• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Sheilla Suhaila Matondang NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Sheilla Suhaila Matondang NIM :"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN MENGENAI KONTROL INFEKSI DI INSTALASI RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI SAAT PANDEMI COVID-19 PADA MAHASISWA PENDIDIKAN

PROFESI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Sheilla Suhaila Matondang NIM : 180600086

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2022

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Radiologi Kedokteran Gigi Tahun 2022

Sheilla Suhaila Matondang

Tingkat Pengetahuan mengenai Kontrol Infeksi di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi saat Pandemi COVID-19 pada Mahasiswa Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

xi + 28 Halaman

Pandemi COVID-19 sampai saat ini masih menjadi permasalahan di dunia termasuk Indonesia. Pendidikan profesi kedokteran gigi harus tetap berjalan dimana pada pelaksanaannya membutuhkan pemeriksaan radiografi kedokteran gigi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi FKG USU mengenai kontrol infeksi di instalasi radiologi kedokteran gigi saat pandemi COVID-19. Jenis penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional, pengambilan data menggunakan kuesioner online. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dan jumlah sampel sebesar 275 orang. Hasil penelitian adalah pengetahuan mengenai kontak transmisi, cairan kumur, APD level 2 dan 3, desinfektan permukaan alat dan pembungkus reseptor didapatkan hasil baik, mengenai APD saat melakukan radiografi intraoral dan ekstraoral serta jarak aman didapatkan hasil cukup dan mengenai desinfektan untuk reseptor didapatkan hasil kurang. Pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi secara individu didapatkan hasil sebanyak 145 mahasiswa mempunyai pengetahuan baik, 116 mahasiswa mempunyai pengetahuan cukup dan 14 mahasiswa mempunyai pengetahuan kurang. Kesimpulan penelitian adalah tingkat pengetahuan mengenai kontrol infeksi di instalasi radiologi kedokteran gigi saat pandemi COVID-19 pada mahasiswa pendidikan profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara didapatkan hasil kategori baik sebesar 52,73%, kategori cukup sebesar 42,18% dan kategori kurang sebesar 5,09%.

Kata kunci: Pengetahuan, mahasiswa, kontrol infeksi, instalasi radiologi Daftar rujukan: 30 (2008-2020)

ii

(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, Januari 2022

Pembimbing Tanda Tangan

drg. Dewi Kartika, MDSc NIP. 198609012010122004

iii

(4)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada Januari 2022

TIM PENGUJI

KETUA : drg. Dewi Kartika, MDSc

ANGGOTA : 1. drg. Rini Octavia Nasution, S.H, M.Kes, Sp.Perio (K) : 2. drg. Maria Novita Helen Sitanggang, MDSc

iv

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya kepada penulis hingga penelitian ini dengan judul “Tingkat Pengetahuan mengenai Kontrol Infeksi di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi saat Pandemi COVID-19 pada Mahasiswa Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara” dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Pada proses penulisan skripsi ini, penulis telah mendapat banyak bimbingan, pengarahan, saran, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak, terutama orang tua tercinta, mama drg. Cek Dara Manja., Sp.RKG(K), ayah Syamsuddin Alrizal Siregar., S.E, alm. papa drg. Syaiful Akhyar Matondang, M.S yang selalu berusaha memberikan yang terbaik kepada anak-anaknya, dan juga adik penulis tersayang yaitu Teruna Tegar Matondang, Fariz Al Atidzar Siregar yang telah banyak membantu serta mendukung penulis. Dengan segala kerendahan hati, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Dr. drg. Essie Octiara, Sp.KGA, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. drg. Cek Dara Manja., Sp.RKG(K), selaku Ketua Departemen Radiologi Kedokteran Gigi yang telah banyak memberikan arahan, kritik, saran dan petuah serta menjadi seorang panutan yang baik dalam kehidupan penulis.

3. drg. Dewi Kartika, MDSc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu luang, arahan, dukungan, dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

4. drg. Rini Octavia Nasution, S.H., M.Kes., Sp.Perio(K) dan drg. Maria Novita Helen Sitanggang, MDSc, selaku penguji dan dosen pengajar yang banyakmemberikan saran dan arahan bermanfaat pada penulis.

v

(6)

5. drg. Fitri Yunita Batubara, Sp. KG selaku dosen pembimbing akademik yang telah menuntun penulis dalam kegiatan menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Radiologi Kedokteran Gigi.

7. Alm. atok Abdul Wahab, S.H, andung Dahlia Nasution, wak long Cek Puan Melati serta teman-teman dekat penulis yaitu Jamrud, Vini, Chairat, Feby, Nimah, FKG 18, Abil, Dina, Serik, Soraya, Dela, Ira, Brendan, Freepict dan lainnya yang tidakdapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Namun penulis berharap dengan kerendahan hati semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi pikiran yang bermanfaat bagi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Medan, Januari 2022 Penulis

Sheilla Suhaila Matondang NIM: 180600086

vi

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN TIM PENGUJI PROPOSAL ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan ... 4

2.2 Mahasiswa Pendidikan Profesi Kedokteran Gigi ... 4

2.3 Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) ... 5

2.3.1 Transmisi COVID-19 ... 6

2.3.2 Jenis Pemeriksaan COVID-19 ... 7

2.4 Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi ... 7

2.4.1 Persyaratan Instalasi Radiologi ... 8

2.4.2 Alat Perlindungan Diri ... 10

vii

(8)

2.4.3 Kontrol Infeksi ... 13

2.5 Kontaminasi Silang ... 15

2.6 Kerangka Teori ... 16

2.7 Kerangka Konsep ... 17

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 18

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

3.3 Populasi dan Sampel ... 18

3.3.1 Populasi penelitian ... 18

3.3.2 Sampel penelitian ... 18

3.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 19

3.4.1 Variabel Penelitian ... 19

3.4.2 Definisi Operasional... 19

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 20

3.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 20

3.6.1 Pengolahan Data... 21

3.6.2 Analisis Data ... 21

3.7 Etika Penelitian ... 21

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 22

BAB 5 PEMBAHASAN ... 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 27

6.1 Kesimpulan ... 27

6.2 Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28

LAMPIRAN

viii

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur COVID-19... 5

2. Transmisi COVID-19 dari manusia ke manusia ... 6

3. APD Level 1 ... 12

4. APD Level 2 ... 12

5. APD Level 3 ... 13

ix

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi tentang kontrol infeksi

pada instalasi radiologi di FKG USU ... 22 2. Tingkat pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi tentang kontrol infeksi

pada instalasi radiologi di FKG USU ... 23

x

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner penelitian 2. Ethical clearance 3. Informed consent

4. Lembar persetujuan setelah pemberian informed consent 5. Rincian biaya penelitian

6. Jadwal pelaksanaan penelitian 7. Curriculum vitae

xi

(12)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tipe baru virus ditemukan pada Desember 2019, virus ini disebut coronavirus disease 2019 (COVID-19). COVID-19 adalah virus yang tidak tersegmentasi, dibungkus dalam selubung protein dan berjenis asam ribonukleat untai tunggal yang termasuk famili Coronaviridae dan diidentifikasi dapat menyebabkan gejala pneumonia berat, termasuk demam, kelelahan, batuk kering dan gangguan pernafasan.

COVID-19 pertama kali diekstraksi dari sampel saluran pernafasan bagian bawah dari beberapa pasien di Wuhan dipercaya berasal dari pasar makanan laut di Wuhan.1 Penularan virus ini dari manusia ke manusia dan telah diklasifikasikan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia.2 Li Q et al. menyatakan bahwa periode inkubasi virus COVID-19 rata-rata diperkirakan 5,2 hari, yang memungkinkan setiap orang untuk menyebarkan virus secara global.3

Wabah COVID-19 memiliki dampak yang luas untuk berbagai macam sektor saat ini, terutama pelayanan kesehatan, ekonomi, dan sosial. Pekerja pelayanan kesehatan kedokteran gigi merupakan salah satu yang beresiko tinggi untuk terpapar dan menyebarkan virus melalui aerosol dan droplet.4 Gralinski LE et al. menyatakan bahwa inkubasi yang panjang dan periode tak terduga (hingga 27 hari) dari virus dan tingginya tingkat pembawa asimtomatik (80%) menjadi tantangan di kedokteran gigi untuk melakukan prosedur kontrol infeksi.5 Penelitian Huang Z et al. yang dilakukan pada tenaga medis yang berada di instalasi radiologi mendapatkan hasil bahwa sebagai efek dari tindakan pencegahan, tidak ada staf departemen radiologi yang terinfeksi COVID-19. Berbagai langkah yang dilakukan sebagai tindakan pencegahan seperti konfigurasi ulang departemen radiologi, perlindungan pribadi dan pelatihan staf, prosedur pemeriksaan untuk pasien yang dicurigai atau dikonfirmasi dengan COVID- 19 serta prosedur pemeriksaan pasien tanpa riwayat paparan atau gejala. Sehingga, penting untuk meninjau kembali prosedur kontrol infeksi pada departemen radiologi

(13)

kedokteran gigi untuk mengurangi dan melindungi dari kontaminasi silang antara pekerja dan pasien.6

Peng J et al. melaporkan mengenai tindakan pengendalian infeksi baru yaitu pengamat bermata elang yang bertindak pada tiga tahap yaitu sebelum pekerja medis memasuki bangsal isolasi, ketika pekerja medis berada di bangsal isolasi dan setelah pekerja medis keluar dari ruang isolasi. Hasil dari protokol infeksi dan pencegahan yang dilakukan, tidak ada pekerja radiografer yang menampakkan gejala COVID-19 dan yang memiliki hasil negatif telah dikonfirmasi dengan tes PCR (Polymerase Chain Reaction).7 Tindakan pengendalian infeksi baru ini ditujukan untuk meminimalkan risiko infeksi nosokomial dan memberikan perlindungan psikologis tenaga medis dalam memerangi COVID-19.8,9 Chen X et al. menyatakan bahwa menerapkan dan meningkatkan sistem pengamatan mungkin menjanjikan upaya pengendalian infeksi nosokomial pada wabah COVID-19 dan penyakit menular akut lainnya. Risiko infeksi nosokomial dapat diminimalkan dengan cara sistem pengendalian infeksi dan melakukan pemantauan secara langsung. 9

Pencitraan sangat diandalkan dalam diagnosis pasien suspek infeksi COVID-19, sehingga pekerja radiologi berisiko tinggi terinfeksi COVID-19. Sehingga, sangat penting untuk meneliti arus pengendalian infeksi dan praktik pencegahan di departemen radiologi guna mengurangi infeksi silang dan melindungi tenaga medis profesional. Yu J et al. menyimpulkan bahwa insiden infeksi COVID-19 pada pekerja radiologi sebagian besar disebabkan oleh pemahaman yang buruk tentang penyebaran virus. Penyakit ini dapat ditangani dengan lebih baik dan staf radiologi dapat lebih terlindungi dengan meningkatkan pelatihan, desain departemen, triase pasien, penanganan pasien pasca pajanan dan penerapan sistem digital.10

Pandemi COVID-19 sampai saat ini masih menjadi permasalahan di dunia termasuk Indonesia. Pendidikan profesi kedokteran gigi harus tetap berjalan dimana pada pelaksanaannya membutuhkan pemeriksaan penunjang yaitu radiografi kedokteran gigi. Mahasiswa pendidikan profesi kedokteran gigi perlu mengetahui mengenai pelaksanaan kontrol infeksi yang dilakukan di instalasi radiologi kedokteran gigi agar mempunyai pengetahuan mengenai hal-hal yang dilakukan untuk mencegah

(14)

terjadinya penyebaran virus sehingga dapat memberikan motivasi kepada pasien untuk bersedia melakukan pemeriksaan radiografi kedokteran gigi. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan mengenai kontrol infeksi di instalasi radiologi kedokteran gigi saat pandemi COVID-19 pada mahasiswa pendidikan profesi FKG USU.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah yaitu bagaimanakah tingkat pengetahuan mengenai kontrol infeksi di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi saat pandemi COVID-19 pada mahasiswa pendidikan profesi FKG USU.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi FKG USU mengenai kontrol infeksi di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi saat pandemi COVID-19.

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi FKG USU terhadap pelaksanaan kontrol infeksi di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi saat pandemi COVID-19.

Manfaat Aplikatif

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pedoman dan bahan edukasi untuk mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan profesi di FKG USU mengenai prosedur kontrol infeksi di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi sehingga dapat meminimalisir resiko penularan COVID-19.

(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Teori WHO menjelaskan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh pengalaman seseorang, faktor-faktor luar orang tersebut (lingkungan), baik fisik maupun non fisik dan sosial budaya yang kemudian pengalaman tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak dan pada akhirnya terjadi perwujudan niat berupa perilaku.11 Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang terjadi setelah melakukan penginderaan baik dari penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan dan rasa terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat diperoleh secara alami maupun terencana yaitu melalui proses pendidikan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penilitian atau responden.12

Arikunto membuat kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut13 :

1. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya 76-100% dari total nilai jawaban kuesioner.

2. Tingkat pengetahuan kategori cukup jika nilainya 56–75% dari total nilai jawaban kuesioner.

3. Tingkat pengetahuan kategori kurang jika nilainya < 56% dari total nilai jawaban kuesioner.

2.2 Pendidikan Profesi Mahasiswa Kedokteran Gigi

Pendidikan profesi dokter gigi merupakan jenis pendidikan profesi yang diarahkan pada penguasaan ilmu dan penerapan ilmu kepada masyarakat dalam bidang kedokteran gigi untuk menghasilkan dokter gigi. Meskipun pendidikan dokter gigi merupakan jenis profesi, pendidikan di bidang kedokteran gigi merupakan suatu bentuk pendidikan yang terdiri atas satu kesatuan utuh yang meliputi tahapan pendidikan

(16)

akademik dan pendidikan profesi, yang dirancang untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi dalam ilmu kedokteran dan kedokteran gigi dan keterampilan dalam bidang kedokteran gigi, dengan pendekatan holistik dan humanistik terhadap pasien, disertai dengan dasar profesionalisme tinggi dan senantiasa dilandasi atas pertimbangan etika.14

Pada tahun 2006 KKI telah mensahkan standar pendidikan profesi dokter gigi yang terdiri atas standar pendidikan profesi dokter gigi, dan dokter gigi spesialis, yang telah disusun oleh para pemangku kepentingan terkait. Standar pendidikan profesi adalah perangkat penyetara mutu pendidikan kedokteran gigi dan juga perangkat untuk menjamin tercapainya tujuan pendidikan sesuai kompetensi. Standar tersebut dipakai sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan kedokteran gigi di Indonesia.14

2.3 Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)

Wabah COVID-19 sebanding dengan mewabahnya SARS-CoV (2002–2003) di China dan dengan Sindrom Pernafasan Timur Tengah Coronavirus (2012) di Arab Saudi untuk zoonosis mereka transmisi dan beberapa kesamaan dalam fitur klinis.

COVID-19 mempunyai gejala umum seperti batuk, demam, dan sesak nafas. COVID- 19 ini mempunyai glikoprotein (S) yang memancar dari permukaannya. Glikoprotein (S) adalah antigen yang berikatan dengan reseptor dan bertanggung jawab untuk fusi seluler. Glikoprotein (S) sebagai faktor utama yang berinteraksi dengan target sel inang.15

Gambar 1. Struktur COVID-1915

(17)

2.3.1 Transmisi COVID-19

Transmisi COVID-19 dari manusia ke manusia dapat diklasifikasikan menjadi kontak langsung dan tidak langsung. Dimana kontak terjadi lewat droplet dan aerosol.

Kontak langsung terjadi apabila virus masuk ke tubuh melalui sekresi saluran pernafasan. Kontak tidak langsung terjadi apabila individu menyentuh permukaan objek yang terkontaminasi virus disekitar individu yang terpapar COVID-19.15

Transmisi droplet terjadi akibat kontaminasi dari individu yang sedang terpapar COVID-19 saat sedang bersin atau batuk dengan ukuran droplet diameter >5-10 μm.

Transmisi aerosol terjadi akibat pelaksanaan prosedur medis melalui udara dan dapat menjadi semakin buruk apabila berada di dalam ruangan dengan ventilasi yang buruk.15

Gambar 2. Transmisi COVID-19 dari manusia ke manusia15

(18)

2.3.2 Jenis Pemeriksaan COVID-19

Diagnosis klinis COVID-19 didasarkan pada klinis manifestasi, diagnostik molekuler gen virus dengan RT-PCR, rontgen dada atau CT scan, dan serologi tes darah. Kelainan laboratorium yang paling umum pada pasien dengan RT-PCR positif adalah limfopenia, leukopenia, trombositopenia, peningkatan CRP dan penanda inflamasi, peningkatan biomarker jantung, penurunan albumin, dan kelainan ginjal dan fungsi hati. Namun, beberapa parameter mungkin mengganggu hasil paling penting dari yang merupakan periode jendela (waktu dari paparan hingga perkembangan gejala). Seperti waktu yang dibutuhkan tubuh untuk menanggapi serangan virus antigenik, gejala dapat muncul 2 hingga 14 hari setelah terpapar virus. Periode jendela replikasi virus menyebabkan hasil negatif palsu dan masalah dalam mencegah ekspansi COVID-19.15

Tipe lainnya adalah tes serologis berdasarkan antibodi terhadap protein virus. Tes serologis mengidentifikasi orang yang telah mengembangkan respons imun adaptif terhadap virus, seperti bagian dari infeksi aktif/atau sebelumnya. Tiga jenis antibodi termasuk IgG, IgM, dan IgA dapat dideteksi sebagai respons terhadap virus, terutama IgM yang diproduksi lebih awal setelah infeksi.15 Tes serologis bersama dengan PCR meningkatkan sensitivitas/akurasi diagnosis, tetapi karena periode jendela, tes imun tidak membantu mendiagnosis dan menyaring pada infeksi awal. Setelah terinfeksi 2019-nCoV, itu membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih untuk mendeteksi antibodi.16

2.4 Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi

Kedokteran gigi menggunakan pemeriksaan radiografi sebagai sarana untuk memperoleh informasi diagnostik yang tidak dapat diperoleh dari pemeriksaan klinis dan pemeriksaan lain sebelumnya. Hingga saat ini radiografi kedokteran gigi menjadi salah satu pemeriksaan penting yang digunakan dalam perawatan kedokteran gigi modern. Radiografi kedokteran gigi baik proyeksi intraoral maupun ekstraoral merupakan prosedur umum yang dilakukan oleh dokter gigi dalam membantu penatalaksanaan suatu kasus.17

(19)

Pada bidang kedokteran gigi teknik radiografi yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu radiografi intraoral dan ekstraoral. Radiografi intraoral adalah pemeriksaan yang digunakan untuk melihat gigi dan jaringan sekitarnya, film/sensor yang digunakan diletakkan di dalam mulut pasien. Pemeriksaan intraoral merupakan pokok dari radiografi kedokteran gigi. Radiografi intraoral terdiri atas beberapa tipe, yaitu radiografi periapikal, radiografi bitewing dan radiografi oklusal. Radiografi ekstraoral adalah pemeriksaan radiografi yang digunakan untuk melihat area yang luas pada tengkorak kepala dan rahang, film/sensor yang digunakan diletakkan diluar rongga mulut. Radiografi ekstraoral terdiri atas beberapa tipe yaitu radiografi panoramik, radiografi lateral jaw, radiografi sefalometri, radiografi postero-anterior, radiografi antero-posterior, radiografi proyeksi water’s, radiografi proyeksi reverse-towne dan radiografi submentovertex.18

2.4.1 Persyaratan Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi

Persyaratan lingkungan kerja pada instalasi radiologi kedokteran gigi adalah19: 1. Ruang pemeriksaan pencitraan medis independen dan area kerja yang berbeda harus dipisahkan secara ketat.

2. Persyaratan pencegahan dan pengendalian infeksi nosocomial pada area tercemar, area semi-polusi, dan area pembersihan perlu dipisahkan secara ketat dan didesinfeksi.

Ruang eksaminasi khusus (seperti ruang CT) tidak dapat dipisahkan dari yang lain, peralatan ketat dan desinfeksi udara diperlukan setelah pemindaian pasien saat ini dan di antara pasien pertemuan. Pencegahan infeksi terkait layanan kesehatan dan kontrol, yang harus didesinfeksi secara terminal setelah pemeriksaan untuk pasien yang dikonfirmasi dan sebelum pemeriksaan untuk pasien yang dicurigai berikutnya.

3. Infeksi silang dapat dicegah dengan area pemeriksaan pencitraan medis independen atau peralatan pemeriksaan radiologi khusus (termasuk peralatan fotografi sinar-X dan pemindai CT untuk pasien yang terinfeksi) serta perangkat khusus printer film harus tersedia.

4. Radiografer yang bertanggung jawab atas peralatan operasi dapat mengadopsi perlindungan tingkat pertama atau kedua.

(20)

5. Staf lain yang bekerja di area non-kunci di radiologi departemen disarankan untuk mengambil perlindungan umum saat bekerja di area pembersihan, ambil perlindungan utama saat bekerja di area semi-terkontaminasi, dan ambil perlindungan sekunder saat bekerja di tempat yang terkontaminasi daerah. Dalam kasus pekerjaan yang dapat menyebabkan percikan atau percikan sekresi pernapasan dan zat-zat tubuh, seperti aspirasi dahak, pengambilan sampel pernapasan, intubasi endotrakeal, dan trakeotomi, tingkat perlindungan ketiga diperlukan.

6. Staf untuk pendaftaran pasien di area utama pendaftaran pasien harus diselesaikan oleh radiografer di area utama dan bahan apa pun yang bersentuhan dengan pasien yang dikonfirmasi harus disimpan secara terpisah dan aman. Staf untuk pendaftaran pasien di area non-kunci harus mengambil tingkat pencegahan primer. Disarankan untuk memanfaatkan sepenuhnya sistem informasi rumah sakit (HIS), pengarsipan gambar dan sistem komunikasi (PACS), dan sistem informasi radiologi (RIS) untuk mencapai manajemen tanpa kertas.

7. Administrator infeksi nosokomial perlu dirancang sebagai yang bertanggung jawab untuk mengarahkan dan mengawasi disinfeksi dan proteksi di bagian radiologi.

Mereka harus memandu seluruh desinfeksi, membuat divisi yang jelas, dan laporkan tepat waktu untuk menjamin staf dan pasien dengan menghindari terinfeksi olehvirus.19

Prosedur kerja di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi dikategorikan dalam prosedur yang memiliki risiko penularan rendah (pemeriksaan radiografi ekstraoral) dan risiko sedang (pemeriksaan radiografi intraoral). Penggunaan alat pelindung diri (APD) yang disarankan pada pemeriksaan radiografi ekstraoral adalah level 2 sedangkan pada pemeriksaan radiografi intraoral adalah level 3. Petugas pada resepsionis, dapat menggunakan APD level 1. Seluruh petugas medis diharapkan tetap memperhatikan lima momen cuci tangan dan enam langkah dalam mencuci tangan sesuai petunjuk WHO.20

(21)

2.4.2 Alat Perlindungan Diri

Macam – macam alat pelindung diri21: 1. Alat pelindung tangan

Sarung tangan medis hanya digunakan sekali pakai dan termasuk sarung tangan pemeriksaan. Sebagian besar kegiatan perawatan pasien membutuhkan penggunaan pasang sarung tangan nonsteril baik lateks, nitril, vinil. Pada beberapa prosedur, penggunaan dua pasang sarung tangan dapat dikenakan. jika sarung tanganmenjadi sobek atau sangat kotor atau akan melakukan tugas perawatan pasien yang lainmaka sarung tangan harus diganti sebelum memulai selanjutnya. Selalu ganti sarung tangan setelah digunakan pada setiap pasien dan buang diwadah terdekat yang sesuai. Sarung tangan perawat pasien tidak boleh dicuci dan digunakan lagi.

2. Alat pelindung pernafasan

Tangan telah dibersihkan sebelum menyentuh respirator. Periksa kondisi masker yang akan digunakan apabila terdapat kerusakan, baik pada filter ataupun tali maka masker tidak dapat digunakan.

a. Mulut dan hidung ditutup dengan menggunakan masker.

b. Tali masker diikat melingkar ke belakang kepala atau kaitkan karet ke telinga.

c. Wajah tidak boleh disentuh pada saat sedang menggunakan masker.

d. Melepaskan masker juga sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi.

e. Tali pengikat masker dilepaskan tanpa menyentuh bagian depan masker.

f. Masker dibuang ke tempat yang telah disediakan.

g. Tangan dicuci menggunakan air dan sabun atau menggunakan cairan sanitizer.

3. Alat pelindung mata dan wajah

Pelindung mata dan wajah tidak dibutuhkan pada saat anamnesa pasien dimana pada proses ini pengaturan jarak antara pemeriksa dan pasien dijaga minimal satu meter.

Pelindung mata digunakan untuk mencegah pajanan virus pada mukosa mata apabila petugas kesehatan melakukan tindakan medis dimana potensi virus terjadi lewat udara.

Pelindung wajah digunakan hanya saat melakukan tindakan invasif.

(22)

4. Alat pelindung tubuh

Gaun medis ialah alat pelindung diri yang digunakan dalam perawatan kesehatan.

Terdapat beberapa jenis gaun medis yaitu, gaun bedah, gaun isolasi, gaun isolasi bedah, gaun nonbedah, gaun prosedural, dan gaun ruang operasi.

5. Alat pelindung kaki

Alat pelindung kaki disesuaikan dengan kondisi lingkungan tempat aktivitas dilakukan. Alat pelindung kaki diharuskan mempergunakan sepatu agar dapat melindungi kaki dari cidera karena kejatuhan alat tajam. Memakai sepatu sendal tidak diperbolehkan karena membahayakan.

Jenis APD berdasarkan lokasi layanan kesehatan21:

1. Petugas kesehatan yang merawat secara langsung pasien indikasi COVID-19, wajib menggunakan masker bedah, gaun, sarung tangan, pelindung mata dan wajah, pelindung kepala, sepatu pelindung.

2. Petugas kesehatan dengan tindakan yang menghasilkan aerosol (pemeriksaan gigi, hidung, dan tenggorokan) pada pasien wajib menjaga jarak 1 m, menggunakan masker N95, gaun, sarung tangan, pelindung mata dan wajah, pelindung kepala, apron, sepatu pelindung.

3. Petugas kesehatan yang berada pada area lain yang tidak terjadi kontak dengan pasien, wajib menggunakan masker bedah.

4. Petugas kesehatan pada skrining awal dan tidak kontak dengan pasien, wajib menjaga jarak 1 m dengan pasien, menggunakan masker bedah, sarung tangan dan face shield.

5. Petugas di ruang dekontaminasi yang melakukan pencucian alat instrumen bedah, wajib menggunakan masker bedah, gaun, sarung tangan panjang, pelindung mata dan wajah, pelindung kepala, apron, sepatu pelindung.21

APD terbagi menjadi untuk 3 tingkatan perlindungan tenaga kesehatan, terdiri dari19:

1. Perlindungan level 1

Tenaga kesehatan mengenakan topi kerja sekali pakai, masker medis sekali pakai (masker tipe N95 direkomendasikan saat melakukan kontak dengan pasien yang

(23)

dikonfirmasi), pakaian kerja, gaun isolasi, dan sarung tangan lateks sekali pakai (jika perlu), dan menerapkan kebersihan tangan secara ketat.

Gambar 3. APD level 122

2. Perlindungan level 2

Tenaga kesehatan mengenakan pekerjaan sekali pakai yaitu topi, kacamata pelindung atau pelindung wajah (tipe anti-kabut), masker pelindung medis, pakaian pelindung atau gaun isolasi, sarung tangan lateks sekali pakai, dan penutup sepatu sekali pakai, dan menerapkan kebersihan tangan secara ketat.

Gambar 4. APD level 222 3. Perlindungan level 3

Tenaga kesehatan sangat tepat menggunakan level perlindungan ini pada area yang menghasilkan aerosol disekitar pasien yang dicurigai atau dikonfirmasi, seperti aspirasi

(24)

dahak, pengambilan sampel pernapasan, intubasi trakea, dan trakeotomi, yang dapat menyebabkan semburan atau percikan sekret pernapasan dan zat-zat tubuh.

Mengenakan pekerjaan sekali pakai yaitu topi, masker pelindung medis, pelindung wajah pelindung (respirator skala penuh atau tutup kepala tekanan positif direkomendasikan), pakaian pelindung medis, sarung tangan lateks sekali pakai, dan penutup sepatu sekali pakai, dan menerapkan kebersihan tangan secara ketat.19

Gambar 5. APD level 322

2.4.3 Kontrol Infeksi

Perawatan dokter gigi dapat menimbulkan trauma jaringan lunak yang memungkinkan darah bercampur dengan saliva. Pada tahun 2003, Center for Disease Control and Prevention (CDC) dan Hospital Infection Control Practise Advisory Committee (HICPAC) memperkenalkan standar tindakan pencegahan. Pada tahun 2003, CDC menerbitkan garis pedoman tentang pelatihan perlindungan diri tenaga kedokteran gigi, pencegahan transmisi patogen bloodborne (termasuk penatalaksanaan bila terpapar), kebersihan tangan, dermatitis kontak dan hipersensitif lateks, sterilisasi dan disinfeksi alat, kontrol infeksi lingkungan, jalur air dental unit, biofilm, kualitas air, radiologi, teknik asepsis, perangkat sekali pakai, prosedur bedah mulut, penanganan spesimen biopsi, kontrol infeksi lab dental, tuberkulosis dan program evaluasi.23 Dokter gigi direkomendasikan untuk melakukan tindakan pra-prosedural.

(25)

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa SARS-CoV dan MERSCoV sangat rentan terhadap povidone iodine, maka penggunaan 0,2% povidone iodine dalam bentuk obat kumur sebagai tindakan pra-prosedural bagi pasien sangat dianjurkan.24

Peralatan yang digunakan dalam instalasi radiologi kedokteran gigi, termasuk dalam kategori alat semi-kritis dan nonkritis. Peralatan semi-kritis merupakan peralatan yang berkontak dengan kulit dan mukosa mulut pasien, seperti reseptor (film dan digital) dan alat XCP (X-ray Cone Paralelling). Disinfeksi peralatan ini dapat menggunakan Glutaraldehide atau Hidrogen Peroxide (H2O2).25 Reseptor film atau sensor digital, disarankan untuk menggunakan pembungkusan dengan plastik dua kali dan ditempatkan pada wadah bersih sebelum digunakan.26 Setelah pemeriksaan pasien selesai, reseptor didisinfeksi dengan menggunakan H2O2 lalu dikeringkan.

Pembungkus plastik terluar dibuka terlebih dahulu, lalu reseptor yang telah bersih diletakan di wadah bersih lainnya, sebelum dilakukan pemrosesan gambar.

Peralatan nonkritis merupakan peralatan yang hanya berkontak dengan kulit pasien.

Disinfeksi peralatan ini dapat menggunakan air sabun atau alkohol 70%. Bagian pesawat x-ray yang berkontak dengan pasien, disarankan untuk dilakukan pembungkusan dengan plastik dan didisinfeksi permukaan setiap sebelum dan sesudah pemeriksaan radiografi dan tetap dilakukan disinfeksi permukaan dengan alkohol selepas barrier plastik dilepas. Dalam pembersihan bagian pesawat sinar-x juga perlu mempertimbangkan anjuran pabrik agar tidak merusak bagian dari alat tersebut.

Pembersihan panel kaca atau monitor touchscreen dapat menggunakan pembersih kaca.27

Pembersihan dan desinfeksi sendiri terdiri dari pembersihan dan desinfeksi udara, lantai dan peralatan. Hal ini sangat penting sebab termasuk dalam upaya pencegahan dan penularan infeksi di ruang radiografi. Perlu dicatat jika pembersihan dan desinfeksi dilakukan oleh radiografer harus berkoordinasi dengan petugas pengendalian infeksi, vendor peralatan maupun petugas kebersihan. Direkomendasikan untuk menunjuk petugas khusus dalam pembersihan dan desinfeksi ini. Selain berperan dalam pemeriksaan, seorang radiografer juga dituntut untuk turut andil bertanggung jawab dalam proses penanganan limbah medis infeksius.28

(26)

Departemen radiologi di Wuhan, perangkat desktop, komputer, dan sistem interkom dibersihkan secara teratur setelah digunakan dengan 250–500 mg/L desinfektan terklorinasi atau 75% (v/v) medis etanol. Penggunaan alat penyemprot dihindari untuk mengurangi risiko kerusakan peralatan elektronik atau memicu kebakaran bahaya. Ini berlaku untuk bagian positif COVID-19 dan bagian negatif COVID-19.29

2.5 Kontaminasi Silang

Infeksi yang didapat di rumah sakit terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit paling tidak selama 72 jam dan pasien tersebut tidak menunjukkan gejala infeksi saat masuk rumah sakit. Infeksi ini ialah infeksi nosokomial atau yang sekarang disebut sebagai Health care Associated Infection (HAIs). Infeksi lingkungan disebabkan oleh bakteri dari benda atau bahan yang tidak bersenyawa yang berada di lingkungan rumah sakit. Misalnya lingkungan yang lembab. Jenis mikroorganisme yang sering berpotensi terjadinya infeksi nosokomial yaitu Proteus sp., Escherichia colii, Staphylococcus aureus, Candida albicans, dan Pseudomonas aeruginosa.30

Infeksi nosokomial menjadi masalah yang sering ditemukan di rumah sakit karena pengaruh lingkungan sekitar yang terkontaminasi. Data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), National Nosocomial Infection Surveillance (NNIS) antara tahun 1992-1997 infeksi ini menempati posisi keempat penyebab kematian di Amerika Serikat dan terdapat 20.000 kematian tiap tahunnya akibat infeksi nosokomial ini. Dari 40 juta penderita yang dirawat di rumah sakit pertahun, didapatkan angka Infeksi Nosokomial antara 5-10% (18% diantaranya dengan lebih dari 1 macam Infeksi Nosokomial) dengan angka kematian 1%, 5-10 hari kelebihan hari rawat setiap penderita, kerugian antara 2-6 milyar dolar Amerika pertahun.30

(27)

Pengetahuan mahasiswa Pendidikan Profesi

Kedokteran Gigi

Jenis Pemeriksaan COVID-19

Transmisi antar manusia

Alat Pelindung Diri Instalasi Radiologi

Kedokteran Gigi

Kontrol Infeksi Persyaratan Instalasi

Radiologi

Kontaminasi Silang 2.6 Kerangka Teori

(28)

Mahasiswa pendidikan Profesi Kedokteran Gigi

Tingkat pengetahuan mengenai kontrol infeksi saat pandemi

COVID-19 pada Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi 2.7 Kerangka Konsep

(29)

18

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional, dimana pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner online.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dengan waktu penelitian pada bulan Juni 2021-Januari 2022.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh mahasiswa pendidikan profesi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah mahasiswa pendidikan profesi yang pernah merujuk untuk melakukan foto rontgen. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling.

Kriteria inklusi adalah mahasiswa pendidikan profesi yang pernah merujuk untuk melakukan pembuatan radiografi di masa pandemi COVID-19

Kriteria eksklusi adalah mahasiswa pendidikan profesi yang sedang tidak aktif.

Besar sampel penelitian diperoleh menggunakan rumus sebagai berikut:

n = Z 2P Q d 2 Keterangan:

n : jumlah sampel

Z : tingkat kepercayaan (90% = 1,645)

(30)

19

P : proporsi populasi (0,5) Q : I – P

d : selang kepercayaan (5%) Sehingga didapatkan hasil

n = (1,645)2 (0,5) (1 – 0,5) = 270,6025 (0,05)2

Sampel pada penelitian ini adalah 275 orang.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.4.1 Variabel Penelitian

Variabel bebas adalah pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi.

Variabel terikat adalah kontrol infeksi saat pandemi COVID-19 pada instalasi radiologi kedokteran gigi.

3.4.2 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Cara

pengukuran

Hasil Skala Ukur 1 Pengetahuan

mahasiswa pendidikan profesi kedokteran gigi

mengenai kontrol infeksi saat

pandemi COVID-19

Segala sesuatu yang

diketahui mengenai tansmisi COVID-19, prosedur kontrol infeksi dan

penggunaan APD

Kuesioner 1. Baik, jika benar 100%

.2. Cukup, jika benar 56-75%

3. Kurang, jika benar <56%

Ordinal

(31)

20

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner google form, dimana kuesioner diberikan dan dijawab langsung oleh sampel secara online.

Prosedur pengumpulan data:

1. Pengurusan izin penelitian dari Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Penyebaran kuesioner secara online menggunakan google form kepada mahasiswa pendidikan profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. (Lampiran 1)

3. Pengumpulan data.

4. Pengolahan dan analisis data.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1 Pengolahan Data

1. Pengetahuan

Untuk mengukur pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi mengenai kontrol infeksi saat pandemi COVID-19 dengan cara memberikan skor/nilai pada jawaban kuesioner google form yang telah diisi oleh sampel. Pemberian skor pada setiap pertanyaan adalah sebagai berikut:

a. Jawaban benar memiliki skor 1 b. Jawaban salah memiliki skor 0

Berdasarkan seluruh pertanyaan yang memiliki total skor maksimal 10, maka tingkat pengetahuan diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu13:

a. Baik apabila total nilai 76%-100% dari total nilai maksimal b. Cukup apabila total nilai 56%-75% dari total nilai maksimal c. Kurang apabila total nilai <56% dari total nilai maksimal 2. Pengolahan data

a. Penyuntingan data (editing) b. Membuat kode (coding) c. Memasukkan data (entry) d. Tabulasi

(32)

21

3.6.2 Analisis Data

Data diolah berupa tabel yang dipresentasikan dalam bentuk frekuensi sederhana dan dihitung dalam bentuk persentase.

3.7 Etika Penelitian 1. Ethical Clearance

Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (Health Research Ethical Committee of North Sumatera) Nomor 1225/KEP/USU/2021.

2. Informed Consent

Peneliti menjelaskan tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan serta menjelaskan manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini kemudian memberikan online lembar persetujuan kepada subjek sebelum pengisian kuesioner.

(33)

22

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan terhadap 275 mahasiswa pendidikan profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi tentang kontrol infeksi pada instalasi radiologi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 1. Tingkat pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi secara individu tentang kontrol infeksi pada instalasi radiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 2.

Mahasiswa pendidikan profesi menjawab dengan benar pada pengetahuan mengenai kontak transmisi COVID-19 sebesar 90,91%, cairan kumur pasien sebesar 98,18%, APD radiografi intraoral sebesar 63,64%, APD radiografi ekstraoral sebesar 73,45%, APD level II sebesar 76,36%, APD level III sebesar 96,36%, jarak aman radiografer sebesar 62,91%, desinfektan permukaan alat dan panel sebesar 77,45%, bahan pembungkus reseptor sebesar 78,91% dan desinfektan untuk reseptor sebesar 45,82%.

Tabel 1. Pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi tentang kontrol infeksi pada instalasi radiologi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara n = 275

No Pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi mengenai kontrol infeksi

Jawaban

Benar Salah

N % N %

1 Kontak transmisi COVID-19 250 90,91 25 9,09

2 Cairan kumur pasien 270 98,18 5 1,82

3 APD untuk radiografi intraoral 175 63,64 100 36,36 4 APD untuk radiografi ekstraoral 202 73,45 73 26,55

5 APD level II 210 76,36 65 23,64

6 APD level III 265 96,36 10 3,64

7 Jarak aman radiografer dan pasien 173 62,91 102 37,09

(34)

23

8 Desinfektan untuk permukaan alat dan panel

213 77,45 62 22,55

9 Bahan pembungkus reseptor 217 78,91 58 21,09

10 Desinfektan untuk reseptor 126 45,82 149 54,18

Tingkat pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi secara individu dikategorikan berdasarkan nilai total persentase. Tingkat pengetahuan baik sebesar 52,73%, tingkat pengetahuan cukup sebesar 42,18% dan tingkat pengetahuan kurang sebesar 5,09%.

Tingkat pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi secara individu dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tingkat pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi secara individu tentang kontrol infeksi pada instalasi radiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

No Kategori tingkat pengetahuan

Skor Mahasiswa Pendidikan Profesi Nilai total Persentase

(%) N Persentase

(%)

1. Baik 8-10 76%-100% 145 52,73

2. Cukup 6-7 56%-75% 116 42,18

3. Kurang 0-5 <56% 14 5,09

Total 275 100

(35)

24

BAB 5 PEMBAHASAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan sampel mahasiswa pendidikan profesi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Data diperoleh dengan cara penyebaran kuesioner menggunakan google form. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara mengenai kontrol infeksi di instalasi radiologi kedokteran gigi saat pandemi COVID-19.

Pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi mengenai jalur transmisi COVID-19 adalah melalui droplet dan aerosol mendapatkan hasil sebesar 90,91% mengetahuinya.

Sebagian besar mahasiswa dapat menjawab benar kemungkinan karena mendapatkan informasi melalui media dan jurnal mengenai cara penyebaran virus COVID-19. Hal ini sesuai dengan penelitian Esakandri et al. yaitu transmisi COVID-19 dari manusia ke manusia terjadi lewat droplet dan aerosol. Kontak langsung terjadi apabila virus masuk ke tubuh melalui sekresi saluran pernafasan. Radiografer dan tenaga medis lainnya harus berdiri di garis depan pandemi dan menangani pasien COVID-19, mereka juga yang paling sering terekspos dengan COVID-19 dan menjadi yang paling rentan terinfeksi.15

Pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi mengenai cairan kumur pasien adalah povidone iodine 0,2% mendapatkan hasil sebesar 98,18% mengetahuinya. Hal ini sesuai dengan rekomendasi dari pengurus besar persatuan dokter gigi Indonesia bahwa penggunaan povidone iodine 0,2% digunakan untuk tindakan praprosedural pada masa new normal. SARS-CoV dan MERSCoV sangat rentan terhadap povidone iodine, maka penggunaan povidone iodine 0,2% dalam bentuk obat kumur bagi pasien sangat dianjurkan.24

Pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi mengenai penggunaan APD untuk melakukan radiografi intraoral adalah APD level 2 didapatkan hasil sebesar 63,64%

mengetahuinya dan radiografi ekstraoral adalah APD level 3 didapatkan hasil sebesar 73.74% mengetahuinya. Hal ini sesuai dengan penelitian Manuel yang

(36)

menyatakan bahwa penggunaan APD yang disarankan pada pemeriksaan radiografi ekstraoral adalah level 2 dan pada pemeriksaan radiografi intraoral adalah level 3.

Petugas pada resepsionis, dapat menggunakan APD level 1. Seluruh petugas medis diharapkan tetap memperhatikan lima momen cuci tangan dan enam langkah dalam mencuci tangan sesuai petunjuk WHO.20

Pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi mengenai kelengkapan APD level 2 didapatkan hasil sebesar 76,36% mengetahuinya dan APD level 3 didapatkan hasil sebesar 96,36% mengetahuinya. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengetahuan mahasiswa mengenai spesifikasi APD yang berlaku secara resmi di Indonesia, mahasiswa sebagian besar merujuk pasien untuk melakukan radiografi intraoral dimana radiografer menggunakan APD level 3. Hal lain kemungkinan karena mahasiswa belum pernah merujuk pasien untuk dilakukan radiografi ekstraoral saat pandemi COVID-19 sehingga tidak mengetahui jenis APD yang dipakai saat melakukan radiografi ekstraoral adalah APD level 3. Ding J et al. menyatakan bahwa APD level 2 terdiri dari topi, kacamata pelindung, masker pelindung medis, pakaian pelindung atau gaun isolasi, sarung tangan lateks sekali pakai dan penutup sepatu sekali pakai. APD level 3 terdiri dari topi, masker pelindung medis, pelindung wajah, pakaian pelindung medis, sarung tangan lateks sekali pakai dan penutup sepatu sekali pakai.19

Pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi mengenai jarak aman antara radiografer dan pasien saat melakukan teknik radiografi adalah 1 meter didapatkan hasil sebesar 62,91% mengetahuinya. Hal ini dapat terjadi karena mahasiswa tidak memperhatikan saat dilakukan radiografi karena berada di luar instalasi radiologi. Pedoman yang dikeluarkan oleh Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Indonesia (ARSGMPI) pada masa pandemi menyatakan bahwa petugas kesehatan pada skrining awal dan tidak kontak dengan pasien, wajib menjaga jarak satu meter dengan pasien, menggunakan masker bedah, sarung tangan dan face shield.21

Pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi mengenai desinfektan yang digunakan untuk mendesinfeksi permukaan alat dan panel pengaturan pesawat radiografi adalah alkohol 70% didapatkan hasil sebesar 77,45% mengetahuinya. Hal ini kemungkinan karena desinfektan yang digunakan untuk sebagian besar peralatan di kedokteran gigi

(37)

adalah alkohol 70%. Novo M dkk. menyatakan peralatan non-kritis merupakan peralatan yang hanya berkontak dengan kulit pasien dan disinfeksi peralatan ini dapat menggunakan air sabun atau alkohol 70%.27

Pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi mengenai bahan yang digunakan untuk membungkus film atau reseptor adalah plastik didapatkan hasil sebesar 78,91%

mengetahuinya. Hal ini kemungkinan karena mahasiswa melihat proses radiografi pada pasien dan ketika radiografer membungkus film rontgen menggunakan plastik. Novo M dkk. menyatakan bagian pesawat X-ray yang berkontak dengan pasien, disarankan untuk dilakukan pembungkusan dengan plastik dan didisinfeksi permukaan setiap sebelum dan sesudah pemeriksaan radiografi dan tetap dilakukan disinfeksi permukaan dengan alkohol selepas barrier plastik dilepas.27

Pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi mengenai bahan desinfektan yang digunakan untuk mendesinfeksi reseptor adalah H2O2 didapatkan hasil sebesar 45,82%

mengetahuinya. Hal ini kemungkinan karena mahasiswa tidak pernah melakukan desinfeksi dan tidak pernah menerima informasi mengenai bahan desinfektan untuk reseptor. Doriguêtto PVT et al. menyatakan bahwa peralatan semi-kritis merupakan peralatan yang berkontak dengan kulit dan mukosa mulut pasien, seperti reseptor (film dan digital) dan alat XCP (X-ray Cone Paralelling). Disinfeksi peralatan ini dapat menggunakan Glutaraldehide atau Hidrogen Peroxide (H2O2).25

Pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi secara individu dikategorikan tingkat pengetahuan baik sebesar 52,73%, tingkat pengetahuan cukup sebesar 42,18% dan tingkat pengetahuan kurang sebesar 5,09%. Berdasarkan hasil penelitian paling banyak mahasiswa pendidikan profesi memiliki tingkat pengetahuan yang baik, hampir separuh memiliki pengetahuan cukup namun sebagian kecil memiliki pengetahuan kurang. Hal ini kemungkinan karena mahasiswa pendidikan profesi selama pandemi COVID-19 tidak banyak melakukan radiografi di instalasi radiologi kedokteran gigi, disebabkan minimal requirement ada yang dialihkan ke phantom. Prosedur kontrol infeksi pada pasien berbeda dengan prosedur kontrol infeksi pada phantom.

(38)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan penelitian ini adalah tingkat pengetahuan mengenai kontrol infeksi di instalasi radiologi kedokteran gigi saat pandemi COVID-19 pada mahasiswa pendidikan profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara didapatkan hasil kategori baik sebesar 52,73% (145 orang), kategori cukup sebesar 42,18% (116 orang) dan kategori kurang sebesar 5,09% (14 orang).

6.2 Saran

Saran terhadap hasil penelitian ini adalah :

1. Sebaiknya dilakukan sosialisasi terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara mengenai prosedur kontrol infeksi sebelum merujuk untuk melakukan radiografi kedokteran gigi di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi.

2. Sebaiknya dilaksanakan kegiatan pendidikan profesi Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi agar mahasiswa dapat melihat dan mengetahui kontrol infeksi yang dilakukan, terutama penggunaan APD, jarak aman dan desinfektan untuk reseptor di instalasi radiologi kedokteran gigi.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

1. Kooraki S, Hosseiny M, Myers L, Gholamresanezhad A. Coronavirus (COVID- 19) Outbreak: What the department of radiology should know. J Am Coll Radiol.2020;17:447-51.

2. Wang C, Horby P.W. Hayden F.G. Gao G.F A novel coronavirus outbreak of global health concern. Lancet. 2020;395:470-73.

3. Li Q, Guan X, Wu P, Wang X, Zhou L, Tong Y, et al. Early transmission dynamics in Wuhan, China, of novel coronavirus infected pneumonia. N Engl J Med. 2020;382:1199-207.

4. Ilhan B, Bayrakdar IS, Orhan K. Dental radiographic procedurs during COVID- 19 outbreak and normalization period: recommendations of infection control.

Oral Radiol. 2020; 36:395-9.

5. Gralinski LE, Menachery VD. Return of the coronavirus. Viruses. 2019;135:18.

6. Huang Z, Zhao S, Li Z, Chen W, Zhao L, Deng L, Song B. The battle against coronavirus disease 2019 (COVID-19): emergency management and infection control in a radiology department. J Am Coll Radiol. 2020; 17:710-6.

7. Peng J, Ren N, Wang M, Zhang G. Practical experiences and suggestions for the

‘eagle-eyed observer’: a novel promising role for controlling nosocomial infection in the COVID-19 outbreak. J Hosp Infect. 2020;105:106-7.

8. Kang L, Li Y, Hu S, Chen M, Yang C, Yang X, et al. The mental health of medical workers in Wuhan, China dealing with the 2019 novel coronavirus.

Lancet Psychiat. 2020;7:e14.

9. Chen X, Tian J, Li G. Initation of a new infection control system for the COVID- 19 outbreak. Lancet Infect Dis. 2020;20:397.

10. Yu J, Ding N, Chen H, Liu X, He W, Dai W, et al. Infection control against COVID-19 in departments of radiology. Acad radiol. 2020;20:614-7.

11. Setiana D, Palarto B, Julanti H. Pengetahuan, sikap dan praktik mahasiswa fakultas kedokteran terhadap pencegahan Infeksi. Semarang: Fakultas kedokteran Universitas Diponegoro. 2011; 1-8.

12. Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu perawatan. 2 th ed,.Jakarta: Salemba Medika. 2008;109-20.

(40)

13. Arikunto S. Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

2010:26-31.

14. KKI. Standar pendidikan profesi dokter gigi Indonesia. Jakarta: KKI. 2012: 1-4 15. Esakandri, Mohsen, Javad, Navid, Seyed, Elham. A comprehensive review of

COVID-19 characteristics. Biological procedures online. 2020; 22-19.

16. Pusparini. Tes serologi dan polimerase chain reaction (PCR) untuk deteksi SARS-CoV-2/COVID-19. JbiomedKes. 2020; 3(2):47

17. Arandjic D, Kosutic D, Lazarevic D. Patient Protection In Dental Radiology:

influence of Exposure Time on Patient Dose. Serbian Journal Of Electrical Engineering.2009:1-5.

18. Bayu. Radiografi di bidang kedokteran gigi. Banjarmasin. 2019:2-4.

19. Ding J, Fu H, Liu Y, Gao J, Li Z, Zhao X, et al. Prevention and control measures in radiology department for covid euro radiol. 2020; 30:3603-8.

20. Manuel. Kontrol infeksi dan keselamatan kerja dalam praktek kedokteran gigi.

JPDGI. 2013; 62(1):25

21. ARSGMPI. Pedoman manajemen tatalaksana praktik rumah sakit gigi dan mulut di masa pandemi COVID-19. Jakarta: ARSGMPI. 2020:25-32.

22. Covid-19 GTPP. Standar alat pelindung diri (APD) untuk penanganan COVID- 19 Revisi 3.2019;1-42.

23. Fitriani L. Obat kumur povidone iodine sebagai tindakan pra-prosedural untuk mengurangi risiko penularan SARS-CoV-2 dalam praktik kedokteran gigi.

Medica hospitalia. 2020; 7(1):339

24. Pengurus besar persatuan dokter gigi Indonesia. Panduan dokter gigi dalam era new normal. 2020. 13–57

25. Doriguêtto PVT, Americano JP, Devito KL. Challenges for the dental radiology clinic in times of the COVID-19 pandemic. Oral radiol. 2020;9–10.

26. Goh Y, Chua W, Lee JKT. Operational strategies to prevent coronavirus disease 2019 ( COVID-19 ) Spread in radiology : Experience from a singapore radiology department after severe acute respiratory syndrome. J am coll radiol. 2020.

27. Novo M, Ulum F. Adaptasi era kenormalan baru di bidang radiologi kedokteran gigi: apa yang perlu kita ketahui. Radiologi dento Indonesia. 2020; 4 (2):57

(41)

28. WHO. Pembersihan dan disinfeksi permukaan lingkungan dalam konteks COVID-19. 2020;1-6

29. Gutzeit A, Li Q, Matoori S, Li B, Wang L. What can european radiologists learn from the outbreak of COVID-19 in China? A discussion with a radiologist from Wuhan. European Radiology. 2020; 1-3

30. Baharutan A, Rares F, Soeliongan S. Pola bakteri penyebab infeksi nosokomial pada ruang perawatan intensif anak di blu RSUP PROF. DR. R. D. Kandou Manado. Je-Biomedik. 2015; 3 (1):412-17

(42)

Lampiran 1

Kuesioner Penelitian

TINGKAT PENGETAHUAN MENGENAI KONTROL INFEKSI DI INSTALASI RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI SAAT PANDEMI

COVID-19 PADA MAHASISWA PENDIDIKAN PROFESI KEDOKTERAN GIGI

Apakah pernah merujuk untuk melakukan pembuatan radiografi di masa pandemi COVID-19 ?

Pernah Tidak

1. Transmisi COVID-19 dari manusia ke manusia terjadi lewat kontak ? A. Droplet

B. Droplet dan aerosol

C. Aerosol

2. Apakah yang digunakan pasien untuk berkumur sebelum dilakukan tindakan radiografi kedokteran gigi ?

A. Povidone Iodine 0,2%

B. Alkohol C. Air garam

3. APD level berapa yang digunakan radiografer untuk melakukan radiografi intra oral ?

A. APD level I B. APD level II C. APD level III

4. APD level berapa yang digunakan radiografer untuk melakukan radiografi ekstra oral ?

A. APD level I B. APD level II C. APD level III

(43)

5. Terdiri dari apa sajakah APD level II ?

A. Penutup kepala, pelindung mata, masker bedah 3 lapis, sarung tangan karet sekali pakai

B. Penutup kepala, pelindung mata dan face shield, gaun coverall dan apron, masker N95, sarung tangan bedah karet steril sekali pakai, sepatu karet pelindung

C. Masker bedah 3 lapis, baju kerja, sarung tangan karet sekali pakai 6. Terdiri dari apa sajakah APD level III ?

A. Penutup kepala, pelindung mata, masker bedah 3 lapis, sarung tangan B. Penutup kepala, pelindung mata dan face shield, gaun coverall dan apron, masker N95, sarung tangan bedah karet steril, sepatu pelindung C. Masker bedah 3 lapis, baju kerja, sarung tangan karet sekali pakai

7.Berapakah minimal jarak aman antara radiografer dan pasien saat melakukan teknik radiografi ?

A. 1 meter B. 2 meter C. 3 meter

8. Apakah desinfektan yang digunakan untuk mendesinfeksi permukaan alat dan panel pengaturan pesawat radiografi ?

A. H2O2

B. Alkohol 70%

C. Povidone iodine 0,2%

9. Apakah bahan yang digunakan untuk membungkus film atau reseptor ? A. Plastik

B. Kain C. Kapas

10. Apakah bahan desinfektan yang digunakan untuk mendesinfeksi reseptor?

A. H2O2 B. Alkohol 70%

C. Povidone iodine 0,2%

(44)

Lampiran 2

Ethical Clearance

(45)

Lampiran 3

INFORMED CONSENT

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SAMPEL PENELITIAN

Selamat pagi Saudara/i yang terhormat,

Perkenalkan, nama saya Sheilla Suhaila Matondang. Saya adalah mahasiswi S1 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi RSGM USU. Saya memohon kesediaan responden untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya dengan judul “TINGKAT PENGETAHUAN MENGENAI KONTROL INFEKSI DI INSTALASI RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI SAAT PANDEMI COVID-19 PADA MAHASISWA PENDIDIKAN PROFESI FKG USU”.

Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa pendidikan profesi FKG USU mengenai kontrol infeksi di instalasi radiologi kedokteran gigi saat pandemi COVID-19. Manfaat penelitian adalah mensosialisasikan kepada klinisi dan mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan profesi di FKG USU mengenai prosedur kontrol infeksi di instalasi radiologi kedokteran gigi. Prosedur penelitian dengan menggunakan google form yang akan dikirim kepada saudara/i, kemudian form yang telah diisi dikirim kembali ke peneliti.

Saudara/i tidak perlu khawatir saat pengisian kuesioner online ini, saya akan menjaga kerahasiaan data dan jawaban hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

Apabila responden mengalami kesulitan, silahkan menghubungi saya : Sheilla Suhaila Matondang Telp: 082360986233

Demikian lembar penjelasan ini saya buat, semoga keterangan ini dapat dimengerti dan diterima. Atas ketersediaan saudara/i untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, 2021

Sheilla Suhaila Matondang NIM: 180600086

(46)

Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PEMBERIAN INFORMED CONSENT

Setelah membaca dan mendengar semua keterangan tentang keuntungan, risiko, dan hak- hak saya sebagai subjek penelitian yang berjudul:

“TINGKAT PENGETAHUAN MENGENAI KONTROL INFEKSI DI INSTALASI RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI SAAT PANDEMI COVID-19 PADA MAHASISWA

PENDIDIKAN PROFESI FKG USU”

dan saya memahaminya, maka saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ………

Umur : ………

Alamat : ………

No. Telp/HP : ………

Dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan bersedia berpartisipasi dalam penelitian tersebut sesuai dengan yang tercantum di atas. Apabila saya ingin mengundurkan diri, kepada saya tidak dituntut apapun.

Medan,...2021

Yang menyetujui, Subjek penelitian

(...)

(47)

Lampiran 5

RINCIAN ANGGARAN PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN MENGENAI KONTROL INFEKSI DI INSTALASI RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI SAAT PANDEMI COVID-19 PADA MAHASISWA PENDIDIKAN PROFESI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Besar biaya yang diperlukan pada penelitian ini adalah sebesar dengan rincian sebagai berikut:

1. Penjilidan dan penggandaan proposal Rp. 600.000 2. Biaya alat tulis, kertas, dan tinta printer Rp. 700.000

3. Souvenir Rp. 400.000

Jumlah Biaya Rp. 1.700.000,-

Biaya ditanggung sepenuhnya oleh peneliti.

(48)

Lampiran 6

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No. Kegiatan Waktu

Juni juli Agustus September Oktober November Desember

1.

Persiapan Pencarian Judul 2. Persetujuan

Judul 3. Pembuatan

Proposal 4. Seminar

Proposal 5. Pengumpulan

Data

6. Pengolahan Data

7. Analisis Data

8.

Penulisan Laporan Penelitian 9.

Perbaikan dan Penyerahan Laporan

(49)

Lampiran 7

CURRICULUM VITAE

Riwayat Peneliti

Nama Lengkap : Sheilla Suhaila Matondang

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 07 Desember 1998

Warga Negara : Indonesia

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. Gunung Krakatau No.19

No. Hp 0823 6098 6233

Alamat e-mail : Sheillamatondang07@gmail.com

Riwayat Pendidikan

2003-2004 : TK Al Mukhlisin

2004-2010 : SD Swasta Islam An Nizam

2010-2013 : SMP Swasta Islam An Nizam

2013-2017 : SMA Swasta Galih Agung

2018-Sekarang : Menjalani Program Sarjana-1 Pendidikan Dokter Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Gambar

Gambar 1. Struktur COVID-19 15
Gambar 2. Transmisi COVID-19 dari manusia ke manusia 15
Gambar 3. APD level 1 22
Gambar 5. APD level 3 22
+3

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

Yang berada di lingkaran I sampai dengan V adalah kerjasama yang sudah dirintis dan program sudah tersusun, sedang yang berada diluar lingkaran I – V, tapi berada dalam lingkaran

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian dengan sadar dan tanpa paksaan, dan paham akan apa yang akan dilakukan, diperiksa, didapatkan pada penelitian yang berjudul

Pada tingkat kualitas hidup perempuan menopause, yang berpengaruh sangat kuat berkaitan dengan kondisi gigi geligi terbanyak yaitu pada Stage IV Grade B dan pada fase menopause

Penelitian ini dilakukan secara deskriptif yaitu dengan mengidentifikasi seluruh saluran pemasaran yang dilalui oleh komoditas kubis di Kecamatan Sukaraja, mengidentfikasi

Secara teknis, tujuan IRS adalah mencocokkan (matcing) istilah (term) yang diformulasikan dalam bentuk query dengan istilah indeks yang ada dalam dokumen, sehingga

MAPE yang dihasilkan adalah 1,18% dan untuk peramalan 7 hari kedepan, model yang paling sesuai adalah model dua level Hibrida ARIMA-ANFIS dengan menggunakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) perangkat pembelajaran yang dikembangkan secara umum berkategori baik, (2) penguasaan keterampilan berpikir kritis mahasiswa