• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.4 Kualitas Hidup Subjek per Aspek

Pada kuesioner penelitian ini terdapat 11 pertanyaan yang dibagi dalam 4 aspek, yaitu 3 pertanyaan mengenai aspek kemampuan fisik (pertanyaan 4,5, dan 6), 5 pertanyaan mengenai aspek hubungan sosial (pertanyaan 1,2,7,8, dan 9), 1 pertanyanan mengenai kesehatan umum (pertanyaan 3), dan 2 pertanyaan mengenai aspek psikologis (pertanyaan 10 dan 11).

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Perempuan Menopause Penderita Periodontitis berdasarkan Aspek Kemampuan Fisik

Tidak

Pada tabel 13, didapati bahwa prevalensi terbanyak pada pengaruh sangat kuat yaitu pada pertanyaan pengaruh terhadap mengunyah makanan yang keras sebesar 40%, kemudian diikuti pengaruh terhadap pemilihan jenis makanan sebesar 35%, dan tidak ada satupun pengaruh sangat kuat pada pertanyaan pengaruh terhadap kesulitan berbicara.

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Perempuan Menopause Penderita Periodontitis berdasarkan Aspek Hubungan Sosial

Tidak

Pada tabel 14, didapati bahwa prevalensi terbanyak pada pengaruh sangat kuat yaitu pada pertanyaan pengaruh terhadap penampilan sebesar 40%, kemudian diikuti pengaruh terhadap harga diri sebesar 35%, dan prevalensi terendah pada pertanyaan pengaruh terhadap hubungan sosial yaitu 6,7%.

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Perempuan Menopause Penderita Periodontitis berdasarkan Aspek Kesehatan Umum

Tidak pertanyaan pengaruh terhadap kesehatan umum melainkan pengaruh kuat sebesar 45%.

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Perempuan Menopause Penderita Periodontitis berdasarkan Aspek Psikologis

Tidak

Pada tabel 16, didapati bahwa prevalensi terbanyak pada pengaruh sangat kuat yaitu pada pertanyaan pengaruh terhadap suasana hati sebesar 40%, dan prevalensi terendah pada pertanyaan pengaruh terhadap kecemasan yaitu 10%.

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kualitas hidup perempuan menopause penderita periodontitis di Instalasi periodonsia RSGM USU dan Praktik dokter gigi spesialis periodonsia di Kota Medan: berkaitan dengan kondisi gigi geligi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan melalui data sekunder, yaitu status periodontitis di Instalasi periodonsia RSGM USU dan praktik dokter gigi spesialis di Kota Medan. Penelitian ini tentunya tidak lepas dari berbagai kendala dan rintangan. Kendala yang di temukan pada saat penelitian diantaranya sulitnya mencari subjek penelitan dikarenakan subjek harus dari RSGM USU dan Praktik dokter gigi yang sudah didiagnosis periodontitis oleh spesialis periodonsia dan sulitnya menghubungi pasien di era pandemi COVID-19 sehingga jumlah sampel yang bersedia untuk penelitian berjumlah 60 orang.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kualitas hidup wanita menopause penderita periodontitis di Kota Medan memiliki nilai rata-rata 30,35 dan sebesar 40% mempersepsikan bahwa kondisi gigi memiliki pengaruh sangat kuat terhadap kualitas hidup. Data hasil penelitian menunjukkan tingkat keparahan periodontitis paling banyak yaitu pada stage 3 dan grade B sebesar 68,3% dan kelompok fase menopause paling banyak yaitu dari kelompok fase perimenopause sebesar 48,3%.

Dari hasil penelitian ini didapati tingkat kualitas hidup perempuan menopause berdasarkan stage periodontitis. Prevalensi yang terbanyak yaitu pada stage III dan stage IV yang mana pada stage tersebut memiliki pengaruh sangat kuat sebesar 40%

dan pengaruh sedang 35%. Didapati juga tingkat kualitas hidup perempuan menopause berdasarkan grade periodontitis dengan persentase terbanyak yaitu pada grade B dan grade C, pada grade tersebut memiliki pengaruh sangat kuat 40% dan pengaruh sedang sebesar 35%. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi keparahan periodontitis maka semakin buruk juga kualitas hidupnya. Perempuan

menopause dengan periodontitis yang parah beranggapan bahwa kondisi giginya berpengaruh terhadap penurunan kualitas hidupnya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Debaz C dkk. ini juga menunjukkan bahwa menopause dengan periodontitis memiliki kualitas hidup yang lebih buruk daripada subjek yang sehat.16 Hal ini bisa disebabkan karena terjadinya penurunan kadar estradiol yang menyebabkan penurunan aliran saliva, yang berdampak pada kesehatan mulut, termasuk kesehatan jaringan periodontal.14

Pada hasil penelitian ini didapati tingkat kualitas hidup berdasarkan fase menopause. Prevalensi terbanyak pada subjek yaitu pada fase perimenopause pada fase tersebut memiliki pengaruh sangat kuat. Hal ini dikarenakan usia subjek pada penelitian memiliki rentang usia terbanyak yaitu rentang 46 sampai 57 tahun dimana subjek berada fase perimenopause dan pada fase tersebut terjadi perubahan hormon yang menyebabkan perubahan fisiologis pada rongga mulut sehingga menagganggu aktivitas sehari-hari.6 Pada persentase tersebut tidak menunjukkan bahwa fase menopause mempengaruhi tingkat kualitas hidup pasien. Pada penelitian ini keparahan periodontitis menunjukkan pengaruh terhadap kualitas hidup dikarenakan kondisi gigi berhubungan dengan sistem stomatognasi, seperti pengunyahan, bicara, dan penelanan sehingga periodontitis lebih berpengaruh pada kualitas hidup pasien dibandingkan dengan menopause.

Dari hasil penelitian ini didapati juga tingkat kualitas hidup berdasarkan kehilangan gigi. Prevalensi terbanyak pada subjek yaitu kehilangan kurang dari 6 gigi sebesar 73,3% dan terendah yaitu kehilangan lebih dari 10 gigi sebesar 1,7%.

Penelitian yang dilakukan oleh Adhiatman ini juga menunjukkan kehilangan gigi kurang dari 6 merupakan kelompok tertinggi dengan persentase 65,1% dan terendah kelompok dengan kehilangan gigi lebih dari 10 gigi dengan persentase 13,8%.

Kehilangan gigi dikarenakan oleh berbagai keadaan misalnya pencabutan karna karies, gigi yang hilang karena penyakit periodontal atau trauma gigi yang dapat mengganggu fungsi pengunyahan, estetis, bahkan hubungan sosial. Penelitian McGrath menunjukkan hilangnya satu atau beberapa gigi dapat menyebabkan gangguan fungsi dan estetika yang dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang.

Dari hasil penelitian ini didapati kualitas hidup dari beberapa item pertanyaan.

Pada aspek kemampuan fisik, item pertanyaan yang paling berpengaruh sangat kuat adalah pengaruh kondisi gigi geligi terhadap mengunyah makanan yang keras sebanyak 40%. Dimana subjek kesulitan mengunyah makanan yang keras dikarenakan sudah banyak gigi yang hilang, sehingga subjek mengonsumsi makanan yang lebih lembut. Penelitian Rizkillah MN pada tahun 2019 juga menunjukkan bahwa individu biasanya cenderung untuk mengonsumsi makanan yang lebih lembut karena kesulitan saat mengonsumsi makanan dan apabila mengonsumsi makanan yang lebih keras akan menimbulkan rasa sakit.61

Pada penelitian terlihat bahwa pada aspek hubungan sosial, pertanyaan yang paling berpengaruh sangat kuat adalah pengaruh kondisi gigi geligi terhadap penampilan sebanyak 41,7%. Pasien mengeluhkan kurang percaya diri pada saat tersenyum dan pasien enggan untuk berpergian atau keluar rumah dikarenakan gigi yang hilang terutama pada anterior. Penelitian Davis di London juga menunjukkan bahwa 45% dari pasien yang mengalami kehilangan gigi merasa kurang percaya diri dan tidak ingin dilihat oleh orang lain.62

Dalam penelitian ini didapatkan juga pada item pertanyaan berhubungan dengan aspek kesehatan umum. Kondisi gigi geligi pada penelitian ini memiliki pengaruh kuat sebanyak 45% terhadap kualitas hidupnya. Hal ini disebabkan karena kesulitan makan atau terhenti saat sedang makan makanan keras dikarenakan sudah banyak gigi yang hilang yang merupakan kondisi yang paling berdampak pada kesehatan dirinya.

Sedangkan pada aspek psikologis, pertanyaan yang paling berpengaruh sangat kuat adalah pengaruh kondisi gigi geligi terhadap suasana hati sebanyak 28,3%.

Pasien sering merasa sedih, kecewa dan marah dikarenakan giginya yang hilang atau tanggal, resesi dan berlubang. Penelitian Dumitrescu AL tahun 2016 juga mengatakan bahwa penyakit periodontal dapat meningkatkan risiko depresi melalui efek psikososial dari kebersihan mulut yang buruk dan halitosis.63

BAB 6

Dokumen terkait