengatakan bahwa kualitas hidup merupakan konsep yang dinamis, dimana nilai-nilai dan evaluasi diri dari kehidupan dapat berubah dari waktu ke waktu dalam menghadapi kehidupan, kesehatan, dan pengalaman.

Kualitas hidup merupakan konsep multidimensi yang luas yang biasanya meliputi evaluasi subjektif dari domain kehidupan yang positif maupun negatif. Meskipun kesehatan merupakan salah satu domain penting dari kualitas hidup, ada domain lain juga misalnya, pekerjaan, perumahan, sekolah, lingkungan, domain budaya, nilai - nilai, dan spiritualitas juga merupakan domain penting dari kualitas hidup (CDC, 2011).

Walters (2009) menyatakan bahwa pengukuran kualitas hidup di dalam praktik klinis menjadikan komunikasi dengan pasien menjadi lebih mudah dan membantu mencari tahu informasi tentang berbagai masalah yang dapat mempengaruhi pasien.

Verdugo, Navas, Gómez, dan Schalock (2012) mengatakan bahwa kualitas hidup mencerminkan empat prinsip berikut : 1) kualitas hidup terdiri dari faktor-faktor yang sama untuk semua orang, 2) kualitas hidup merupakan pengalaman seseorang ketika kebutuhannya terpenuhi dan ketika individu memiliki kesempatan untuk meningkatkan pengaturan aktivitas hidup, 3) kualitas hidup terdiri dari komponen subjektif dan objektif, dan 4) kualitas hidup merupakan konsep multidimensi yang dapat dipengaruhi oleh faktor individu maupun faktor lingkungan.

Moons, Marquet, Budts, dan de Geest (2004) menyebutkan ada 6 kriteria dalam kualitas hidup: 1) kualitas hidup tidak boleh digunakan secara bergantian dengan status kesehatan ataupun kemampuan fisik, 2) kualitas hidup lebih bergantung pada penilaian subjektif daripada parameter objektif, 3) tidak ada perbedaan yang jelas antara indikator - indikator kualitas hidup dengan faktor - faktor yang menentukan kualitas hidup, 4) kualitas hidup dapat berubah dari waktu ke waktu, namun tidak banyak, 5) kualitas dapat dipengaruhi baik secara positif maupun negatif, 6) penilaian kualitas hidup secara keseluruhan lebih disukai daripada kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan (health-related quality of life).

Kualitas hidup merupakan tingkat kepuasaan hidup secara keseluruhan baik positif maupun negatif yang dipengaruhi oleh persepsi individu dari domain - domain penting bagi kehidupan mereka, yang berhubungan dengan kesehatan maupun tidak (Moons, et al., 2004). Faktor – faktor lain seperti keluarga, pekerjaan, kesehatan, dll mungkin memiliki dampak positif maupun negatif bagi kualitas hidup seseorang.

3.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas hidup 3.2.1 Usia

Kualitas hidup individu dengan usia muda akan lebih baik karena kondisi fisiknya yang lebih baik dibandingkan yang berusia tua (Utami, Karim, & Agrina, 2014)

3.2.2 Status pernikahan

Utami, Karim, dan Agrina (2014) mengatakan bahwa pasien yang mempunyai pasangan atau sudah menikah memiliki kualitas hidup yang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena pasien mendapatkan dukungan dari pasangannya.

3.2.3 Pekerjaan

Moons dan koleganya (2004) mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara individu yang berstatus sebagai pelajar, penduduk yang bekerja, individu yang tidak bekerja (atau sedang mencari pekerjaan), dan individu yang tidak mampu bekerja (atau memiliki disablity tertentu).

3.3 Aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas hidup pasien luka kaki diabetik 3.3.1 Aspek fisik

Luka kaki diabetik memberikan dampak yang signifikan terhadap kesehatan fisik seseorang, khususnya berkurangnya mobilitas yang diakibatkan oleh luka kaki diabetik (Gilpin & Lagan, 2008).

3.3.2 Aspek psikologis

Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa orang – orang dengan luka kaki diabetik menghadapi banyak masalah psikologis dan emosional (Gilpin dan Lagan 2008). Brod M (1998 dalam Gilpin & Lagan, 2008) mengatakan bahwa sebagian besar individu dengan luka kaki diabetik mengalami frustasi, marah dan rasa bersalah yang diakibatkan oleh penyakit yang di derita.

3.3.3 Aspek sosial

Ashford, McGee, & Kinmond (2000 dalam Gilpin & Lagan, 2008) Menyatakan bahwa seseorang dengan luka kaki diabetik banyak bergantung pada keluarga dan teman – teman mereka untuk melaksanakan tugas yang tidak mampu mereka lakukan, seperti mengganti balutan luka, dan merawat luka. Hal ini terkadang dapat menyebabkan masalah hubungan keluarga. Seluruh individu melaporkan bahwa kehilangan mobilitas berarti bahwa mereka tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berbelanja atau mandi.

3.3.4 Aspek ekonomi

Brod M (1998 dalam Gilpin & Lagan, 2008) mengatakan bahwa seseorang yang hidup dengan luka kaki diabetik akan berpengaruh terhadap kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan, yang mengakibatkan adanya masalah pada keuangan. Sekitar 50% individu melaporkan tidak lagi berkerja karena luka kaki diabetik yang dimilikinya dan 50% lagi mengatakan bahwa karirnya terbatas.

4. Kuesioner SF-36

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah Short Form 36 atau SF-36 dari The Medical Outcomes Study berisi 36 item yang didesain sebagai alat ukur kualitas hidup. SF-36 pada awalnya diterbitkan pada tahun 1988, dan pada tahun 1996, SF-36 mulai dievaluasi dengan versi 2.0 (SF-36v2TM) dengan bentuk pertanyaan yang lebih sederhana dan lebih mudah digunakan. Untuk memudahkan kuesioner ini, pertanyaan dalam SF-36v2TM diterjemahkan oleh IQOLA ke dalam

beberapa bahasa termasuk bahasa Indonesia tanpa mengubah makna aslinya dan telah di publikasi (RAND Corporation & Ware, 1996).

SF-36 merupakan instrumen umum yang paling sering digunakan, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Ribu et al. (2007), Valensi et al. (2011), Yekta et al. (2011) yang merupakan penelitian kualitas hidup pada pasien dengan sindrom kaki diabetes (Zelenikova, et al., 2014). Sebagai instrumen generik, SF - 36 dirancang untuk dapat diterapkan pada berbagai jenis dan tingkat keparahan kondisi kesehatan (RAND Corporation & Ware, 1996).

SF-36 adalah sebuah kuesioner yang mengukur kualitas hidup pasien berdasarkan 8 domain sebagai berikut (Almeida, Silveira, & Santo et., al 2013) :

1. Fungsi fisik

Terdiri dari 10 pertanyaan yang menilai kemampuan pasien melakukan aktivitas fisik seperti mandi, berpakaian, berjalan, membungkuk, dan menaiki tangga. Nilai yang rendah menunjukkan keterbatasan semua aktivitas tersebut, sedangkan nilai yang tinggi menunjukkan kemampuan melakukan semua aktivitas fisik.

2. Keterbatasan peran karena masalah fisik

Terdiri dari 4 pertanyaan yang mengevaluasi seberapa besar kesehatan fisik pasien mengganggu pekerjaan atau aktivitas sehari-hari. Nilai yang rendah menunjukkan bahwa kesehatan fisik menimbulkan masalah terhadap pekerjaan/aktivitas sehari-hari. Nilai yang tinggi menunjukkan kesehatan fisik tidak menimbulkan maslah terhadap pekerjaan ataupun aktivitas sehari-hari.

3. Nyeri tubuh

Terdiri dari 2 pertanyaan yang mengevaluasi intensitas nyeri dan efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari. Nilai yang rendah menunjukkan rasa nyeri yang parah dan sangat membatasi aktivitas. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak ada rasa nyeri yang dirasakan sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.

4. Kesehatan secara umum

Terdiri dari 5 pertanyaan yang mengevaluasi persepsi pasien terhadap status kesehatan. Nilai yang rendah menunjukkan persepsi terhadap kesehatan diri sendiri buruk atau semakin memburuk. Nilai yang tinggi menunjukkan persepsi terhadap kesehatan diri sendiri sangat baik.

5. Vitalitas / Energi

Terdiri dari 4 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat kelelahan, dan semangat.

Nilai yang rendah menunjukkan perasaan lelah, dan tidak semngat. Nilai yang tinggi menunjukkan perasaan penuh semangat.

6. Fungsi Sosial

Terdiri dari 2 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat kesehatan fisik atau masalah emosional mengganggu aktivitas sosial. Nilai yang rendah menunjukkan aktivitas sosial yang sering terganggu. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak ada gangguan pada aktivitas sosial sehari-hari.

7. Keterbatasan peran karena masalah emosional

Terdiri dari 3 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat dimana masalah emosional mengganggu pekerjaan atau aktivitas sehari-hari. Nilai yang rendah menunjukkan masalah emosional mengganggu aktivitas dan pekerjaan, bahkan

tidak dapat bekerja seperti biasanya. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak ada gangguan dalam pekerjaan atau aktivitas sehari-hari karena masalah emosional.

8. Kesehatan mental

Terdiri dari 5 pertanyaan yang mengevaluasi sejauhmana perasaan cemas, depresi, kebahagiaan, dan kesejahteraan mempengarugi kehidupan. Nilai yang rendah menunjukkan perasaan depresi dan putus asa sepanjang waktu. Nilai yang tinggi menunjukkan perasaan penuh kedamaian, bahagia, dan tenang.

KERANGKA PENELITIAN

Dokumen terkait