• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi KAVITRA MOGANADASS NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi KAVITRA MOGANADASS NIM :"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENURUNAN KADAR VOLATILE SULFUR COMPOUNDS (VSCs) PADA PENDERITA HALITOSIS

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

KAVITRA MOGANADASS NIM : 140600216

FAKULTAS KEDOKTERAAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(2)

Gigi Masyarakat Tahun 2020

Kavitra Moganadass

Efektivitas berkumur ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L) 4% terhadap penurunan kadar Volatile Sulfur Compounds (VSCs) pada penderita halitosis.

iv + 49 Halaman

VSC merupakan suatu senyawa sulfur yang mudah menguap yang merupakan hasil produksi dari aktivitas bakteri-bakteri gram negatif. Obat kumur daun kemangi dapat digunakan sebagai penunjang untuk mengurangi kadar Volatile Sulfur Compounds (VSCs). Daun kemangi (Ocimum sanctum L) merupakan tanaman herbal yang memiliki daya antiinflamasi, analgesik, antipiretik, dan antibakteri. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektifitas ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum L) 4% sebagai obat kumur dalam menurunkan kadar halitosis. Ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan pre dan posttest control group design. Subjek penelitian berjumlah 40 orang yang merupakan masyarakat India dari komunitas Bakthi Sosial Kota Medan yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dengan berkumur daun kemangi dan kelompok kontrol dengan berkumur aquades masing-masing sebanyak 10 ml. Pengukuran VSCs dilakukan pada waktu sebelum perlakuan (pretest) dan setelah perlakuan (posttest). Setiap kelompok diinstruksikan berkumur selama 30 detik. Analisis data mengunakan uji T. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara selisih rata-rata pada penurunan kadar VSCs yaitu 373,5 ± 187,93 pada kelompok berkumur daun kemangi dan 273,4 ± 170,56 pada kelompok berkumur aquades (p=0,000). Dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun kemangi 4% efektif menurunkan kadar VSCs untuk penderita halitosis.

Daftar Rujukan : 33 (2010-2020)

(3)
(4)

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 23 Desember 2020

TIM PENGUJI:

KETUA : Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D ANGGOTA : 1. Darmayanti Siregar, drg., M.KM.

2. Siska Ella Natassa Mtd. drg., MDSc.

(5)

karunia-Nya yang senantiasa memberikan segala kemudahan, petunjuk serta kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes, Sp.RKG(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Darmayanti Siregar, drg., M.KM., selaku Plt. Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat dan selaku dosen penguji yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan kritik dan saran yang membangun terhadap skripsi ini.

3. Prof Sondang Pintauli, drg, Ph.D., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan motivasi serta senantiasa memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berarti kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Siska Ella Natassa Mtd, drg., M.DSc., selaku dosen penguji yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan kritik dan saran yang membangun terhadap skripsi ini.

5. Aida Fadhila Darwis, drg, MDSc., selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa memberikan motivasi kepada penulis selama menjalani pendidikan akademis.

6. Seluruh staf pengajar FKG USU terutama di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Masyarakat atas bimbingan dan bantuan yang diberikan kepada penulis.

7. Prof. Sutomo Kasiman, Sp.PD., Sp.JP(K) selaku Ketua Komisi Etik penelitian dibidang kesehatan universitas sumatera utara yang telah memberikan persetujuan perlaksanaan penelitian ini.

8. Dr. drg. Suci Erawati,M.Kes selaku Ketua Halitosis Care Center Poli Gigi Rumah Sakit Siti Hajar yang telah memberikan persetujuan melaksanakan penelitian

(6)

kepada orang tua penulis yaitu Moganadass, Thirumagal dan adik saya Prasanna dass atas perhatian, kasih sayang, doa, serta dukungan baik moril maupun materil yang selama ini diberikan kepada penulis

9. Teman-teman Gavinthiran, Santhia, Rinnisha, Serithren, Nabila, dan Jehan atas doa dan dukungan yang selalu diberikan semasa penulisan skripsi.

10. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Masyarakat Sarmela Nathan dan Rahmi yang selalu bersedia membantu penulis. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk pengembangan ilmu kedokteran gigi, terutama dalam bidang pencegahan dan kesehatan gigi masyarakat. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak keterbatasan, oleh karena itu, kritik dan saran membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan skripsi ini.

Medan, Desember 2020 Penulis

Kavitra Mogana Dass

NIM: 140600216

(7)

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN ABSTRAK ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Hipotesis Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Halitosis ... 7

2.1.1 Etiologi Halitosis ... 7

2.1.2 Mekanisme Halitosis ... 10

2.1.3 Klasifikasi Halitosis ... 11

2.1.4 Pengukuran Halitosis ... 13

2.2 Kemangi (Ocimum sanctum L.) ... 16

2.2.1 Kandungan Kemangi ... 17

2.2.2 Manfaat Kemangi ... 19

2.3 Kerangka Konsep ... 22

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.2.1 Tempat... 23

3.2.2 Waktu ... 23

3.3 Populasi dan Sampel ... 23

3.3.1 Populasi ... 23

3.3.2 Sampel ... 23

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 25

3.5 Metode Penelitian... 26

(8)

BAB 4 HASIL PENELITIAN . ...

4.1 Rerata skor VSC sebelum berkumur ... 29 4.2 Perbedaan rerata skor VSC sebelum dan sesudah berkumur ... 30 4.3 Rerata Skor VSC sesudah berkumur ... 30 4.4 Efektifitas berkumur terhadap Selisih Penurunan rerata skor

VSC ... 31 BAB 5 PEMBAHASAN ... 32 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...

6.1 Kesimpulan ... 35 6.2 Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA………. 37

LAMPIRAN

(9)

Gambar Halaman

1. Alat Pengukuran Organoleptik... 13

2. Alat Pengukuran Oral Chroma ... 14

3. Alat Pengukuran Halimeter (Portable Sulphide Monitor) ... 15

4. Tanita Corp / Breath Checker ... 15

5. Ocimum sanctum L ... 17

6. Struktur Fitokimia Eugenol 71% ... 18

(10)

Tabel Halaman 1. Pengukuran organoleptik menggunakan skala 1 sampai 5 ... 13 2. Skala Pengukuran Halimeter (Breathtron II) ... 15 3. Skala Pengukuran Tanita corp (Breath checker) ... 16 4. Rerata skor VSC sebelum berkumur pada kelompok berkumur daun

kemangi (Ocimum sanctum L.) 4% dan aquades ... 29 ...

5. Perbedaan rerata skor VSC sebelum dan sesudah berkumur pada kelompok berkumur ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.)

4% dan aquades ... 29 6. Rerata skor VSC sesudah berkumur pada kelompok berkumur ekstrak

daun kemangi (Ocimum sanctum L.) 4% dan aquades ... 30 7. Efektifitas berkumur terhadap selisih penurunan rerata skor VSC antara

kelompok berkumur ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) dan

aquades ... 31

(11)

2. Penjelasan Kepada Subjek Penelitian

3. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) 4. Surat persetujuan komisi etik penelitian

5. Surat selesai penelitian 6. Output analisis data

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Halitosis adalah bau nafas yang tidak menyenangkan dan hanya merupakan suatu gejala bukan sesuatu penyakit.Halitosis memiliki implikasi sosial besar yang merugikan bagi penderitanya dan secara signifikan berdampak pada norma interaksi sosial.Oleh karena itu, halitosis perlu diperhatikan secara serius dari segi kesehatan maupun psikologis.1

Halitosis dapat disebabkan oleh banyak faktor dan penyebab utamanya yaitu, berasal dari rongga mulut.Ghapanchi dkk. menemukan bahwa dari 360 pasien yang berkunjung ke fakultas kedokteran gigi Shiraz di Iran, sebanyak 27,8% pasien rentang berusia 10-56 tahun mengeluhkan halitosis. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan pasien dengan genuine halitosis 94% dan pseudo halitosis 6%. Pada pasien dengan genuine halitosis, sebanyak 76% penyebabnya berasal dari intra oral, dan 18% berasal dari ekstra oral.2,3 Berdasarkan survei pengukuran kadar halitosis di Tebet Jakarta, ditemukan rata-rata konsentrasi VSCs mencapai 105 ppb. Halitosis atau halitosis umumnya disebabkan oleh kondisi kesehatan mulut yang buruk. Berdasarkan survey dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI tahun 2013, terdapat 25,9% penduduk Indonesia memiliki masalah gigi dan mulut sebanyak 28,6%.Oleh karena itu, prevalensi penderita halitosis di Indonesia diperkirakan cukup tinggi.

Genuine halitosis adalah bau mulut yang melewati batas penerimaan secara sosial dan dapat dibagi menjadi tiga yaitu, halitosis fisiologis, halitosis patologis dan halitophobic. Pseudo halitosis menjelaskan kondisi dimana pasien mengeluh bau mulut tetapi hal ini tidak dirasakan oleh orang lain disekitarnya ataupun tidak dapat terdeteksi dengan tes ilmiah. Halitophobia merupakan permasalahan psikis yang dikarakteristikkan dengan asumsi pasien bahwa dia menderita halitosis bahkan setelah diyakinkan, diberi penanganan dan konseling. Pasien halitophobia sebaiknya disarankan untuk mendatangi psikiater.4

(13)

Hasil penelitian tersebut juga menemukan bahwa karies gigi adalah penyebab umum halitosis yang berasal dari rongga mulut 62%, diikuti oleh penyakit periodontal 55%, pengisian saluran akar yang tidak hermetis 12%, xerostomia 9%, pemakaian gigi tiruan 2%, diet konsumsi protein tinggi terutama makanan laut 28%, merokok 13%, sinusitis dan polip hidung 4%, sembelit dan refluks lambung 4%, faktor hormonal 4%

dan obat 4%. Selain itu, penelitian tersebut menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara halitosis dengan jenis kelamin dan tingkat pendidikan.3,4

Bakteri-bakteri gram negatif yaitu Porphyromonas gingivalis, Treponema denticola, Porphyromonas endodontalis, Prevotella intermedia, Bacteroides loescheii, Enterobacteriaceae, Tannerella forsythensis, Centipeda periodontii, Eikenella corrodens, Fusobacterium nucleatum dapat menyebabakan halitosis.5.6 Porphyromonas gingivalis merupakan flora norma rongga mulut dan berperan dalam perkembangan halitosis,penyakit periodontal dan kanker mulut Porphyromonas gingivalis, yaitu sisteina protease (cysteine protease) yang disebut gingipain dan lipopolisakarida. Gingipain dapat mengubah kondisi lingkungan mulut dengan meningkatkan pH mulut yang meningkatkan jumlah bakteri anerob gram negatif lain.

Halitosis disebabkan oleh pembentukan Volatile Sulfur Compound (VSC). VSC merupakan hasil produksi dari aktivitas bakteri- bakteri anaerob dan bereaksi dengan protein-protein yang ada di dalam rongga mulut yang diperoleh dari sisa-sisa makanan yang mengandungi protein, sel-sel darah, dan bakteri yang mati ataupun sel-sel epitel yang terkelupas dari mukosa mulut. VSC merupakan senyawa sulfur yang mudah menguap, terbentuk oleh reaksi bakteri (terutama bakteri anaerob) dengan protein yang akan dipecah menjadi asam amino. Terdapat tiga asam amino yang menghasilkan VSC yaitu Cysteine menghasilkan Hidrogen Sulfida (H2S), Metionin menghasilkan Metill merkaptan (CH3SH), dan Cystine menghasilkan Dimetil Sulfida (CH3SCH3).6

Berdasarkan penelitian Erawati dkk yang mengukur kadar gas VSC dengan bahan kumur basis minyak atsiri buah kapulaga (Amomum cardamomum L), diketahui terdapat perbedaan yang signifkan antara kelompok perlakuan berkumur dengan obat kumur minyak atsiri buah kapulaga dan Listerine, yaitu masing- masing p=0,001 dan p=0,007 (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan, rata-rata skor VSC pada hari pertama

(14)

menunjukkan 3,363±1,773 dan pada hari kelima 1,118±0,766 sedangkan skor VSC pada Listerine hari pertama adalah 3,488±2,002 dan pada hari kelima 1,177± 0,766.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menghilangkan halitosis dengan cara tradisional yaitu berkumur dengan obat kumur herbal. Saat ini telah banyak obat kumur yang berkembang dengan bahan dasar tanaman herbal yang diyakini mempunyai sifat antibakteri dengan efek samping minimal. Salah satu tumbuhan herbal yang dipercaya dapat membantu menjaga kesehatan gigi dan mulut adalah daun kemangi (Ocimum sanctum L).8 Hal ini karena, daun kemangi memiliki agen antibakteri yaitu eugenol (1-hydroxy-2-me-thoxy-4-allylbenze), Ursolicacid (2,3,4,5,6,6a,7,8,8a,10,11,12,13,14- btetradecahydro-1H-picene-4a-car-boxylic acid) dan Carvacrol (5,isopropyl-2methyl-phenol), linalool (3,7-dimethylocta -1,6-dien-3-ol), limatrol, Caryophyllene (4,11,11-trimethyl-8-methyle-ne-bicyclo [7.2.0] undec-4-ene), methyl cavicol (also) called estragol: 1- allyl-4-methoxybenze). Selain itu, batang dan daun kemangi (Ocimum sanctum) mengandung komponen yang memiliki aktivitas antibakteri, diantaranya saponin, flavonoid, triterpenoid, dan tanin yang membentuk berat molekul yang tinggi dengan protein yang larut dalam saliva meningkatkan lisis bakteri pada permukaan gigi dan saliva.

Kemangi dikenali sebagai Tulsi dalam bahasa Hindi atau Tulasi dalam bahasa Sanskerta (Holy basil dalam bahasa Inggris) merupakan ramuan aromatik dan ramuan herba aromatik yang termasuk keluarga Lamiaceae. Kemangi sangat dipuja oleh orang asli India subkontinen (south indians) dan telah digunakan dalam pengobatan Ayurvedic lebih dari 3000 tahun. Dalam sistem Ayurveda kemangi sering disebut sebagai "Elixir of Life" yaitu kekuatan penyembuhannya dan dikenal untuk mengobati berbagai kondisi kesehatan umum dan kondisi oral.9

Skrining yang dilakukan terhadap 30 jenis tumbuhan obat tradisional yang mempunyai aktivitas antibakteri terhadap karies dan pembentukan plak, daun kemangi (Ocimum sanctum L) termasuk tumbuhan yang memiliki sifat antibakteri paling aktif terhadap Streptococcus mutans serotipe-d dan Porphyromonas gingivalis.10,11

Penelitian yang dilakukan oleh Jayanthi I dkk menyatakan bahwa ekstrak daun kemangi (Ocimum Sanctum) menghambat bakteri Porphyromonas gingivalis dan A.

(15)

actinomycetemcomitans. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun kemangi dengan konsentrasi 8% memperlihatkan zona hambat maksimum dalam mm terhadap P. gingivalis dengan rerata 33,79±1,82. Sedangkan pada ekstrak daun kemangi dengan konsentrasi 2% menunjukkan zona hambat sebesar 14,32±1,21, pada konsentrasi 4%

menunjukan zona hambat dengan rerata 22,94 ±1,52 dan zona hambat pada 6%

menunjukan rerata 29,80 ±1,60.12

Menurut penelitian Mallikarjun dkk, menyatakan bahwa pada konsentrasi 5%

dan 10%, ekstrak daun kemangi (Ocimum Sanctum) menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap A. actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis dan Prevotella intermedia dan menunjukkan zona hambat yang signifikan (p<0,05).13 Konsentrasi tulsi (daun kemangi) pada konsentrasi 5% menunjukkan rata-rata zona hambat dalam mm terhadap bakteri A. actinomycetemcomitans yaitu 38,25±2,22, rata- rata zona hambat pada bakteri Porphyromonas gingivalis menunjukkan 18,00±0,82 dan pada bakteri Prevotella intermedia menunjukan 18,25±0,96 dimana pada konsentrasi 10% tulsi (daun kemangi) menunjukkan rata-rata zona hambat A.

actinomycetemcomitans yaitu 41,00±0,82, rata-rata zona hambat bakteri Porphyromonas gingivalis menunjukan 21,00±0,82 dan bakteri Prevotella intermedia menunjukan 22,75 ±1,89.12

Penelitian yang dilakukan oleh Kriti dkk menyatakan bahwa klorheksidin, hydrogen peroxide dan ekstrak tulsi (daun kemangi) memiliki efek mengurangi halitosis menggunakan analisis spectrophotometric (M-1 cm-1). Pada kelompok klorheksidin 0.2%, skor VSC menunjukkan rerata 74,74±10,22. Pada kelompok hydrogen peroxide konsentrasi 1,5%, skor VSC menunjukkan rerata 78,98±10,79 dan pada kelompok ekstrak tulsi (daun kemangi) konsentrasi 4% skor VSC menunjukkan rerata 71,78±6,89. Menurut peneliti, tulsi (daun kemangi) memiliki efek terhadap halitosis, plak dan gingivitis.19

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agarwal dkk, yang menggunakan 15 konsentrasi ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L) dan volume yang berbeda(mm). Pada konsentrasi 0.5%, rata-rata zona hambat menunjukkan 2,40±5,37 dan pada konsentrasi 1% menunjukkan 6,00±8,25. Pada konsentrasi 1,5%

(16)

rata-rata zona hambat menunjukkan 5,60±7,80, konsentrasi 3% menunjukkan 10,40±9,94, konsentrasi 3,5% menunjukkan 6,40±8,88, konsentrasi 4% menunjukkan 16,00±4,24, pada konsentrasi 4,5% menunjukkan 10,40±9,74, pada konsentrasi 5%

menunjukkan 10,40±9,74, konsentrasi 6% menunjukkan 8,80±8,32, konsentrasi 7%

menunjukkan 10,40±9,74, konsentrasi 8% menunjukkan 8,80±832, konsentrasi 9%

menunjukkan 9,60±9,21 dan pada konsentrasi 10% rata-rata zona hambat minimum inhibasi menunjukkan rerata 9,40±8,93. Pada konsentrasi 4% ekstrak daun kemangi menunjukkan potensi antimikroba maksimum.20

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti efektivitas berkumur ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L) 4% terhadap penurunan kadar Volatile Sulfur Compounds (VSCs) pada penderita halitosis.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ekstrak etanol daun kemangi 4% efektif digunakan sebagai obat kumur untuk menurunkan kadar halitosis?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum L) 4% sebagai obat kumur dalam menurunkan kadar halitosis.

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1.Untuk mengetahui rerata skor Volatile Sulfur Compounds (VSCs) sebelum (baseline) berkumur ekstrak daun kemangi 4% dan berkumur akuades

2.Untuk menganalisis perbedaan rerata skor Volatile Sulfur Compounds (VSCs) sebelum berkumur pada kelompok ekstrak daun kemangi 4% dan aquades.

3.Untuk menganalisis perbedaan rerata skor Volatile Sulfur Compounds (VSCs) sesudah berkumur antara kelompok ekstrak daun kemangi 4% dan aquades.

4.Untuk menganalisis perbedaan selisih rerata skor Volatile Sulfur Compounds (VSCs) antara kelompok berkumur ekstrak daun kemangi 4% dan berkumur akuades.

(17)

1.4 Hipotesis Penelitian

Tidak ada perbedaan rerata skor Volatile Sulfur Compounds (VSCs) sebelum dan sesudah berkumur ekstrak daun kemangi 4%.

1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi masyarakat:

Ekstrak daun kemangi dapat menjadi alternatif obat kumur dari bahan alami yang murah, tidak mengandung bahan kimiawi, dan mudah didapat.

2. Bagi peneliti:

Dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang manfaat daun kemangi terhadap kesehatan rongga mulut.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Halitosis

Halitosis berasal dari bahasa Latin nafas (halitus) dan keadaan (osis). Halitosis adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan bau nafas tidak sedap yang keluar dari rongga mulut. Halitosis juga dikenal dengan beberapa nama lain, seperti mouth odor, bad breath, oral malodor, fetor ex ore, atau fetor oris. Halitosis disebabkan terutama oleh terbentuknya VSC (Volatile sulfur compound) yaitu sekumpulan gas mengandung sulfur yang dilepaskan lewat udara pernafasan. VSC yang terdiri atas H2S (Hydrogen Sulfide), CH3SH (Methyl Mercaptan) dan (CH3)2S (Dimethyl Sulfide) adalah suatu gas utama penyebab bau dalam rongga mulut.1,2,14

Halitosis umumnya didefinisikan sebagai bau mulut yang berasal dari keadaan metabolik secara sistemik termasuk saluran pencernaan. Halitosis dapat berupa halitosis fisiologis maupun halitosis patologis.Halitosis fisiologis adalah halitosis yang bersifat sementara dan terjadibila substansi yang menimbulkan bau tersebut secara hematologi menuju paru dan biasanya berasal dari makanan seperti: bawang dan lobak atau dapat berasal dari minuman seperti teh, kopi, dan minuman beralkohol. Halitosis patologis adalah halitosis yang terjadi dalam suatu mekanisme yang sama dengan halitosis fisiologis dimana bahan berbau yang secara hematologis menuju paru.

Penyebab utama keadaan ini karena adanya kelainan bersifat lokal atau sistemik seperti diabetes mellitus, uremia, gastritis, tukak lambung, oesophagus atau hepatitis.2,3,14

2.1.1 Etiologi halitosis

Secara umum penyebab halitosis terjadi atas faktor penyebab oral dan non oral.

Faktor penyebab oral meliputi kebersihan mulut yang buruk atau adanya penyakit periodontal sedangkan faktor non oral meliputi penyebab medis seperti: penyakit ginjal, diabetes, infeksi paru dan saluran pernafasan, radang sinus, bronkitis kronis, serta gangguan saluran pencernaan. Selain faktor penyebab oral dan non oral ada juga faktor

(19)

risiko seperti merokok, mulut kering, diet, makanan dan minuman, obat, dan gigi tiruan.

Halitosis dapat timbul oleh karena beberapa faktor 3,14-17 1. Oral Higiene yang buruk

Penyebab bau mulut yang utama adalah buruknya kebersihan mulut dan penyakit jaringan periodontal. Tindakan pembersihan gigi yang tidak tepat akan menyebabkan sisa makanan tertinggal di sela gigi dan mengalami dekomposisi oleh bakteri dan menimbulkan bau.3,13,15

2. Penyakit periodontal dan karies

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara halitosis dengan gingivitis atau penyakit periodontal dimana produksi VSC dalam saliva dijumpai meningkat pada gingiva yang mengalami inflamasi dan sebaliknya menurun bila gingivanya sehat. Karies gigi memungkinkan tertimbunnya sisa makanan sehingga dapat menyebabkan halitosis.14-15

3. Makanan dan minuman

Makanan berbau tajam seperti bawang putih, telur, jengkol, dan makanan pedas akan diubah secara kimia dan kemudian masuk ke dalam aliran darah dan dibawa ke paru. Udara di paru dikeluarkan dan bau mulut akan keluar sampai tubuh kita mengeluarkan makanan tersebut dari pencernaan maka bakteri akan memproses sisa makanan yang tertinggal di mulut, gigi, dan lidah.Bau mulut yang disebabkan makanan atau minuman hanya bersifat sementara dan mudah untuk diatasi hanya dengan tidak makan makanan tersebut.3,14-17

4. Xerostomia

Saliva pada rongga mulut dapat membersihkan mulut dan menghilangkan bakteri, namun kadar saliva setiap orang berbeda. Individu yang mempunyai saliva sedikit (xerostomia) akan mengeluarkan bau mulut. Minuman beralkohol dapat menyebabkan xerostomia yang ditandai dengan mulut kering, saliva menjadi kental, dan sering merasa harus membasahi kerongkongan.14-17

5. Penyakit sistemik

Orang yang mengidap diabetes yang tidak terkontrol biasanya memiliki bau masin (acetone breath) yang hanya dapat dikenali oleh dokter gigi. Bau mulut busuk

(20)

dan amis (fishy breath) biasanya keluar dari penderita gagal ginjal. Orang yang mempunyai masalah pada hidung misalnya karena polip pada hidung dan sinusitis juga dapat menyebabkan halitosis. Secara keseluruhan persentase penyakit sistemik yang mengalami halitosis hanya 1-2%.14-17

6. Morning bad breath

Banyak orang yang mengeluarkan bau nafas yang tidak sedap pada pagi hari setelah bangun tidur semalaman. Hal ini sesuatu yang normal terjadi oleh karena mulut cenderung kering dan tidak beraktivitas selama tidur. Bau nafas ini akan hilang setelah saliva dirangsang keluar pada waktu sarapan.14

7. Volatile Sulfur Compound (VSC)

Di dalam mulut terkandung lebih dari 400 juta bakteri yang mengeluarkan gas belerang. Bakteri akan memecah protein yang menghasilkan substansi berbau yaitu Volatile Sulfur Compound (VSC). VSC merupakan suatu senyawa sulfur yang mudah menguap, yang merupakan hasil produksi dari aktivitas bakteri-bakteri anaerob di dalam mulut berupa senyawa berbau tidak sedap dan mudah menguap sehingga menimbulkan bau yang mudah tercium oleh orang di sekitarnya. Bakteri Porphyromonas gingivalis, P. intermedia, dan Tannerella forsythensis berkorelasi dengan kadar metil merkaptan. Selanjutnya, metil merkaptan merupakan penyebab utama halitosis. Volatile berarti vaporous (uap) dan effervescent (berbuih) yaitu dua kata yang secara mendetail menjelaskan kemampuan VSC dalam mengganggu aktifitas seseorang melalui bau yang dihasilkannya. VSC adalah komponen penting penyebab bau mulut yang terbentuk akibat gas berbau yang keluar dari rongga mulut. Suatu penelitian menunjukkan bahwa bakteri dan asam amino mempunyai peranan penting pada proses pembentukan VSCs. Terdapat tiga asam amino utama yang menghasilkan VSCs, yaitu: cysteine menghasilkan hidrogen sulfida (H2S), methionine menghasilkan methil mercaptan (CH3SH) dan cystine menghasilkan dimethil sulfida (CH3SCH3).7,14

2.1.2 Mekanisme halitosis

Mekanisme terjadinya halitosis sangat dipengaruhi oleh penyebab yang

(21)

mendasari keadaan tersebut. Pada halitosis yang disebabkan oleh makanan tertentu, bau nafas berasal dari makanan akan diubah secara kimia dan kemudian masuk ke dalam aliran darah dan dibawa ke paru. Udara di paru dikeluarkan dan bau mulut akan keluar sampai tubuh kita mengeluarkan makanan tersebut dari pencernaan maka bakteri akan memproses sisa makanan yang tertinggal di mulut, gigi, dan lidah.Bau mulut yang disebabkan makanan atau minuman hanya bersifat sementara dan mudah untuk diatasi hanya dengan tidak makan makanan tersebut. Secara khusus bakteri memiliki peranan penting pada terjadinya halitosis. Bakteri dapat berasal dari rongga mulut itu sendiri seperti plak, bakteri yang berasal dari poket yang dalam, dan bakteri yang berasal dari lidah memiliki potensi yang sangat besar menimbulkan halitosis.1,3,18 Halitosis adalah hasil dari bakteri yang hidup secara normal di dalam permukaan lidah dan dala kerongkong. Bakteri gram negatif merupakan penghuni utama plak supragingival termasuk plak yang menutupi lidah dan permukaan mukosa lainnya. Porpphyromonas gingivalis dan Prevotella intermedia (bentuk Bacteroides intermedius) secara normal terdapat dalam plak supragingival dan dominan dalam pembentukan halitosis. Dalam penelitian yang menganalisis hubungan bakteri penghasil odor dan jenis odor, ditemukan bahwa Prevotella intermedia, Prevotella nigrescens dan Treponema denticola berkorelasi dengan kadar hidrogen sulfida;

Porphyromonas gingivalis, P. intermedia, dan Tannerella forsythensis berkorelasi dengan kadar metil merkaptan. Selanjutnya, metil merkaptan merupakan penyebab utama halitosis dibandingkan hidrogen sulfida dan dimetilsulfida; dimana metil merkaptan dan hidrogen sulfida berasal dari intraoral, sedangkan dimetilsulfida berasal dari ekstraoral.11,18

Seperti yang telah diketahui, di rongga mulut terdapat banyak bakteri baik gram positif maupun gram negatif. Kebanyakan bakteri gram positif adalah bakteri sakarolitik artinya di dalam aktivitas hidupnya banyak memerlukan karbohidrat sedangkan kebanyakan bakteri gram negatif adalah bakteri proteolitik dimana kelangsungan hidupnya banyak memerlukan protein. Protein akan dipecah oleh bakteri menjadi asam amino. Volatile berarti uap (vaporous) dan berbuih (effervescent) yaitu dua kata yang secara mendetail menjelaskan kemampuan VSC dalam mengganggu

(22)

aktivitas seseorang melalui bau yang dihasilkan. Suatu penelitian menunjukkan bahwa bakteri dan asam amino mempunyai peranan penting pada proses pembentukan VSC dimana terdapat tiga asam amino utama menghasilkan VSC yaitu: cysteine menghasilkan H2S (hydrogen sulfide), methionine menghasilkan CH3SH (methyl mercaptan), cystine menghasilkan CH3SCH3 (dimethyl sulfide)2. Asam amino tersebut akan mengalami proses kimiawi (reduksi) yang selanjutnya akan menghasilkan VSC yang merupakan penyebab utama terjadinya halitosis.14,18,19

2.1.3 Klasifikasi halitosis

Secara umum halitosis dibedakan menjadi 3 jenis yaitu halitosis sejati (genuine), pseudohalitosis, dan halitophobia.2,3,20

1. Halitosis sejati atau halitosis sebenarnya

Halitosis tipe ini dibedakan lagi menjadi halitosis fisiologis dan patologis.

Halitosis fisiologis sering juga disebut halitosis transien atau sementara. Bau tidak sedap yang ditimbulkannya akibat proses pembusukan makanan pada rongga mulut terutama berasal dari bagian posterior dorsum lidah, terbatas, dan tidak menghambat penderita untuk beraktivitas secara normal serta tidak memerlukan terapi khusus. Pada halitosis tipe ini tidak ditemukan adanya kondisi patologis yang menyebabkan halitosis, contohnya adalah morning bad breath yaitu bau nafas pada waktu bangun pagi.

Keadaan ini disebabkan tidak aktifnya otot pipi dan lidah serta berkurangnya saliva selama tidur. Bau nafas ini dapat diatasi dengan merangsang aliran saliva dan menyingkirkan sisa makanan di dalam mulut dengan mengunyah, menyikat gigi atau berkumur.20

a. Halitosis fisiologis terjadi apabila substansi yang menimbulkan bau tersebut secara hematologi menuju paru-paru dan biasanya berasal dari makanan seperti, bawang dan lobak atau dapat juga berasal dari minuman misalnya teh, kopi dan minuman beralkohol.1,3,20

b. Halitosis patologis merupakan halitosis yang bersifat permanen dan tidak bisa hilang hanya dengan metode pembersihan yang biasa sehingga menyebabkan penderita harus menghindar dari kehidupan normalnya. Halitosis patologis harus

(23)

dirawat dan perawatannya bergantung pada sumber bau mulut itu sendiri. Sumber penyebab halitosis patologis dibedakan atas intra oral dan ekstra oral. Sumber penyebab intra oral yaitu kondisi patologisnya berasal dari dalam rongga mulut atau bagian posterior dorsum lidah, sedangkan sumber penyebab halitosis patologis dari ekstra oral adalah kondisi patologisnya berasal dari luar rongga mulut misalnya saluran pencernaan, pernafasan, dan adanya gangguan sistemik.1-3,20

2. Pseudohalitosis

Halitosis ini disebut juga halitosis palsu yang sebenarnya tidak terjadi tetapi penderita merasa bahwa mulutnya berbau. Seseorang terus mengeluh adanya bau mulut tetapi orang lain tidak merasa orang tersebut menderita halitosis. Penanganannya dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan, dukungan, pendidikan, dan keterangan dari hasil pemeriksaan serta pengukuran kebersihan mulut.1,3,20

3. Halitophobia

Apabila setelah berhasil dilakukan perawatan terhadap halitosis sejati maupun pseudohalitosis penderita masih tetap merasa mulutnya bau, maka orang tersebut dikategorikan sebagai halitophobia. Banyak istilah yang dipergunakan untuk menyatakan halitophobia ini misalnya imaginary bad breath, delusional halitosis, phsychological halitosis, dan self halitosis. Pasien selalu khawatir dan terganggu oleh adanya halitosis sedangkan pada pemeriksaan oleh dokter atau dokter gigi tidak ditemukan adanya halitosis yang mengganggu. Pasien dengan halitophobia yakin menyatakan bahwa halitosis telah memisahkannya dengan teman-temannya, mengganggu pekerjaannya, dan sering menerima penolakan dalam pergaulan sosial.

Pasien percaya bahwa suatu sumber bau tak sedap mungkin dari keringat, pencernaan, dan nafas memancar keluar dari badannya serta percaya bahwa orang disekitarnya telah merasakannya.1-3,14,20

2.1.4 Pengukuran halitosis

Ada banyak metode yang digunakan untuk menegakkan diagnosis halitosis.

Cara sederhana yang biasa dilakukan adalah dengan mengeruk bagian posterior dorsum lidah menggunakan sendok plastik kemudian bau sendok dicium dan dibandingkan dengan

(24)

bau lainnya di dalam mulut. Selain cara sederhana ada empat metode pengukuran halitosis dengan menggunakan alat seperti organoleptik, gas khromatografi, halimeter, dan breath checker.15-19

1. Pengukuran organoleptik

Pengukuran organoleptik merupakan metode yang paling umum digunakan untuk mendeteksi halitosis. Skor organoleptik (OS) dicatat oleh 2 individu, menurut skala Kleinberg dan Codipilly. Metode ini dilakukan dengan mencium langsung bau yang terpancar dari mulut dengan cara memasukkan sebuah tabung transparan berdiameter 2,5 cm dan panjang 10cm kedalam mulut pasien dan menginstruksikan untuk menghembuskan nafas secara perlahan kedalam tabung (Gambar 1). Setelah itu di evaluasi dan diberikan skor sesuai dengan skala pengukuran organoleptik, sebelum dilakukan pengukuran pasien maupun pemeriksa harus mematuhi beberapa instruksi agar diperoleh hasil yang optimal. Pengukuran organoleptik menggunakan skala 1 sampai 5 (Tabel 1).19

Gambar 1. Metode organoleptik20

Tabel 1. Pengukuran organoleptik menggunakan skala 1 sampai 5.5,20

Kode Kriteria

0 Tidak ada bau

1 Ada sedikit bau mulut yang sulit di deteksi

2 Ada sedikit bau mulut yang mengganggu

3 Bau mulut yang sedang

4 Bau mulut yang kuat

5 Bau mulut yang sangat menyengat (ekstrim) 2. Pengukuran gas khromatografi portable

Pengukuran gas khromatografi portable memberikan hasil yang akurat karena alat ini memiliki sensor gas semikonduktor yang sangat sensitif terhadap komponen gas VSC. Gas khromatografi portable juga dihubungkan dengan komputer sehingga

(25)

pasien dapat melihat langsung hasil pengukurannya dalam bentuk grafik (Gambar 2).

Penggunaan alat ini ada tiga tahapan prosedur yaitu spuit plastic dimasukkan ke dalam rongga mulut dan ditahan antara bibir kemudian plunger ditarik perlahan terus dilepaskan dan ditekan lagi untuk kali keduanya sebelum spuit dikeluarkan dari dalam mulut, ujung spuit dikeringkan apabila basah dengan tisu kemudian jarum diletakakan yang ada dan gas tadi dikeluarkan 0,5 cc dengan plunger ditekan kembali. Hasil pengukuran keluar secara otomatis.21

Gambar 2 Oral Chroma21 3. Halimeter (Breathtron II)

Halimeter (Breathtron II) merupakan alat monitoring sulfida portable yang sederhana dimana dapat memberikan hasil bacaan VSC seperti kemampuan hidung manusia. Halimeter menggunakan sensor elektrokemikal dan voltametrik yang akan menghasilkan sebuah sinyal bila terpapar dengan VSC. Alat ini dilengkapi dengan sebuah pipa untuk menghubungkan udara yang keluar dari mulut ke dalam alat tersebut (Gambar 3). 18,21

Gambar 3. Halimeter (Breathtron II)18

(26)

Halimeter (Breathtron) memiliki tampilan digital yang merekam konsentrasi VSC dalam satuan parts per billion. Konsentrasi VSC dibagi menjadi tiga kategori yaitu normal, halitosis ringan, halitosis kronis. (Tabel 2).

Tabel 2. Skala Pengukuran Halimeter (Breathtron II).23

Konsentrasi VSC Kesimpulan

0-250 ppb Normal

251- 600 ppb Halitosis ringan

601-1500 ppb Halitosis sederhana

1501-3000 ppb Halitosis kronis

4. Tanita corp (Breath checker)

Breath checker merupakan alat monitoring portable sederhana (Gambar 4) dimana memberikan hasil bacaan VSC dalam 4 tingkatan (Tabel 3).

Gambar 4 Tanita corp (Breath checker)16 Table 3. Skala Pengukuran Tanita corp (Breath checker)

Kode Kriteria

1 Normal

2 Ada sedikit bau mulut

3 Bau mulut yang sedang

4 Bau mulut yang kuat

2.2 Kemangi (Ocimum sanctum L)

Kemangi dikenali sebagai Tulsi dalam bahasa Hindi atau Tulasi dalam bahasa Sanskerta (holy basil dalam bahasa Inggris) merupakan ramuan aromatik dan ramuan

(27)

herba aromatik yang sangat dipuja oleh keluarga Lamiaceae yang asli orang India subkontinen dan telah digunakan dalam pengobatan Ayurvedic lebih dari 3000 tahun.

Dalam sistem Ayurveda kemangi sering disebut sebagai "Elixir of Life" untuk kekuatan penyembuhannya dan dikenal untuk mengobati berbagai kondisi kesehatan umum.9,21 Penggunanan terapeutik dilaporkan meliputi pengobatan epilepsi, asma atau dyspnea, batuk, kulit dan hematologis penyakit, infeksi parasit, neuralgia, sakit kepala, luka, dan peradangan dan kondisi oral.Jenis kemangi yang berbeda menunjukkan keragaman yang luas dalam komposisi morfologi dan fitokimia termasuk metabolit sekunder, namun bisa dibedakan dari spesies Ocimum lainnya dengan warna serbuk sari kuningnya, tingkat tinggi eugenol, dan jumlah kromosom yang lebih kecil sub-benua.9-

24

Kemangi bersifat aromatik dan ramuan bercabang ditutupi dengan bulu halus.

Tanaman herbal ini panjangnya sekitar 30–60 cm dengan daunnya memiliki panjang 5 cm dan margin yang bergigi. Daunnya harum karena mengandung minyak wangi di dalamnya dan warnanya sederhana, elips, lonjong, dan tumpul dengan margin bergerigi atau gigi. Beragam daun hijau disebut Shri Tulsi dan memiliki daun kemerahan Krishna Tulsi. Bunga kemerahan ungu kecil, memiliki lonjakan silinder kecil dan kelompok kaku. Di dasar masing-masing bunga ada tangkai kluster berbentuk bracts kurang berbentuk hati. Bunga panjangnya 5 mm, dengan ‘calyx tube bearded’ di luar pangkalan. Buahnya kecil dengan biji berwarna kuning hingga kemerahan. (Gambar 5).25,26

Klasifikasi Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyte Class : Magnoliopsida Order : Lamiales Family : Lamiaceae Genus : Ocimum Species : Sanctum

(28)

Gambar 4. Ocimum sanctum L25

2.2.1 Kandungan Kemangi (Ocimum sanctum L)

Kandungan bahan aktif dan rendaman minyak dalam genus Ocimum sactum L berbeda antara satu spesies lainya. Rendaman minyak dalam spesies Ocimum santum L berkisar antara 0,08-0,38% dengan bahan aktif utama eugenol (1-hidroksi - 2metoksi - 4-allibenzena) sekitar 64%. Selain itu, kemangi mengandung berbagai jenis senyawa kimia lain yang tentunya dapat menjelaskan manfaat yang diberikan. Misalnya, kandungan sineol eugenol sebagai akibat biosintesis eugenol lebih lanjut dengan enzim tertentu. Senyawa- senyawa lain yang banyak ditemukan dalam minyak atsiri ini antara lain 1,8-sineol, trans-beta-osimen, kamfor, linalool, metil kavikol, geraniol, sitral eugenol, metil sinamat, esdragiol, beta-bisabolen, beta-kariopilen. Persentase senyawa alam kemangi ini tidak terlalu banyak.27,28

Bau aromatic unik Ocimum santum L adalah karena adanya minyak atsiri atau volatile. Minyak atsiri aromatic merupakan fenol, terpene dan aldehida. Berbagai penelitian membuktikan bahwa kandungan kimia yang bervariasi karena terdapat faktor tanah dan letak geografis. Selain minyak atsiri, Ocimum santum L juga mengandung alkaloid, glikoida, tanin dan saponin. 28

Kandungan minyak atsiri mempunyai konsentrasi yang terdapat pada daun.

Daun kemangi Ocimum santum L mengandung, 0.7% minyak atsiri yang terdiri atas sekitar 71% eugenol dan metil eugenol 20% (gambar 6). Minyak esensial dari daun ini terdiri dari α-thujen, nonane, octane, benzene, (z)-3-hexanol, ethyl 2-metil butirat, α- pinene β-pinene, toluene, sitronelal, camphene, sabinene, dimetil benzene, myrecene, etil benzene, limocene, 1,8- cineole, ci-β-ocimene, trans-β- ocimene, p-cymene,

(29)

terpiniolene, alloocimene, butylbenzene, α-cubebene, γ-terpene, oksida trans-linalool, geraniol, α-copaene, β-bourbonene, β-cubebene, linalool, eugenol, metileugenol, β- farnesene, β-elemene, (e)-asetat, cinnamyl, isocaryophyllena, β-caryophyllene, iso- eugenol, a-guaiene, α-muurolene, δ-cadinene, cuparene, calamenene, geraneol, neralidol, caryophyllene oksida, iedol, humulene oksida, α-guaiol,ι-cadinol, α-bisbolo, (ez)-farnesol, cissesquisabinene hidrat, elemol, tetradecanal, senin-11-en-4-α-ol, 14- hidroksi-α-humulene.27,28

Ekstrak dari daun dan bagian lainnya merupakan asam ursolat, asgenin, luteolin, apignin-7-ο- glukuronida, isorientin, orientin, molludistin, stigmsterol, triakontanol ferulate, vicenin-2, vitexin, isovitexin, aessculetin, aesculin, asam chlorgnic, galuteolin, circineol, asam galat, gallic acid methyl ester, asam galat etil ester, asam klorogenal, glukosida propona fenil 1, glukosida propane fenil 2, β-stigmsterol dan asam rosma rinik.

Daunya mengandung asam askorbat dan karotin. Kandungan mineral (per 100gram) dari seluruh tanaman (Ocimum Sactum L) termasuk vitamin c (83mg), karoten (2,5mg), kalsium 3,15%, 0,34% fosfor- chromium-2,9 mg, tembaga 0,4mg, zinc- 0.15mg, vanadium-0,54mg, zat besi- 2,32 mg, nikel-0.73 ug dan oksalat larut.28,29

Gambar 5. Struktur fitokimia eugenol 71% 26

Menurut daftar komposisi bahan makanan Direktorat Gizi Department Kesehatan RI, kemangi termasuk sayuran kaya provitamin A. Setiap 100gr daun kemangi terkandung 5,000 SI vitamin A. Kelebihan lainya, kemangi termasuk sayuran yang banyak mengandung mineral, kalsium dan fosfar sebanyak 45 hingga 75 mg per 100 gr daun kemangi.26-28

(30)

2.2.2 Manfaat Kemangi

Tanaman kemangi memiliki banyak kegunaan pada manusia, baik daun, biji maupun seluruh bagian lain dari tanaman. Berikut adalah beberapa dari banyak manfaat daun kemangi untuk pengobatan.29-31

1. Dari efek farmakologis, dalam sistem tradisional obat Ayurvedic, beberapa sifat obat telah dikaitkan dengan tanaman ini. Studi farmakologi terbaru telah membuktikan tanaman ini sebagai anabolik hipoglikemik, relaksan otot polos, depresi jantung, antifertilitas, adaptogenik dan mempunyai sifat imunomodulator.28

2. Dari segi efek antimikroba, minyak atsiri dari daun kemangi memiliki kegunaan sebagai antibakteri, antijamur dan antivirus yang menghalangi pertumbuhan E. coli, B. anthracis, M. tuberculosis dan lainnya. Sediaan yang mengandung ekstrak Daun kemangi secara signifikan mempersingkat penyakit, gejala klinis dan parameter biokimia pada pasien dengan virus hepatitis dan virus ensefalitis.29

3. Efek antimalaria juga dapat dilihat melalui tanaman daun kemangi ini.

Minyak atsiri dari daun kemangi telah dilaporkan memiliki aktivitas larvisida 100%

terhadap nyamuk Culex. Pengujian telah menunjukkan aktivitas antimalaria yang sangat baik dari tanaman daun kemangi. Ekstrak tanaman itu menunjukkan aktivitas insektisida sebagai obat nyamuk, yang berlangsung selama sekitar dua jam.28,29

4. Dari segi efek imunomodulator, minyak atsiri dari tanaman daun kemangi ditemukan memiliki sifat anti-alergi. Bila diberikan pada hewan laboratorium, senyawa itu ditemukan menghambat degranulasi sel mast dan melepaskan histamin di hadapan alergen. Studi-studi ini mengungkapkan peran potensial ekstrak Ocimum sanctum dalam pengelolaan gangguan imunologi termasuk alergi dan asma.28,29

5. Tanaman daun kemangi memiliki efek antistress atau efek adaptogenik terhadap manusia. Dari segi efek antifertilitas, salah satu unsur utama dari daun, asam ursolat, telah dilaporkan memiliki aktivitas antifertilitas pada tikus. Efek yang telah dikaitkan dengan efek antiestrogenik itu mungkin dapat menghambat spermatogenesis pada laki-laki dan implantasi sel telur pada perempuan. Ekstrak daun kemangi berpotensi menjadi agen antifertilitas tanpa efek samping.28,29

(31)

6. Tanaman daun kemangi mempunyai efek anti-diabetes. Secara acak, pengujian crossover plasebo terkontrol pada 40 relawan yang menderita diabetes tipe II telah dilakukan. Pada minggu keempat percobaan, subjek bergantian menerima dosis harian sebesar 2,5 g serbuk daun kemangi atau plasebo selama waktu dua minggu.

Hasil penelitian menunjukkan penurunan 17,6% pada glukosa darah puasa dan penurunan 7,3% glukosa darah postprandial pada pengobatan dengan daun kemangi dibandingkan dengan kadar glukosa darah selama pengobatan dengan plasebo.5,26-28

7. Untuk penyakit jantung, tanaman daun kemangi memiliki efek positif atas tekanan darah dan ditoksifikasi, di mana penggunaan reguler mencegah serangan jantung. Sebuah tonik dapat dibuat dengan mencampur 1 gram daun kering daun kemangi dengan sesendok mentega dan gula permen atau madu, diambil dua kali sehari di pagi hari dan sebelum tidur di malam hari. Dengan meminum daun teh daun kemangi, tekanan darah dapat terkontrol.6,28,29

8. Daun kemangi dalam bentuk pasta digunakan pada penyakit parasit di kulit dan juga diterapkan pada kuku jari tangan dan kaki selama demam ketika tangan dan kaki dingin. Jus daun diberikan dalam radang selaput lendir hidung dan bronkitis pada anak. Tanaman ini disebutkan memiliki efek karminatif, yang mengeluarkan keringat dan sifat stimulan. Tanaman ini digunakan untuk batuk dan juga sebagai cuci mulut untuk menghilangkan sakit gigi. Juga baik digunakan untuk sakit kepala, kejang, kram, demam dan kolera.28,29,31

9. Daun kemangi dianggap sebagai adaptogen atau agen anti-stres. Studi terbaru menunjukkan bahwa daunnya melindungi signifikan terhadap stres. Bahkan orang sehat bisa mengunyah 12 daun daun kemangi, dua kali sehari, untuk mencegah stress.5,6,28-31

10. Daun kemangi mengandung minyak atsiri, flavonoid, fosfor, besi, beta caroten, vitamin A & C yang mempunyai aktivitas antibakteri. Kandungan minyak atsiri daun kemangi juga memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri gram negatif dan poitif yaitu Staphylococcus aureus, dan memiliki zona penghambatan maksimum terhadap bakteri penghasil odor Volatile Sulfur Compound (VSC) yaitu Porphyromonas gingivalis, Selain itu, batang dan daun kemangi (Ocimum sanctum)

(32)

mengandung komponen yang memiliki aktivitas antibakteri, diantaranya saponin, flavonoid, triterpenoid, dan tanin yang membentuk berat molekul yang tinggi dengan protein yang larut dalam saliva meningkatkan lisis bakteri pada permukaan gigi dan saliva.11,12,31

(33)

2.3 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen 1. Berkumur ekstrak daun

kemangi 4%

2. Berkumur aquades

Perbedaan kadar Volatile Sulfur Compounds (VSCs) sebelum dan sesudah berkumur yang diukur dengan halimeter (Breathtron II).

(34)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan desain pre dan post test control yaitu melakukan pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan diberikan, dengan kelompok perlakuan yaitu berkumur dengan larutan ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum L.) dengan konsentrasi 4% dan kelompok kontrol yaitu berkumur dengan aqudes.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

1.Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara untuk formulasi obat kumur.

2.Rumah Sakit Siti Hajar sebagai tempat perlakuan berkumur dan pengukuran halitosis dengan menggunakan halimeter (Breathtron II).

3.2.2 Waktu

Penelitian ini dilakukan dari November 2018 sampai selesai penelitian.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah masyarakat India dari komunitas Bakthi Sosial Kota Medan yang berjumlah 120 orang.

3.3.2 Sampel

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus penelitian uji hipotesis beda dua rata-rata yaitu:

n = σ2 (Z1- α/2 + Z1-β)2 12)2

(35)

n = 0,96652 (1,96 + 1,28)2 (2,213 - 1,380)2

n = 10,1459

0,6938

n = 14,64 (dibulatkan menjadi 15) Keterangan:

n = Jumlah sampel dalam setiap kelompok

Z1-α/2 = Nilai pada distribusi normal standard yang sama dengan tingkat kemaknaan α (untuk α= 0,05 adalah 1,96)

σ = Standard deviasi kesudahan (outcome) µ1 = mean outcome kelompok tidak terpapar32 µ2 = mean outcome kelompok terpapar32

Jumlah sampel minimum dalam setiap kelompok adalah 15 orang, tapi untuk menghindarkan kasus drop-out maka diambil 20 orang subjek dalam setiap kelompok.

Subjek dengan jumlah 40 orang yang mengikut kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

Kriteria Inklusi:

1. Sampel berumur 18-35 tahun15

2. Sampel yang dipilih adalah sampel yang diukur dengan halimeter dengan skor ≥ 251 ppb18

3. Bersedia sebagai responden Kriteria Ekslusi:

1. Memiliki penyakit sistemik 2. Merokok

3. Menggunakan obat kumur 4. Memiliki karies

(36)

3.4 Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Penelitian

Definisi Operational Alat/ Cara ukur

Hasil ukur Skala

Variabel perlakuan 1. Berkumur ekstrak etanol daun kemangi 4% (Ocimum sanctum L.)

2.Berkumur aquades

Berkumur dengan larutan ekstrak etanol daun kemangi

(Ocimum sanctum L.) dengan konsentrasi 4% 10ml selama 30 detik.

Berkumur dengan aqudes 10ml selama 30 detik.

Gelas ukur (ml)

Volume (ml)

-

Nominal

Variabel efek Skor Volatile Sulfur

Compounds (VSCs)

Pengukuran kadar Volatile Sulfur Compounds (VSCs) sebelum dan sesudah berkumur.

Halimeter (BreathtronII)

Skor VSCs (ppb) Normal=

0-250 ppb Ringan=

251- 600 ppb Sederhana=

601-1500 ppb Kronis=

1501-3000 ppb

Rasio

(37)

3.5 Metode Penelitian

3.5.1 Prosedur Pembuatan Obat Kumur 1. Pembuatan Simplisia

a. Daun kemangi diseleksi kemudian dicuci bersih dengan air mengalir dan ditiriskan.

b. Daun kemangi yang telah dicuci ditimbang dengan alat penimbang dan dicatat berat basahnya.

c. Daun dikeringkan dengan menggunakan kertas alas perkamen di dalam lemari pengering dengan suhu 40°C sampai kering (dapat diremas rapuh).

d. Daun yang sudah kering ditimbang kembali dan dihaluskan dengan blender sampai menjadi serbuk, lalu diletakkan dalam wadah tertutup.

2. Pembuatan Ekstrak

a. Simplisia ditimbang sebanyak 250 gram lalu ditambahkan etanol 71% untuk perendaman lalu disimpan dalam wadah tertutup dan didiamkan selama 1 jam pada suhu 25°C sambil sesekali diaduk dengan menggunakan spatula.

b. Masa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator dengan hati-hati sambil sesekali ditekan, di bawah perkolator diletakkan kapas yang telah dibasahi etanol dan dilapisi kertas saring, kemudian dituangkan etanol 71% sampai hampir penuh.

c. Perkolator ditutup dengan aluminium foil serta dibiarkan selama 24 jam.

Kran perkolator menetes dengan kecepatan 20 tetas/menit (1 ml/menit), perkolat ditampung dalam botol.

d. Ditambah berulang-ulang etanol secukupnya supaya massa daun kemangi tidak kekeringan.

e. Perkolat yang diperoleh dipekatkan dengan alat penguap vaccum rotavapor yang akan memekatkan ekstrak cair untuk mendapatkan ekstrak kental pada tekanan rendah dengan suhu tidak lebih dari 50°C.

f. Setelah itu diuapkan sisa air dengan menggunakan water bath hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak dimasukkan dalam botol kaca dan disimpan dalam kulkas.

(38)

3. Formulasi Obat Kumur

a. Ekstrak kental daun kemangi ditimbang sebanyak 0,625 gram. Setelah itu, dimasukkan dalam mortil.

b. Carboxymethyl cellulose (CMC) 0,5% sebagai suspending agent dalam sediaan tersuspensi ditambahkan dalam ekstrak kental tersebut untuk melarutkan zat yang tidak terlarut dalam air secara homogen. Diaduk dengan stamfer sampai homogen.

c. Larutan sakarin 50 g sebagai bahan pemanis, peppermint oil 5 tetes sebagai bahan penyegar dan akuades dimasukkan dalam campuran dan diaduk.

d. Bahan pewarna ditambahkan secukupnya sampai warna yang dikehendaki.

e. Campuran dicukupkan sampai 250 ml dan hasil campuran dimasukkan dalam botol kosong (250 ml) dengan corong kaca.

3.5.2 Prosedur Berkumur dan pengukuran dengan halimeter

a. Subyek penelitian dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.

b. Jika subyek menyetujuinya maka subyek di instruksikan menandatangani informed consent dan pemberian informasi yang jelas kepada subyek mengenai tujuan dan prosedur penelitian ini

c. Subyek diinstruksikan tidak makan, merokok, minum, dan lainnya selama 2 jam

d. Sebelum diberi perlakuan pada subyek penelitian dilakukan pengukuran kadar VSC pada subyek yaitu subyek menarik nafas panjang melalui hidung .dan menhembus nafas tanpa mengeluarkan airliur di halimeter.

e. Kemudian selepas 15 detik pengukuran dilakukan kadar VSC (ppb) dicatat.

(pre-test).

f. Subyek penelitian dibagi secara acak dalam dua kelompok, yaitu :

1. Kelompok perlakuan dengan berkumur dengan ekstrak etanol daun kemangi 4%

2. Kelompok kontrol dengan berkumur aquades

(39)

g. Subyek kelompok perlakuan diberi ekstrak etanol daun kemangi sebanyak 10ml untuk dikumur selama 30 detik kemudian dibuang, dan subyek kelompok kontrol diberi aquades sebanyak 10ml untuk dikumur selama 30detik kemudian dibuang.

h. Setelah berkumur seluruh subyek pada kedua kelompok dilakukan pengukuran kadar VSC dengan menggunakan halimeter (Breathtron II) dan kadar VSC (ppb) dicatat

i. Subyek menarik nafas panjang melalui hidung saat mengatakan “mulai”dan menhembus nafas tanpa mengeluarkan airliur dan menunggu selama 3 menit sebelum melakukkan perekaman

j. Rekaman pen writer diperhatikan. Setelah sekitar 15 detik, subyekdintruksikan untuk berhenti dan menjauhi pipet. Pen perekam dibiarkan sehingga kembali ke garis “nol” sebelum melakukan rekaman berikutnya.

k. Untuk nilai akurat yang maksimal, inkubasi dan sampling halimeter dilakukan tiga kali, dan dihitung rata-ratanya..

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi yaitu data dimasukkan ke dalam program komputer untuk dianalisis dengan uji statistik.

a. Univariat: untuk mengetahui kadar VSC sebelum berkumur, dan sesudah berkumur ekstrak daun kemangi dan akuades pada kelompok perlakuan dan kontrol.

b. Bivariat: uji t berpasangan untuk menganalisis sebelum (baseline) dan sesudah berkumur ekstrak daun kemangi dan akuades. Jika uji hasil normalitas menunjukkan data terdistribusi normal (p>0,05), dilakukan uji t berpasangan dan jika data tidak terdistribusi normal dilakukan uji tes wilcoxon. Untuk menganalisis perbedaan efektivitas kelompok perlakuan dan kontrol, uji t independen dilakukan jika data terdistribusi normal dan jika data tidak terdistribusi normal dilakukan uji mann- whitney.

(40)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Rerata skor Volatile Sulfur Compound (VSC) sebelum berkumur Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) dan Aquades.

Pada kelompok berkumur ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.), rerata skor VSC sebelum perlakuan (baseline) adalah 505,20±193,47 dan kelompok berkumur aquades adalah 504,10±195,06. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok tersebuT (p=0,438). (Tabel 3).

Tabel 3. Hasil analisis statistik rerata skor VSC sebelum berkumur (baseline) pada kelompok berkumur daun kemangi (Ocimum sanctum L.) 4% dan aquades.

Kelompok

Berkumur n X ± SD

(ppb) Nilai p

Ekstrak daun kemangi

(Ocimum sanctum L) 4% 20 505,20± 193,47

p = 0,438

Aquades 20 504,10± 195,06

4.2 Perbedaan rerata skor VSC sebelum dan sesudah berkumur pada kelompok berkumur ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) 4% dan aquades

Pada kelompok berkumur ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.), rerata skor VSC sebelum berkumur daun kemangi adalah 505,2 ±193,47 dan sesudah menjadi 150,70±20,77.Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaanyang signifikan sebelum dan sesudah berkumur ekstrak daun kemangi (p=0,000). Demikian juga pada kelompok berkumur aquades, rerata skor VSC sebelum berkumur aquades adalah 504.1±195.06 dan sesudah berkumur adalah 392.30± 182.69. Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan skor VSC yang signifikan sebelum dan sesudah berkumur aquades (p=0,000) (Tabel 4).

(41)

Table 4. Hasil analisis statistik perbedaan rerata skor VSC sebelum dan sesudah berkumur pada kelompok berkumur ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) 4% dan aquades

Kelompok Berkumur

n

X ± SD

(ppb) Nilai p

Sebelum Sesudah

Ekstrak dun kemangi (Ocimum sanctum L) 4%

20 505,20 ±193,47 150,70 ±20,77 p=0,000

Aquades 20 504,10±195,06 392,30± 182,69 p=0,000

4.3 Rerata Skor Volatile Sulfur Compound (VSC) Sesudah berkumur Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) 4% dan Aquades.

Pada kelompok ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.), rerata skor VSC sesudah berkumur adalah 150,70±20,77 sedangkan pada kelompok berkumur aquades 392,30±182,69. Hasil analisis statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok tersebut (Tabel 5).

Tabel 5. Hasil analisis statistik rerata skor VSC sesudah berkumur pada kelompok berkumur ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) 4% dan aquades.

Kelompok Berkumur

n X ± SD

(ppb) Nilai p

Ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L) 4%

20 150,70 ± 20,76

p = 0,000

Aquades 20 392,30± 182,69

(42)

4.4 Efektifitas berkumur terhadap Selisih Penurunan rerata skor VSC antara Kelompok berkumur Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) dan Aquades

Pada kelompok berkumur ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.), diperoleh rerata selisih pada kelompok berkumur daun kemangi adalah 373,5± 187,93, sedangkan pada kelompok berkumur aquades mempunyai rerata selisih 273,4 ± 170,56.

Hasil analisis statistik menunjukkan ada perbedaan signifikan selisih rerata antara kedua kelompok (Tabel 6).

Table 6. Hasil analisis statistik perbedaan rerata selisih skor VSC antara kelompok berkumur ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) 4% dan aquades.

Kelompok n X ± SD

(ppb) Nilai p

Ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L) 4%

20 373,5± 187,93

p =0,000

Aquades 20 273,4 ± 170,56

(43)

BAB 5 PEMBAHASAN

Sampel pada penelitian ini diambil dari masyarakat India Bakthi Sosial dengan jumlah sampel 40 orang dengan masing-masing kelompok 20 orang. Pada kelompok perlakuan dan kontrol, rerata kadar VSC menunjukkan adanya kecenderungan penurunan. Pada kelompok perlakuan, rerata kadar VSC sebelum berkumur adalah 505,20± 193,47, dan rerata sesudah berkumur adalah 150,70±20,77. (Tabel 3). Pada kelompok kontrol, kadar VSC sebelum berkumur adalah 504,10±195,06, rerata sesudah berkumur adalah 392,30±182,69 (Tabel 4). Tidak ada perbedaan yang signifikan kadar VSC sebelum berkumur pada kelompok berkumur daun kemangi dan kelompok berkumur aquades (p>0.05) karena semua subyek meliputi kriteria inklusi dan eksklusi dimana sebelum berkumur subyek penelitian menunjukkan kadar VSC

≥251 ppb. Pada pemeriksaan awal subyek penelitian menunjukkan kondisi yang sama yaitu tidak boleh makan, merokok, dan minum selama 2 jam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kadar VSC sebelum dan sesudah berkumur pada kedua kelompok. Pada kelompok berkumur daun kemangi, kadar VSC sebelum berkumur menunjukkan 505,20 ±193,47 dan sesudah berkumur menunjukkan 150,70 ± 20,77. Pada kelompok berkumur aquades, kadar VSC sebelum berkumur adalah 504,10±195,06 dan sesudah berkumur adalah 392,30± 182,69. Hal ini sejalan dengan penelitian Mallikarjun dkk, yang menyatakan bahwa ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum) menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap Porphyromonas gingivalis sebagai flora normal rongga mulut yang berperan dalam perkembangan halitosis.1 Daun kemangi juga menunjukkan sifat antimikroba yang efektif sehingga dapat digunakan sebagai bahan tambahan yang efektif dalam perawatan standar rongga mulut.1

Terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok berkumur daun kemangi dan juga pada kelompok kontrol yaitu menunjukkan adanya penurunan kadar VSC.

Dalam New York Times Health menyatakan bahwa berkumur aquades tanpa melakukan penyikatan gigi dapat mengurangi jumlah bakteri dalam rongga mulut namun hanya

(44)

sekitar 30%. Pada kelompok berkumur daun kemangi terdapat penurunan kadar VSC karena daun kemangi menghasilkan minyak atsiri yang memiliki sifat antibakteri paling aktif and efektif terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis. Porphyromonas gingivalis secara normal terdapat dalam plak supragingival dan dominan dalam pembentukan halitosis. Porphyromonas gingivalis berkorelasi dengan kadar metil merkaptan. Metil merkaptan merupakan penyebab utama halitosis dibandingkan hidrogen sulfida dan dimetilsulfida. Proses pembentukan VSC dimana terdapat tiga asam amino utama menghasilkan VSC yaitu: cysteine menghasilkan H2S (hydrogen sulfide), methionine menghasilkan CH3SH (methyl mercaptan), cystine menghasilkan CH3SCH3 (dimethyl sulfide)2. Asam amino tersebut akan mengalami proses kimiawi (reduksi) yang selanjutnya akan menghasilkan VSC yang merupakan penyebab utama terjadinya halitosis. 14,18,19

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan selisih kadar VSC di antara kedua kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kelompok berkumur daun kemangi menunjukkan perbedaan selisih kadar VSC 373,5± 187,93 dan kelompok berkumur adalah 273,4 ± 170,56. Hal ini sesuai dengan penelitian Jayanti dkk. yang menunjukkan bahwa ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) efektif terhadap Porphyromonas gingivalis. Daun kemangi adalah ramuan yang digunakan sejak lama oleh karena nilai- nilai agama dan pengobatannya. Beberapa studi farmakologi telah menetapkan dasar ilmiah untuk penggunaan terapeutik tanaman ini dan membuktikan daun kemangi bermanfaat dalam mengobati penyakit mulut. Ini disebabkan sifat antibakteri, antiinflamasi, antioksidan, sifat imunomodulator daun kemangi juga terbukti sangat efektif dalam mencegah halitosis.11 Dari pembahasan di atas, penelitian ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara rerata selisih kadar VSC antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, (p<0,05), ini karena sifat antibakteri daun kemangi mampu mengurangi penumpukan bakteri Porphyromonas gingivalis, yang berarti bahwa berkumur ekstrak daun kemangi efektif dalam menurunkan kadar VSC11,31.

Menurut peneliti, daun kemangi memiliki efek tinggi terhadap halitosis, plak dan gingivitis lebih daripada klorheksidin dan hydrogen peroxide.19 Daun kemangi

(45)

mengandung minyak atsiri, flavonoid, fosfor, besi, beta caroten, vitamin A & C yang mempunyai aktivitas antibakteri. Kandungan minyak atsiri daun kemangi juga memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri gram negatif dan poitif, dan memiliki zona penghambatan maksimum terhadap bakteri penghasil odor Volatile Sulfur Compound (VSC) yaitu Porphyromonas gingivalis, Selain itu, batang dan daun kemangi (Ocimum sanctum) mengandung komponen yang memiliki aktivitas antibakteri, diantaranya saponin, flavonoid, triterpenoid, dan tanin yang membentuk berat molekul yang tinggi dengan protein yang larut dalam saliva meningkatkan lisis bakteri pada permukaan gigi dan saliva. 11,12,31

Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengeksplorasi dan mengevaluasi signifikansi terapi dari tanaman ini pada penyakit terkait rongga mulut. Selain itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengukur toksisitas, daya tahan, diikuti uji klinis yang diperlukan untuk mengeksplorasi potensi daun kemangi dalam perawatan rongga mulut.

(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata kadar VSC sebelum berkumur pada kelompok berkumur ekstrak daun kemangi 4% yaitu 505,20±193,47 dan kelompok kontrol yaitu 504,10±195,06

2. Ada perbedaan yang signifikan rata-rata kadar VSC sebelum dan sesudah berkumur baik pada kelompok berkumur ekstrak daun kemangi 4% maupun kelompok kontrol (p=0,000).

3. Ada perbedaan yang signifikan (p=0,000) rata-rata kadar VSC sesudah berkumur pada kelompok berkumur ekstrak daun kemangi 4% yaitu 150,70 ± 20,76 dan kelompok kontrol yaitu 392,30± 182,69.

4. Ada perbedaan yang signifikan (p=0,000) selisih rata-rata skor VSC pada kelompok berkumur ekstrak daun kemangi 4% yaitu 373,5±187,93 dan kelompok kontrol 111,80 ± 55,28.

Sebagai kesimpulan bahwa ekstrak daun kemangi 4% dapat digunakan sebagai obat kumur dengan menurunkan kadar VSCs sehingga efektif untuk penderita halitosis.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut

1. Peneliti

a. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan lebih lanjut mengenai efek antibakteri dari daun kemangi terhadap halitosis sejati (genuine).

b. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan pada penderita karies atau periodontitis mengenai manfaat daun kemangi untuk mengatasi halitosis.

c. Penelitian lebih lanjut dapat meneliti tentang permanfaatan daun kemangi sebagai produk kesehatan gigi dan mulut.

2. Pemerintah

Gambar

Gambar 1. Metode organoleptik 20
Gambar 2 Oral Chroma 21  3. Halimeter (Breathtron II)
Tabel 2. Skala Pengukuran Halimeter (Breathtron II). 23
Gambar 5. Struktur fitokimia eugenol 71%  26
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tarigan AN melakukan penelitian mengenai sintesis hidroksiapatit dari cangkang keong unam (Pugilina cochlidium) hasil sintesis metode sol-gel dengan suhu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi atau sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan kepada instansi kesehatan maupun menjadi bahan ajar

Bersama dengan surat ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengizinkan anak Bapak/Ibu berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya yang berjudul: “Perbandingan

Ditinjau dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa HAp cangkang keong unam dengan suhu kalsinasi 900ºC merupakan sampel yang paling baik di antara ketiga

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara sosial ekonomi orang tua dan perilaku membersihkan gigi dengan status kebersihan rongga mulut (oral hygiene)

Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Denga nmengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya kepada penulis hingga penelitian ini dengan judul “Tingkat Pengetahuan mengenai

Pada tahap ini, artikel kemudian diperiksa untuk melihat kelayakannya, dimana artikel memuat pembahasan efektivitas bahan antimikroba pada bahan akrilik dan silicon