• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Centre

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Centre"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Centre

SKRIPSI

Oleh

Fatricia Br Girsang 121101061

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2016

(2)
(3)
(4)

yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Centre

Nama Mahasiswa : Fatricia Br Girsang

NIM : 121101061

Program Studi : Ilmu Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2016

Abstrak

Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik adalah pesepsi pasien dalam menghadapi masalah luka pada kaki yang merupakan komplikasi dari penyakit DM yang diderita. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre. Pengambilan sampel dilakukan dengan accidental sampling dengan jumlah sampel 20 orang. Data dianalisa secara univariat dan menggunakan teknik komputerisasi dengan uji statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 12 orang (60%) memiliki kualitas hidup yang buruk, sedangkan 8 orang (40%) berada dalam kategori baik. Kualitas hidup ditinjau dari domain fungsi fisik sebanyak 16 orang (80%) dalam kategori buruk, domain keterbatasan peran karena masalah fisik menunjukkan 16 orang (80%) berada dalam kategori buruk.

Domain nyeri tubuh menunjukkan 13 orang (65%) dalam kategori buruk, domain kesehatan secara umum menunjukkan 18 orang (90%) berada dalam kategori buruk, sedangkan domain energi menunjukkan 17 orang (85%) dalam kategori baik. Domain fungsi sosial menunjukkan 16 orang (60%) dalam kategori buruk.

Domain keterbatasan peran karena masalah emosional menunjukkan 15 orang (75%) dalam kategori buruk, sedangkan domain kesehatan mental menunjukkan seluruh pasien (100%) dalam kategori baik. Meskipun luka kaki diabetik telah memberikan perubahan pada kondisi kesehatan pasien, namun luka kaki diabetik tidak selalu membuat pasien merasa terpuruk dan putus asa. Dukungan keluarga dan orang di sekitar pasien dapat memberikan dampak yang positif terhadap kualitas hidup pasien. Penelitian ini dapat memberi masukan kepada perawat untuk merawat pasien luka diabetik dengan memperhatikan kondisi fisik maupun psikologis, sosial, dan lingkungan pasien sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan meneliti lebih lanjut aspek- aspek yang mempengaruhi kualitas hidup pasien luka kaki diabetik.

Kata kunci : kualitas hidup, luka kaki diabetik, perawatan luka

(5)

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Centre”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:

1. Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU, Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I, Cholina T.

Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB selaku Wakil Dekan II Fakultas Keperawatan USU dan Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku Wakil Dekan III Fakultas Keperawatan USU.

2. Asrizal, S.Kep, Ns., M.Kep., RN., WOC(ET),CHt.N selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan waktu untuk membimbing, memberi masukan dan kritikan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi dan selaku pemilik Asri Wound Care Centre yang telah memberi izin untuk penelitian.

3. Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat dan Rosina Tarigan, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen penguji I dan II yang telah memberi masukan agar skripsi ini menjadi lebih baik lagi.

(6)

melakukan uji reliabilitas intrumen penelitian.

5. Teristimewa untuk keluarga tercinta, kedua orang tua yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil, serta senantiasa mendoakan peneliti dalam proses pengerjaan skripsi ini, dan kepada saudara-saudara peneliti yang lain yang juga turut mendoakan peneliti.

6. Terima kasih juga kepada sahabat peneliti yang banyak memberikan dukungan dan semangat serta berbagi suka dan duka dalam proses pengerjaan skripsi ini.

7. Teman-teman seperjuangan S1 stambuk 2012 Fakultas Keperawatan USU, yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan masukan, berbagi pengetahuan dan mendukung peneliti.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dan penuh kasih melimpahkan berkat karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu peneliti. Peneliti menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan peneliti, skripsi ini dapat bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan dan pengembangan profesi. Akhir kata, peneliti mengucapakan terima kasih.

Medan, Agustus 2016

Penulis

(7)

Halaman

Halaman Judul ...i

Halaman Persetujuan ...ii

Halaman Pengesahan ...iii

Abstrak ...iv

Kata Pengantar ...v

Daftar Isi ...vii

Bab 1. Pendahuluan ...1

1. Latar Belakang ...1

2. Pertanyaan penelitian ...5

3. Tujuan Penelitian ...5

4. Manfaat Penelitian ...6

Bab 2. Tinjauan Pustaka ...7

1. Diabetes Melitus ...8

1.1 Definisi Definisi Diabetes Melitus ...8

1.2 Kaki Diabetes...8

2. Luka kaki diabetik...9

2.1 Pengertian luka kaki diabetik ...9

2.2 Etiologi luka kaki diabetik...10

2.3 Pengkajian luka kaki diabetik ...11

2.4 Patofisiologi luka kaki diabetik ...14

3. Kualitas Hidup ...14

3.1 Pengertian kualitas hidup ...14

3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup ...16

3.3 Aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas hidup ...17

4. Kuesioner SF-36 ...18

Bab 3. Kerangka Penelitian ...22

1. Kerangka Konsep ...22

2. Definisi Operasional ...23

Bab 4. Metodologi Penelitian ...25

1. Desain Penelitian ...25

2. Populasi dan Sampel ...25

2.1 Populasi Penelitian ...25

2.2 Sampel Penelitian ...25

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ...26

4. Pertimbangan Etik ...26

5. Instrumen Penelitian ...27

6. Validitas dan Reliabilitas Penelitan ...29

6.1 Uji Validitas ...29

6.2 Uji Reliabilitas ...30

7. Pengumpulan Data...30

8. Analisa Data dan Pengolahan Data ...31

Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan ...32

1. Hasil Penelitian ...32

1.1 Karakteristik Demografi Pasien...32

(8)

2. Pembahasan...38

2.1 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain fungi fisik ...38

2.2 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain keterbatasan peran karena masalah fisik fisik ...39

2.3 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain nyeri tubuh....39

2.4 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain kesehatan secara umum ...40

2.5 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain Vitalitas/energi ...40

2.6 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain fungsi sosial ..41

2.7 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain keterbatasan peran karena masalah emosional ...42

2.8 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain kesehatan mental...42

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ...45

1. Kesimpulan ...45

2. Saran ...45

Daftar Pustaka...47

(9)

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Jadwal Tentatif Penelitian Lampiran 2. Lembar Bukti Bimbingan Lampiran 3. Inform Consent

Lampiran 4. Instrumen Penelitan Lampiran 5. Reliabilitas

Lampiran 6. Master Data Demografi Pasien Lampiran 7. Hasil Analisa Data Demografi

Lampiran 8. Master Data kualitas hidup secara keseluruhan Lampiran 9. Hasil analisa data kualitas hidup secara keseluruhan

Lampiran10. Master Data kualitas hidup berdasarakan domain keterbatasan peran karena masalah fisik

Lampiran 11. Master Data kualitas hidup berdasarakan domain nyeri tubuh

Lampiran 12. Master Data kualitas hidup berdasarakan domain kesehatan secara umum Lampiran 13. Master Data kualitas hidup berdasarakan domain vitalitas/energi

Lampiran 14. Master Data kualitas hidup berdasarakan domain fungsi sosial

Lampiran 15. Master Data kualitas hidup berdasarkan domain keterbatasn peran karena masalah emosional

Lampiran 16. Master Data kualitas hidup berdasarakan domain kesehatan mental Lampiran 17. Nilai rata-rata kualitas Hidup

Lampiran 18. Komisi Etik

Lampiran 19. Surat Izin Survei Awal Lampiran 20. Surat Balasan Survei Awal Lampiran 21. Surat Izin Uji Reliabilitas Lampiran 22. Surat Balasan Uji Reliabilitas Lampiran 23. Surat Izin Penelitian

Lampiran 24. Taksasi Dana Lampiran 25. Riwayat Hidup

(10)

Daftar Skema

Skema Halaman

3.1. Skema Gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre. ...22

(11)

Halaman

Tabel 2.1. Karakteristik eksudat pada luka kaki diabetik ...12 Tabel 3.2. Definisi Operasional ...23 Tabel 4.1. Skor dari tiap-tiap pertanyaan di kuesioner ...29 Tabel 5.1. Karakteristik pasien luka kaki diabetik yang menjalani perawatan luka

kaki di Asri Wound Care Centre ...32 Tabel 5.2. Gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani

perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre ...33 Tabel 5.3. Gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani

perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre berdasarkan Domain Fungsi

Fisik ...34 Tabel 5.4. Gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani

perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre berdasaran Domain Keterbatasan

peran karena masalah fisik ...34 Tabel 5.5. Gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani

perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre berdasaran Domain Nyeri Tubuh ...35 Tabel 5.6. Gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani

perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre berdasaran Domain Kesehatan

secara umum ...36 Tabel 5.7. Gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani

perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre berdasaran Domain Energi /

Vitalitas ...36 Tabel 5.8. Gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani

perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre berdasaran Domain Fungsi Sosial...37 Tabel 5.9. Gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani

perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre berdasaran Domain Keterbatasan

peran karena masalah emosional ...37 Tabel 5.10. Gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani

perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre berdasaran Domain Kesehatan

Mental ...38

(12)

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang paling sering diderita di Indonesia maupun di dunia saat ini. International Diabetes Federation (IDF) menyatakan bahwa pada tahun 2014 ada 387 juta orang yang hidup dengan DM, dan telah menjadikan DM sebagai penyebab kematian ke tujuh di dunia.

Lebih dari 80% kematian yang disebabkan oleh DM terjadi di negara – negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2015).

Dua ratus ribu orang meninggal setiap tahunnya di Amerika Serikat karena DM. Lebih dari 29 juta orang atau 9,3% dari populasi Amerika Serikat menderita DM (CDC, 2014). Sedangkan di Eropa menurut data IDF 7,9% dari penduduknya menderita DM. IDF juga menyatakan bahwa jumlah orang dewasa yang terkena DM akan meningkat sebesar 55% pada tahun 2035.

International Diabetes Federation (IDF) tahun 2014 menyatakan bahwa prevalensi DM di Indonesia sekitar 5,81% dari populasi penduduknya.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 proporsi penduduk Indonesia dengan diabetes melitus adalah 6,9%. Prevalensi yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%), dan Kalimantan Timur (2,3%). Sedangkan prevalensi diabetes melitus di Sumatera Utara yaitu 1,8% (Kemekes RI, 2014).

Diabetes melitus (DM) disebut juga sebagai silent killer karena sering tidak disadari oleh penyandangnya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi.

(13)

DM dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan dan komplikasi, seperti retinopati, penyakit kardiovaskular, nefropati, dan masalah pada kaki. Komplikasi pada kaki merupakan salah satu masalah yang paling umum terjadi pada penderita DM. Beberapa masalah pada kaki diabetik yaitu, perubahan bentuk kaki karena atrofi otot ataupun perubahan tulang dan sendi seperti Bunion, Hammer Toes (ibu jari martil), Charcot Foot, dan luka kaki diabetik.

Luka kaki diabetik disebabkan karena status hiperglikemia pasien DM yang menyebabkan neuropati dan vaskulopati. Kerusakan pembuluh darah (vaskulopati) akibat dari kadar gula darah yang tinggi dalam waktu yang lama dapat mengganggu aliran darah sehingga kaki tidak mendapat nutrisi yang cukup, yang menjadikan kaki lemah, mudah luka dan sulit untuk sembuh jika terjadi luka.

Kondisi neuropati juga memperburuk keadaan pasien DM karena mengakibatkan kepekaan terhadap rasa nyeri, panas, dan dingin berkurang, sehingga pasien tidak sadar kakinya terluka. Jika kaki yang terluka tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi.

Mansour dan Alavai (2005) menyatakan bahwa luka kaki diabetik terdapat pada 15% kasus diabetes melitus dan 80% - 85% kasus amputasi disebabkan oleh luka kaki diabetik. Young, Boulton, Maclod, Williams, & Sonksen (1993 dalam Abbot, et al., 2005) menemukan bahwa 6000 pasien dengan diabetes di Inggris, 2% diantaranya ditemukan memiliki luka kaki diabetik dan 2,5% telah menjalani amputasi. Dari total amputasi yang dilakukan di Amerika Serikat, 50% amputasi disebabkan oleh luka kaki diabetik. Telah diperkirakan bahwa setiap 20 detik satu

(14)

tungkai bawah diamputasi karena luka kaki diabetik (Hinchcliffe, Adros, &

Apelqvist et al., 2012). Sementara itu Robbins, Strauss, Aron, Kaplan, dan Kuba (2008) menemukan bahwa tingkat kematian dalam lima tahun setelah menderita luka kaki diabetik adalah 43% - 55% dan 74% untuk pasien dengan amputasi.

Di RSUPN dr CiptoMangunkusumo, masalah kaki diabetes masih merupakan masalah besar. Sebagian besar perawatan penyadang DM berhubungan dengan kaki diabetes. Angka kematian dan angka amputasi masih tinggi, masing-masing sebesar 16% dan 25% (data RSUPNCM tahun 2003). Sebanyak 14,3% pasien penyandang DM akan meninggal dalam setahun pasca amputasi, dan sebanyak 37% pasien akan meninggal 3 tahun pasca amputasi.

Data dari Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan sebanyak 7176 pasien menjalani perawatan dengan perincian sebanyak 672 pasien yang menjalani rawat inap akibat diabetes melitus dan berisiko tinggi mengalami luka kaki diabetik. Pada tahun 2015 terdapat 30 pasien luka kaki diabetik yang rutin melakukan perawatan di poli kaki diabetes RSUP HAM Medan.

Data yang di peroleh dari Asri Wound Care Centre pada bulan Januari sampai Desember 2014 terdapat jumlah 312 pasien dengan luka kaki diabetik, sedangkan pada bulan Januari sampai dengan September 2015 terdapat jumlah 310 pasien dengan luka kaki diabetik. Dimana angka kejadian amputasi dan kematian di Asri Wound Care Centre masih nol.

Brod M (1998 dalam Abetz, Sutton, Bardy, McNulty, & Gagnon, 2002) menyatakan bahwa luka kaki diabetik sulit untuk ditangani, penyembuhannya lama, rentan terhadap infeksi, dan dapat mengakibatkan kerusakan jaringan yang

(15)

lebih luas, amputasi, dan kecacatan jangka panjang yang dapat menyebabkan pasien khawatir dan takut.

Penderita luka kaki diabetik mengalami berkurangnya mobilitas, sering terjatuh, bergantung kepada orang lain, hilangnya pekerjaan, berkurangnya pemasukan keuangan, dan berisiko untuk dilakukan amputasi (Zelenikova, et al., 2014). Menurut Price (2005) pasien luka kaki diabetik memerlukan dukungan untuk menyesuaikan diri dengan komplikasi yang terjadi dan depresi yang dapat menyertai rendahnya status kesehatan.

Kualitas hidup dikonseptualisasikan secara umum sebagai parameter multidimensi yang menggambarkan persepsi individu secara subjektif dari kesehatan fisik dan psikologis nya, serta fungsi sosialnya dan lingkungannya (Pernambuco, Rodrigues, & Bezerra et al., 2011).

Secara khusus, pasien dengan luka kaki diabetik memiliki keterbatasan pergerakan, penyesuaian kondisi psikososial yang buruk, dan persepsi diri yang rendah terhadap kesehatan. Hal-hal tersebut menyebabkan menurunnya kualitas hidup pasien luka kaki diabetik.

Setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari masing- masing individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi masalahnya dengan positif maka kualitas hidupnya akan baik, tetapi jika menghadapi masalahnya dengan negatif maka akan buruk pula kualitas hidupnya. Adanya luka kaki diabetik berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien, tetapi bagaimana pasien tersebut menyikapi kondisinya akan berpengaruh terhadap baik atau buruk kualitas hidupnya (Utami, Karim, & Agrina., 2014).

(16)

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penilitan untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani perawatan luka kaki diabetik di Asri Wound Care Centre.

2. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre Medan?

3. Tujuan Penelitian 3.1 Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani perawatan luka kaki di Asri wound Care Centre Medan.

3.2 Tujuan Khusus

3.2.1 Mengetahui gambaran kualitas hidup pasien berdasarkan domain fungsi fisik

3.2.2 Mengetahui gambaran kualitas hidup pasien berdasarkan domain keterbatasan peran karena masalah fisik

3.2.3 Mengetahui gambaran kualitas hidup pasien berdasarkan domain nyeri tubuh

3.2.4 Mengetahui gambaran kualitas hidup pasien berdasarkan domain kesehatan secara umum

3.2.5 Mengetahui gambaran kualitas hidup pasien berdasarkan domain vitalitas/energy

3.2.6 Mengetahui gambaran kualitas hidup pasien berdasarkan domain fungsi sosial

(17)

3.2.7 Mengetahui gambaran kualitas hidup pasien berdasarkan domain keterbatasan peran karena masalah emosional

3.2.8 Mengetahui gambaran kualitas hidup pasien berdasarkan domain kesehatan mental

4. Manfaat Penelitian

4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa keperawatan tentang kualitas hidup pasien luka kaki diabetik.

4.2 Bagi Praktik Keperawatan

Sebagai bahan informasi bagi perawat untuk mengetahui kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani perawatan sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dan dukungan kepada pasien untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

4.3 Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data untuk penelitian yang terkait dengan kualitas hidusp pasien luka kaki diabetik.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Diabetes Melitus (DM)

1.1 Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia). Ketika seseorang memiliki diabetes, maka tubuh tidak dapat memproduksi insulin dengan cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif.

Jika gula darah menumpuk dalam tubuh dan tidak terkontrol, dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius, seperti penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, kebutaan, amputasi tungkai dan kaki, dan kematian dini (CDC, 2014).

1.2 Kaki Diabetes

American College of Foot and Ankle Surgeons (2015) menyatakan bahwa orang dengan diabetes rentan untuk mengalami masalah pada kaki, sering kali terjadi karena dua komplikasi diabetes, yaitu : kerusakan saraf (neuropati) dan sirkulasi darah ke kaki yang buruk. Neuropati menyebabkan mati rasa di kaki, hilangnya kemampuan untuk merasakan rasa sakit dan ketidaknyamanan di kaki, sehingga penderita tidak merasakan adanya cedera atau iritasi di kaki.

Sirkulasi darah yang buruk di kaki menyebabkan luka di kaki sulit untuk sembuh. Memiliki diabetes meningkatkan risiko terjadinya berbagai masalah

(19)

pada kaki. Selain itu, dengan diabetes, masalah kaki yang kecil dapat berubah menjadi komplikasi yang serius.

1.2.1 Gangguan pada kuku (kuku masuk ke dalam jaringan)

Kuku kaki yang tumbuh ke dalam kulit di sisi kuku Keadaan ini disebabkan oleh perawatan kuku yang tidak tepat, misalnya pemotongan kuku yang salah, dan kebiasaan mencungkil kuku. Hal ini sering terjadi tanpa disadari karena adanya neuropati. Jika tidak segera ditangani akan menyebabkan infeksi.

1.2.2 Hammer toes

Pemakaian sepatu yang terlalu sempit dapat menimbulkan luka pada jari- jari kaki, sehingga terjadi peradangan. Dengan adanya neuropati dan peradangan yang lain pada ibu jari kaki menyebabkan terjadinya perubahan bentuk jari kaki seperti martil (hammer toe).

1.2.3 Kulit kering dan pecah-pecah

Sirkulasi darah yang buruk dan neuropati dapat membuat kulit kaki kering. Hal ini mungkin tampak tidak berbahaya, tetapi kulit kering dapat mengakibatkan kulit menjadi pecah-pecah yang mungkin dapat menjadi luka dan dapat menyebabkan infeksi.

1.2.4 Calluses atau kapalan

Penggunaan sepatu yang tidak sesuai dapat menyebabkan penekanan yang berulang-ulang pada daerah tertentu di kaki, dengan adanya kondisi neuropati pada penderita Diabetes Melitus hal tersebut tidak dapat dirasakan. Hal ini menyebabkan timbulnya penebalan atau

(20)

pengerasan pada kulit di kaki (calluses). Jika tidak segera ditangani dengan tepat, maka akan berlanjut menjadi kulit kering dan pecah – pecah, dan luka kaki yang disebabkan oleh penurunan sirkulasi darah dan neuropati.

1.2.5 Charcot foot

Merupakan kelainan bentuk kaki yang kompleks. Charcot foot terjadi karena hilangnya sensasi pada kaki, tidak terdeteksinya tulang yang patah yang menyebabkan kerusakan jaringan lunak pada kaki. Neuropati menyebabkan rasa sakit atau nyeri akibat fraktur terjadi tanpa disadari dan pasien terus berjalan, akhirnya menyebabkan deformitas. Pada kondisi yang berat dapat menyebabkan cacat, dan bahkan amputasi.

1.2.6 Luka kaki

Karena sirkulasi darah yang buruk dan neuropati pada kaki, luka atau lecet dapat dengan mudah berubah menajdi luka atau borok yang terinsfeksi dan sulit untuk sembuh. Jika tidak ditangani dengan tepat maka akan mengakibatkan amputasi pada kaki maupun kematian.

2. Luka Kaki Diabetik

2.1 Pengertian Luka Kaki Diabetik

Gitarja (2008) mengatakan bahwa luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Luka kaki diabetik merupakan luka yang terjadi pada pasien diabetes yang melibatkan gangguan pada saraf periferal dan autonomik (Maryunani, 2013). Frykberg (2002) menyatakan bahwa luka kaki diabetik

(21)

adalah luka atau lesi pada pasien DM yang dapat mengakibatkan ulserasi aktif dan merupakan penyebab utama amputasi kaki.

2.2 Etiologi Luka Kaki Diabetik

Menurut Wounds International (2013) kebanyakan pasien dengan luka kaki diabetik disebabkan oleh adanya peripheral neuropathy dan peripheral arterial disease (PAD) atau keduanya.

2.2.1 Peripheral Neuropathy (Kerusakan Saraf Perifer)

Peripheral Neuropathy menyebabkan luka kaki diabetik yang diakibatkan dari kerusakan saraf sensorik, motorik, dan otonomik. Pasien dengan kerusakan saraf sensori tidak menyadari adanya trauma pada kulit.

Kehilangan sensasi menyebabkan pasien rentan mengalami trauma fisik, kimia, dan panas. Lecet, kemerahan, atau perdarahan pada kulit disebabkan oleh gerakan yang berlebihan atau alas kaki yang buruk, Jika hal ini terus berlanjut akan menyebabkan terjadinya luka kaki (Woo, Santos, dan Gamba, 2013). Pada pasien dengan kerusakan saraf motorik menyebabkan deformitas pada kaki, seperti hammer toes, dan kaki claw yang mengakibatkaan tekanan yang abnormal pada tonjolan tulang, hal ini menyebabkan rentan terjadinya luka pada kaki. Sedangkan pasien dengan kerusakan saraf otonomik biasanya terkait dengan kulit kering, yang dapat mengakibatkan terjadinya fissure, cracking, dan callus, yang jika terus berlanjut akan menjadi luka kaki.

(22)

2.2.2 Peripheral Arterial Disease (PAD)

Pasien dengan DM dua kali lebih mungkin untuk memiliki PAD daripada pasien yang tidak menderita DM. Peripheral Arterial Disease meningkatkan risiko terjadinya luka, infeksi dan amputasi sebagai akibat dari iskemik yang menyebabkan penurunan pasokan darah dan perfusi jaringan ke ekstremitas bawah. Perlu di ingat bahwa kerika terjadi penurunan aliran darah arteri, microangiopaty (disfungsi pembuluh darah kecil) berpengaruh pada penyembuhan luka yang buruk.

Luka kaki diabetik biasanya terjadi karena dua atau lebih faktor penyebab secara bersamaan. Unsur intrinsik seperti neuropati, PAD, dan deformitas pada kaki disertai dengan trauma ekternal seperti penggunaan alas kaki yang buruk, luka pada kaki seiring berjalannya waktu dapat menjadi luka kaki diabetik. Neuropati Sensori Perifer

2.3 Pengkajian Luka Kaki Diabetik

Registered Nurses’ Association of Ontario (2013) mengemukakan bahwa pengkajian luka kaki diabetik terdiri dari, mengukur panjang dan kedalam luka, jenis eksudat, bau, kulit disekitar luka, nyeri, dan klasifikasi / stadium luka.

2.3.1 Mengukur Panjang, Lebar dan kedalaman luka.

Hal ini sangat penting untuk mengevaluasi apakah luka semakin membaik menuju hasil yang diinginkan. Mengukur kedalaman luka harus diiringi dengan pengukuran panjang dan lebar luka, untuk memberikan data kuantitatif untuk secara akurat menentukan penyembuhan luka.

(23)

Mengukur kedalaman luka dilakukan dengan lembut dengan memasukkan swab tongkat steril atau probe ke dalam luka.

2.3.2 Eksudat

Karakteristik eksudat pada luka memberikan informasi penting tentang status luka. RNAO merekomendasikan menggambarkan jenis eksudat diamati dari luka menggunakan terminologi umum sebagai berikut:

Tabel 2.1. Karakteristik eksudat pada luka kaki diabetik

Jenis Eksudat Cairan kuning jernih tanpa darah, atau

nanah

Serosa

Tipis, berair, merah pucat menjadi merah muda

Seroanguinosa

Berdarah, merah terang Sanguinous

Tebal, berawan, mustard kuning atau cokelat

Purulent / bernanah

2.3.3 Bau

Semua luka, terutama yang diobati dengan moisture retentive dressings, dapat memancarkan bau, dan penting untuk menilai karakteristik bau dari luka tersebut. Perubahan bau mungkin menunjukkan perubahan dalam keseimbangan bakteri. Luka yang infeksi sering mengeluarkan bau yang khas khas dan tidak menyenangkan. Luka nekrotik cenderung memiliki lebih banyak bau dari luka bersih. Luka

(24)

yang terinfeksi anaerob, gangren, cenderung menghasilkan bau tajam atau busuk yang berbeda.

2.3.4 Kulit disekitar Luka

Kondisi kulit disekitar luka memberikan informasi penting tentang status luka sehingga dapat memilih intervensi dan pengobatan pada luka.

Hal-hal yan harus diperhatikan kerika mengkaji kulit disekita luka adalah : 1) Warna dan suhu kulit, kemerahan mungkin menunjukkan tekanan tak henti-hentinya atau peradangan berkepanjangan. Peningkatan suhu (eritema) di daerah luka juga dapat menunjukkan infeksi pada luka, 2) Pembentukan kalus, 3) Edema/pembengkakan yang dapat menunjukkan terjadinya infeksi.

2.3.5 Nyeri

Terjadinya nyeri pada luka adalah indikator kuat dari infeksi luka kronis. Nyeri yang terjadi sering digambarkan seperti rasa terbakar dan tertusuk, dan nyeri biasanya muncul ketika terjadi gerakan atau perubahan posisi kaki.

2.3.6 Klasifikasi / Stadium Luka kaki diabetik

Salah satu yang tertua dan mungkin klasifikasi yang paling terkenal adalah klasifikasi yang diusulkan oleh Wagner dan Meggitt pada tahun 1970-an. Klasifikasi ini dikenal sebagai "Wagner Classification" di Amerika Serikat dan menggunakan enam grade dalam menglasifikasikan luka kaki diabetik.

(25)

Stadium 0 : Tidak terdapat lesi. Kulit dalam keadaan baik, tetapi dengan bentuk tulang kaki yang menonjol (charcot arthropathies).

Stadium 1 : Luka superfisial (sebagian atau keseluruhan)

Stadium 2 : Lesi terbuka dengan penetrasi ke tulang atau tendon (dengan goa)

Stadium 3 : Penetrasi daam, osteomyelitis, pyarhrosis, plantar abses atau infeksi

Stadium 4 : Gangrene sebagian, menyebar hingga sebagian dari jari kaki, kulit sekitarnya selulitis, gangrene lembab / kering.

Stadium 5 : Seluruh kaki dalam kondisi nekrotik dan gangrene.

2.4 Patofisiologi Luka Kaki Diabetik

Terjadinya luka kaki diabetik diawali dengan adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pem buluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya mempermudah terjadinya luka.

3. Kualitas Hidup

3.1 Pengertian Kualitas Hidup

Kualitas hidup menurut WHO (2004) didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai posisi individu dalam hidup, konteks budaya dan sistem nilai dimana individu hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standar

(26)

yang ditetapkan dan perhatian seseorang. Bowling (2003) mengatakan bahwa kualitas hidup merupakan konsep yang dinamis, dimana nilai-nilai dan evaluasi diri dari kehidupan dapat berubah dari waktu ke waktu dalam menghadapi kehidupan, kesehatan, dan pengalaman.

Kualitas hidup merupakan konsep multidimensi yang luas yang biasanya meliputi evaluasi subjektif dari domain kehidupan yang positif maupun negatif. Meskipun kesehatan merupakan salah satu domain penting dari kualitas hidup, ada domain lain juga misalnya, pekerjaan, perumahan, sekolah, lingkungan, domain budaya, nilai - nilai, dan spiritualitas juga merupakan domain penting dari kualitas hidup (CDC, 2011).

Walters (2009) menyatakan bahwa pengukuran kualitas hidup di dalam praktik klinis menjadikan komunikasi dengan pasien menjadi lebih mudah dan membantu mencari tahu informasi tentang berbagai masalah yang dapat mempengaruhi pasien.

Verdugo, Navas, Gómez, dan Schalock (2012) mengatakan bahwa kualitas hidup mencerminkan empat prinsip berikut : 1) kualitas hidup terdiri dari faktor-faktor yang sama untuk semua orang, 2) kualitas hidup merupakan pengalaman seseorang ketika kebutuhannya terpenuhi dan ketika individu memiliki kesempatan untuk meningkatkan pengaturan aktivitas hidup, 3) kualitas hidup terdiri dari komponen subjektif dan objektif, dan 4) kualitas hidup merupakan konsep multidimensi yang dapat dipengaruhi oleh faktor individu maupun faktor lingkungan.

(27)

Moons, Marquet, Budts, dan de Geest (2004) menyebutkan ada 6 kriteria dalam kualitas hidup: 1) kualitas hidup tidak boleh digunakan secara bergantian dengan status kesehatan ataupun kemampuan fisik, 2) kualitas hidup lebih bergantung pada penilaian subjektif daripada parameter objektif, 3) tidak ada perbedaan yang jelas antara indikator - indikator kualitas hidup dengan faktor - faktor yang menentukan kualitas hidup, 4) kualitas hidup dapat berubah dari waktu ke waktu, namun tidak banyak, 5) kualitas dapat dipengaruhi baik secara positif maupun negatif, 6) penilaian kualitas hidup secara keseluruhan lebih disukai daripada kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan (health-related quality of life).

Kualitas hidup merupakan tingkat kepuasaan hidup secara keseluruhan baik positif maupun negatif yang dipengaruhi oleh persepsi individu dari domain - domain penting bagi kehidupan mereka, yang berhubungan dengan kesehatan maupun tidak (Moons, et al., 2004). Faktor – faktor lain seperti keluarga, pekerjaan, kesehatan, dll mungkin memiliki dampak positif maupun negatif bagi kualitas hidup seseorang.

3.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas hidup 3.2.1 Usia

Kualitas hidup individu dengan usia muda akan lebih baik karena kondisi fisiknya yang lebih baik dibandingkan yang berusia tua (Utami, Karim, & Agrina, 2014)

(28)

3.2.2 Status pernikahan

Utami, Karim, dan Agrina (2014) mengatakan bahwa pasien yang mempunyai pasangan atau sudah menikah memiliki kualitas hidup yang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena pasien mendapatkan dukungan dari pasangannya.

3.2.3 Pekerjaan

Moons dan koleganya (2004) mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara individu yang berstatus sebagai pelajar, penduduk yang bekerja, individu yang tidak bekerja (atau sedang mencari pekerjaan), dan individu yang tidak mampu bekerja (atau memiliki disablity tertentu).

3.3 Aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas hidup pasien luka kaki diabetik 3.3.1 Aspek fisik

Luka kaki diabetik memberikan dampak yang signifikan terhadap kesehatan fisik seseorang, khususnya berkurangnya mobilitas yang diakibatkan oleh luka kaki diabetik (Gilpin & Lagan, 2008).

3.3.2 Aspek psikologis

Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa orang – orang dengan luka kaki diabetik menghadapi banyak masalah psikologis dan emosional (Gilpin dan Lagan 2008). Brod M (1998 dalam Gilpin & Lagan, 2008) mengatakan bahwa sebagian besar individu dengan luka kaki diabetik mengalami frustasi, marah dan rasa bersalah yang diakibatkan oleh penyakit yang di derita.

(29)

3.3.3 Aspek sosial

Ashford, McGee, & Kinmond (2000 dalam Gilpin & Lagan, 2008) Menyatakan bahwa seseorang dengan luka kaki diabetik banyak bergantung pada keluarga dan teman – teman mereka untuk melaksanakan tugas yang tidak mampu mereka lakukan, seperti mengganti balutan luka, dan merawat luka. Hal ini terkadang dapat menyebabkan masalah hubungan keluarga. Seluruh individu melaporkan bahwa kehilangan mobilitas berarti bahwa mereka tidak dapat melakukan aktivitas sehari- hari, seperti berbelanja atau mandi.

3.3.4 Aspek ekonomi

Brod M (1998 dalam Gilpin & Lagan, 2008) mengatakan bahwa seseorang yang hidup dengan luka kaki diabetik akan berpengaruh terhadap kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan, yang mengakibatkan adanya masalah pada keuangan. Sekitar 50% individu melaporkan tidak lagi berkerja karena luka kaki diabetik yang dimilikinya dan 50% lagi mengatakan bahwa karirnya terbatas.

4. Kuesioner SF-36

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah Short Form 36 atau SF-36 dari The Medical Outcomes Study berisi 36 item yang didesain sebagai alat ukur kualitas hidup. SF-36 pada awalnya diterbitkan pada tahun 1988, dan pada tahun 1996, SF-36 mulai dievaluasi dengan versi 2.0 (SF-36v2TM) dengan bentuk pertanyaan yang lebih sederhana dan lebih mudah digunakan. Untuk memudahkan kuesioner ini, pertanyaan dalam SF-36v2TM diterjemahkan oleh IQOLA ke dalam

(30)

beberapa bahasa termasuk bahasa Indonesia tanpa mengubah makna aslinya dan telah di publikasi (RAND Corporation & Ware, 1996).

SF-36 merupakan instrumen umum yang paling sering digunakan, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Ribu et al. (2007), Valensi et al. (2011), Yekta et al. (2011) yang merupakan penelitian kualitas hidup pada pasien dengan sindrom kaki diabetes (Zelenikova, et al., 2014). Sebagai instrumen generik, SF - 36 dirancang untuk dapat diterapkan pada berbagai jenis dan tingkat keparahan kondisi kesehatan (RAND Corporation & Ware, 1996).

SF-36 adalah sebuah kuesioner yang mengukur kualitas hidup pasien berdasarkan 8 domain sebagai berikut (Almeida, Silveira, & Santo et., al 2013) :

1. Fungsi fisik

Terdiri dari 10 pertanyaan yang menilai kemampuan pasien melakukan aktivitas fisik seperti mandi, berpakaian, berjalan, membungkuk, dan menaiki tangga. Nilai yang rendah menunjukkan keterbatasan semua aktivitas tersebut, sedangkan nilai yang tinggi menunjukkan kemampuan melakukan semua aktivitas fisik.

2. Keterbatasan peran karena masalah fisik

Terdiri dari 4 pertanyaan yang mengevaluasi seberapa besar kesehatan fisik pasien mengganggu pekerjaan atau aktivitas sehari-hari. Nilai yang rendah menunjukkan bahwa kesehatan fisik menimbulkan masalah terhadap pekerjaan/aktivitas sehari-hari. Nilai yang tinggi menunjukkan kesehatan fisik tidak menimbulkan maslah terhadap pekerjaan ataupun aktivitas sehari-hari.

(31)

3. Nyeri tubuh

Terdiri dari 2 pertanyaan yang mengevaluasi intensitas nyeri dan efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari. Nilai yang rendah menunjukkan rasa nyeri yang parah dan sangat membatasi aktivitas. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak ada rasa nyeri yang dirasakan sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.

4. Kesehatan secara umum

Terdiri dari 5 pertanyaan yang mengevaluasi persepsi pasien terhadap status kesehatan. Nilai yang rendah menunjukkan persepsi terhadap kesehatan diri sendiri buruk atau semakin memburuk. Nilai yang tinggi menunjukkan persepsi terhadap kesehatan diri sendiri sangat baik.

5. Vitalitas / Energi

Terdiri dari 4 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat kelelahan, dan semangat.

Nilai yang rendah menunjukkan perasaan lelah, dan tidak semngat. Nilai yang tinggi menunjukkan perasaan penuh semangat.

6. Fungsi Sosial

Terdiri dari 2 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat kesehatan fisik atau masalah emosional mengganggu aktivitas sosial. Nilai yang rendah menunjukkan aktivitas sosial yang sering terganggu. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak ada gangguan pada aktivitas sosial sehari-hari.

7. Keterbatasan peran karena masalah emosional

Terdiri dari 3 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat dimana masalah emosional mengganggu pekerjaan atau aktivitas sehari-hari. Nilai yang rendah menunjukkan masalah emosional mengganggu aktivitas dan pekerjaan, bahkan

(32)

tidak dapat bekerja seperti biasanya. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak ada gangguan dalam pekerjaan atau aktivitas sehari-hari karena masalah emosional.

8. Kesehatan mental

Terdiri dari 5 pertanyaan yang mengevaluasi sejauhmana perasaan cemas, depresi, kebahagiaan, dan kesejahteraan mempengarugi kehidupan. Nilai yang rendah menunjukkan perasaan depresi dan putus asa sepanjang waktu. Nilai yang tinggi menunjukkan perasaan penuh kedamaian, bahagia, dan tenang.

(33)

KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Penelitian

Kerangka konsep ini bertujuan untuk menggambarkan kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre Medan. Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Skema 3.1 Kerangka penelitian kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre Medan

Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik

a. Fungsi fisik

b. Keterbatasan peran fisik c. Nyeri tubuh

d. Kesehatan secara umum

e. Vitalitas / Energi f. Fungsi sosial

g. Keterbatasan peran karena masalah emosional h. Kesehatan mental

Buruk Baik

(34)

Tabel 3.1. Depenisi operasional variabel penelitian

Variabel Definisi Operasional Alat ukur Hasil Ukur Skala Kualitas

hidup pasien luka kaki diabetik

Persepsi atau pandangan individu dalam menghadapi masalah luka pada kaki yang merupakan komplikasi dari penyakit DM yang dideritanya

Kuesioner SF-36v2 yang teridiri dari 36 pertanyaan

0-50 kualitas hidup buruk 51-100 kualitas hidup baik

Ordinal

Kualitas hidup berdasarkan domain fungsi fisik

Kemampuan pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari

Kuesioner SF-36v2 terdiri dari 10

pertanyaan

0-50 kualitas hidup buruk 51-100 kualitas hidup baik

Ordinal

Kualitas hidup berdasarkan domain keterbatasan peran karena masalah fisik

Kesehatan fisik mengganggu pekerjaan/aktivitas

Kuesioner SF-36v2 terdiri dari 4 pertanyaan

0-50 kualitas hidup buruk 51-100 kualitas hidup baik

Ordinal

Kualitas hidup berdasarkan domain nyeri tubuh

Rasa sakit atau tidak nyaman yang

dirasakan pasien

Kuesioner SF-36v2 terdiri dari 2 pertanyaan

0-50 kualitas hidup buruk 51-100 kualitas hidup baik

Ordinal

Kualitas hidup berdasarkan domain kesehatan secara umum

Persepsi pasien terhadap status kesehatan secara umum

Kuesioner SF-36v2 terdiri dari 5 pertanyaan

0-50 kualitas hidup buruk 51-100 kualitas hidup baik

Ordinal

(35)

Variabel Definisi Operasional Alat ukur Hasil Ukur

Skala Kualitas hidup

berdasarkan domain vitalitas/energi

Rasa lelah dan semangat yang dirasakan dalam melakukan aktivitas sehari-hari

Kuesioner SF-36v2 terdiri dari 4 pertanyaan

0-50 kualitas hidup buruk 51-100 kualitas hidup baik

Ordinal

Kualitas hidup berdasarkan domain fungsi sosial

Aktivitas pasien dengan teman, keluarga, dan lingkungannya

Kuesioner SF-36v2 terdiri dari 2 pertanyaan

0-50 kualitas hidup buruk 51-100 kualitas hidup baik

Ordinal

Kualitas hidup berdasarkan domain keterbatasan peran karena masalah emosional

Masalah emosional mengganggu pekerjaan/aktivitas

Kuesioner SF-36v2 terdiri dari 3 pertanyaan

0-50 kualitas hidup buruk 51-100 kualitas hidup baik

Ordinal

Kualitas hidup berdasarkan domain kesehatan mental

Perasaan bahagia, cemas, depresi, mempengaruhi kehidupan pasien

Kuesioner SF-36v2 terdiri dari 5 pertanyaan

0-50 kualitas hidup buruk 51-100 kualitas hidup baik

Ordinal

(36)

BAB 4

METODELOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre Medan.

2. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien dengan luka kaki diabetik yang menjalani perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre Medan. Jumlah pasien dengan luka kaki diabetik di Asri Wound Care Centre pada bulan Januari sampai September 2015 adalah 310 orang.

2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan secara kebetulan ada atau tersedia (Notoajmodjo, 2012). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 20 pasien luka kaki diabetik.

(37)

3. Lokasi dan Waktu penelitian 3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Asri Wound Care Centre, Jalan Suluh Gg.

Mahmud No.41 Medan, Sumatera Utara. Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut karena Asri Wound Care Centre merupakan klinik perawatan luka modern yang lebih spesifik dalam menangani luka diabetik.

3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015 – Juli 2016, dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni 2016

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan pengesahan dari Komisi Etik Penelitian Keperawatan dan mendapatkan izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, lalu mengirimkan surat izin ke Asri Wound Care Centre sebagai tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan dari Pimpinan Asri Wound Care Centre peneliti mulai mengumpulkan data dengan memberikan lembar persetujuan (informed consent) kepada responden yang diteliti. Sebelum responden mengisi dan menandatangani lembar persetujuan, peneliti menjelaskan maksud, tujuan, prosedur penelitian dan penelitian ini bersifat sukarela sesuai dengan ketentuan yang berlaku tanpa adanya tekanan baik secara fisik maupun psikologis. Peneliti menanyakan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan tersebut.

Responden memiliki hak untuk menolak keikutsertaannya dalam penelitian ini atau mengundurkan diri, peneliti tidak memaksa dan menghormati haknya.

(38)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data. Peneliti cukup memberikan kode pada masing-masing lembar tersebut. Kerahasiaan catatan tentang data responden dijaga dengan tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian tetapi hanya menuliskan inisial nama saja untuk menjaga kerahasiaan semua informasi yang diberikan.

5. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner, pada bagian pertama instrumen berisi data demografi yang meliputi: usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, status pernikahan, dan lama menderita luka kaki diabetik. Data demografi bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden dan mendeskripsikannya dalam distribusi frekuensi dan presentase.

Instrumen kedua berisi kuesioner untuk mengukur kualitas hidup dengan menggunakan instrumen SF-36v2TM . SF-36v2TM terdiri dari 36 pertanyaan dan dibagi dalam 8 domain, tiap-tiap pertanyaan mempunyai tipe dan pilihan jawaban yang berbeda. Nilai dari tiap-tiap pertanyaan yang di peroleh berdasarkan pilihan jawaban responden di kuesioner diubah ke transformed score. Transformed score merupakan nilai dalam rentang 0 – 100 yang sudah ditentukan (RAND Corporation & Ware, 1996). Selanjutnya, menentukan nilai rata-rata dari setiap domain. Ware mengatakan dalam The SF Community (2016) bahwa kualitas hidup dikatakan baik apabila nilai rata-rata lebih dari 50, dan dikatakan buruk jika nilai rata-rata kurang dari 50

(39)

Untuk menilai kualitas hidup pasien luka kaki diabetik terdiri dari 8 domain, sebagai berikut :

1. Fungsi fisik ada 10 pertanyaan pada nomor 3a, 3b, 3c, 3d, 3e, 3f, 3g, 3h, 3i, dan 3j. Terdiri dari 3 pilihan jawaban, jika jawaban 1 maka skor 0, jawaban 2 = 50, jawaban 3= 100.

2. Keterbatasan peran karena masalah fisik ada 4 pertanyaan pada nomor 4a, 4b, 4c, dan 4d. Terdiri dari 4 pilihan jawaban, jika jawaban 1= 0, jawaban 2= 25, jawaban 3= 50, jawaban 4=75, jawaban 5=100.

3. Nyeri tubuh ada 2 pertanyaan pada nomor 7 terdiri dari 6 pilihan jawaban dengan skor jawaban 1= 100, jawaban 2= 80, jawaban 3= 60, jawaban 4= 40, jawaban 5= 20, dan jawaban 6= 0. Nomor 8 terdiri dari 5 pilihan jawaban, jawaban 1= 100, jawaban 2= 75, jawaban 3= 50, jawaban 4= 25, dan jawaban 5 = 0

4. Kesehatan secara umum ada 5 pertanyaan pada nomor 1, 11b, dan 11d. terdiri dari 5 pilihan jawaban dengan skor jawaban 1= 100, jawaban 2= 75, jawaban 3=

50, jawaban 4= 25, dan jawaban 5 = 0. Untuk pertanyaan nomor 11a, dan 11c terdiri dari 5 pilihan jawaban jika jawaban 1= 0, jawaban 2= 25, jawaban 3= 50, jawaban 4=75, jawaban 5=100.

5. Energi/vitalitas ada 4 pertanyaan pada nomor 9a, dan 9e, terdiri dari 5 pilihan jawaban dengan skor jawaban 1= 100, jawaban 2= 75, jawaban 3= 50, jawaban 4=

25, dan jawaban 5 = 0. Untuk pertanyaan nomor 9g, dan 9i terdiri dari 5 pilihan jawaban, jika jawaban 1= 0, jawaban 2= 25, jawaban 3= 50, jawaban 4= 75, jawaban 5= 100.

(40)

6. Fungsi sosial ada 2 pertanyaan pada nomor 6, terdiri dari 5 pilihan jawaban dengan jawaban 1= 100, jawaban 2= 75, jawaban 3= 50, jawaban 4= 25, dan jawaban 5= 0. Pertanyaan nomor 10 terdiri dari 5 pilihan jawaban, jika jawaban 1= 0, jawaban 2= 25, jawaban 3= 50, jawaban 4= 75, jawaban 5= 100.

7. Keterbatasan peran karena masalah emosional ada 3 pertanyaan pada nomor 5a, 5b, dan 5c. Terdiri dari 5 pilihan jawaban dengan skor jawaban jawaban 1= 0, jawaban 2= 25, jawaban 3= 50, jawaban 4= 75, jawaban 5= 100.

8. Kesehatan mental ada 5 pertanyaan, pada nomor 9b, 9c, dan 9f, terdiri dari 5 pilihan jawaban dengan skor jawaban 1= 0, jawaban 2= 20, jawaban 3= 40, jawaban 4= 60, jawaban 5= 80, dan jawaban 6= 100.Untuk pertanyaan nomor 9h 1= 100, jawaban 2= 75, jawaban 3= 50, jawaban 4= 25, dan jawaban 5 = 0.

6. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen 6.1 Uji Validitas

Validitas merupakan pengukuran dan pengamatan yang berarti keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Intrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur (Nursalam, 2009). Intrumen SF- 36v2TM merupakan intrumen baku yang sudah tervalidasi dan sudah di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh International Quality of Life Assesment (IQOLA).

6.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan pada 10 responden yang merupakan pasien luka kaki diabetik di poliklinik penyakit dalam RSUP H. Adam Malik Medan. Dari hasil analisa yang digunakan dengan Cronbach Alpha

(41)

didapatkan nilai koefisien reliabilitas 0,93 sehingga peneliti menyimpulkan bahwa kuesioner tersebut sudah reliable untuk digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini. Suatu instrumen dikatakan reliabel bila koefisiennya 0,70 atau lebih (Polit & Beck, 2012).

7. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan terlebih dahulu mendapatkan izin pelaksanaan penelitian dari institusi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari Asri Wound Care Centre Medan. Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian.

Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat, dan proses pengisian kuesioner sebelum menanyakan kesediaannya untuk terlibat.

Selanjutnya peneliti meminta kesediaan calon responden untuk menandatangani informed consent sebagai bentuk persetujuan bersedia menjadi responden.

Kemudian peneliti membacakan isi kuesioner untuk dijawab oleh responden.

Selanjutnya peneliti mengolah/menganalisa data yang telah terkumpul.

8. Analisis Data dan Pengolahan Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis univariate yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahap yang terdiri dari editing untuk memeriksa kembali kelengkapan data responden serta memastikan bahwa semua pernyataan telah diisi. Selanjutnya setiap kuesioner diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data (tabulation). Selanjutnya processing yaitu memasukkan data dari lembar

(42)

observasi ke dalam program komputer (entry data) dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi, dan hasilnya akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Data demografi akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase.

(43)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai gambaran kualitas hidup. Jumlah responden pada penelitian ini berjumlah 20 orang. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2016.

1.1 Karateristik Demografi pasien

Data demografi pasien disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan usia, jenis kelamin, status pernikahan, dan lama menderita luka kaki diabetik.

(44)

Tabel 5.1. Karakteristik pasien luka kaki diabetik yang menjalani perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre (n=20)

No Karakterisitik Frekuensi

(n)

Persentase (%)

1. Usia (Hurlock, 1980) : 18 - 40 tahun (dewasa awal) 41 - 60 tahun (dewasa tengah)

>61 tahun (dewasa akhir)

0 15 5

- 75,0 25,0 2. Jenis Kelamin:

Laki-laki Perempuan

8 12

40,0 60,0 3. Pendidikan Terakhir :

SD SMP SMA

Perguruan Tinggi

1 9 7 3

5,0 45,0 35,0 15,0 4. Status Pernikahan:

Belum Menikah Menikah

Duda/Janda Bercerai

0 18 2 0

- 90,0 10,0 - 5. Lama Menderita Luka Kaki Diabetik

<1 Tahun

> 1 Tahun

13 7

65,0 35,0

Dari tabel 5.1. diketahui bahwa jumlah pasien yang paling banyak adalah berusia 40-61 tahun yaitu sebanyak 15 pasien (75%), diikuti dengan yang berusia > 61 tahun sebanyak 5 pasien (25%), jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 12 pasien (60%). Pendidikan terakhir pasien kebanyakan adalah SMP (45%) diikuti SMA (35%). Status pernikahan paling banyak adalah menikah yaitu 18 pasien (90%). Kebanyakan dari pasien menderita luka kaki diabetik < 1 tahun sebanyak 13 pasien (65%).

(45)

1.2 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik

Berdasarkan hasil penelitian dapat dillihat gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik pada tabel berikut ini.

Tabel 5.2. Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Centre (n=20)

No Kualitas Hidup Frekuensi

(n)

Persentase (%)

1. Buruk 12 60,0

2. Baik 8 40,0

Secara keseluruhan gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik paling banyak dalam kategori buruk sebanyak 12 pasien (60%), dan kategori baik sebanyak 8 pasien (40%).

1.2.1 Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik berdasarkan Domain Fungsi Fisik.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dillihat gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain fungsi fisik pada tabel berikut ini.

Tabel 5.3 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Center berdasarkan Domain Fungsi Fisik (n=20)

No Kualitas Hidup Frekuensi

(n)

Persentase (%)

1. Buruk 16 80,0

2. Baik 4 20,0

Total 20 100

Berdasarkan tabel 5.3, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 16 orang (80%) memiliki kualitas hidup berdasarkan fungsi fisik yang buruk

(46)

1.2.2 Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik berdasarkan Domain Keterbatasan Peran karena Masalah Fisik.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dillihat gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain keterbatasan peran karena masalah fisik pada tabel berikut ini.

Tabel 5.4 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Center berdasarkan Domain Keterbatasan Peran karena Masalah Fisik (n=20)

No Kualitas Hidup Frekuensi

(n)

Persentase (%)

1. Buruk 16 80,0

2. Baik 4 20,0

Total 20 100

Berdasarkan tabel 5.4, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 16 orang (80%) memiliki kualitas hidup berdasarkan keterbatasan peran karena masalah fisik yang buruk.

1.2.3 Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik berdasarkan Domain Nyeri Tubuh.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dillihat gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain nyeri tubuh pada tabel berikut ini.

Tabel 5.5 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Center berdasarkan Domain Nyeri Tubuh (n=20)

Kualitas Hidup Frekuensi

(n)

Persentase (%)

Buruk 13 65,0

Baik 7 35,0

Total 20 100

(47)

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 13 orang (65%) memiliki kualitas hidup berdasarkan nyeri tubuh yang buruk.

1.2.4. Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik berdasarkan Domain Kesehatan Secara Umum.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dillihat gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain kesehatan secara umum pada tabel berikut ini

Tabel 5.6 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Center berdasarkan Domain Kesehatan Secara Umum (n=20)

Kualitas Hidup Frekuensi

(n)

Persentase (%)

Buruk 18 90,0

Baik 2 10,0

Total 20 100

Berdasarkan tabel 5.6, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 18 orang (90%) memiliki kualitas hidup berdasarkan domain kesehatan secara umum yang buruk.

1.2.5. Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik berdasarkan Domain Energi/vitalitas

Berdasarkan hasil penelitian dapat dillihat gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain energi pada tabel berikut ini Tabel 5.7 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang

Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Center berdasarkan Domain Energi (n=20)

No Kualitas Hidup Frekuensi

(n)

Persentase (%)

1. Buruk 3 15,0

2. Baik 17 85,0

Total 20 100

(48)

Berdasarkan tabel 5.7, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 17 orang (85%) memiliki kualitas hidup berdasarkan domain energi yang baik.

1.2.6. Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik berdasarkan Domain Fungsi Sosial.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dillihat gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain fungsi sosial pada tabel berikut ini

Tabel 5.8 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Center berdasarkan Domain Fungsi Sosial (n=20)

Kualitas Hidup Frekuensi

(n)

Persentase (%)

Buruk 16 80,0

Baik 4 20,0

Total 20 100

Berdasarkan tabel 5.8, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 16 orang (80%) memiliki kualitas hidup berdasarkan domain fungsi sosial yang buruk.

1.2.7. Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik berdasarkan Domain Keterbatasan Peran karena Masalah Emosional.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dillihat gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain keterbatasan peran karena masalah emosional pada tabel berikut ini

(49)

Tabel 5.9 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Center berdasarkan Domain Keterbatasan Peran karena Masalah Emosional (n=20)

No Kualitas Hidup Frekuensi

(n)

Persentase (%)

1. Buruk 15 75,0

2. Baik 5 25,0

Total 20 100

Berdasarkan tabel 5.9, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 15 orang (75%) memiliki kualitas hidup berdasarkan domain keterbatsan peran karena masalah emosional yang buruk

1.2.8. Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik berdasarkan Domain Kesehatan Mental.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dillihat gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain kesehatan mental pada tabel berikut ini

Tabel 5.10 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Center berdasarkan Domain Kesehatan Mental (n=20)

No Kualitas Hidup Frekuensi

(n)

Persentase (%)

1. Buruk 0 -

2. Baik 20 100,0

Total 20 100

Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat bahwa seluruh responden yaitu sebanyak 20 orang (100%) memiliki kualitas hidup berdasarkan domain kesehatan mental yang baik.

(50)

2. Pembahasan

Hasil penelitian ini disajikan dengan mengacu pada tujuan penelitian yaitu menggambarkan kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre.

2.1 Gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik

Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik paling banyak dalam kategori buruk yaitu sebanyak 12 pasien (60%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Almeida, dkk (2013) yang mendapatkan hasil bahwa pasien dengan luka kaki diabetes memiliki kualitas hidup yang rendah jika dilihat dari seluruh domain, dengan domain fungsi fisik, sosial, dan keterbatasan peran karena masalah emosional yang paling mempengaruhi. Zelenikova, dkk (2014) juga mengatakan bahwa luka kaki diabetik menyebabkan dampak yang negatif pada semua aspek kualitas hidup (Zelenikova, et al., 2014). Penurunan kualitas hidup pasien dengan luka diabetes disebabkan karena sifat penyakit yang kronik sehingga dapat berdampak pada pengobatan dan terapi yang dijalanim (Utami, et al., 2014).

Gilpin dan Lagan (2008) mengatakan bahwa berkurangnya mobilitas dan adaptasi dengan perubahan gaya hidup merupakan faktor utama menurunnya kualitas hidup pasien luka kaki diabetik. Luka kaki diabetik merupakan penyakit menahun yang kemungkinan besar mengalami gangguan dalam berbagai aspek kehidupan sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup (Utami, et al., 2014).

(51)

2.2 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan aspek fungsi fisik Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik dilihat dari aspek fungsi fisik paling banyak dalam kategori buruk yaitu sebanyak 16 pasien (80%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Zelenikova, dkk (2014) yang mendapatkan hasil bahwa pasien dengan luka kaki diabetik memiliki kualitas hidup yang lebih buruk dilihat dari domain fisik.

Luka kaki diabetik menyebabkan keterbatasan mobilitas pasien, sehingga meningkatkan ketergantungan pasien terhadap orang lain, hal ini juga dapat menyebabkan masalah dengan lingkungan sosial dan hubungan interpersonal sehingga menyebabkan menurunnya kualitas hidup pasien. (Vileikyte, 2005).

2.3 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain keterbatasan peran karena masalah fisik

Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik dilihat dari domain keterbatasan peran karena masalah fisik paling banyak dalam kategori buruk yaitu sebanyak 16 pasien (80%). Pasien luka kaki diabetik yang menjadi responden dalam penelitian ini pada umumnya sudah tidak bekerja lagi, hal ini disebabkan karena luka kaki yang diderita maupun karena faktor usia.

Penelitian yang dilakukan oleh Walters dan Holloway (2013), yang dilakukan terhadap 66 orang responden menghasilkan bahwa 65,2 % pasien tidak lagi bekerja dan 21,2 % pasien mengganti jenis pekerjaan karena luka kaki diabetik yang pasien derita. Penelitian yang dilakukan oleh Utami, dkk (2014) mendapatkan hasil bahwa rasa gelisah dan kesakitan terkadang membuat pasien tidak bisa bekerja seperti biasanya dan mengahambat

(52)

aktivitas atau rutinitas sehari-hari. Luka kaki diabetik menyebabkan berkurangnya lapangan pekerjaan bagi penderita, sehingga menyebabkan masalah dalam hal ekonomi yang dapat mempengaruhi kualitas hidup (Nasirizibia, et al., 2015).

2.4 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain nyeri tubuh Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik dilihat dari domain nyeri tubuh paling banyak dalam kategori buruk yaitu sebanyak 13 pasien (65%). Pasien mengatakan rasa nyeri ada pada malam hari pada saat ingin tidur, dan ketika berjalan, sehingga hal ini menggangu aktivitas pasien sehari-hari dan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bradbury dan Price (2011) yang menyatakan bahwa rasa nyeri yang dirasakan pasien terjadi ketika ingin tidur, berpakaian, berdiri dan berjalan maupun berjalan jarak pendek.

Vileikyte (2005) mengatakan bahwa rasa nyeri dapat menyebabkan depresi pada pasien, yang dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup dilihat dari domain kesehatan mental.

2.5 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain kesehatan secara umum

Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik dilihat dari domain kesehatan secara umum paling banyak dalam kategori buruk yaitu sebanyak 18 pasien (90%). Penelitian yang dilakukan oleh Almeida, dkk (2013) mengatakan bahwa luka kaki diabetik menyebabkan perubahan gaya hidup, perubahan pola tidur, dan penderitaan pada pasien. Kondisi ini mencegah pasien melakukan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IIG Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2017 berikut kami

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IIG Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2017 berikut kami

The application of personal journal writing as the part of teaching and learning process in the classroom helps the students improve their ability in writing recount text

48  ASRM  ASURANSI RAMAYANA Tbk 

Scaffolded Reading Experience strategy can be categorized as moderately effective and better alternative than the strategy commonly used by the teacher to teach

[r]

Data dalam penelitian ini, yaitu; (1) RPP yang dibuat guru dan peneliti secara kolaborasi yang mencakup perencanaan, pelaksanaan serta hasil pengamatan dan

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk menjual saham