• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar sarjana Kedokteran Gigi ADRIANA ANNISA THOHA NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar sarjana Kedokteran Gigi ADRIANA ANNISA THOHA NIM :"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) 5% DAN JERUK PURUT (Citrus hystrix) 5% SEBAGAI OBAT KUMUR TERHADAP

PENURUNAN AKUMULASI PLAK PADA MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar sarjana Kedokteran Gigi

ADRIANA ANNISA THOHA NIM : 120600071

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(2)

Tahun 2019

Adriana Annisa Thoha

Perbandingan efektivitas ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia)5% dan jeruk purut (Citrus hystrix) 5% sebagai obat kumur terhadap penurunan akumulasi plak pada mahasiswa FKG USU angkatan 2015

xi + 49 halaman

Plak adalah suatu deposit lunak yang merupakan hasil akumulasi dan metabolism dari bakteri yang melekat erat pada permukaan gigi dan gingiva yang berpotensi cukup besar menimbulkan penyakit pada jaringan lunak maupun jaringan pendukungnya. Ada dua cara kontrol plak yaitu dengan cara mekanis dan kimiawi. Jeruk nipis dan jeruk purut merupakan tanaman herbal yang dapat digunakan dalam control plak secara kimiawi dalam bentuk sediaan obat kumur ekstrak yang mengandung senyawa aktif yang bersifat antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas antara ekstrak kulit jeruk nipis dan jeruk purut sebagai obat kumur terhadap penurunan akumulasi plak pada mahasiswa FKG USU angkatan 2015. Jenis Penelitian ini adalah penelitian eksperimental klinis dengan rancangan penelitian pre test dan post test group design. Penelitan dilakukan selama 7 hari dengan subjek penelitian mahasiswa FKG USU angkatan 2015 sebanyak 40 subjek dipilih dengan teknik purposive sampling sesuai dengan criteria inklusi dan eksklusi terbagi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan kulit jeruk nipis dan jeruk purut. Pemeriksaan skor dilakukan pada hari ke-0 dan ke-7 dengan menggunakan indeks plak Loe dan Silness. Berdasarkan hasil uji wilcoxon dan uji dependen diperoleh hasil yang. Dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney yang menunjukan perbedaan rata-rata skor indeks plak yang signifikan antara kelompok kulit jeruk nipis dengan kulit jeruk purut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa obat kumur ekstrak kulit jeruk purut lebih efektif dalam menurunkan akumulasi plak.

Daftar rujukan : 25 (2002-2017)

(3)
(4)
(5)

Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Denga nmengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbandingan efektivitas ekstrak kulit jeruk nipis (citrus aurantifolia) 5% dan jeruk purut (citrus hystrix) 5% sebagai obat kumur terhadap penurunan akumulasi plak pada mahasiswa FKG USU angkatan 2015” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari doa, bimbingan, serta bantuan dan arahan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta, ayah saya Aminuddin Thoha dan Ibunda tercinta Asnawati yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, perhatian, motivasi, dan dukungan baik secara moril maupun materil kepada penulis dan juga kepada kakak saya Amalia Aldina Thoha serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan semangat, doa dan dukungan yang tak terhingga selama penulis menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Krisnamurthy Pasaribu,drg.,Sp.Perio selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, pikiran, dukungan, bimbingan dan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. TreliaBoel, drg., M.Kes, Sp.RKG(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Aini Hariyani Nasution, drg., Sp.Perio(K) selaku Ketua Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas SumateraUtara.

3. Aini Hariyani Nasution, drg., Sp.Perio(K), dan Rini Octavia Nasution, drg.,S.H.,M.Ke

(6)

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Periodonsia yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Drs. Awaluddin Saragih M.Si., Apt selaku Kepala Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU yang turut serta meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

7. Senior dan teman-teman yang saya sayangi: M. Zakki Husni, Rizky Agustin, Nurul Astri, Ayu Delrizal, Martini Indah, Mariatul Kiptia, Vicky Amalia, Deli Masri, Saradila Benazia, Azra Sahira teman-teman perjuangan di departemen periodonsia Faiza Adelia, Yohana Novalia, Cindi Octavia dan seluruh teman-teman FKG USU 2012 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, serta adik-adik FKG USU 2015 yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi sampel penelitian. Terima kasih atas bantuan, dukungan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena terdapat kelemahan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, namun penulis mengharapkan kiranya hasil karya sederhana ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 26 September 2019 Penulis

(Adriana AnnisaThoha) NIM :120600071

(7)

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI

KATA PENGANTAR ...v

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...2

1.3. Tujuan Penelitian...3

1.3.1. Tujuan Umum ...3

1.3.2. Tujuan Khusus ...3

1.4. Manfaat Penelitian...3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Plak Dental ...5

2.1.1 Definisi Plak Dental ...5

2.1.2 Struktur dan Komposisi Plak ...5

2.1.3 Pembentukan Plak Dental ...6

2.1.4 Pengukuran Plak Dental ...8

2.2 Kontrol Plak ...10

2.3 Jeruk Nipis ...11

2.3.1 Taksonomi Jeruk Nipis ...11

2.3.2 Morfologi Jeruk Nipis ...12

2.3.3 Kandungan dan Manfaat Jeruk Nipis ...12

2.4 Jeruk Purut ...13

2.4.1 Taksonomi Jeruk Purut ...13

2.4.2 Morfologi Jeruk Purut ...14

2.4.3 Kandungan dan Manfaat Jeruk Purut ...15

2.5 Kerangka Teori...18

2.6 Kerangka Konsep...19

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ...20

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian...20

(8)

3.3.1 Populasi Penelitian...20

3.3.2 Sampel Penelitian ...20

3.3.3 Besar Sampel Penelitian ...21

3.4 Variabel Penelitian...22

3.4.1 Variabel Bebas ...22

3.4.2 Variabel Terikat...22

3.4.3 Variabel Terkendali ...22

3.4.4 Variabel Tidak Terkendali ...23

3.5 Definisi Operasional ...23

3.6 Alat dan Bahan Penelitian ...24

3.6.1 Alat Penelitian ...24

3.6.2 Bahan Penelitian ...25

3.7 Prosedur Penelitian ...26

3.7.1 Pembuatan Larutan Ekstrak Kulit Jeruk Nipis ...26

3.7.2 Pembuatan Larutan Ekstrak Kulit Jeruk Purut ...29

3.7.3 Prosedur Peracikan Obat Kumur ...31

3.8 Prosedur Pemeriksaan...32

3.9 Alur Penelitian ...35

3.10 Pengolahan dan Analisa Data ...36

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian ...37

4.2 Hasil Pemeriksaan Skor Indeks Plak ...38

BAB 5 PEMBAHASAN...42

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ...45

6.2 Saran ...45

DAFTAR PUSTAKA...46 LAMPIRAN

(9)

Nomor Judul Halaman

Tabel 1 Skor Indeks Plak Loe and Silness ... 10

Tabel 2 Definisi Operasional Untuk Variabel Bebas dan Terikat ... 23

Tabel 3 Cara pemberian skor indeks plak Loe dan Silness ... 33

Tabel 4 Data demografis subjek penelitian... 38

Tabel 5 Uji Normalitas Data Skor Plak pada Pemberian Obat Kumur Ekstrak Kulit Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) 5% dan Obat Kumur Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix) 5% ... 39

Tabel 6 Nilai Rerata Skor Plak pada Pemberian Obat Kumur Ekstrak Kulit Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) 5%... 39

Tabel 7 Nilai Rerata Skor Plak pada Pemberian Obat Kumur Ekstrak Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix) 5% ... 40

Tabel 8 Perbandingan rerata skor indeks plak antara kelompok perlakuan obat kumur ekstrak daun cengkeh dan sereh pada hari ke-0 dan ke-7 ... 41

(10)

Nomor Judul Halaman

Gambar 1 Gambaran tahap pembentukan plak biofilm ...8

Gambar 2 Buah jeruk nipis ...11

Gambar 3 Buah dan jeruk kulit purut ...14

Gambar 4 a. Mortar ...26

b. Kertas saring ...26

c. Timbangan akrilik ...26

d. Bahan pembuatan obat kumur ...26

e. CMC ...26

f. Peppermint oil...26

g. Akuades ...26

h. Sorbitol...26

i. Alkohol 96% ...26

j. Gelas ukur...26

k.Kertas perkamen ...26

Gambar 5 Kulit jeruk nipis yang sudah dicuci dan ditiriskan ...27

Gambar 6 Simplisia kulit jeruk nipis ...27

Gambar 7 Simplisia kulit jeruk nipis dimasukkan ke dalam wadah Tertutup ...27

Gambar 8 Kulit jeruk nipis disaring dengan menggunakan kapas dan kertas saring ...28

Gambar 9 Proses ektraksi kulit jeruk nipis ...28

Gambar 10 Proses penguapan maserasi ...28

Gambar 11 Ekstrak kental kulit jeruk nipis ...29

Gambar 12 Kulit jeruk purut yang sudah dicuci dan ditiriskan ...29

Gambar 13 Simplisia kulit jeruk purut ...30

Gambar 14 Simplisia kulit jeruk purut dimasukkan ke dalam wadah Tertutup ...30 Gambar 15 Kulit jeruk purut disaring dengan menggunakan kapas dan

(11)

Gambar 17 Proses penguapan maserasi ...31 Gambar 18 Ekstrak kental kulit jeruk purut ...31 Gambar 19 Pemeriksaan indeks plak pada hari ke-0 ...33 Gambar 20 Rata-rata skor indeks plak Mahasiswa FKG USU angkatan 2015

pada kelompok perlakuan obat kumur ekstrak daun jeruk nipis

dan kulit jeruk purut pada hari ke-0 dan hari ke-7...40

(12)

1. Kuesioner penelitian

2. Lembar penjelasan kepada subjek penelitian 3. Informed consent

4. Lembar pemeriksaan subjek penelitian 5. Anggaran biaya penelitian

6. Jadwal kegiatan penyusunan skripsi 7. Data personalia peneliti

8. Ethical clearance

9. Surat izin penelitian di Laboratorium Obat Tradisional Farmasi USU 10. Hasil analisis data

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara keseluruhan dan tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum.

Kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kualitas hidup, oleh karena terganggunya fungsi bicara, pengunyahan dan estetik.1 Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi nasional mengenai gigi dan mulut yang bermasalah di Indonesia sebesar 25,9% dan di provinsi Sumatera Utara sebesar 19,4%.2 Saat ini prevalensi tertinggi penyakit gigi dan mulut adalah karies dan penyakit periodontal yang disebabkan adanya plak gigi.1

Plak gigi melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan dan gusi serta permukaan keras lainnya dalam rongga mulut. Pada awal pembentukan plak gigi, kokus gram positif merupakan jenis mikroorganisme yang paling banyak dijumpai, seperti Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis dan Streptococcus salivarius. Mikroorganisme tersebut memiliki enzim glucosyltransferase yang dapat memetabolisme karbohidrat menjadi asam sehingga menyebabkan karies, serta terjadinya penyakit periodontal akibat akumulasi plak gigi karena kebersihan mulut yang buruk.1

Pengendalian plak adalah upaya membuang dan mencegah penumpukan plak pada permukaan gigi. Upaya tersebut dapat dilakukan secara mekanis maupun kimiawi. Salah satu sarana pencegahan plak secara kimiawi adalah dengan menggunakan obat kumur.3 Penggunaan obat kumur terbukti dapat menghambat pembentukan plak gigi secara cepat dan mudah. Substansi kimia yang digunakan dalam obat kumur yang dipasarkan di masyarakat memiliki sifat anti septik atau anti bakteri yang berguna untuk menghambat pembentukan plak.4

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) merupakan zat herbal yang ditambahkan pada pasta gigi karena berkaitan dengan kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan memiliki kandungan minyak atsiri yang mempunyai fungsi antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus Aureus.5

(14)

Selain itu, ada juga jeruk purut (Citrus hystrix) yang berasal dari genus Citrus merupakan tanaman penghasil minyak atsiri. Minyak atsiri mempunyai aktivitas sebagai antibakteri dengan merusak dinding sel dan menghambat pertumbuhan serta mematikan bakteri dengan mengganggu terbentuknya dinding sel.6

Pada penelitian yang dilakukan oleh Fitarosana (2012) menguji pengaruh larutan ekstak jeruk nipis dengan konsentrasi 65% dan didapatkan hasil dapat menghambat pembentukan plak gigi. Kadar hambat minimum kulit jeruk nipis terhadap MRSA (Methicillin Resistant Staphylococus aureus) terdapat pada konsentrasi 18% dan kadar minimumnya pada konsentrasi 20%.7

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ratna Yuliani (2011) didapatkan hasil penelitian dari hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa minyak atsiri daun jeruk purut mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dengan nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) berturut-turut sebesar 1 dan 2%. Minyak atsiri juga mampu menghambat dan membunuh Escherichia coli dengan nilai KHM dan KBM ≤ 0,0625%.6

Pada penelitian yang dilakukan oleh Setyohadi (2015) didapatkan hasil penelitian dengan menggunakan 6 konsentrasi dengan pengulangan masing-masing konsentrasi 4 kali. Konsentrasi yang digunakan adalah 4%, 2%, 1%, 0,5%, 0,25%, 0,125%. Hasil penelitian menunjukkan nilai KHM tidak dapat ditentukan karena ekstrak yang cenderung keruh sedangkan nilai KBM didapatkan pada konsentrasi 4%.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol kulit buah jeruk purut memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans dengan KBM 4%.8

Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk mengetahui perbedaan efektivitas kulit jeruk nipis dan jeruk purut dalam bentuk larutan ekstrak terhadap pembentukan plak gigi, sehingga dapat menurunkan akumulasi plak pada mahasiswa FKG USU angkatan 2015.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

(15)

Apakah ada perbedaan efektivitas obat kumur ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) 20% dengan kulit jeruk purut (Citrus hystrix) 5% dalam menurunkan akumulasi plak pada mahasiswa FKG USU angkatan 2015?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas obat kumur ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) 20% dengan kulit jeruk purut (Citrus hystrix) 5% dalam menurunkan akumulasi plak pada mahasiswa FKG USU angkatan 2015.

1.3.2 Tujuan Penelitian Khusus

1. Menilai skor plak pada gigi yang diberi larutan ekstrak kulit jeruk nipis 20%

2. Menilai skor plak pada gigi yang diberi larutan ekstrak kulit jeruk purut 5%.

3. Menilai skor plak pada gigi yang tidak diberi larutan ekstrak kulit jeruk nipis dan jeruk purut.

4. Menganalisis perbedaan skor plak pada gigi yang diberi larutan ekstrak kulit jeruk nipis 20% dengan yang tidak diberi larutan ekstrak kulit jeruk nipis.

5. Menganalisis perbedaan skor plak pada gigi yang diberi larutan ekstrak kulit jeruk purut 5% dengan yang tidak diberi larutan ekstrak kulit jeruk purut.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengaruh pemberian larutan ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dan kulit jeruk purut (Citrus hystrix) terhadap pembentukan plak gigi.

b. Memberikan informasi kepada masyarakat untuk dapat menggunakan larutan ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dan kulit jeruk purut (Citrus hystrix) sebagai salah satu alternatif pencegahan terjadinya

(16)

timbunan plak gigi yang dapat berkembang menjadi karies dan penyakit periodontal.

c. Sebagai sumber acuan yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya pada pemakaian jangka waktu yang lebih lama atau untuk penelitian pengaruh lain dari pemberian larutan ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dan kulit jeruk purut (Citrus hystrix).

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plak Dental

2.1.1 Definisi Plak Dental

Plak dental adalah suatu lapisan tipis yang terdiri dari berbagai jasad renik yang terbentuk pada permukaan gigi beberapa saat setelah gigi berkontak dengan saliva.7 Plak merupakan kumpulan bakteri yang terikat dalam suatu matriks organik dan melekat erat pada permukaan gigi. Plak terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks interseluler yang berupa lengketan bakteri beserta produk- produk bakteri.4

Plak sangat tipis, baru terlihat setelah dilakukan pewarnaan, dan plak tidak dapat dibersihkan hanya dengan berkumur-kumur, semprotan air atau udara tetapi plak dapat dibersihkan secara mekanis yaitu membersihkan plak dengan menyikat gigi.9

2.1.2 Struktur dan Komposisi Plak

Plak dental diklasifikasikan atas plak supragingiva dan plak subgingiva berdasarkan lokasinya pada permukaan gigi. Plak supragingiva berada pada atau koronal dari tepi gingiva. Plak subgingiva, lokasinya apikal dari tepi gingiva, diantara gigi dan jaringan yang melindungi sulkus gingiva.10 Plak supragingiva yang berkontak langsung dengan tepi gingiva lebih sering sering disebut dengan marginal plaque. Plak supragingiva yang terletak pada dan di atas dento gingival junction paling banyak ditemukan pada sepertiga gingiva mahkota gigi, area interproksimal, pit dan fisur.11 Plak subgingiva ditemukan di bawah tepi gingiva, di antara gigi dan jaringan sulkular gingival.12

Komposisi plak dental terdiri dari mikroorganisme dan matriks interseluler yang terdiri dari komponen organik dan anorganik, komposisi utama adalah mikrooganisme. Lebih dari 500 spesies bakteri ditemukan dalam plak dental. Awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti streptokokus salivarius, actinomyces viscosus dan beberapa strain lainnya.

(18)

Mikroorganisme non-bakteri yang dijumpai dalam plak antara lain spesies Mycoplasma, ragi, protozoa, dan virus. Mikroorganisme tersebut terdapat dalam matriks interseluler, dan juga mengandung sedikit sel jaringan seperti sel-sel epitel, makrofag, dan leukosit.10

Matriks interseluler plak merupakan 20% - 30% massa plak, terdiri dari bahan organik dan anorganik yang berasal dari saliva, cairan sulkus dan produk bakteri.

Bahan organiknya mencakup polisakarida, protein, glikoprotein dan lemak. Komponen anorganik yang paling utama adalah kalsium dan fosfor, dan sejumlah kecil mineral lain seperti natrium, kalium, dan fluor. Sumber bahan anorganik plak supragingiva adalah saliva. Sebaliknya komponen anorganik plak subgingiva berasal dari cairan sulkus yang merupakan transudat.10

2.1.3 Pembentukan Plak Dental

Plak umumnya dijumpai pada sepertiga gingiva permukaan gigi, karena daerah tersebut tidak terganggu oleh gesekan makanan maupun jaringan. Penumpukan plak lebih sering terjadi pada retakan, pit, dan fisur pada permukaan gigi, dibawah restorasi yang mengemper, dan sekitar gigi yang erupsinya tidak teratur.10

Lokasi dan laju pembentukan plak adalah bervariasi diantara individu. Faktor yang mempengaruhi laju pembentukan plak adalah higiena oral, serta faktor-faktor penjamu seperti diet, dan komposisi serta laju aliran saliva.10

Proses pembentukan plak dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu:10 a. Pembentukan pelikel dental

Pembentukan pelikel dental pada permukaan gigi merupakan fase awal dari pembentukan plak. Pada tahap awal ini permukaan gigi atau restorasi akan dibalut oleh pelikel glikoprotein. Pelikel tersebut berasal dari saliva dan cairan sulkus, begitu juga dari produk sel bakteri dan pejamu, dan debris.

Pelikel ini berasal dari komponen saliva dan cairan krevikular begitu pula dengan produksi bakteri dan sel jaringan host serta debris. Pelikel berfungsi sebagai barier pelindung serta menjadi pelumas untuk permukaan jaringan dan mencegah jaringan menjadi kering. Pelikel juga menyediakan substrat bagi bakteri di lingkungan

(19)

perlekatan. Sel jaringan yang terus mengalami pengelupasan menyebabkan populasi bakteri pada permukaan jaringan terus menjadi terganggu. Hal ini berlawanan dengan pelikel pada area permukaan keras yang menyediakan substrat bagi bakteri yang secara progresif berakumulasi membentuk plak gigi.11

b. Kolonisasi awal pada permukaan gigi

Setelah beberapa jam, bakteri akan ditemukan pada pelikel gigi. Kolonisasi bakteri yang dominan menutupi permukaan gigi adalah bakteri gram positif fakultatif seperti Actinomyces viscosus dan Streptococcus sanguis. Koloni-koloni ini melekat ke pelikel melalui molekul spesifik yang membentuk perlekatan secara adhesi pada permukaan bakteri yang akan berinteraksi dengan reseptor pada pelikel gigi. Masa plak kemudian matang melalui pertumbuhan spesies yang melekat, seperti kolonisasi dan pertumbuhan spesies tambahan.11

c. Kolonisasi sekunder dan pematangan plak

Pada tahap ini, terjadi peningkatan persentase bakteri anaerob gram negatif.

Bakteri yang berperan adalah Provotella intermedia, Provotella loescheii, Capnocytophaga sp., Fusobacterium nucleatum dan Porphyromonas gingivalis.

Mikroorganisme ini melekat ke sel bakteri yang terdapat pada masa plak.11

Dalam tiga hari, Pengkoloni sekunder yang tidak turut sebagai pengkoloni awal ke permukaaan gigi yang bersih, diantaranya Prevotella intermedia, Prevotella loescheii, spesies Capnocyttophaga, Fusobakterium nucleatum, dan Porphyromonas gingivalis. Mikroorganisme tersebut melekat ke sel bakteri yang telah berada dalam massa plak.Interaksi yang menimbulkan perlekatan bakteri pengkoloni sekunder ke bakteri pengkoloni awal dinamakan koagregasi.10

(20)

Gambar 2.1. Gambaran tahap pembentukan plak biofilm. 1. Pelekatan Bakteri 2. Kolonisasi awal 3. Kolonisasi sekunder 4. Pematangan biofilm.11

2.1.4 Pengukuran Plak Dental

Plak dapat diidentifikasi dengan banyak cara seperti skrinning secara langsung pada permukaan gigi, penggunaan disclosing solution, atau dengan menggunakan kemampuan alami gigi untuk berfluorensi di bawah cahaya biru. Cara-cara tersebut dilakukan karena plak tidak dapat diidentifikasi secara langsung bahkan bagi dokter gigi maupun pasien. Hal ini karena warna plak yang sama dengan permukaan gigi.11

Disclosing solution akan merubah warna plak gigi menjadi kontras dengan permukaan gigi yang berwarna putih. Plak gigi memiliki kemampuan untuk menahan sejumlah besar substansi larutan yang digunakan sebagai disclosing solution. Hal ini berkaitan dengan interaksi antara plak dan larutan (dyes) karena adanya perbedaan

(21)

polaritas antara komponen plak dan larutan. Bahan kimia pertama yang dilaporkan digunakan sebagai pewarna untuk plak adalah iodin. Tetapi, seiring berkembangnya waktu banyak jenis larutan yang digunakan seperti fuchsine, erythrosine, merbromin, methylene blue, briliant blue, crystal violet, gentian violet dan fluorescein.11

Setelah pengaplikasian disclosing solution pada permukaan gigi, pengukuran plak dapat dilakukan dengan mengacu pada indeks pengukuran plak. Indeks yang ideal harus bersifat sederhana, mudah dan cepat digunakan. Selain itu, indeks juga harus akurat sehingga mudah dikalibrasi dengan beberapa kali pemeriksaan. Ada banyak indeks plak yang dapat digunakan sebagai panduan pemeriksaan.13 Ada beberapa indeks plak yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi yaitu:14

1. Loe dan Sillness.

Dikeluarkan pada tahun 1964 oleh Loe dan Sillness. Indeks ini digunakan terutama bersamaan dengan dengan indeks gingiva oleh beberapa penulis. Metode ini melihat ketebalan biofilm pada permukaan gigi di margin gingiva. Prosedur dari metode ini adalah pemeriksaan gigi spesifik dan seluruh gigi yang dinilai dari permukaan distal, mesial, fasial dan lingual.

Pengukuran plak dilakukan pada empat permukaan yaitu mesial, distal, bukal dan lingual/palatal. Setiap permukaan gigi diberi skor dari 0-3. Skor dari keempat permukaan gigi ditambahkan dan dibagi 4 untuk mendapatkan hasil skor plak dari masing-masing gigi yang diperiksa, sedangkan skor plak dari setiap individu didapat dengan menjumlahkan keseluruhan skor plak dari gigi-gigi yang diperiksa dan membaginya dengan jumlah gigi yang diperiksa seperti dalam tabel kriteria di bawah ini.14

(22)

Tabel 2.1. Skor Indeks Plak Loe and Silness14 Skor Kriteria

0 Tidak terdapat adanya plak

1 Film plak yang melekat pada tepi gingiva bebas dan daerah yang berdekatan dengan gigi. Plak in situ mungkin hanya terlihat setelah penggunaan disclosing solution atau dengan menggunakan probe pada permukaan gigi.

2 Akumulasi yang sedang dari deposit lunak dalam poket gingiva, atau gigi dan tepi gingiva, yang dapat terlihat dengan mata

3 Akumulasi yang banyak dari deposit lunak di dalam poket gingiva, gigi serta margin gingiva.

2.2 Kontrol Plak

Kontrol plak adalah tindakan penyingkiran plak dan mencegah terjadinya akumulasi plak pada gigi dan permukaan perlekatan gingiva yang dilakukan secara teratur. Mikroba pada plak merupakan etiologi utama terjadinya penyakit periodontal dan karies gigi. Kontrol plak adalah cara yang efektif dalam merawat dan mencegah gingivitis dan merupakan bagian penting dari semua prosedur yang terlibat dalam perawatan dan pencegahan penyakit periodontal.15

Kontrol plak dapat dilakukan secara mekanis dan kimiawi. Secara mekanis dapat dilakukan dengan menyikat gigi dan menggunakan dental floss, sedangkan secara kimiawi dengan menggunakan obat kumur dan pasta gigi yang mengandung bahan yang mampu mencegah plak dan penyakit periodontal lainnya. Kontrol plak supragingival yang dilakukan dengan baik menunjukkan efek terhadap pertumbuhan dan komposisi plak subgingiva. Tindakan kontrol plak yang dilakukan secara teratur di rumah serta dikombinasikan dengan kunjungan rutin ke dokter gigi untuk menyingkirkan plak dan kalkulus dapat mengurangi jumlah plak supragingiva,

(23)

menurunkan jumlah mikroorganisme pada poket yang dalam termasuk daerah furkasi dan dengan baik mengurangi jumlah patogen periodontal.15

2.3 Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia, Swingle) 2.3.1 Taksonomi Jeruk Nipis

Secara taksonomi, tanaman Citrus aurantifolia termasuk dalam klasifikasi sebagai berikut:13

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rutales

Famili : Rutaceae Genus : Citrus

Spesies : Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle

Gambar 2.2 Buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia).17

Jeruk nipis memiliki beberapa nama yang berbeda di Indonesia, antara lain jeruk nipis (Sunda), jeruk pecel (Jawa), jeruk dhurga (Madura), lemo (Bali), mudutelong (Flores) dan lain sebagainya. Jeruk nipis merupakan tumbuhan obat dari

(24)

family Rutaceae. Dalam pengobatan tradisional digunakan antara lain sebagai peluruh dahak dan obat batuk.17

2.3.2 Morfologi Jeruk Nipis

Jeruk nipis termasuk salah satu jenis citrus genuk yang termasuk jenis tumbuhan perdu yang banyak memiliki dahan dan ranting. Tingginya sekitar 0,5-3,5 meter. Batang pohonnya berkayu ulet, berduri dan keras, sedangkan permukaan kulit luarnya berwarna tua dan kusam. Daunnya majemuk, berbentuk elips dengan pangkal membulat. Bunganya berukuran majemuk/tunggal yang tumbuh di ketiak daun atau di ujung batang dengan diameter 1,5 - 2,5 cm. Buahnya berbentuk bulat sebesar bola pingpong dengan diameter 3,5 – 5 cm, berwarna (kulit luar) hijau atau kekuning- kuningan. Buah jeruk nipis yang sudah tua rasanya asam. Tanaman jeruk umumnya menyukai tempat-tempat yang dapat memperoleh sinar matahari langsung.18

2.3.3 Kandungan dan Manfaat Jeruk Nipis

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) termasuk salah satu jenis Citrus (jeruk) yang mengandung unsur-unsur senyawa kimia yang bemanfaat, misalnya: asam sitrat, asam amino (triptofan, lisin), minyak atsiri (sitral, limonen, felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat, linali-lasetat, aktilaldehid, nonildehid), damar, glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang vitamin B1 dan C. Selain itu, jeruk nipis juga mengandung senyawa saponin dan flavonoid yaitu hesperidin (hesperetin 7-rutinosida), tangeretin, naringin, eriocitrin, eriocitrocid. 19

Kulit buah jeruk nipis juga memiliki peran penting bagi kesehatan. Kulit buah jeruk nipis mengandung senyawa flavonoid yaitu naringin, hesperidin, naringenin, hesperitin, rutin, nobiletin, dan tangeretin. Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa polifenol yang dapat bekerja sebagai antioksidan dan juga sebagai antibakteri dengan mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak sel bakteri.19

Kulit jeruk nipis dapat menghambat pembentukan plak dengan cara menghambat pembentukan pelikel, pertumbuhan koloni kuman dan meningkatan kecepatan saliva dan penurunan viskositas saliva.7

(25)

Daya antibakteri minyak atsiri jeruk nipis disebabkan oleh adanya senyawa fenol dan turunannya yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri. Salah satu senyawa turunan itu adalah kavikol yang memiliki daya bakterisida lima kali lebih kuat dibandingkan fenol. Fenol merupakan senyawa toksik, mengakibatkan struktur tiga dimensi protein terganggu dan terbuka menjadi struktur acak tanpa adanya kerusakan pada struktur kerangka kovalen. Hal ini menyebabkan protein saliva dan bakteri terdenaturasi. Deret asam amino protein tersebut tetap utuh setelah denaturasi, namun aktivitas biologis menjadi rusak sehingga protein tidak dapat melakukan fungsinya. Tidak hanya sebagai antibakteri, minyak atsiri/minyak esensial pada jeruk nipis dapat meningkatkan sekresi serta menambah jumlah produksi dari saliva.

Peningkatan kecepatan dan penurunan viskositas saliva dapat menghambat terbentuknya plak pada gigi. Saliva juga mengandung enzim lisozim dan laktoperoksidase yang dapat mengurangi aktivitas metabolisme bakteri dan menjadi buffer yang dapat menetralkan pH plak. Enzim lisozim bersifat bakterisida yaitu mampu membuat bakteri tidak berdaya dengan cara menyerang dinding sel bakteri (melisiskan mikroorganisme) sehingga bakteri kehilangan cairan sel akhirnya mati, sedangkan enzim laktoperoksidase dapat mempengaruhi mikroorganisme dengan cara menghambat metabolisme bakteri.7

Selain mengandung minyak atsiri, jeruk nipis juga mempunyai kandungan asam sebesar 7-7,6%. Asam dapat mendenaturasi protein (protein sel bakteri) dengan cara mengacaukan jembatan garam dengan adanya muatan ionik Denaturasi ditandai dengan adanya kekeruhan yang meningkat dan timbulnya gumpalan.7

2.4 Jeruk Purut (Citrus hystrix) 2.4.1 Taksonomi Jeruk Purut

Secara taksonomi, tanaman Citrus hystrix termasuk dalam klasifikasi sebagai berikut:20

Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta

(26)

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Rosidae

Ordo : Sapindales Famili : Rutaceae Genus : Citrus

Spesies : Citrus hystrix

Gambar 2.3 Buah dan daun jeruk purut (Citrus hystrix)

2.4.2 Morfologi Jeruk Purut

Jeruk (atau limau/limo) purut (Citrus hystrix) merupakan tumbuhan perdu yang dimanfaatkan terutama buah dan daunnya sebagai bumbu penyedap masakan. Dalam perdagangan internasional dikenal sebagai kaffir lime. Jeruk urut termasuk kedalam subgenus Papeda karena bentuknya yang berbeda dengan jenis jeruk pasaran lainnya.

Tumbuhanya berbentuk pohon kecil (perdu).20

Jeruk purut (Citrus hystrix) adalah tanaman yang tumbuh pada daerah tropis, yang tersebar luas di Asia bagian selatan. Daun dan buah digunakan sebagai makanan.

(27)

Buahnya berkerut, berbentuk pir dan berwarna hijau tua dan akan menjadi kuning apabila sudah matang. Daunya berwarna hijau tua, mengkilap, dan permukaan bawah hijau muda atau kekuningan, buram, jika diremas baunya harum. Biasanya daunnya tumbuh berpasangan dan seperti angka delapan. Tangkai daun sebagian melebar menyerupai anak daun. Helainan anak daun berbentuk bulat sampai lonjong, pangkal membundar atau tumpul, ujung tumpul sampai meruncing. Panjangnya 8-15cm. dan lebarnya 2-6cm dan kedua permukaan licin dengan bintik-bintik kecil berwarna jernih.20

Jeruk purut dikenal memiliki aneka manfaat. Di beberapa jenis masakan, orang mencampurkan daun jeruk purut sebagai bumbunya. Tak hanya daunnya, buah jeruk ini juga digunakan untuk kue atau dibuat manisan. Jeruk purut memiliki banyak khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit.20

2.4.3 Kandungan dan Manfaat Jeruk Purut

Kulit buah jeruk purut mengandung minyak atsiri yang mempunyai efek sebagai antibakteri, antifungi, penyegar. Efek antibakteri diperoleh karena adanya senyawa sitronellal di dalamnya.21 Berdasarkan uji fitokimia yang dilakukan pada kulit buah jeruk purut banyak terdapat senyawa golongan kumarin, juga adanya senyawa lain yaitu flavonoid dan steroid. Flavonoid yang terdapat pada jeruk purut antara lain narirutin, naringenin, hesperidin, neohesperidin, nobiletin dan tangeretin.22 Ada beberapa kandungan dari daun jeruk purut (Citrus hystrix) sebagai zat Antibakteri.

A. Minyak Atsiri

Minyak atsiri adalah istilah yang digunakan untuk minyak yang bersifat mudah menguap, yang terdiri dari campuran zat yang mudah menguap, dengan komposisi dan titik didih yang berbeda-beda. Minyak atsiri yang mudah menguap terdapat di dalam kelenjar minyak yang harus dibebaskan sebelum disuling yaitu dengan merajang atau memotong jaringan tanaman sehingga minyaknya dapat dengan mudah diuapkan.

Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri sebagai pemberi aroma dan rasa. Nilai jual dari minyak atsiri sangat ditentukan oleh kualitas minyak dan kadar komponen utamanya.23

(28)

Minyak atsiri berfungsi menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dengan cara menginaktifkan enzim Streptococcus mutans yaitu glukosiltransferase (gtf) dan fruktosiltransferase (ftf). Inaktivasi kedua enzim ini mengakibatkan terhentinya produksi glukan dan fruktan dari sukrosa melalui proses fermentasi sehingga Streptococcus mutans tidak mendapatkan suplai makanan untuk menghasilkan energi. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan Streptococcus mutans terganggu yang berdampak pada hilangnya kemampuan Streptococcus mutans melekat dan berkolonisasi. Selain minyak atsiri, senyawa lain memiliki efek antibakteri adalah fenol. Fenol bekerja dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri sehingga aktivitas sel terganggu dan menyebabkan kematian sel. Sehingga senyawa ini banyak digunakan sebagai antiseptik oral.24

B. Flavanoid

Flavanoid merupakan senyawa polar yang umumnya mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol dan aseton. Flavanoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol mempunyai sifat efektif menghambat pertumbuhan virus, bakteri dan jamur. Senyawa-senyawa flavanoid umumnya bersifat antioksidan dan banyak digunakan sebagai bahan baku obat-obatan.25

Flavanoid berkerja sebagai antibakteri dengan cara menghambat sintesis asam nukleat bakteri dan mampu menghambat motilitas bakteri.24 Flavanoid berkerja dengan cara mengganggu pengikatan hidrogen pada asam nukleat sehingga proses sintesis DNA-RNA terhambat. Selain itu flavanoid, juga dapat mencegah pertumbuhan bakteri dengan cara mengganggu kestabilan membran sel dan metabolisme energi bakteri.

Ketidakstabilan ini terjadi akibat adanya perubahan sifat hidrofilik dan hidrofobik membran sel sehingga fluditas membran sel berkurang yang berakibat pada gangguan pertukaran cairan dalam sel. Hal ini berdampak pada kematian sel bakteri. Sementara itu, menghambat kerja dari enzim reduktase pada proses transfer elektron bakteri mengakibatkan pertumbuhan bakteri terganggu.24

C. Tanin

(29)

Tanin merupakan senyawa fenol bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengadakan denaturasi protein dan menurunkan tegangan permukaan, sehingga permeabilitas bakteri meningkat. Kerusakan dan peningkatan permeabilitas sel bakteri menyebabkan pertumbuhan sel terhambat dan akhirnya dapat menyebabkan kematian sel.24

D. Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel.25

(30)

2.5 Kerangka Teori

Larutan ekstrak kulit jeruk nipis Larutan ekstrak kulit jeruk purut

Asam Sitrat

Minyak atsiri / esensial

Viskositas dan kecepatan aliran salilva

Pembentukan pelikel

Koloni bakteri plak

Plak gigi

(31)

2.6 Kerangka Konsep

Larutan ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia)

Larutan ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix)

Menghambat pembentukan

plak gigi

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian iniadalah penelitian eksperimental klinis. Dengan rancangan penelitian yang dilakukan adalah pre and post test control group design dengan melakukan pengukuran atau observasi sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Proses pembuatan obat kumur dilakukan di Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilakukan di Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan April – Mei 2019.

3.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah mahasiswa/I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara angkatan 2015.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian dipilih dari angkatan 2015 mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan metode purposive random sampling sesuai kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria Inklusi

(33)

1. Mahasiswa/i aktif Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara angkatan 2015.

2. Memiliki jumlah gigi lebih dari 20.

3. Kooperatif dan bersedia menjadi subjek penelitian dengan menandatangani informed consent.

4. Kriteria indeks plak kategtori baik.

Kriteria Ekslusi

1. Sedang memakai piranti orthodonti cekat atau lepasan 2. Sedang memakai gigi tiruan

3. Menderita periodontitis 4. Gigi berjejal

5. Perokok

6. Penggunaan obat-obatan 7. Penyakit sistemik.

3.3.3 Besar Sampel Penelitian

Besar sampel pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus seperti berikut:

2 σ2(Z1-α/2+Z1-β)2 n =

(μ1 – μ2)2

2(1.280,74) (1,96+0,84)2 n =

(54,53 – 88,74)2 n = 17,15 ≈ 18

Keterangan:

n = Jumlah sampel minimal

(34)

α = Level of significant, penelitian ini menggunakan 5% sehingga Z1-α/2= 1,96 β = Power of test, penelitian ini menggunakan 10%, sehingga Z1-β = 0,84 σ = varians gabungan

μ1 = Estimasi rata-rata kelompok 1 μ2 = Estimasi rata-rata kelompok 2 s12 = Varians pada kelompok 1 s22 = Varians pada kelompok 2

Maka, untuk menghindari drop out, sampel ditambah sebanyak 10%, yaitu 2.

Oleh karena itu, jumlah sampel minimal terdiri dari 20 orang. Peneliti menetapkan sampel sebanyak 40 orang yang terdiri dari 20 orang yang berkumur dengan ekstrak kulit jeruk nipis dan 20 orang yang berkumur dengan ekstrak kulit jeruk purut.

3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel Bebas

1. Variabel bebas penelitian ini adalah berkumur dengan larutan ekstrak kulit jeruk nipis 5%.

2. Variabel bebas penelitian ini adalah berkumur dengan larutan ekstrak kulit jeruk purut 5%

3.4.2 Variabel Terikat

Variabel tergantung penelitian ini adalah akumulasi plak.

3.4.3 Variabel Terkendali

Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah:

1. Frekuensi menyikat gigi sebanyak 2 kali sehari 2. Jenis sikat berbulu lunak dan pasta gigi

(35)

3. Volume obat kumur yang digunakan 15 ml 4. Frekuensi berkumur 2 kali sehari

5. Waktu dan lama berkumur 30 detik 6. Metode penyikatan gigi

7. Cara berkumur

3.4.4 Variabel Tidak Terkendali

Variabel tidak terkendali dalam penelitian ini adalah diet.

3.5 Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi operasional untuk variabel bebas dan terikat.

Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Skala Ukur

Alat Ukur Obat

kumur ekstrak kulit jeruk nipis

Hasil ekstrak kulit jeruk nipis diperoleh dengan diuapkan pelarutnya dengan elektro- manthel, dan dibuat konsentrasi 5% melalui pengenceran dengan aquadest

Mililiter (ml) Numerik Gelas Ukur

Obat kumur ekstrak kulit jeruk purut

Hasil ekstrak kulit jeruk purut diperoleh dengan diuapkan pelarutnya dengan elektro- manthel, dan dibuat konsen- trasi 5% melalui pengenceran dengan aquadest

Mililiter (ml) Numerik Gelas Ukur

Indeks plak Loe

Pemeriksaan indeks plak ini dilakukan pada enam gigi, yaitu gigi 16,12,24,44,32,36.

Hasil:

0-1 = Baik

Numerik Probe

(36)

dan Silness

Pengukuran dilakukan pada empat permukaan gigi, yaitu distovestibular, vestibular, mesiovestibular, dan oral.

1,1- 2 = Sedang 2,1-3 = Buruk

3.6 Alat dan Bahan penelitian 3.6.1 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam pengekstrakan kulit jeruk nipis dan kulit jeruk purut adalah:

1. Timbangan 2. Kertas perkamen 3. Tampah

4. Blender 5. Maserator 6. Aluminium foil 7. Kapas

8. Kertas saring 9. Vacum rotavapor 10. Waterbath

11. Pot plastik

Alat-alat yang digunakan dalam prosedur peracikan obat kumur ekstak buah kulit jeruk nipis dan kulit jeruk purut adalah:

1. Timbangan digital 2. Infus set

3. Mortar 4. Spatula 5. Mixer 6. Gelas ukur

(37)

7. Beakar glass 8. Botol kosong 9. Kertas label

Alat-alat yang digunakan dalam prosedur pengumpulan data adalah:

1. Masker 2. Sarung tangan 3. Probe

4. Kaca mulut 5. Nierbaken 6. Sonde

7. Lembar pemeriksaan 8. Alat tulis

9. Tisu

3.6.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kulit jeruk nipis 2. Kulit jeruk purut 3. Aquades

4. Etanol 96%

5. Sorbitol

6. Peppermint oil 7. Disclosing solution 8. Air kumur

9. Pasta gigi

(38)

Gambar a. Mortar, b. Kertas saring, c. Timbangan akrilik, d. Bahan pembuatan obat kumur, e. CMC, f. Peppermin, g. Aquades, h. Sorbitol, i. Alkohol 96%,j. Gelas ukur, k. Kertas

perkamen.

3.7 Prosedur Penelitian

3.7.1 Pembuatan Larutan Ekstak Kulit Jeruk Nipis a. Pengumpulan Bahan

Bahan tanaman berupa kulit jeruk nipis segar diambil dari satu tempat tumbuh yaitu Batu 20 Desa Sigodang, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun,Provinsi Sumatera Utara.

b. Pembuatan Simplisia

Kulit jeruk nipis yang sudah matang diseleksi dan ditimbang 15 kg. Kemudian dicuci pada air yang mengalir. Tiriskan lalu ditimbang kemudian dijemur dibawah

K J

I

H G

F E

D C

B A

(39)

sinar matahari. Kulit kemudian diletakkan di atas kertas perkamen dan dikeringkan dilemari pengering dengan suhu 40o C selama 5 hari sampai kulit menjadi simplisia.

Gambar 5. Kulit jeruk nipis yang sudah dicuci dan ditiriskan kemudian dikeringkan.

c. Pembuatan Ekstrak

1. Timbang 3000 g serbuk simplisia lalu dimasukkan kedalam wadah tertutup.

Gambar 6. Simplisa kulit jeruk nipis

2. Tambahkan etanol 96% sebanyak 15 liter lalu aduk-aduk selama 6 jam pertama. Diamkan selama 18 jam sambil sesekali diaduk.

Gambar 7. Simplisia kulit jeruk nipis di masukkan ke dalam wadah tertutup.

3. Saring dengan menggunakan kapas dan kertas saring, tampung filtrat (maserat I).

(40)

Gambar 8. Kulit jeruk nipis disaring dengan menggunakan kapas dan kertas saring.

4. Ulangi proses ekstraksi pada ampas dengan menggunakan etanol 96%

sebanyak 7,5 liter. Hingga diperoleh maserat II. Gabung kedua maserat.

Gambar 9. Proses ekstrasi kulit jeruk nipis

5. Uapkan maserat dengan menggunakan penangas air ( water bath ) pada temperature 90 ֯C sambil diaduk-aduk sehingga diperoleh ekstrak kental.

Gambar 10. Proses penguapan hasil maserasi.

6. Ekstrak kental yang diperoleh dimasukkan ke dalam pot plastik.

Gambar 11. Ekstrak kental kulit jeruk nipis.

(41)

3.7.2 Pembuatan Larutan Ekstak Kulit Jeruk Purut Pengumpulan Bahan

Bahan tanaman berupa kulit jeruk purut segar diambil dari satu tempat tumbuh yaitu Batu 20 Desa Sigodang, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun,Provinsi Sumatera Utara.

b. Pembuatan Simplisia

Kulit jeruk purut yang sudah matang diseleksi dan ditimbang 15 kg. Kemudian dicuci pada air yang mengalir. Tiriskan lalu ditimbang kemudian dijemur dibawah sinar matahari. Kulit kemudian diletakkan di atas kertas perkamen dan dikeringkan dilemari pengering dengan suhu 40o C selama 5 hari sampai kulit menjadi simplisia.

Gambar 12. Kulit Jeruk purut yang sudah dicuci dan ditiriskan kemudian dikeringkan

c. Pembuatan Ekstrak

1. Timbang 3000 g serbuk simplisia lalu dimasukkan kedalam wadah tertutup.

Gambar 13. Simplisia kulit jeruk purut

(42)

` 2. Tambahkan etanol 96% sebanyak 15 liter lalu aduk-aduk selama 6 jam pertama. Diamkan selama 18 jam sambil sesekali diaduk.

Gambar 14. Simplisia daun jeruk nipis di masukkan ke dalam wadah tertutup

3. Saring dengan menggunakan kapas dan kertas saring, tampung filtrate (maserat I).

Gambar 15. Kulit jeruk purut disaring dengan menggunakan kapas dan kertas saring

4. Ulangi proses ekstraksi pada ampas dengan menggunakan etanol 96%

sebanyak 7,5 liter. Hingga diperoleh maserat II. Gabung kedua maserat.

Gambar 16. Proses ekstrasi kulit jeruk purut

5. Uapkan maserat dengan menggunakan penangas air ( water bath ) pada temperatur 90 ֯C sambil diaduk-aduk sehingga diperoleh ekstrak kental.

(43)

Gambar 17. Proses penguapan pada hasil maserasi

6. Ekstrak kental yang diperoleh dimasukkan ke dalam pot plastik.

Gambar 18. Ekstrak kental kulit jeruk purut.

3.7.3 Prosedur Peracikan Obat Kumur 1. Peracikan obat kumur kulit jeruk nipis

Masukan akuades panas sebanyak 100 ml kedalam wadah bertutup, lalu taburkan bubuk CMC 0,3 % keatas permukaan akuades dan diamkan selama 15-20 menit. Gerus hingga homogen, kemudian setelah homogen masukkan bahan larutan CMC dan akuades kedalam beaker glass. Masukkan ekstrak kental kedalam mortar dan tambahkan sedikit demi sedikit massa gel CMC, lalu lakukan penggerusan hingga homogen.

Tambahkan sorbitol kedalam larutan, kemudian pindahkan kedalam gelas ukur lalu tambahkan akuades hingga larutan menjadi 1000 ml, aduk kembali. Tambahkan peppermint oil. Aduk kembali hingga homogen. Masukan larutan obat kumur kedalam kemasan botol. Prosedur yang sama dilakukan untuk sisa liter obat kumur 5 liter.

(44)

2. Peracikan obat kumur kulit jeruk purut

Masukan akuades panas sebanyak 100 ml kedalam wadah bertutup, lalu taburkan bubuk CMC 0,3 % keatas permukaan akuades dan diamkan selama 15-20 menit. Gerus hingga homogen, kemudian setelah homogen masukkan bahan larutan CMC dan akuades kedalam beaker glass. Masukkan ekstrak kental kedalam mortar dan tambahkan sedikit demi sedikit massa gel CMC, lalu lakukan penggerusan hingga homogen. Tambahkan sorbitol kedalam larutan, kemudian pindahkan kedalam gelas ukur lalu tambahkan akuades hingga larutan menjadi 1000 ml, aduk kembali.

Tambahkan peppermint oil dan sakarin. Aduk kembali hingga homogen. Masukkan larutan obat kumur kedalam kemasan botol. Prosedur yang sama dilakukan untuk sisa liter obat kumur 5 liter.

3.8 Prosedur Pemeriksaan

1. Pemeriksaan subjek penelitian dilakukan dengan pengisian kuesioner dan pemeriksaan klinis. Semua sampel akan dilakukan skrining terlebih dahulu sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.

2. Subjek yang terpilih kemudian diberi penjelasan mengenai prosedur penelitian dan diminta untuk mengisi lembar informed consent.

3. Pada hari ke-0 sebelum perlakuan, subjek penelitian dilakukan pemeriksaan indeks plak awal dengan menggunakan indeks plak Loe dan Silness. Pemeriksaan dilakukan beberapa jam setelah sampel menyikat gigi pagi dan diinstruksikan untuk tidak mengonsumsi apapun sebelum penelitian dan diperiksa dengan menggunakan probe dan kaca mulut.

Gambar 19. Pemeriksaan indeks plak pada hari ke-0

(45)

4. Pemeriksaan dilakukan pada gigi 16, 12, 24, 44, 32, 36 dan pada tiap bagian gigi diberi skor 0-3 sesuai dengan kriteria Loe dan Silness.

Tabel 3. Cara pemberian skor indeks plak Loe dan Silness SKOR KRITERIA

0 Tidak adanya plak

1 Terdapat adanya plak tipis tetapi hanya bisa dilihat dengan menggoreskan probe pada permukaan gigi

2 Terdapat adanya plak sedang hingga agak tebal pada permukaan gigi yang dapat terlihat oleh mata

3 Terdapat penumpukan plak yang banyak pada poket gingiva dan atau pada margin gingiva dan permukaan gigi.

5. Skor plak tiap gigi ditentukan dengan rumus:

Jumlah seluruh skor dari empat permukaan Untuk satu gigi =

4

6. Hasil pemeriksaan dicatat pada lembar pemeriksaan.

7. Indeks plak diperoleh dengan menjumlahkan skor plak tiap gigi kemudian dibagi jumlah gigi yang diperiksa

Jumlah seluruh skor plak Untuk keseluruhan gigi =

Jumlah gigi yang diperiksa

8. Subjek penelitian masing-masing diberikan sikat gigi dan pasta gigi, lalu diberikan obat kumur dengan metode double blind study dimana diperlukan operator lain untuk membantu dalam penelitian agar peneliti dan subjek penelitian tidak

(46)

mengetahui siapa yang menjadi kelompok perlakuan 1 dan siapa yang menjadi kelompok perlakuan 2.

9. Subjek penelitian diinstruksikan untuk menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur, lalu berkumur dengan menggunakan obat kumur yang diberikan sebanyak 15 ml per sekali kumur selama 30 detik dan dilakukan selama 7 hari.

10. Kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2 dilakukan pemeriksaan indeks plak pada hari ke-7 setelah perlakuan dengan menggunakan indeks plak Loe dan Silness. Pemeriksaan indeks plak dilakukan beberapa jam setelah subjek penelitian melakukan prosedur yang telah diinstruksikan dan diperiksa dengan menggunakan bantuan probe dan kaca mulut.

11. Hasil pemeriksaan dicatat pada lembar pemeriksaan.

3.9 Alur Penelitian

Peracikan obat kumur

Populasi

(47)

3.10 Pengolahan dan Analisa Data

Data hasil penelitian adalah nilai skoring plak gigi yang akan dimasukkan ke dalam file komputer dan disajikan dalam bentuk tabel. Data dari kelompok perlakuan tersebut dianalisis normalitasnya dengan uji Shapiro-Wilk. Jika didapatkan distribusi data yang normal, dilakukan uji beda rerata menggunakan uji statistik parametrik Paired Sampel t-Test, sedangkan jika didapatkan distribusi data yang tidak normal

Ethical clearance

Mengisi lembar informed consent dan kuesioner penelitian

Pemeriksaan indeks plak pada hari ke-0 sebelum perlakuan

Kelompok perlakuan 2 Kelompok perlakuan 1

Pemberian obat kumur ekstrak kulit jeruk purut 5%

Pemberian obat kumur ekstrak kulit jeruk nipis 5%

Pemberian instruksi kepada subjek penelitian

Pemeriksaan indeks plak pada hari ke-7 setelah penggunaan obat kumur

Pencatatan hasil pemeriksaan

Analisis data

(48)

dilakukan uji Wilcoxon untuk analisis antar kelompok. Nilai kemaknaan signifikasi uji ini apabila nilai p>0,05 (tingkat kepercayaan 95%). Semua analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan program komputer.

(49)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis. Dengan rancangan penelitian yang dilakukan adalah pre and post test control group design dengan melakukan pengukuran atau observasi sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Sampel penelitian dipilih dari mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara angkatan 2015 dengan menggunakan metode purposive random sampling sesuai kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 40 orang, kemudian dibagi menjadi dua kelompok yaitu 20 orang yang berkumur dengan ekstrak kulit jeruk nipis dan 20 orang yang berkumur dengan ekstrak kulit jeruk purut.

Data yang dikumpulkan merupakan data primer hasil pengukuran skor plak dari kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2, sebelum dan sesudah perlakuan.

Pada hari ke-0 sebelum perlakuan, subjek penelitian dilakukan pemeriksaan indeks plak awal dengan menggunakan indeks plak Loe dan Silness. Pemeriksaan dilakukan beberapa jam setelah sampel menyikat gigi pagi dan diinstruksikan untuk tidak mengonsumsi apapun sebelum penelitian dan diperiksa dengan menggunakan probe dan kaca mulut. Pemeriksaan dilakukan pada gigi 16, 12, 24, 44, 32, 36 dan pada tiap bagian gigi diberi skor 0-3 sesuai dengan kriteria Loe dan Silness. Subjek penelitian masing-masing diberikan sikat gigi dan pasta gigi, lalu diberikan obat kumur dengan metode double blind study. Subjek penelitian diinstruksikan untuk menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur, lalu berkumur dengan menggunakan obat kumur yang diberikan sebanyak 15 ml per sekali kumur selama 30 detik dan dilakukan selama 7 hari. Kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2 dilakukan pemeriksaan indeks plak pada hari ke-7 setelah perlakuan dengan menggunakan indeks plak Loe dan Silness. Pemeriksaan indeks plak dilakukan beberapa jam setelah subjek penelitian melakukan prosedur yang telah diinstruksikan dan diperiksa dengan menggunakan bantuan probe dan kaca mulut.

Tabel 4. Data demografis subjek penelitian

(50)

Variabel Kelompok pengamatan Jumlah (n= 40 orang)

Persentase (%)

Usia a. 21 tahun

b. 22 tahun c. 23 tahun

16 21 3

40 52,5

7,5

Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan

8 32

20 80 Frekuensi

Menyikat Gigi

a. Tidak pernah b. 1x sehari c. 2x sehari d. 3x sehari

- 1 36

3

- 2,5

90 7,5

Pada tabel menunjukkan subjek penelitian terbanyak berdasarkan kelompok usia adalah berusia 22 tahun yaitu sebanyak 21 orang (52,5%), berusia 21 tahun yaitu sebanyak 16 orang (40%), berusia berusia 23 tahun sebanyak tiga orang (7,5%).

Berdasarkan jenis kelamin, subjek penelitian yang paling banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 32 orang (80%), sedangkan laki-laki sebanyak delapan orang (20%).

Berdasarkan frekuensi menyikat gigi dalam sehari, terdapat sebanyak 36 orang (90%) menyikat gigi 2 kali sehari dan sebanyak 3 orang (7,5%) menyikat gigi 3 kali sehari, dan sebanyak 1 orang (2,5%) menyikat gigi 1 kali sehari.

4.2 Hasil Pemeriksaan Skor Indeks Plak

Berdasarkan hasil penelitian, data yang diperoleh harus terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah Shapiro-wilk, dikarenakan jumlah sampel penelitian kurang dari 50. Berdasarkan asil uji Shapiro-wilk jika diperoleh nilai p>0,05 yang berati berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan pengujian menggunakan uji t dependen , dan t independen, namun

(51)

jika data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji nonparametrik Wilcoxon, dan Mann-whitney.

Tabel 5. Uji Normalitas Data Skor Plak pada Pemberian Obat Kumur Ekstrak Kulit Jeruk Nipis 5% dan Obat Kumur Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix) 5%

Variabel P

Hari Ke-0

Jeruk Nipis 0,022

Jeruk Purut 0,298

Hari Ke-7

Jeruk Nipis 0,739

Jeruk Purut 0,052

Uji Shapiro-Wilk

Berdasarkan uji normalitas data diketahui bahwa data skor plak pada pemberian obat kumur ekstrak kulit jeruk nipis hari ke-0 tidak terdistribusi normal, dengan nilai p=0,022 (p<0,05) dan data skor plak pada pemberian obat kumur

ekstrak kulit jeruk nipis hari ke-7 terdistribusi normal, dengan nilai p=0,298 (p>0,05).

Berdasarkan uji normalitas shapiro-wilk didapatkan bahwa data skor plak pada pemberian obat kumur kulit jeruk purut hari ke-0 dan hari ke-7 terdistribusi normal, dengan masing- masing nilai p=0,739 dan p=0,052 (p>0,05).

Tabel 6. Nilai Rerata Skor Plak pada Pemberian Obat Kumur Ekstrak Kulit Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) 5%

Waktu X̅ ± SD P

Hari ke-0 0,312± 0,191

0,000*

Hari ke-7 0,199 ±0,125

*Signifikan p<0,05, Uji Wilcoxon

Berdasarkan pada tabel 6 diperoleh nilai rerata skor plak pada pemberian obat kumur ekstrak kulit jeruk nipis pada hari ke-0 sebesar 0,312 dan nilai rerata skor plak pada pemberian obat kumur ekstrak kulit jeruk nipis pada hari ke-7 sebesar 0,199.

Berdasarkan Uji Wilcoxon diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05), artinya terdapat

(52)

perbedaan yang signifikan dari nilai rerata skor plak pada pemberian obat kumur ekstrak kulit jeruk nipis antara hari ke-0 dan Hari ke-7.

Tabel 7. Nilai Rerata Skor Plak pada Pemberian Obat Kumur Ekstrak Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix) 5%

Waktu X̅ ± SD P

Hari ke-0 0,535± 0,182

0,000*

Hari ke-7 0,113±0,057

*Signifikan p<0,05, Uji Paired T-Test

Berdasarkan pada tabel 7 diperoleh nilai rerata skor plak pada pemberian obat kumur ekstrak kulit jeruk purut pada hari ke-0 sebesar 0,535 dan nilai rerata skor plak pada pemberian obat kumur ekstrak kulit jeruk purut pada hari ke-7 sebesar 0,113.

Berdasarkan Uji Paired T-Test diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05), artinya terdapat perbedaan yang signifikan dari nilai rerata skor plak pada pemberian obat kumur ekstrak kulit jeruk purut antara hari ke-0 dan hari ke-7.

Gambar 20. Rata-rata skor indeks plak Mahasiswa FKG USU angkatan 2015 pada kelompok perlakuan obat kumur ekstrak daun jeruk nipis dan kulit jeruk purut pada hari ke-0 dan hari ke-7.

Pada gambar 20 menunjukkan hasil dari perbandingan rata-rata skor indeks plak pada subjek penelitian pada dua kelompok secara grafik. Dilihat berdasarkan

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

Hari ke-0 Hari ke-7

Kulit jeruk nipis Kulit jeruk purut

(53)

grafik tersebut diperoleh ada penurunan rata-rata skor indeks plak pada kelompok perlakuan pemberian obat kumur ekstrak kulit jeruk nipis yaitu 0.113 dari hari ke-0 sampai dengan hari ke-7. Sedangkan pada kelompok perlakuan pemberian obat kumur ekstrak kulit jeruk purut diperoleh hasil adanya penurunan yaitu 0.422 dari hari ke-0 sampai dengan hari ke-7. Ini menunjukkan bahwa penggunaan obat kumur ekstrak kulit jeruk nipis dan kulit jeruk purut berpengaruh terhadap penurunan akumulasi plak.

Hasil penelitian ini diperoleh dengan menggunakan uji statistik Mann- Whitney yang digunakan untuk mengetahui hasil perbandingan nilai rerata skor indeks plak antara kelompok perlakuan obat kumur ekstrak kulit jeruk nipis dan kulit jeruk purut.

Hasil uji statistik ini dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Perbandingan rerata skor indeks plak antara kelompok perlakuan obat kumur ekstrak kulit jeruk nipis dan kulit jeruk nipis pada hari ke-0 dan ke- 7

Hari Kelompok Rerata±SD Nilai p

Hari ke-0 Kulit Jeruk Nipis 0,312± 0,191

0,000*

Kulit Jeruk Purut 0,199 ±0,125 Hari ke-7 Kulit Jeruk Nipis 0,535± 0,182

0,038*

Kulit Jeruk Purut 0,113±0,057 Keterangan : Uji Mann-Whitney, *p(Sig.)<0,05.

Berdasarkan tabel 8, menunjukkan bahwa pada hari ke-0 terdapat perbedaan rerata skor indeks plak yang signifikan secara statistik antara kelompok perlakuan obat kumur ekstrak kulit jeruk nipis dan kulit jeruk purut dengan nilai p = 0,000 (p<0,05).

Pada hari ke-7 terdapat perbedaan rerata skor indeks plak yang signifikan secara statistik antara kelompok perlakuan obat ekstrak kulit jeruk nipis dan kulit jeruk purut dengan nilai p = 0,038 (p<0,05).

Gambar

Gambar  2.1.  Gambaran  tahap pembentukan plak biofilm.  1.  Pelekatan Bakteri    2. Kolonisasi awal 3
Gambar  2.2  Buah jeruk  nipis (Citrus aurantifolia). 17
Gambar  2.3  Buah dan daun jeruk purut (Citrus hystrix)
Tabel  2. Definisi  operasional  untuk  variabel  bebas dan terikat.
+7

Referensi

Dokumen terkait

PERAN RELE GE-SR489 SEBAGAI PENGAMAN ARUS BEBAN LEBIH DI GENERATOR PUSRI AREA

Hasil wawancara dengan Bapak Amir Mahmud M.Pd.I, selaku kepala madrasah MTs Miftahul Muhtadin Sundoluhur Kayen Pati, Tanggal 19 November 2016, Jam 09.30 WIB.. Haji Ahmad Rifai agar

Untuk mengetahui apakah penerapan metode Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar materi fungsi rangka manusia dan pemeliharaannya pada peserta didik

Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta fondasi industri

Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kelahiran prematur dengan kejadian ikterus neonatorum patologik pada bayi baru lahir di RSUD

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran guru PAI di SMK N 1 Salatiga dalam membina kecerdasan spiritual serta

karakteristik jasa diantaraya adalah Kotler yang mengemukakan bahwa jasa mempunyai 4 ciri utama, yaitu: 1) tidak berwujud, 2) tidak terpisahkan, 3) bervariasi, 4) mudah

Puji s yukur K ehadirat Allah S WT a tas ka runia ya ng t elah dilimpahkan sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan judul Perendaman Infusa Meniran ( Phyllantus