• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi GABRIEL JONATHAN PANGGABEAN NIM:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi GABRIEL JONATHAN PANGGABEAN NIM:"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PERIODONSIA RSGM USU DAN PRAKTIK DOKTER GIGI SPESIALIS PERIODONSIA DI KOTA MEDAN: BERKAITAN DENGAN

KONDISI GIGI GELIGI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

GABRIEL JONATHAN PANGGABEAN NIM: 170600198

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2021

(2)

Tahun 2021

Gabriel Jonathan Panggabean

Kualitas Hidup Perempuan Menopause Penderita Periodontitis di Instalasi Periodonsia RSGM USU dan Praktik Dokter Gigi Spesialis Periodonsia di Kota Medan: Berkaitan dengan Kondisi Gigi Geligi

xii+60 Halaman

Menopause adalah kondisi ketika masa menstruasi seorang wanita berakhir karena ovarium berhenti memproduksi estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon-hormon tersebut menyebabkan wanita mengalami gejala menopause yang dapat menurunkan kualitas hidup mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kualitas hidup perempuan menopause penderita periodontitis di Instalasi periodonsia RSGM USU dan Praktik dokter gigi spesialis periodonsia di Kota Medan: berkaitan dengan kondisi gigi geligi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif. Subjek terdiri dari 60 wanita menopause yang berusia 40-70 tahun. Teknik pengambilan subjek yang digunakan adalah purposive sampling.

Alat ukur yang digunakan merupakan skala kualitas hidup yang berkaitan dengan gigi pada penderita periodontitis disusun berdasarkan aspek-aspek kualitas hidup yang berkaitan dengan gigi pada penderita periodontitis yang telah dimodifikasi oleh Pitu Wulandari (2020). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi gigi-geligi pada perempuan menopause penderita periodontitis di Kota Medan sebanyak 40%

memiliki pengaruh sangat kuat, 35% memiliki pengaruh sedang, dan tidak ada satupun yang tidak memiliki pengaruh. Kesimpulan penelitian ini perempuan menopause penderita periodontitis di Kota Medan memiliki pengaruh sangat kuat terhadap kualitas hidup dari aspek kemampuan fisik, hubungan sosial, kesehatan umum, dan psikologi.

Kata Kunci: Kualitas hidup, Perempuan menopause, Gigi-geligi

Daftar Rujukan: 62 (2000-2021)

(3)

2021

Gabriel Jonathan Panggabean

Quality of Life of Menopausal Women with Periodontitis at the Periodontology Installation of the RSGM USU and the Practice of a Periodontist in Medan City: Related to Dental Conditions

xii+60 pages

Menopause is a condition when a woman's menstrual period ends because the ovaries stop producing estrogen and progesterone. Decreased levels of these hormones cause women to experience menopause symptoms which can reduce their quality of life. This study aims to determine how the quality of life of postmenopausal women with periodontitis in the periodontics installation of the RSGM USU and the practice of a dentist specialist in periodontics in the city of Medan is related to the condition of the teeth. This study uses descriptive quantitative research methods. The sample consisted of 60 postmenopausal women aged 40-70 years. The sampling technique used is purposive sampling. The measuring instrument used is a quality of life scale related to teeth in periodontitis patients was compiled based on aspects of the quality of life related to teeth in periodontitis patients which had been modified by Pitu Wulandari (2020). The results of this study indicate that the condition of the teeth in menopausal women with periodontitis in Medan City as much as 40% has a very strong influence, 35% has a moderate effect, and none of them has no effect. The conclusion of this study is that postmenopausal women with periodontitis in Medan City have a very strong influence on the quality of life in terms of physical abilities, social relationships, general health, and psychology.

Key Words: Quality of life, Menopausal women, Periodontitis, Teeth

References: 62 (2000-2021)

(4)
(5)
(6)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan kuasaNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“Kualitas Hidup Perempuan Menopause Penderita Periodontitis di Instalasi Periodonsia RSGM USU dan Praktik Dokter Gigi Spesialis Periodonsia di Kota Medan: Berkaitan Gigi Geligi”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka untuk memenuhi tugas akhir dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa untuk menyelesaikan skripsi ini butuh perjuangan dan konsistensi. Keberhasilan dalam menyelesaikan Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan maupun dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Essie Octiara, drrg., Sp. KGA. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Irma Ervina, drg., Sp.Perio(K) selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

Selalu cepat dalam memberi saran kalau penulis memerlukan sesuatu dalam proses penyelesaian skripsi ini bahkan tak jarang mengingatkan penulis bagaimana perkembangan dalam mengerjakan skripsi ini, Terimakasih banyak dok.

3. Dr. Pitu Wulandari, drg., S.Psi., Sp.Perio(K) dan drg. Martina Amalia, Sp.Perio(K) selaku dosen penguji skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji, memberikan masukan maupun arahan kepada penulis dalam proses penulisan skripsi.

4. Aini Hariyani Nasution, drg., Sp.Perio(K). selaku ketua Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Rehulina Ginting, drg., M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan dan dukungan penulis selama menjalani masa

(7)

penulis dalam hal mencari subjek penelitian dan terus memberi dukungan kepada penulis.

7. Seluruh Dosen dan staff Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

8. Teristimewa untuk kedua orangtua penulis, terimakasih yang sebanyak- banyaknya kepada mama dan papa tercinta dan kusayangi yang turut serta memberi motivasi dan semangat kepada penulis dalam merampungkan skripsi ini, semoga berkat Tuhan melimpah atas mama dan papa.

9. Teristimewa juga untuk teman saya yaitu Aprilli Gracesonia, yang telah banyak membantu penulis dalam skripsi ini dan sering memberikan motivasi, semangat dan saran kepada penulis.

10. Teman-teman seperbimbingan skripsi di departemen periodonsia yaitu Violin Syahya Jingga dan sahabat tercinta penulis, Romson, Yeheskiel, Angga, Femi, Aliftia yang sudah membantu ketika kesusahan dan saling memberikan semangat.

11. Seluruh subjek penelitian yang telah bersedia mengisi skala penelitian penulis.

12. Seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu dalam proses penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan juga untuk menambah ilmu pengetahuan terutama di bidang Kedokteran Gigi.

Medan, 24 September 2021 Penulis,

Gabriel Jonathan Panggabean

(8)

vii

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause ... 5

2.1.1 Definisi Menopause ... 5

2.1.1 Etiologi Menopause ... 6

2.1.3 Klasifikasi Menopause ... 6

2.1.4 Tanda dan Gejala Menopause ... 8

2.1.4.1 Hot Flushes ... 8

2.1.4.2 Gangguan Tidur... 9

2.1.4.3 Sistem Genitouirania ... 9

2.1.4.4 Suasana Hati yang Buruk ... 10

2.2 Penyakit Periodontal ... 10

2.2.1 Definisi Penyakit Periodontal ... 10

2.2.2 Patogenesis Periodontitis ... 12

2.2.3 Klasifikasi Periodontitis ... 14

2.3 Perubahan Hormon Menopause terhadap Jaringan Periodontal ... 17

2.4 Gambaran Jaringan Periodontal pada Perempuan Menopause ... 18

2.5 Kualitas Hidup ... 19

(9)

viii

(berkaitan Kondisi Gigi Geligi) ... 22

2.6 Kerangka Teori ... 23

2.7 Kerangka Konsep ... 24

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 25

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 25

3.2.2 Waktu Penelitian ... 25

3.3 Populasi dan Subjek Penelitian ... 25

3.3.1 Populasi ... 25

3.3.2 Subjek ... 25

3.4 Kriteria Inklusi dan Eklusi ... 26

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 26

3.4.2 Kriteria Eksklusi... 26

3.5 Variabel Penelitian ... 26

3.5.1 Variabel Independen ... 26

3.5.2 Variabel Dependen ... 26

3.6 Definisi Operasional ... 27

3.7 Prosedur Penelitian ... 28

3.8 Pengolahan dan Analisis Data ... 29

3.9 Etika Penelitian ... 29

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Data Demografi Subjek ... 31

4.2 Kualitas Hidup Perempuan Menopause Penderita Periodontitis berkaitan dengan Kondisi Gigi-Geligi ... 34

4.3 Tingkat Kualitas Hidup Perempuan Menopause Penderita Periodontitis berkaitan dengan Kondisi Gigi-geligi ... 43

4.4 Kualitas Hidup Subjek per Aspek ... 46

BAB 5 PEMBAHASAN ... 50

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 53

6.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55

LAMPIRAN ... 61

(10)

ix

Tabel Halaman

1. Klasifikasi periodontitis berdasarkan Staging ... 16

2. Klasifikasi periodontitis berdasarkan Grading ... 17

3. Definisi Operasional ... 27

4. Data Demografis Subjek Penelitian ... 31

5. Persentase Stage Periodontitis berdasarkan Fase Menopause ... 32

6. Persentase Grade Periodontitis berdasarkan Fase Menopause ... 32

7. Persentase Kehilangan Gigi berdasarkan Fase Menopause ... 33

8. Tingkat Kualitas Hidup Perempuan Menopause Penderita Periodontitis berkaitan dengan Kondisi Gigi-Geligi berdasarkan Staging ... 44

9. Tingkat Kualitas Hidup Perempuan Menopause Penderita Periodontitis berkaitan dengan Kondisi Gigi-Geligi berdasarkan Grading ... 45

10. Tingkat Kualitas Hidup Perempuan Menopause Penderita Periodontitis berkaitan dengan Kondisi Gigi-Geligi berdasarkan Kehilangan Gigi ... 45

11. Tingkat Kualitas Hidup Perempuan Menopause Penderita Periodontitis berkaitan dengan Kondisi Gigi-Geligi berdasarkan Fase Menopause ... 46

12. Distribusi Kualitas Hidup Perempuan Menopause Penderita Periodontitis berdasarkan Aspek Kemampuan Fisik ... 47

13. Distribusi Kualitas Hidup Perempuan Menopause Penderita Periodontitis berdasarkan Aspek Hubungan Sosial ... 48

14. Distribusi Kualitas Hidup Perempuan Menopause Penderita Periodontitis berdasarkan Aspek Kesehatan Umum ... 49

15. Distribusi Kualitas Hidup Perempuan Menopause Penderita Periodontitis

berdasarkan Aspek Psikologis ... 49

(11)

x

Gambar Halaman

1. Gambaran patogenesis terjadinya penyakit periodontitis ... 13

2. Wawancara pasien secara Langsung ... 29

3. Diagram Batang Persentase Pengaruh terhadap Penampilan ... 36

4. Diagram Batang Persentase Pengaruh terhadap Harga Diri ... 37

5. Diagram Batang Persentase Pengaruh terhadap Kesehatan Umum... 37

6. Diagram Batang Persentase Pengaruh terhadap Pemilihan Makanan ... 38

7. Diagram Batang Persentase Pengaruh terhadap Mengunyah Makanan yang Keras ... 39

8. Diagram Batang Persentase Pengaruh terhadap Kesulitan Berbicara... 39

9. Diagram Batang Persentase Pengaruh terhadap Kehidupan Keluarga ... 40

10. Diagram Batang Persentase Pengaruh terhadap Pekerjaan ... 41

11. Diagram Batang Persentase Pengaruh terhadap Hubungan Sosial ... 41

12. Diagram Batang Persentase Pengaruh terhadap Suasana Hati ... 42

13. Diagram Batang Persentase Pengaruh terhadap Kecemasan ... 42

(12)

xi

FSH : Follicle Stimulating Hormone

JE : Junctional Epithelium

LH : Luteinizing Hormone

MMP-8 : Matrix Metallproteinase-8 MMP-9 : Matrix Metallproteinase-9

OHRQOL : Oral Health-related Quality of Life RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

SWAN : Study of Women‟s Health Across the Nation

VMS : Vasomotor Symptoms

WHO : World Health Organization

WHOQOL : World Health Organization Quality of Life

WHOQOL-BREF : World Heath Organization Qualityof Life Bref

(13)

xii Lampiran

1. Daftar riwayat hidup

2. Lembar surat etik penelitian

3. Lembar penjelasan penelitian kepada calon subjek penelitian

4. Lembar persetujuan setelah penjelasan penelitian (informed consent) 5. Lembar kuesioner penelitian

6. Data induk penelitian

7. Jadwal pelaksanaan skripsi

8. Output perangkat lunak statistik

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit periodontal merupakan peradangan pada jaringan pendukung gigi.

Penyakit periodontal yang terjadi di negara maju dan berkembang telah memengaruhi sekitar 20-50% populasi global.

1

Berdasarkan The Global Burden of Disease Study 2016 masalah kesehatan gigi dan mulut khususnya karies gigi merupakan penyakit yang dialami hampir dari setengah populasi penduduk dunia (3,58 milyar jiwa).

Penyakit periodontal menjadi urutan ke 11 dari penyakit yang paling banyak terjadi di dunia. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018, karies dan penyakit periodontal adalah dua penyakit gigi dan mulut yang mempunyai prevalensi tertinggi.

Prevalensi penyakit periodontal telah mencapai 60% pada masyarakat Indonesia.

2

Fenomena tersebut dapat menggambarkan tingginya risiko masyarakat Indonesia terkena penyakit periodontal. Penyakit periodontal menyerang jaringan yang mengelilingi dan menyangga gigi, yang terdiri dari gingiva, sementum, ligamentum periodontal, dan tulang alveolar.

3

Etiologi penyakit periodontal dapat disebabkan oleh faktor lokal dan faktor sistemik. Umumnya faktor lokal disebabkan oleh plak bakteri, khususnya Porpyromonas gingivalis, Tanerella forsythia, Prevotella intermedia, Triponema denticola yang banyak ditemukan pada periodontitis dengan poket yang dalam. Pada faktor sistemik, salah satunya disebabkan oleh perubahan hormon.

4

Menopause merupakan salah satu tahapan kehidupan pada seorang perempuan saat terjadinya fase transisi dari masa reproduktif menjadi non reproduktif.

Menopause dapat ditegakkan secara retrospektif setelah amenore selama 12 bulan

diikuti dengan penurunan hormon estrogen dalam sirkulasi akibat berhentinya fungsi

ovarium.

5

Menurunnya kadar hormon estrogen pada menopause menyebabkan

rongga mulut juga mengalami perubahan-perubahan secara fisiologis yang akan

menimbulkan rasa tidak nyaman seperti rasa sakit, rasa panas atau rasa terbakar

(15)

(burning mouth), hipofungsi kelenjar saliva, dan atrofi mukosa mulut. Akibatnya, secara klinis perempuan menopause sering mengalami mulut kering karena volume saliva berkurang (dry mouth), meningkatnya karies gigi, pengecapan berkurang, resorpsi tulang rahang, gingivitis, dan periodontitis.

6

Defisiensi estrogen akan menyebabkan penurunan regulasi sel-sel imun (makrofag dan monosit) dan merangsang osteoklas yang bertanggung jawab dalam produksi resorpsi tulang yang lebih besar. Lipopolisakarida dilepaskan oleh produk yang berhubungan dengan jaringan periodontal sehingga merangsang plak bakteri biofilm untuk memproduksi inflamasi sitokin, yang selanjutnya akan mengaktifkan osteoklas untuk resorpsi tulang.

7

Penurunan kadar estrogen yang disebabkan oleh menopause berkorelasi dengan kehilangan perlekatan jaringan periodontal, serta menjadi faktor terjadinya osteoporosis sehingga mempengaruhi resorpsi tulang alveolar dan dapat mengakibatkan hilangnya gigi.

8

Hal tersebut akan menyebabkan terganggunya fungsi pengunyahan pada lansia yang tak bergigi dan akan berpengaruh pada kesehatan umum karena pemilihan makanan.

8

Karies, penyakit periodontal dan kehilangan gigi menjadi masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak muncul di masyarakat dan sering menggangu fungsi pengunyahan, bicara, estetis, bahkan hubungan sosial.

9,10

Menurut McGrath, hilangnya satu atau beberapa gigi dapat menyebabkan gangguan fungsi dan estetika yang dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang.

11

Kondisi tak bergigi pada seseorang dapat mempengaruhi patologi otot pengunyahan dan penurunan fungsi pengunyahan sesuai dengan faktor usia. Secara psikologi, gangguan yang dialami menopause adalah menjadi lebih emosional, sulit berpikir logis, gelisah, dan mood swing.

12

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa 75% perempuan yang mengalami menopause merasakan fase menopause sebagai masalah atau gangguan, sedangkan 25% lainnya tidak mempermasalahkan hal ini.

13

Menurut Williams et al.

menunjukkan bahwa pascamenopause dengan kesehatan mulut yang buruk menunjukkan kualitas hidup yang jauh lebih buruk.

14

Hasil penelitian Yoshida et al.

menunjukkan bahwa terjadinya penurunan kadar estradiol menyebabkan penurunan

(16)

aliran saliva, yang berdampak pada kesehatan mulut, termasuk kesehatan jaringan periodontal.

15

Hasil penelitian Debaz et al. menunjukkan bahwa pascamenopause dengan periodontitis memiliki kualitas hidup yang lebih buruk daripada subjek yang sehat, dengan dampak fisik, sosial dan piskologis yang signifikan.

16

Berdasarkan penjelasan penelitian sebelumnya, terdapat hubungan perempuan menopause dengan periodontitis yang mempengaruhi kualitas hidup pasien, maka penulis tertarik untuk meneliti kualitas hidup perempuan menopause penderita periodontitis berkaitan kondisi gigi geligi di Kota Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana kualitas hidup perempuan menopause penderita periodontitis di Instalasi periodonsia RSGM USU dan Praktik dokter gigi spesialis periodonsia di Kota Medan: berkaitan dengan kondisi gigi geligi?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana kualitas hidup perempuan menopause penderita periodontitis di Instalasi periodonsia RSGM USU dan Praktik dokter gigi spesialis periodonsia di Kota Medan: berkaitan dengan kondisi gigi geligi.

1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan referensi yang bermanfaat bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kualitas hidup perempuan menopause penderita periodontitis.

2. Untuk ilmu pengetahuan dan pengembangan wawasan di kedokteran gigi

tentang kualitas hidup perempuan menopause penderita periodontitis.

(17)

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para masyarakat untuk mengetahui bagaimana kualitas hidup perempuan menopause penderita periodontitis di Instalasi periodonsia RSGM USU dan Praktik Dokter Gigi Spesialis Periodonsia di Kota Medan: berkaitan dengan kondisi gigi geligi.

2. Hasil penelitian dapat bermanfaat dalam meningkatan pelayanan kesehatan

gigi dan mulut pada perempuan menopause penderita periodontitis.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Menopause

2.1.1 Definisi Menopause

Menopause berasal dari bahasa Yunani, yaitu men yang berarti "bulan" dan peuseis yang berarti "penghentian". Secara linguistik, kata yang lebih tepat untuk menopause adalah menocease yang berarti "masa berhentinya menstruasi".

17

Secara medis, menopause dapat didefinisikan sebagai masa penghentian haid untuk selamanya yang artinya menopause adalah fase terjadinya haid atau menstruasi terakhir. Secara fungsional, menopause diartikan sebagai sindrom dimana hormon estrogen menghilang.

18

Proses menopause dapat terjadi selama 3 hingga 5 tahun sampai dinyatakan lengkap saat seorang perempuan telah berhenti haid selama 12 bulan.

19

Menopause adalah tahap yang normal dalam kehidupan seorang perempuan.

Usia terjadinya menopause dapat dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan, dan pola hidup yang dilakukan seseorang.

19

Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2030 jumlah menopause yang berusia di atas 50 ahun diperkirakan akan mencapai 1,2 miliar. Hal ini menunjukkan akan terjadi peningkatan jumlah menopause di dunia. Sebagian besar (sekitar 80 persen) perempuan tersebut merupakan penduduk di negara berkembang. Setiap tahun populasi menopause meningkat sekitar tiga persen.

Berdasarkan perkiraan, terdapat sekitar 30-40 juta perempuan usia lanjut dari seluruh jumlah penduduk Indonesia, yaitu 240-250 juta jiwa. Dalam kategori perempuan usia lanjut, usia penduduk perempuan adalah lebih dari 60 tahun dan hampir 100 persen telah mengalami menopause dengan segala akibat dan dampak yang menyertainya.

20

Menopause terjadi jika tidak ada haid selama 12 bulan. Pada tahap ini keluhan

klimakterium mulai berkembang. Setelah itu akan terjadi tahap menopause sampai

akhirnya pascamenopause, yaitu tahap awal setelah 12 bulan tidak haid. Tahap

(19)

pascamenopause akan dihadapi semua perempuan menopause alamiah dan menopause dini. Menopause dini dapat diakibatkan oleh insidensi tertentu. Gabungan dari masa premenopause dan postmenopause disebut masa perimenopause. Pada masa ini akan terjadi keluhan yang memuncak.

21

2.1.2 Etiologi Menopause

Menopause disebabkan oleh “matinya” (burning out) ovarium. Selama terjadinya kehidupan seksual seorang perempuan, kira-kira 400 folikel primodial tubuh berubah menjadi folikel vesikuler dan kemudian berevulasi. Sementara itu, beratus-ratus dan ribuan ovum mengalami degenerasi. Pada usia sekitar 45 tahun, hanya beberapa folikel primodial yang tetap tertinggal untuk dirangsang oleh follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Jika jumlah folikel primodial mendekati nol, maka pembentukan estrogen oleh ovarium menjadi berkurang. Pembentukan estrogen akan mencapai tingkat kritis dan estrogen tidak dapat lagi menghambat pembentukan FSH dan LH yang cukup sehingga siklus ovulasi tidak terjadi lagi.

22

2.1.3 Klasifikasi Menopause

Menopause diklasifikasikan dalam tiga fase, yaitu:

a) Premenopause

Premenopause merupakan peristiwa yang dialami oleh setiap perempuan

dengan rentang usia 40 tahun dan kemudian akan memasuki fase klimakterik. Fase

ini ditandai dengan siklus menstruasi yang teratur dalam 12 bulan terakhir.

23

Perubahan endrokrinologik yang terjadi, yaitu fase folikuler yang memendek dan

kadar FSH mulai meningkat sekitar 3-4 tahun sebelum premenopause. Perubahan

tersebut juga mengakibatkan produksi estrogen, inhibin, dan progesteron ovarium

menurun setelah usia 40 tahun. Perubahan tersebut menimbulkan dampak sehingga

perempuan akan mengalami beberapa gejala yang sering dikeluhkan. Sekitar 80%-

90% pramenopause merasakan adanya masalah dan 10%-30% diantaranya

(20)

mempunyai keluhan dan masalah berat yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari sehingga membutuhkan pertolongan medis serta perawatan.

24

Fase ini ditandai dengan folikel dalam ovarium mulai berkurang dan berhenti memproduksi estradiol sehingga kelenjar hipofisis berusaha merangsang ovarium untuk menghasilkan estrogen. Hal ini akan menyebabkan kadar FSH, LH, dan estrogen bervariasi, yaitu meningkat dan menurun. Kadar FSH, LH, dan estrogen yang bervariasi ini menyebabkan perempuan mulai merasakan gejala vasomotor atau keluhan menopause.

24

b) Perimenopause

Perimenopause adalah fase peralihan antara pramenopause dan pascamenopause. Fase ini ditandai dengan siklus menstruasi yang terjadi secara tidak teratur selama 12 bulan terakhir.

23

Pada fase ini, jumlah folikel yang mengalami atresia semakin meningkat sehingga folikel tidak tersedia dengan jumlah yang cukup.

Produksi estrogen juga mengalami penurunan sehingga haid tidak terjadi lagi dan akan berakhir pada fase menopause. Oleh karena itu, menopause dapat disebut haid terakhir yang terjadi secara alami. Namun, hal ini tidak terjadi jika perempuan menggunakan kontrasepsi hormonal pada fase perimonopause. Diagnosis menopause merupakan diagnosa retrospektif. Apabila perempuan tidak lagi mengalami haid selama 12 bulan, kemudian dijumpai kadar FSH dalam darah > 40 mIU/ml dan kadar estradiol < 30 pg/ml, maka dapat dikatakan perempuan tersebut telah mengalami menopause.

24

c) Pascamenopause

Pada fase ini, perempuan tidak mengalami menstruasi dalam 12 bulan terakhir.

23

Fase ini ditandai dengan ovarium tidak berfungsi sama sekali, kadar estradiol berada antara 20-30 pg/ml, dan kadar gonadotropin mengalami peningkatan.

Peningkatan hormon gonadotropin ini disebabkan oleh inhibin yang berhenti

diproduksi karena folikel tidak tersedia dalam jumlah yang cukup. Rendahnya kadar

(21)

estradiol akan menyebabkan endometrium menjadi atropik sehingga haid tidak terjadi lagi.

24

2.1.4 Tanda dan Gejala Menopause 2.1.4.1 Hot Flashes

Hot flashes, atau vasomotor symptoms (VMS) berpengaruh pada sebagian besar perempuan yang menjalani transisi menopause. Hal ini dapat merusak kualitas hidup perempuan secara signifikan. Hot flashes terjadi selama beberapa menit, dimulai dengan kemerahan yang menyebar ke seluruh tubuh bagian atas. Gejala ini disebabkan karena terjadinya peningkatan suhu tubuh yang cepat dan disertai dengan vasodilatasi.

25

Hot flushes adalah sensasi hangat yang terjadi secara spontan di bagian dada, leher, dan wajah. Sensasi ini biasanya berlangsung kurang dari 5 menit. Hot flashes dipicu oleh suhu lingkungan, stres, atau makanan yang dikonsumsi.

26

Hot flashes yang terjadi pada malam hari lebih hebat sehingga penderita akan merasa gelisah, insomnia, dan merasa tidak nyaman pada dirinya sehingga memerlukan pertolongan medis.

27

Penyebab terjadinya hot flashes adalah adanya gangguan mekanisme pengatur suhu di hipotalamus yang dipicu oleh penurunan kadar estrogen pada saat menopause. Ketika estrogen mengalami penurunan, otak akan berpikir bahwa tubuh terlalu panas sehingga hipotalamus memproduksi bahan kimia untuk memperbaiki suhu tubuh palsu ini. Akibatnya, tubuh akan mendinginkan dirinya sendiri, jantung berdetak lebih cepat, pembuluh darah didalam kulit mengalami vasodilatasi untuk melepaskan panas, dan keringat dihasilkan untuk mendinginkan kulit.

28

Hot flashes muncul secara tiba-tiba dan biasanya terjadi pada siang hari dan

malam hari. Hot flashes antara perempuan satu dengan yang lainnya memiliki durasi

dan frekuensi berbeda.

29

Hot flashes dapat terjadi setiap jam atau setiap hari, dan juga

dapat terjadi hanya sesekali. Pada umumnya, perempuan akan mengalami hot flashes

selama satu atau dua tahun. Sekitar 15% perempuan mengalami hot flashes tanpa

henti selama 10, 20, atau 30 tahun.

30

Hot flashes memiliki dampak yang cukup besar

dan sering diremehkan. Hot flashes dapat mengganggu pekerjaan, kegiatan sehari-

hari, dan tidur. Hot flashes juga menyebabkan kelelahan, hilangnya konsentrasi, dan

(22)

menimbulkan gejala depresi. Semua hal ini akan mengganggu kehidupan keluarga, fungsi seksual, dan hubungan pasangan.

31

2.1.4.2 Gangguan Tidur

Penuaan alami sering dikaitkan dengan penurunan kualitas tidur. Namun, sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa transisi menopause akan memperbesar kerusakan tidur.

32

Sebuah survei oleh Study of Women‟s Health Across the Nation (SWAN) yang dilakukan terhadap lebih dari 12.000 perempuan menunjukkan bahwa hampir 40% perempuan mengalami kesulitan tidur dan berhubungan dengan waktu transisi menopause, tetapi hal ini tidak tergantung pada usia.

33

Gangguan tidur yang terjadi akibat menopause tidak sepenuhnya dijelaskan oleh peningkatan VMS nokturnal karena subanalisis SWAN menunjukkan tidur yang buruk terjadi pada pasien tanpa VMS.

33

Mereka menemukan pola gangguan tidur muncul pada transisi menopause awal, kemudian puncaknya pada transisi akhir, dan level umumnya tetap tidak berubah melalui postmenopause.

34

The Canadian Longitudinal Study of Women menunjukkan perempuan pada fase pascamenopause lebih sulit untuk tidur dan lebih mungkin mengalami apnea tidur obstruktif daripada pada fase pre atau perimenopause.

34

Perempuan yang melaporkan kesulitan tidur mungkin memiliki faktor terkait, yaitu depresi dan kecemasan, merokok, apnea tidur obstruktif, dan aktivitas fisik yang lebih rendah.

33

2.1.4.3 Sistem Genitouinaria

Gejala menopause genitourinaria merupakan perubahan pada saluran genital

bawah yang terjadi sebagai respons terhadap kekurangan estrogen. Gejalanya adalah

atrofi pada vulva dan vagina, vagina kering, penyempitan dan pemendekan vagina,

prolaps uterus, dan inkontinensia urine.

35

Perubahan ini dapat menyebabkan

dispareunia, iritasi, dan meningkatkan risiko infeksi saluran kemih. Kekurangan

estrogen akan mengurangi aliran darah ke vagina, mengurangi sekresi vagina,

meningkatkan pH vagina, menurunkan epitel permukaan, dan meningkatkan jumlah

sel parabasal. Dehidrasi jaringan ikat menyebabkan penyempitan arsitektural vagina

dan ruang depan, serta terjadinya atrofi vulva.

33

Penggantian estrogen telah dicoba

(23)

dan terbukti dapat mengurangi sebagian besar gejala menopause genitourinaria, kecuali inkontinensia urine.

33

2.1.4.4 Suasana Hati yang Buruk

Selama masa transisi menopause, perempuan berisiko tinggi mengalami depresi, stres, kecemasan, dan tekanan emosional.

36

Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan dan perasaan sedih. Perempuan menopause yang mengalami depresi lebih sering merasa sedih. Hal ini terjadi karena mereka kehilangan kemampuan reproduksinya. Selain itu, anak-anak dari menopause yang sudah tumbuh dewasa cenderung sibuk dengan urusan masing-masing, saat itulah perempuan menopause benar-benar merasa kehilangan perannya.

37

Suasana hati yang tertekan dan masalah tidur seperti insomnia, terbangun di malam hari, atau bangun lebih awal kemungkinan besar terkait satu sama lain dan harus ditangani secara khusus.

38

Perempuan menopause akan mengalami perubahan suasana hati atau emosi secara drastis, merasa tertekan, dan bahkan terpuruk. Gejala depresi yang dialami adalah murung atau letih, sulit tidur pulas terutama menjelang dini hari, lelah terus- menerus, sulit membuat keputusan, merasa bersalah dan sedih, serta memiliki dorongan untuk menangis. Terkadang penderita depresi cenderung suka makan, minum, merokok, dan kehilangan nafsu makan.

39

Study of Women‟s Health Across the Nation (SWAN) mempelajari perimenopause selama 5 tahun dan menemukan bahwa gejala depresi akan memuncak pada akhir perimenopause.

33

Perempuan yang memiliki riwayat depresi berisiko akan mengalami depresi di masa depan. Sedangkan perempuan tanpa riwayat, akan mengalami depresi selama menopause dengan prevalensi depresi dan/atau kecemasan baru sebesar 16%.

39

2.2 Penyakit Periodontal

2.2.1 Definisi Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal merupakan penyakit yang terjadi akibat kehilangan

struktur kolagen pada daerah penyangga gigi sebagai respon dari adanya akumulasi

bakteri di jaringan periodontal.

40

Kerusakan jaringan periodontal meningkat sejalan

(24)

dengan bertambahnya usia. Beberapa perubahan yang terjadi ketika bertambahnya usia yaitu lemahnya daya tahan tubuh, termasuk daya tahan jaringan periodontal terhadap berbagai iritasi, terutama bakteri dan plak.

41

Penyebab penyakit periodontal terletak pada proses kumulatif dan akibatnya dapat diperhitungkan berdasarkan ukuran akumulasi plak dan lamanya plak terakumulasi. Penyakit periodontal dapat diklasifikasikan atas gingivitis dan periodontitis. Gingivitis merupakan inflamasi pada gingiva yang hanya meliputi jaringan sekitar gigi, sedangkan periodontitis adalah inflamasi kronis yang menyerang area gingiva dan jaringan pendukung lainnya.

42

Penyakit periodontal juga dapat menjadi manifestasi oral dari beberapa penyakit sistemik seperti kardiovaskuler (hipertensi, jantung iskemik, gagal jantung kongenital, infeksi endokarditis), kelainan endokrin (Diabetes Melitus, kelainan kelenjar tiroid dan paratiroid, serta kekurangan adrenalin), dan penyakit infeksi (hepatitis, tuberkulosis, HIV dan AIDS).

43

Periodontitis adalah penyakit peradangan kronis karena adanya interaksi antara biofilm subgingiva dan respon imun host yang kemudian mengarah pada kerusakan jaringan pendukung gigi. Periodontitis disebut juga sebagai penyakit polimikroba yang ditandai dengan adanya ketidakseimbangan jumlah mikroba flora asli di dalam biofilm subgingiva.

44

Tanda-tanda klinis yang dapat dijumpai pada pasien dengan periodontitis yaitu deposit plak dan kalkulus supragingiva dan subgingiva, pembesaran gingiva, kemerahan dan hilangnya stippling, adanya resesi gingiva, pembentukan poket periodontal, kehilangan perlekatan, pendarahan pada saat probing, kerusakan tulang baik horizontal maupun vertikal, adanya keterlibatan furkasi, mobiliti gigi, migrasi patologis, dan kehilangan gigi.

40

Penyakit periodontitis sering tidak disadari. Hal ini disebabkan karena

penyakit ini berkembang lambat dan tidak memiliki gejala sakit sehingga simptom

dari penyakit periodontitis biasanya terjadi pada usia 40 tahun ke atas. Perkembangan

dari penyakit ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko seperti merokok, diet,

genetik, dan penyakit sistemik.

45

Etiologi utama dari penyakit gingivitis dan

periodontitis adalah adanya akumulasi plak pada gigi dan permukaan gingiva pada

daerah dentogingiva junction. Gingivitis yang tidak segera dirawat akan berkembang

(25)

menjadi periodontitis walaupun tidak seluruh pasien akan mengalami hal yang sama karena perubahan ini dipengaruhi oleh respon imun dari individu yang mengalami penyakit periodontitis dan perkembangannya.

40

2.2.2 Patogenesis Periodontal

Menurut Page and Schroeder, tahapan patogenesis terjadinya penyakit periodontal secara histologis dimulai dari gingivitis sampai ke periodontitis. Tahapan ini dibagi menjadi 4, yaitu:

Tahap initial lession, tahapan ini terjadi selama 2-4 hari setelah akumulasi plak. Secara mikroskopis, tidak terlihat adanya inflamasi pada sel.

40

Namun, secara klinis tampak terjadi inflamasi kronis dalam tahap rendah yang ditandai dengan adanya dilatasi pembuluh darah, bertambahnya permeabilitas pembuluh darah, dan migrasi sel neutrofil dan monosit dari jaringan ikat ke daerah sulkus sehingga terjadi peningkatan cairan pada sulkus gingiva. Peningkatan cairan ini bertujuan agar terjadi flushing action sehingga bakteri dan produk-produknya menghilang.

46

Tahap early lession, tahapan ini terjadi setelah 7 hari plak mengalami akumulasi dan berkosubjek sehingga terlihat tanda-tanda klinis awal terjadinya gingivitis. Pada tahap ini terdapat eritema pada gingiva yang diakibatkan oleh permeabilitas pembuluh darah meningkat sehingga laju aliran saliva juga akan meningkat. Hal ini menyebabkan migrasi sel neutrofil dan limfosit (sel T) bertambah banyak agar terjadi fagositosis bakteri. Kemudian sel fibroblas berdegenerasi karena sel tersebut mengalami apoptosis sehingga daerah inflitrasi sel neutrofil meningkat.

40

Kolagen mengalami kehancuran yang berakibat pada kerusakan kolagen di daerah apikal dan lateral dari junctional epithelium (JE) yang kemudian akan terbentuk poket gingiva. Poket gingiva akan dimanfaatkan oleh biofilm subgingiva untuk berproliferasi menuju apikal.

46

Tahap established lession, tahapan ini berlangsung selama 2-3 minggu. Tahap

ini biasanya dikenal sebagai gingivitis kronis. Perkembangan pada tahap ini

tergantung beberapa faktor seperti deposit plak, respon imun host, dan faktor risiko

(baik lokal ataupun sistemik). Tahap ini didominasi oleh sel plasma dan inflitrasi sel

(26)

inflamasi yang banyak di lateral pada JE dan epitel sulkular. Pada tahap ini juga terjadi kerusakan kolagen yang akan terus berpoliferasi dari epitel ke daerah jaringan ikat.

40

Neutrofil yang terakumulasi pada jaringan ikat akan melepaskan komponen ekstraseluler lisomal yang menyebabkan kerusakan jaringan. Komponen utama yang akan dilepaskan adalah Matrix Metallproteinase-8 (MMP-8) dan MMP-9. Pada daerah junctional epithelium dan epitel sulkular akan terbentuk poket akibat akumulasi dari penumpukan sel neutrofil.

46

Tahap Advanced lession, tahapan ini merupakan transisi dari gingivitis menjadi periodontitis. Secara histologis, pada tahap ini terjadi kerusakan kolagen yang berlanjut sampai ke daerah ligamen periodontal dan tulang alveolar.

40

Sel neutrofil dan sel plasma merupakan sel yang dominan ditemukan di dalam poket periodontal. Junctional epithelium akan berpindah ke daerah apikal sehingga terjadi resorpsi tulang yang mengakibatkan poket terbentuk semakin dalam. Hal ini akan menciptakan kondisi yang anerob, hangat, dan lembab sehingga menciptakan keadaan yang ideal untuk menjadi tempat berkembangnya beberapa spesies bakteri.

Akibatnya, akumulasi plak di daerah apikal semakin banyak dan akan membuat kontrol plak semakin sulit untuk dilakukan. Dampak dari hal ini adalah terjadinya kerusakan serat-serat kolagen yang terus-menerus pada daerah ligamen periodontal, resopsi tulang yang berlanjut, dan migrasi JE ke arah apikal.

46

Gambar 1. Gambaran patogenesis terjadinya penyakit periodontitis

46

Lesi awal Lesi mapan Lesi lanjutan

(kehilangan tulang) Lesi dini

(27)

2.2.3 Klasifikasi Penyakit Periodontal

Klasifikasi Penyakit Periodontal menurut American Academy and

Periodontology (AAP) tahun 2017

Klasifikasi baru (2017) penyakit periodontal dan peri-implan sangat berpengaruh terhadap praktik klinis yang berhubungan dengan spesialisasi periodontal dan implan. Salah satu perubahan dari klasifikasi ini adalah penghapusan istilah Periodontitis Agresif dan Kronis yang diganti menjadi satu kategori, yakni

“Periodontitis”. Klasifikasi ini juga memperkenalkan tentang staging dan grading yang serupa dengan penggunaan staging dan grading pada bidang onkologi selama bertahun-tahun. Hal ini bertujuan untuk memfasilitasi klasifikasi diagnostik periodontal multidimensi dan memungkinkan dokter gigi untuk memberi diagnosis individual dan rencana perawatan secara khusus untuk setiap pasien. Tingkat keparahan dan luasnya penyakit didasarkan pada tingkat kerusakan dan kerusakan jaringan yang dapat diukur. Selanjutnya, kompleksitas akan ditentukan dengan cara menilai beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu pengendalian penyakit serta mengelola fungsi dan estetika jangka panjang.

47

Staging dan Grading pada Periodontitis

Klasifikasi periodontitis terbaru merupakan hasil dari World Workshop on the

Classification of Periodontal and Peri‐implant Diseases and Conditions tahun 2017,

yaitu menyetujui klasifikasi periodontitis yang lebih dikarakteristikkan berdasarkan

sistem staging dan grading multidimensional. Staging didasarkan pada tingkat

keparahan dan luasnya oenyakit, sedangkan grading memberikan informasi tambahan

mengenai gambaran biologis dari penyakit.

48

(28)

Staging melibatkan empat kategori (stage 1-4) yang ditentukan setelah mempertimbangkan beberapa variabel termasuk kehilangan perlekatan klinis, jumlah dan persentase kehilangan tulang, kedalaman probing, cacat tulang angular, keterlibatan furkasi, mobiliti gigi, dan kehilangan gigi karena periodontitis.

48

Struktur grading mempertimbangkan karakteristik biologis tambahan pasien dalam memperkirakan kecepatan dan kemungkinan perkembangan periodontitis.

Grading mencakup tiga level (grade A – risiko rendah, grade B – resiko sedang,

grade C - resiko tinggi) termasuk aspek yang berhubungan dengan perkembangan

periodontitis, status kesehatan umum, merokok dan level kontrol metabolik

48

.

(29)

Tabel 1. Klasifikasi periodontitis berdasarkan Staging

Periodontitis stage Stage I Stage II Stage III Stage IV Kepara

han

Kehilangan perlekatan pada daerah dengan kehilangan terparah

1-2 mm 3-4 mm ≥5 mm ≥5 mm

Kehilangan tulang radiofraf

1/3 korona (<15%)

1/3 korona (15%-30%)

Meluas hingga lebih dari 1/3 tengah akar

Meluas hingga lebih dari 1/3 tengah akar

Kehilangan gigi

Tidak ada kehilangan gigi karena periodontitis

Kehilangan gigi ≤4 gigi karena periodontitis.

Kehilangan gigi

≥5 gigi karena periodontitis.

Kepara han

Lokal  Maksimal kedalaman probing ≤4 mm.

 Kehilangan tulang dalam arah horizontal

 Maksimal kedalaman probing ≤5 mm.

 Kehilangan tulang dalam arah

horizontal

Ditambah keparahan stage 2:

 Kedalam probing ≥6 mm.

 Kehilangan tulang dalam arah vertikal ≥3 mm.

 Keterlibatan furkasi kelas 2-3.

 Kerusakan sedang pada ridge

Ditambah keparahan stage 3:

 Membutuhkan rehabilitas kompleks karena:

- Disfungsi mastikasi - Trauma

mastikasi sekunder (derajat kegoyangan gigi ≥2 mm.

- Kerusakan parah pada ridge.

- Kegagalan gigit, drifting, flaring.

- <20 gigi tersisa (10 pasang gigi antagonis) Perluas

an dan distribu si

Tambahan deskripsi stage

Pada setiap stage, deskripsi perluasan sebagai:

 Lokalisata (<30% gigi terlibat)

 Generalisata, atau

 Pattern molar/insisif

(30)

Tabel 2. Klasifikasi periodontitis berdasarkan Grading

Periodontitis grade Grade A:

Perjalanan penyakit lambat

Grade B:

Perjalanan penyakit sedang

Grade C:

Perjalanan penyakit cepat Kriteria

utama

Kejadian langsung

Data

longitudinal (kehilangan tulang dalam radiograf/CAL)

Tidak ada kehilangan tulang dalam 5 tahun

<2 mm dalam 5 tahun.

>2 mm dalam 5 tahun.

Kejadian tidak langsung

% kehilangan tulang/usia

<0,25 mm 0,25 - 1,0 mm >1,0 mm

Kasus fenotip Deposit biofilm banyak dengan tingkat kerusakan yang rendah

Destruksi berhubungan dengan deposit biofilm

Destruksi berlebih menyebabkan deposit viofilm yang berlebihan;

tampilan klinis spesifik Modifikasi

grade

Lokal Merokok Tidak

Merokok

Merokok <10 batang rokok/hari

Merokok ≥10 batang rokok/hari Diabetes Tidak

diabetes

HbA1c <7,0%

pada pasien diabetes

HbA1c

≥7,0% pada pasien diabetes.

2.3 Perubahan Hormon Menopause terhadap Jaringan Periodontal

Hormon steroid secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi diferensiasi, proliferasi, dan pertumbuhan sel pada jaringan target, termasuk keratinosit dan fibroblas di gingiva. Estrogen menginhibisi pembuatan sitokin inflamasi yang penting untuk resorpsi tulang, dan defisiensi hormon ini dapat menyebabkan inflamasi gingiva pada saat periodontitis yang lebih parah dan kehilangan tulang di rongga mulut.

49

Ada dua teori untuk tentang hormon ini pada sel: a) perubahan keefektifan

epitel penghalang pada serangan bakteri dan b) efek pada kolagen perawatan dan

perbaikan. Estradiol dapat menginduksi proliferasi seluler sambil menghambat

produksi protein pada kultur fibroblas gingiva perempuan premenopause. Berlawanan

(31)

dengan efek stimulasi estrogen pada proliferasi fibroblas gingiva, produksi protein kolagen dan protein non-kolagen menurun ketika konsentrasi fisiologis estradiol dimasukkan ke dalam kultur fibroblas. Dalam sel ligamen periodontal perempuan, estrogen memicu penurunan in vitro sintesis kolagen fibroblas. Hormon steroid juga telah ditunjukkan untuk meningkatkan laju metabolisme folat di mukosa mulut.

Karena folat diperlukan untuk pemeliharaan jaringan, peningkatan metabolisme dapat menghabiskan simpanan folat dan menghambat perbaikan jaringan.

49,50

Pada pascamenopause, hormon estrogen dan progesteron diproduksi mengalami penurunan.

43

Hormon estrogen dimediasi oleh dua subtipe reseptor estrogen yaitu, reseptor estrogen

 dan reseptor estrogen ß. Hormon yang berperan

dalam pertumbuhan sel epitel mukosa mulut, kelenjar saliva, dan gingiva adalah estrogen ß.

51

Jika hormon estrogen yang diproduksi mengalami penurunan, maka akan terjadi perubahan pada proses maturisasi (pematangan sel) yang dapat menyebabkan penipisan dan atropi epitel sehingga mudah terjadi iritasi.

51

Hormon estrogen juga berperan penting dalam menjaga homeostasis tulang termasuk pada tulang rahang.

43

Pada pascamenopause akan terjadi penurunan densitas tulang rahang sehingga membuat jaringan periodontal lebih rentan terhadap penyakit.

43

Pada pascamenopause memiliki risiko kehilangan gigi meningkat empat kali lipat, perempuan tersebut diprediksi akan mengalami kehilangan gigi setiap 1%

pertahunnya, dan menurunnya kepadatan mineral tulang di seluruh tubuh. Selain itu, perempuan dengan osteoporosis yang parah tiga kali lebih mungkin mengalami edentulus dibandingkan perempuan yang sehat (dengan kontrol usia yang sama).

33

2.4 Gambaran Jaringan Periodontal pada Menopause

Menopause menyebabkan beberapa perubahan fisiologis didalam tubuh

berkaitan dengan perubahan hormon yang berdampak serius pada kesehatan

perempuan dengan meningkatan beberapa resiko penyakit seperti osteoporosis,

penyakit kardiovaskuler, alzheimer dan termasuk pada jaringan rongga mulut.

52

Perubahan jaringan periodontal yang biasa terjadi pada menopause adalah

menipisnya keratinisasi pada epitel, berkurangnya aliran saliva, mulut kering,

(32)

jaringan gingiva berwarna merah atau kepucatan, pendarahan pada saat probing dan menyikat gigi.

49

Secara subjektif, perempuan menopause akan mengeluhkan mulut kering, rasa terbakar pada mukosa mulut, dan sakit jika memakan atau minum minuman dingin dan panas. Gejala lain yang mungkin terjadi adalah perbedaan persepsi rasa asam dan asin, massa-massa otot mastikasi mengecil, yang akan berpengaruh pada kekuatan mengunyah, banyaknya hilangnya gigi mengakibatkan gangguan proses komunikasi dan masalah estetik.

53

Secara objektif, dapat diamati secara klinis bahwa kondisi gingiva dan membran mukosa mulut pada perempuan menopause yaitu halus, kering, dan pucat di beberapa bagian, jika terdapat inflamasi maka bagian tersebut menjadi merah, serta dapat terlihat fisur pada beberapa bagian.

53

Secara klinis, wanita yang mengalami kekurangan kadar estrogen dalam darah akan mengalami mukosa rongga mulut yang atropi, kering, dan mudah terjadi iritasi serta warna mukosa mulut akan menjadi pucat sampai terjadi eritema sedangkan pada epitel berkeratin akan terjadi gingivostomatitis menopause yang ditandai dengan gingiva menjadi kering, mengkilap, dan mudah berdarah pada probing dan menyikat gigi.

54

2.5 Kualitas Hidup

Kualitas hidup adalah persepsi individual terhadap posisinya dalam kehidupan. Dalam konteks budaya, terdapat sistem nilai dimana posisi seorang individu dan hubungannya dengan tujuan hidup, harapan, standar, dan lainnya saling terkait satu sama lain. Masalah yang berhubungan dengan kualitas hidup sangat luas dan kompleks. Masalah ini mencakup kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial, dan lingkungan dimana mereka berada.

55

2.5.1 Aspek-aspek Kualitas Hidup

WHO menjabarkan aspek-aspek kualitas hidup yang dikenal World Health

Organization Quality of Life (WHOQOL). Menurut WHOQOL Group kualitas hidup

terdiri dari enam domain yaitu (1) kesehatan fisik, (2) kesejahteraan psikologis, (3)

(33)

tingkat kemandirian, (4) hubungan sosial, (5) hubungandengan lingkungan, (6) keadaan spiritual. WHOQOL 1996 di revisi menjadi instrumen World Heath Organization Qualityof Life Bref version (WHOQOL-BREF) dimana enam domain tersebut dipersempit menjadi empat domain yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial, dan hubungan dengan lingkungan.

56

a) Aspek Kesehatan fisik

Kesehatan fisik memengaruhi kemampuan individu dalam melakukan aktivitas. Aktivitas yang dilakukan individu akan memberikan pengalaman- pengalaman baru yang merupakan modal perkembangan ke tahap selanjutnya.

Cakupan kesehatan fisik, yaitu aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada obat-obatan dan bantuan medis, energi dan kelelahan, mobilitas (keadaan mudah bergerak), sakit dan ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, serta kapasitas kerja.

b) Aspek hubungan sosial

Aspek hubungan sosial merupakan hubungan antara dua individu atau lebih yang saling memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki tingkah laku individu lainnya. Mengingat manusia adalah mahluk sosial sehingga dalam hubungan sosial ini, manusia dapat merealisasikan kehidupan serta dapat berkembang menjadi manusia seutuhnya. Cakupan dari hubungan sosial ini, yaitu hubungan pribadi, dukungan sosial, aktivitas seksual.

c) Aspek psikologis

Aspek psikologis berhubungan dengan keadaan mental individu. Keadaan

mental mengarah pada mampu atau tidaknya seorang individu untuk menyesuaikan

diri terhadap berbagai tuntutan perkembangan sesuai dengan kemampuannya, baik

tuntutan dari dalam diri maupun dari luar diri individu tersebut. Aspek psikologis

juga berhubungan dengan aspek fisik, dimana seorang individu dapat melakukan

suatu aktivitas dengan baik jika individu tersebut sehat secara mental. Kesejahteraan

psikologis mencakup bodily image dan appearance, perasaan positif, perasaan

(34)

negatif, self esteem, spiritual/agama/keyakinan pribadi, berpikir, belajar, memori dan konsentrasi.

d) Aspek lingkungan

Aspek lingkungan yaitu tempat tinggal individu yang terdiri dari keadaan dan ketersediaan tempat tinggal untuk melakukan segala aktivitas kehidupan, serta sarana dan prasarana yang dapat menunjang kehidupan. Hubungan dengan lingkungan mencakup sumber financial, kebebasan, keamanan dan keselamatan fisik, perawatan kesehatan dan social care termasuk aksesbilitas dan kualitas; lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru maupun keterampilan (skill), partisipasi dan mendapat kesempatan untuk melakukan rekreasi dan kegiatan yang menyenangkan di waktu luang, lingkungan fisik termasuk polusi/kebisingan/keadaan air/iklim, serta transportasi.

2.5.2 Kualitas Hidup Dalam Aspek Kesehatan Gigi dan Mulut

Menurut WHO pada tahun 2013 kesehatan mulut didefinisikan sebagai keadaan bebas dari sakit mulut dan wajah kronis, kanker mulut dan tenggorokan, luka mulut, cacat lahir seperti celah bibir dan langit-langit, penyakit periodontal, kerusakan gigi dan kehilangan gigi, dan lainnya yang merupakan penyakit dan gangguan yang mempengaruhi rongga mulut. Individu yang memperhatikan penampilan pada wajah mereka memiliki standar kualitas hidup yang lebih rendah dan cenderung mengisolasi diri dari masyarakat dan interaksi sosial.

55

Oral Health-related Quality of Life (OHRQOL) adalah konstruksi

multidimensi yang berpengaruh terhadap kenyamanan individu saat makan, tidur,

terlibat dalam interaksi sosial, harga diri, dan kepuasan yang berhubungan dengan

kesehatan mulut.

55

Saat ini telah terjadi perubahan kriteria hasil perawatan gigi/medis

klinis tradisional dari yang hanya berfokus pada penyakit seperti karies, gingivitis,

periodontitis, dan lainnya menjadi sistem penyampaian kesehatan mulut yang lebih

berpusat pada pasien dan berfokus pada pengalaman sosial, emosional dan fisik

seseorang. Dengan kata lain, diperlukan penanganan terhadap keluhan kesehatan

(35)

pasien dan mempertimbangkan dampak penyakit pasien terhadap kualitas hidupnya.

55

Kualitas hidup terkait kesehatan mulut dapat membantu dalam membuat keputusan klinis dengan mempertimbangkan keinginan pasien serta memperhatikan kebutuhan emosional dan fisik pasien.

57

2.5.3 Kualitas Hidup pada Perempuan Menopause Penderita Periodontitis (Berkaitan dengan Kondisi Gigi Geligi)

Saat ini, perempuan mendapat banyak perhatian karena berhubungan dengan masalah kesehatan mulut pada pascamenopause.

8

Penelitian telah menunjukkan bahwa berkurangnya kadar estrogen karena menopause berkorelasi dengan kehilangan perlekatan jaringan periodontal merupakan faktor terjadinya osteoporosis yang mempengaruhi resorpsi tulang alveolar dan hilangnya gigi.

16

Perempuan pascamenopause akan berfokus pada estetika sepertiga bagian bawah wajah, tidak seperti perempuan umumnya yang lebih fokus dalam memperhatikan estetika pada kulit dan hidung. Gigi yang berfungsi sebagai estetika akan berpengaruh terhadap citra diri dan kesehatan mulut yang akan berdampak pada kesejahteraan perempuan menopause.

58

Masalah yang biasanya terdapat pada bidang kesehatan gigi dan mulut adalah gangguan fungsi kunyah akibat perubahan gigi.

58

Hasil penelitian Wong menemukan bahwa kehilangan gigi geligi dapat memengaruhi keadaan fisik dan psikologis, seperti kurangnya percaya diri dan keterbatasan aktivitas sosial.

59

Kondisi tersebut juga berpengaruh terhadap alveolar ridge yang berakibat pada perubahan dimensi vertikal dan status kesehatan gigi dan mulut.

60

Beberapa faktor penting yang berhubungan dengan kehilangan gigi dan

osteoporosis, yaitu usia lanjut, pendidikan yang buruk, penyakit kronis, tembakau dan

penggunaan alkohol, kebersihan mulut, dan diet yang tidak sehat.

58

Perilaku

kebersihan mulut, seperti menyikat gigi, flossing, scaling secara teratur, dan

kunjungan sangat direkomendasikan karena sangat penting untuk mempertahankan

gigi dan menjaga kesehatan mulut.

8

(36)

2.6 Kerangka Teori

Perempuan Menopause

Perubahan Kondisi Oral

Perubahan kondisi gigi geligi Perubahan Hormon

Keparahan Penyakit Jaringan Periodontal

Gingivitis

Periodontitis Perubahan

Fisik

Perubahan Psikologis

Kualitas

Hidup

(37)

2.7 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen Tingkat Keparahan

periodontitis pada perempuan menopause penderita

periodontitis

Kualitas hidup terkait

kondisi gigi geligi

(38)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survei deskriptif, yang bertujuan mendeskripsikan dan menggambarkan kualitas hidup perempuan menopause penderita periodontitis di Instalasi periodonsia RSGM FKG USU dan Praktik dokter gigi spesialis periodonsia di Kota Medan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Pada penelitian ini data diambil berdasarkan status periodontitis pasien di Instalasi periodonsia RSGM FKG USU dan Praktik dokter gigi spesialis periodonsia di Kota Medan tahun 2019 sampai dengan 2021.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan April 2021 sampai dengan Agustus 2021.

3.3 Populasi dan Subjek Penelitian 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien menopause penderita periodontitis yang datang ke Instalasi periodonsia RSGM USU dan praktik dokter gigi spesialis periodonsia selama periode 2018 sampai dengan 2021.

3.3.2 Subjek

Pemilihan subjek pada penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling, yaitu pengambilan subjek secara purposive yang dilakukan dengan cara

memilih objek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan peneliti berdasarkan

(39)

batasan karakteristik dan ciri-ciri yang terdapat dalam kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditentukan.

3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi 3.4.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

1. Perempuan menopause penderita periodontitis yang datang ke Instalasi periodonsia RSGM FKG USU dan praktik dokter gigi spesialis periodonsia pada tahun 2018-2021.

2. Perempuan yang masuk kedalam tahap premenopause, perimenopause dan pascamenopause yang berusia 40-70 tahun.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

1. Status pasien yang tidak memiliki data rekam medik yang lengkap.

2. Pasien yang memiliki penyakit diabetes melitus tidak terkontrol.

3. Pasien yang sedang menjalani masa kehamilan.

3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Independen

Variabel independen pada penelitian ini adalah tingkat keparahan periodontitis pada wanita menopause penderita periodontitis.

3.5.2 Variabel Dependen

Variabel dependen pada penelitian ini adalah kualitas hidup terkait kondisi

gigi geligi.

(40)

3.6 Definisi Operasional Tabel 3. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional

Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur 1 Periodontitis Pasien yang

didiagnosis periodontitis berdasarkan klasifikasi AAP tahun 2017, penentuan stage dan grade berdasarkan kehilangan perlekatan dan rontgen foto.

Didiagnosis penyakit periodontitis pada rekam medis

Hasil ukur dinyatakan:

 Klasifikasi AAP

tahun 2017 Staging - Stage I - Stage II - Stage III - Stage IV Grading - Grade A - Grade B - Grade C

Ordinal

2 Menopause Perempuan yang berusia 40-70 tahun.

Wawancara Hasil ukur dinyatakan:

- Premenopause - Perimenopause - Pascamenopause

Kategorik

3 Kehilangan Gigi

Suatu keadaan lepasnya satu atau lebih gigi dari

tempatnya.

Dihitung gigi yang hilang pada rekam medis

Hasil ukur dinyatakan:

- <6 gigi - 6-10 gigi - >10 gigi

Ordinal

(41)

4 Kualitas Hidup penderita periodontitis

Persepsi individual terhadap kondisi kesehatan gigi geligi.

Kuesioner Hasil ukur setiap pertanyaan dinilai dengan skala 5 poin:

1. Kondisi gigi tidak berpengaruh (Skor 0-11).

2. Kondisi gigi memiliki

pengaruh lemah (Skor 12-18).

3. Kondisi gigi memiliki

pengaruh sedang (Skor 19-27).

4. Kondisi gigi memiliki pengaruh kuat (Skor 28-33).

5. Kondisi gigi memiliki

pengaruh sangat kuat (Skor 34-55)

Ordinal

3.7 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah sebagai berikut:

1. Peneliti mengurus surat izin penelitian dari Ketua Departemen Periodonsia

dan mendapatkan ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan

FK USU

(42)

2. Peneliti menyeleksi data status periodontitis pasien dari rekam medis di praktik dokter gigi spesialis di Kota Medan berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi yang telah ditentukan sebelumnya.

3. Meminta ketersedian pasien sebagai subjek dalam penelitian.

4. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kualitas hidup yang berkaitan dengan gigi pada penderita periodontitis kronis (modifikasi) berbahasa Indonesia secara online dalam bentuk Google form maupun wawancara dan memberikan kuesioner secara langsung yang sudah diadaptasi dari penelitian Pitu Wulandari dkk. dalam Cross Adaptation Quality of Life Questionnaire for Periodontitis Patients (Modified Indonesian Version) in Menopausal Women pada tahun 2020.

7

Gambar 2. Wawancara pasien secara langsung.

5. Pengumpulan data yang diperoleh dari Google form.

6. Analisis data, dilanjutkan penyusunan laporan penelitian.

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program komputer. Analisis

yang digunakan adalah analisis data deskriptif, dengan hasil berupa tabel frekuensi

dan persentase.

(43)

3.9 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini, mencakup:

1. Ethical clearance

Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang ada.

2. Lembar persetujuan (informed consent)

Peneliti menjelaskan tujuan penelitian, Tindakan yang akan dilakukan

serta menjelaskan manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini,

kemudian memberikan lembar persetujuan kepada subjek.

Gambar

Gambar 1. Gambaran patogenesis terjadinya penyakit periodontitis 46
Tabel 1. Klasifikasi periodontitis berdasarkan Staging
Gambar 2. Wawancara pasien secara langsung.
Gambar 3. Diagram Batang Persentase Pengaruh terhadap Penampilan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya kepada penulis hingga penelitian ini dengan judul “Tingkat Pengetahuan mengenai

Pada tahap ini, artikel kemudian diperiksa untuk melihat kelayakannya, dimana artikel memuat pembahasan efektivitas bahan antimikroba pada bahan akrilik dan silicon

Tarigan AN melakukan penelitian mengenai sintesis hidroksiapatit dari cangkang keong unam (Pugilina cochlidium) hasil sintesis metode sol-gel dengan suhu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi atau sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan kepada instansi kesehatan maupun menjadi bahan ajar

Bersama dengan surat ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengizinkan anak Bapak/Ibu berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya yang berjudul: “Perbandingan

Ditinjau dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa HAp cangkang keong unam dengan suhu kalsinasi 900ºC merupakan sampel yang paling baik di antara ketiga

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara sosial ekonomi orang tua dan perilaku membersihkan gigi dengan status kebersihan rongga mulut (oral hygiene)

Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Denga nmengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan