• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar sarjana Kedokteran Gigi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar sarjana Kedokteran Gigi"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PENGALAMAN KARIES DAN KONDISI SALIVA (pH, KAPASITAS BUFFER, LAJU ALIR, DAN

VOLUME) PADA ANAK SEVERE EARLY CHILDHOOD CARIES (SECC) DAN BEBAS KARIES USIA 6-24

BULAN DI KECAMATAN MEDAN POLONIA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

PUTRI ARUM NIA NIM: 130600020

Pembimbing:

Siti Salmiah, drg., Sp.KGA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Tahun 2018

Putri Arum Nia

Perbandingan pengalaman karies dan kondisi saliva pada anak Severe Early Childhood Caries (SECC) dan bebas karies di Kecamatan Medan Polonia.

xi + 40 halaman

Severe Early Childhood Caries (SECC) menggambarkan pengalaman karies

dengan terdapatnya satu atau lebih kerusakan lesi kavitas, kehilangan gigi (karena karies), atau adanya tambalan pada permukaan halus pada gigi apa saja untuk anak usia dibawah 3 tahun. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan pengalaman karies dan kondisi saliva pada anak usia 6-24 bulan dengan Severe Early Childhood Caries (SECC) dan bebas karies di Kecamatan Medan Polonia. Kondisi saliva

tersebut terdiri dari pH saliva, kapasitas buffer saliva, laju alir saliva dan volume saliva.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasi dengan rancangan penelitian cross-sectional. Jumlah sampel 30 orang sebagai kelompok SECC dan 30 orang bebas karies. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Pemeriksaan saliva diukur dengan alat GC Saliva Check Buffer Kit. Uji analisis digunakan dengan uji Mann Whitney dan uji Chi Square dengan nilai kemaknaan p<0,05.

(3)

Hasil penelitian menunjukkan rerata pengalaman SECC (deft) usia 6-24 bulan di Kecamatan Medan Polonia adalah 1,33 ± 1,58. Ada perbandingan bermakna antara kondisi saliva dengan anak SECC dan bebas karies usia 6-24 bulan (p<0,05). Tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan anak SECC dan bebas karies usia 6-24 bulan (p>0,05).

Kesimpulan penelitian ini adalah kondisi saliva yang meliputi pH, kapasitas buffer, laju alir dan volume memiliki pengaruh terhadap terjadinya karies pada anak.

Daftar Rujukan : 45 (1987-2017)

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 30 April 2018

Pembimbing : Tanda Tangan

Siti Salmiah, drg., Sp. KGA

NIP: 197906262005012006 .………

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 30 april 2018

TIM PENGUJI

Ketua : Essie Octiara, drg., Sp.KGA

Anggota : Ami Angela Harahap, drg., Sp.KGA., MSc

(6)

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, dukungan, dan pengarahan serta saran dan masukan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tiada henti kepada Ayahanda Bahrum Jamil Lubis dan Ibunda Hilda Dahlia. Penulis juga menyampaikan banyak terima kasih kepada kakak tercinta Dea Arum Amelia, abangda Putra Bayu Pratama, dan juga kepada adik-adik tersayang Dina Aulia Bahrum, Muhammad Fauzan, dan Muhammad Fauzi, atas segala perhatian, dukungan moril maupun materil, harapan, dan doa serta kasih yang telah diberikan selama ini.

Secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Trelia Boel, M.Kes., Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Siti Salmiah, drg., Sp.KGA selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga serta ilmu dan arahan dalam membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

3. Essie Octiara, drg., Sp.KGA dan Ami Angela Harahap, drg., Sp.KGA., MSc selaku dosen penguji yang telah memberikan waktu, arahan, saran dan kritik sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Mimi Marina Lubis, drg., Sp.Ort selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak membina dan mengarahkan penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

(7)

2

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Universitas Sumatera Utara atas bantuan yang diberikan kepada penulis.

6. Sahabat-sahabat terbaik penulis Fachry Husaini Kurniawan, Afrina Fadillah, Atika Suri Rambe, Rintan Permata Sari, Intan Permata Sari, Raudhatul Husna, Kardillah Yayang, Rasyidah S Yusma, Hanny Natasya, Fariza Yamami, Saima Putri, Dalilah Putri, dan Putri Habibah Siregar yang telah memberikan semangat dan motivasi tiada henti kepada penulis selama penulisan skripsi.

7. Teman-teman sejawat angkatan 2013, khususnya teman-teman seperjuangan di Departemen IKGA, Leylan, Firsty, Astrid, Emmenuelle, Anggi, Retno dan Angga yang telah membantu selama penelitian dan memberikan masukan selama penulisan skripsi.

8. Keluarga besar HMI Komisariat FKG USU, khususnya kepada kakanda Chandra Lestari, Almira Novianty Harahap, Maria Ulfah, Arfita Sipahutar, abangda Musab, Hairul Azhari, Alfi Pasaribu dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan, dukungan, dan kekeluargaan yang diberikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak apabila terdapat kesalahan selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga penulisan skripsi ini diridhoi Allah SWT dan dapat memberikan sumbangan ilmu yang berguna bagi fakultas khususnya Departemen Kedokteran Gigi Anak dan masyarakat umumnya.

Medan, 30 April 2018 Penulis,

(Putri Arum Nia) NIM : 130600020

(8)

3 DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI……….

KATA PENGANTAR……… iv

DAFTAR ISI ... . vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.2.1 Rumusan Masalah Umum ... 3

1.2.2 Rumusan Masalah Khusus... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Hipotesis Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Severe Early Childhood Caries (S-ECC) ... 6

2.2 Etiologi ... 7

2.2.1 Faktor Host ... 7

2.2.2 Faktor Mikroorganisme ... 8

2.2.3 Faktor Substrat ... 9

2.2.4 Faktor Waktu ... 9

2.3 Saliva... ... 10

2.3.1 Volume dan Laju Alir ... 11

(9)

4

2.3.2 pH dan Kapasitas Buffer... 12

2.4 Kerangka Teori ... 13

2.5 Kerangka Konsep ... 14

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian………. . 15

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian……….... 15

3.2.1 Tempat Penelitian……… .. 15

3.2.2 Waktu Penelitian……….... 15

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian……….. ... 15

3.3.1 Populasi……… . 15

3.3.2 Sampel……….. ... 15

3.4 Variabel Penelitian………. 17

3.5 Defenisi Operasional………. 17

3.6 Alat dan Bahan……… .. 21

3.7 Cara Pengambilan Data……….. 22

3.8 Pengolahan dan Analisis Data………. .. 23

3.8.1 Pengolahan Data……….. .. 23

3.8.2 Analisis Data………... 24

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik responden anak………... 25

4.2 Analisis Statitik Rerata Nilai Pengalaman Karies Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Anak SECC……….……. 25

4.3 Analisis Statistik Perbandingan pH pada Anak SECC dan Bebas Karies……….…... 26

4.4 Analisis Statistik Perbandingan Kapasitas Buffer pada Anak SECC dan Bebas Karies………. 27

4.5 Analisis Statitistik Perbandingan Laju Alir pada Anak SECC dan Bebas Karies……… 27

4.6 Analisis Statistik Perbandingan Volume pada Anak SECC dan Bebas Karies……….……….… 28

4.7 Analisis Statistik Perbandingan Kondisi Saliva antara Anak SECC dengan Bebas Karies………. 28

BAB 5 PEMBAHASAN ………. 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan………. 35

6.2 Saran ……….. 35

(10)

5

DAFTAR PUSTAKA……….. . 37 LAMPIRAN

(11)

6

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisi Operasional...……. 17 2. Alat dan Bahan Penelitian... 21

3. Karakteristik Responden……… 25

4. Hasil Analisis Statistik Rerata deft antara Jenis Kelamin pada

Anak SECC………. 26

5. Hasil Analisis Statistik Perbandingan pH pada Anak SECC dan

Bebas Karies……… 27

6. Hasil Analisis Statistik Perbandingan Kapasitas Buffer pada

Anak SECC dan Bebas Karies………. 27

7. Hasil Analisis Statistik Perbandingan Laju Alir pada Anak SECC

dan Bebas Karies………. 28

8. Hasil Analisis Statistik Perbandingan Volume pada Anak SECC

dan Bebas Karies………. 29

9. Hasil Analisis Statistik Perbandingan Kondisi Saliva dengan Kategori

Karies……….. 29

(12)

7

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema empat faktor yang berperan dalam proses karies …... 7

(13)

8

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Persetujuan Komisi Etik

2. Lembaran penjelasan kepada subjek penelitian

3. Lembaran persetujuan setelah penjelasan (Informed Consent) 4. Lembaran pemeriksaan gigi dan saliva anak

5. Data Sampel Penelitian

6. Output analisis perhitungan statistik

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi merupakan bagian penting dari kesehatan tubuh secara umum.

Karies pada gigi masih merupakan penyakit yang paling sering terjadi.1 Karies banyak ditemukan dimasyarakat, tidak hanya pada orang dewasa tetapi dapat pula terjadi pada anak.2 Penelitian tahun 2007 di Quchan (Iran) menunjukkan prevalensi SECC sebesar 25% sedangkan diseoul lebih tinggi yaitu 47%.3 Prevalensi karies di Indonesia mencapai 90% dari populasi anak balita. Menurut laporan penelitian oleh pengendalian dan pencegahan penyakit pada tahun 2007 menunjukkan bahwa karies gigi telah meningkat khususnya pada anak usia balita dan anak pra sekolah, yaitu dari 24% menjadi 28% dimana pada anak usia 2 – 5 tahun meningkat 70% dari karies yang ditemukan. Data menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi karies di Sulawesi Utara menempati peringkat kedua tertinggi di Indonesia dengan persentase sebesar 57,2%.4

Early Childhood Caries (ECC) menggambarkan kerusakan gigi yang terjadi pada gigi desidui.5 The American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) mendefinisikan adanya satu atau lebih decay atau kerusakan yang masih dapat diperbaiki (kavitas atau non kavitas), kehilangan gigi (karena karies), atau permukaan gigi yang ditumpat pada gigi desidui manapun di usia ≤ 71 bulan.6 Severe Early Childhood Caries (SECC) menggambarkan pengalaman karies dengan terdapatnya satu atau lebih kerusakan berupa lesi kavitas, kehilangan gigi (karena karies), atau adanya tambalan pada permukaan halus pada gigi apa saja untuk anak usia di bawah 3 tahun.5,7

SECC menunjukkan karies yang lebih progresif dan dengan pola akut pada anak-anak. Anak dengan SECC lebih sering menunjukkan rasa sakit, kesulitan mengunyah, masalah berbicara, gangguan kesehatan umum, dan masalah psikologis.8 Prevalensi SECC mencapai tingkat yang tinggi di berbagai negara dan keparahannya

(15)

meningkat seiring pertambahan usia anak.9 Hasil penelitian yang diperoleh Sutijpto DKK, menunjukkan bahwa prevalensi ECC pada anak usia 6 bulan - 3 tahun di kawasan Gunung Anyar Surabaya adalah 30,8% sedangkan prevalensi SECC adalah 29,2%.10

SECC memiliki faktor risiko yang sama seperti karies gigi pada umumnya, terjadi akibat adanya interaksi faktor agen, substrat, host, dan waktu.11,6 Anak yang sering mengkonsumsi cairan manis seperti susu, ASI, susu formula dan cairan manis lainnya dalam jangka waktu yang lama memiliki risiko besar terkena karies.12 Gigi desidui lebih mudah terserang karies dibandingkan dengan gigi permanen. Hal ini disebabkan karena enamel gigi desidui mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit di bandingkan dengan gigi permanen.

Selain itu, secara kristalografis kristal-kristal gigi desidui tidak sepadat gigi permanen, hal ini yang menjadi alasan salah satu penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak.13

Hubungan penyebab terjadinya karies sering diidentifikasi sebagai faktor risiko karies, salah satunya adalah saliva. Saliva merupakan salah satu faktor perlindungan penting di rongga mulut yang mengandung berbagai komponen organik dan anorganik yang terlibat dalam proses pencegahan terhadap perkembangan lesi karies.

Apabila terjadi perubahan terhadap laju alir maupun kualitas saliva, maka akan terjadi peningkatan resiko karies.1,12 Keasaman (pH) merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi proses terjadinya demineralisasi pada permukaan gigi.

Sisa-sisa karbohidrat yang tertinggal didalam rongga mulut akan menurunkan pH saliva.14 Selain mempunyai efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa-sisa makanan didalam mulut. Saliva juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan mineral kalsium dan fosfat yang penting untuk remineralisasi email serta mengandung substansi anti bakteri. Keadaan individu yang menyebabkan berkurangnya aliran saliva mengakibatkan kerentanan gigi terhadap karies meningkat terutama pada anak ketika sedang tidur.12,13

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai SECC menunjukkan angka yang tinggi, oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian

(16)

mengenai SECC dihubungkan dengan kondisi saliva sebagai salah satu faktor resiko karies. Penelitian ini akan dilakukan pada anak SECC dan bebas karies yang berusia 6-24 bulan di salah satu kecamatan di kota Medan. Kecamatan yang dipilih adalah Kecamatan Medan Polonia dengan alasan belum pernah dilakukan penelitian pengalaman karies dan kondisi saliva pada anak SECC usia 6-24 bulan dikecamatan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Masalah Umum:

Bagaimanakah pengalaman karies dan kondisi saliva (pH, kapasitas buffer, laju alir, dan volume) pada anak Severe Early Childhood Caries (SECC) dan bebas karies usia 6-24 bulan di Kecamatan Medan Polonia?

1.2.2 Masalah Khusus:

1. Apakah ada perbedaan pH saliva pada anak Severe Early Childhood Caries (SECC) dan bebas karies usia 6-24 bulan di Kecamatan Medan Polonia?

2. Apakah ada perbedaan kapasitas buffer saliva pada anak Severe Early Childhood Caries (SECC) dan bebas karies usia 6-24 bulan di Kecamatan Medan Polonia?

3. Apakah ada perbedaan laju alir saliva pada anak Severe Early Childhood Caries (SECC) dan bebas karies usia 6-24 bulan di Kecamatan Medan Polonia?

4. Apakah ada perbedaan volume saliva pada anak Severe Early Childhood Caries (SECC) dan bebas karies usia 6-24 bulan di Kecamatan Medan Polonia?

5. Berapakah rerata nilai pengalaman karies anak Severe Early Childhood Caries (SECC) usia 6-24 bulan di Kecamatan Medan Polonia?

6. Berapakah rerata pengalaman karies pada anak Severe Early Childhood Caries (SECC) berdasarkan jenis kelamin pada usia 6-24 bulan di Kecamatan Medan Polonia?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum:

(17)

Menganalisis perbandingan kondisi saliva (pH, kapasitas buffer, laju alir, dan volume) pada anak Severe Early Childhood Caries (SECC) dan bebas karies usia 6- 24 bulan di Kecamatan Medan Polonia.

1.3.2 Tujuan Khusus:

1. Menganalisis perbedaan pH saliva pada anak Severe Early Childhood Caries (SECC) dan bebas karies usia 6-24 bulan di Kecamatan Medan Polonia.

2. Menganalisis perbedaan kapasitas buffer saliva pada anak Severe Early Childhood Caries (SECC) dan bebas karies usia 6-24 bulan di Kecamatan Medan Polonia.

3. Menganalisis perbedaan laju alir saliva pada anak Severe Early Childhood Caries (SECC) dan bebas karies usia 6-24 bulan di Kecamatan Medan Polonia.

4. Menganalisis perbedaan volume saliva pada anak Severe Early Childhood Caries (SECC) dan bebas karies usia 6-24 bulan di Kecamatan Medan Polonia.

5. Mengetahui berapa rerata nilai pengalaman karies pada anak Severe Early Childhood Caries (SECC) berdasarkan jenis kelamin usia 6-24 bulan di Kecamatan Medan Polonia.

1.4 Hipotesa Penelitian Hipotesa Penelitian:

1. Ada perbedaan pH saliva pada anak Severe Early Childhood Caries (SECC) dan bebas karies usia 6-24 bulan di Kecamatan Medan Polonia.

2. Ada perbedaan kapasitas buffer saliva pada anak Severe Early Childhood Caries (SECC) dan bebas karies usia 6-24 bulan di Kecamatan Medan Polonia.

3. Ada perbedaan laju alir saliva pada anak Severe Early Childhood Caries (SECC) dan bebas karies usia 6-24 bulan di Kecamatan Medan Polonia.

4. Ada perbedaan volume saliva pada anak Severe Early Childhood Caries (SECC) dan bebas karies usia 6-24 bulan di Kecamatan Medan Polonia.

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat untuk masyarakat:

(18)

Memberikan informasi kepada orang tua mengenai kondisi saliva (air liur) yaitu pH, kapasitas buffer, laju alir, dan volume saliva yang merupakan sebagai faktor risiko terjadinya SECC pada anak dan memotivasi orang tua untuk memperhatikan, menjaga, dan memberikan panduan kepada anak sejak dini untuk menjaga kebersihan rongga mulut.

Manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan:

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan untuk mengadakan penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar bagi program pemerintah dalam bidang kesehatan gigi dan mulut anak untuk penyuluhan pencegahan terjadinya karies pada anak.

3. Sebagai refrensi tambahan di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak FKG USU.

Manfaat untuk kebutuhan klinis:

Diketahuinya mengenai kondisi saliva yaitu pH, kapasitas buffer, laju alir, dan volume saliva yang merupakan sebagai faktor risiko terjadinya SECC pada anak usia 6-24 bulan di Kecamatan Medan Polonia maka dapat direncanakan usaha pencegahan dan perawatan terhadap anak Severe Early Childhood Caries (SECC).

Manfaat bagi peneliti:

Menambah dan memperdalam pengetahuan peneliti tentang SECC pada anak usia 6-24 bulan dan tentang kondisi saliva pada anak SECC dan anak bebas karies usia 6-24 bulan serta menambah pengalaman untuk melakukan penelitian di lapangan.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Severe Early Childhood Caries (SECC)

Karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai di rongga mulut, sehingga merupakan masalah utama bagi kesehatan gigi dan mulut. Karies gigi juga merupakan penyakit infeksi pada jaringan keras gigi yang menyebabkan demineralisasi. Demineralisasi terjadi akibat kerusakan jaringan keras gigi yang dapat disebabkan oleh asam yang berada dalam karbohidrat melalui perantara mikroorganisme yang ada dalam saliva. Early Childhood Caries (ECC) adalah suatu bentuk karies gigi yang mengenai bayi dan anak-anak dan telah diidentifikasi sebagai masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan kualitas hidup anak prasekolah.15-18 ECC diadopsi sebagai nomenklatur standar yang digunakan untuk mengindikasikan adanya satu atau lebih kerusakan dengan atau tanpa kavitas, kehilangan karena karies, atau permukaan gigi yang ditumpat pada gigi desidui manapun pada anak usia di bawah 6 tahun. Secara sederhana, ECC didefiniskan sebagai kavitas pada gigi manapun pada anak yang lebih muda dari usia6 tahun.19

Severe Early Childhood Caries (SECC) merupakan istilah yang digunakan untuk kondisi yang lebih parah dari karies yang terjadi pada anak yang berusia dibawah 3 tahun. Menurut The American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD), kondisi yang dapat dikatakan SECC adalah menunjukkan adanya lesi karies pada permukaan halus gigi (smooth surface) pada usia di bawah 3 tahun; pada anak yang berusia 3,4,5 tahun memiliki lesi karies pada permukaan halus gigi insisivus maksila; jumlah permukaan yang terkena karies adalah sama dengan atau lebih besar dari empat permukaan pada anak usia 3 tahun, lima permukaan pada anak usia 4 tahun dan enam permukaan pada anak usia 5 tahun.19

(20)

2.2 Etiologi

Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial, yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada tiga faktor utama sebagai penyebab terbentuknya karies yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu. Untuk terjadinya karies,maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai, dan waktu yang lama.13 Saliva yang termasuk bagian dari faktor host berpengaruh terhadap kerentanan gigi untuk terjadinya karies.

Gambar 1.Skema yang menunjukkan faktor etiologi terjadinya karies. Keempat faktor harus saling berhubungan untuk terjadinya karies.20 2.2.1 Faktor Host

Faktor host terdiri dari gigi dan saliva. Faktor yang dapat dihubungkan dengan gigi terhadap karies merupakan faktor morfologi gigi yaitu ukuran dan bentuk gigi, serta struktur enamel gigi, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk didaerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam, selain itu permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Gigi terdiri dari lapisan enamel yang mengandung 97% mineral yaitu

(21)

kalsium, fosfat, karbonat, dan fluor, air 1% dan bahan organik 2%, kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel, semakin banyak enamel mengandung mineral, maka kristal enamel semakin padat. Gigi desidui lebih mudah terserang karies daripada gigi permanen, hal ini disebabkan karena enamel gigi desidui mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi permanen. Secara kristalografis kristal-kristal gigi desidui juga tidak sepadat gigi permanen. Alasan ini mungkin menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak.15,13

Saliva memiliki peranan penting dalam proses terjadinya karies yaitu berperan sebagai penghambat pertumbuhan dari bakteri S. mutans dengan bantuan enzim laktoferin dan lisozim. Saliva juga memiliki beberapa peranan lain yaitu mampu mengatur pH rongga mulut karena mengandung bikarbonat yang tinggi yaitu sekitar 85% dari saliva. Saliva mampu membersihkan sisa–sisa makanan yang ada dalam rongga mulut dan mampu menurunkan akumulasi plak. Komponen saliva seperti kalsium, fosfat, ion H dan F mampu menurunkan kelarutan enamel dan dapat meningkatkan remineralisasi gigi, oleh karena itu jika aliran saliva berkurang atau terganggu, maka karies mungkin akan tidak terkendali.15

2.2.2 Faktor Mikroorganisme

Mikroorganisme kariogenik memiliki peran penting dalam terbentuknya karies.

S. mutans merupakan mikroorganisme yang paling utama. Mikroorganisme yang memproduksi asam patogen yang mendiami rongga mulut ini menyebabkan kerusakan dengan menghancurkan struktur gigi dengan adanya kehadiran fermentasi karbohidrat seperti sukrosa, fruktosa, dan glukosa.20,21,22 Mikroorganisme ini bekerja pada saat rongga mulut berada dalam kondisi asam dan dapat melekat pada permukaan gigi karena mikroorganisme ini memiliki kemampuan untuk mensintesis polisakarida yang lengket dari makanan yang manis. Polisakarida ini, yang merupakan polimer utama dari glukosa, memberikan plak dental konsistensi gelatin, karena itu plak dental tersebut dapat membantu mikroorganisme untuk melekat ke satu sama lain dan pada gigi dan dengan bertambah tebalnya dental plak dapat

(22)

membuat saliva tidak dapat menetralkan asam yang ada pada plak.23 S. mutans meliputi 60% dari flora yang dapat diolah dari plak dental yang didapatkan dari anak yang menderita ECC. Massa bakteri ini sering berhubungan dengan lesi karies, lesi white spot, dan gigi yang berada didekat lesi. Pada anak yang menderita karies atau bebas karies, S. mutans biasanya hanya merupakan 0,1% dari flora rongga mulut.20,21

Lactobacilli dan Veillonella telah ditemukan pada anak dengan S-ECC.21,22 Hasil lactobacilli lebih tinggi secara signifikan pada lesi karies dari pada permukaan gigi yang berdekatan, menyimpulkan bahwa lactobacilli mempunyai peran pada proses karies tetapi tidak pada insiasi lesi.21 Lactobacilli meliputi kurang dari 1% dari total flora rongga mulut yang dapat diolah. Lactobacilli dapat ditemukan pada karies dentin, saliva dan pada permukaan mukosa. Veillonella merupakan spesies yang bergantung pada laktat dan karena itu hanya hadir berlimpah pada saat karies sudah matang.22

2.2.3 Faktor Substrat

Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi terjadinya karies pada gigi, selain itu dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dengan menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk memproduksi asam. Bila suasana di rongga mulut menjadi asam maka mineral, kalsium dan fosfor akan terlepas dari permukaan gigi sehingga gigi menjadi rapuh dan dapat mengakibatkan timbulnya karies.24 Diet nutrisi dapat mengganggu keseimbangan demineralisasi dan remineralisasi gigi. Diet rendah gula dan mempertinggi kalsium kaya akan keju mungkin dapat mendukung remineralisasi pada gigi, sedangkan sukrosa dapat memfasilitasi kolonisasi bakteri S. mutans.25

2.2.4 Faktor Waktu

Karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.13 Saliva mampu mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, yang berarti bahwa proses karies terdiri dari periode perusakan (demineralisasi) dan

(23)

perbaikan (remineralisasi) yang silih berganti. Bila saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun.26

2.3 Saliva

Saliva merupakan cairan yang disekresikan ke dalam mulut oleh kelenjar ludah yakni kelenjar parotid, submandibularis, dan sublingualis. Saliva berfungsi membantu pengunyahan makanan dan pencernaannya dengan bantuan enzim amylase, juga berperan dalam berbicara, mengecap, dan pembersihan mulut dan jaringannya secara alamiah, dan memberikan perlindungan bagi gigi geligi dan mukosa mulut serta gingival.27

Kelenjar saliva secara umum dibagi menjadi dua, yaitu: kelenjar saliva mayor, yang terdiri dari tiga pasang kelenjar yaitu parotid, submandibular, dan sublingual, dan banyak kelenjar saliva minor, yang berlokasi di bukal, labial, dan palatal.

Kelenjar saliva dapat diklasifikasikan juga berdasarkan fungsi, kelenjar parotid mensekresikan serous, kelenjar submandibular mensekresikan campuran serous dan mukus, dan kelenjar sublingual serta kelenjar saliva minor mensekresikan mukus.28 Tiga kelenjar saliva mayor yaitu parotid, submandibular, dan sublingual berperan menghasilkan 90% campuran cairan dalam mulut yang disebut whole saliva;

kelenjar saliva minor yang tersebar di seluruh mulut berperan menghasilkan 10%

campuran cairan sisanya. Kelenjar submandibular adalah pemeran terbesar untuk saliva yang tidak distimulasi, dan kelenjar parotid adalah pemeran terbesar untuk saliva yang distimulasi. Peranan kelenjar sublingual untuk saliva yang distimulasi dan tidak distimulasi hanya sedikit. Kelenjar saliva minor bukan pemeran besar untuk volume whole saliva, tetapi mereka memiliki peran penting sebagai pelumas dan proteksi mukosa rongga mulut karena sekresi mukusnya.

Cairan saliva merupakan sekresi dari kelenjar eksokrin yang terdiri dari kira- kira 99% air, mengandung berbagai elektrolit (sodium, potassium, kalsium, klorida, magnesium, bikarbonat, fosfat) dan protein, diwakili oleh enzim, immunoglobulin dan faktor antimikroba lainnya, glikoprotein mukosa, sedikit albumin dan beberapa

(24)

polipeptida dan oligopeptida yang penting untuk kesehatan rongga mulut. Terdapat juga produk glukosa dan nitrogen, seperti urea dan amonia.29

Fungsi saliva antara lain adalah untuk melembabkan mukosa mulut, bersifat buffer rongga mulut dan saliva mempunyai ion-ion bikarbonat dengan konsentrasi tinggi. Saliva juga berfungsi mengontrol flora bakteri dari rongga mulut, mineralisasi dari gigi geligi baru dan perbaikan lesi-lesi enamel precarious. Selain itu saliva mempunyai kalsium dan fosfat yang tinggi dan juga dapat melindungi gigi dengan bentuk suatu protective pellicle. Hal ini berarti suatu protein saliva yang melapisi gigi geligi mengandung komponen antibakteri.30

2.3.1 Volume dan Laju Alir Saliva

Volume saliva yang disekresikan oleh kelenjar saliva bervariasi pada setiap individu. Jumlah volume saliva yang dihasilkan dalam 24 jam adalah antara 1 – 1,5 L. Pada waktu tidur volume saliva hampir mendekati nilai nol dan saat tidak terstimulasi volumenya sekitar 0,3ml/menit.31

Beberapa studi tentang laju aliran saliva yang tidak terstimulasi pada individu yang sehat adalah 0,3 ml/menit. Hasil dibawah 0,1ml/menit termasuk ke dalam kategori hiposalivasi dan hasil yang menunjukkan antara 0,1-0,25 ml/menit merupakan laju aliran rendah.32 Terdapat perbedaan laju alir saliva yang tidak terstimulasi antara dewasa dengan anak. Laju alir saliva pada anak berkisar dari 0,22- 0,82 ml/menit sedangkan pada orang dewasa 0,33-1,42 ml/ menit. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Katie P. Wu di Taiwan, laju aliran saliva yang tidak terstimulasi pada anak usia pra sekolah (3-5 tahun) menunjukkan hasil 0,75 ml/menit sampai 1,42 ml/menit.33 Laju aliran normal saliva yang distimulasi adalah 1,0-3,0 ml/menit. Hasil di bawah 0,7 ml/menit dianggap sebagai hiposalivasi, dan hasil 0,7-1,0 ml/menit merupakan laju aliran rendah.32

Laju alir dan volume saliva yang rendah menyebabkan sisa-sisa makanan akan sulit dieliminasi sehingga mempercepat terjadinya proses karies. Bila laju aliran dan volume saliva tinggi, maka saliva melalui komponen komponennya dapat melindungi gigi dengan optimal. Saliva yang tidak distimulasi biasanya dikumpulkan dari pasien

(25)

dengan posisi duduk tenang, dengan kepala menunduk dan mulut terbuka untuk meneteskan saliva dari bibir bawah ke tabung sampel (biasa disebut metode draining). Faktor-faktor yang mempengaruhi laju aliran saliva yang tidak distimulasi adalah derajat hidrasi, posisi tubuh, paparan terhadap cahaya, stimulasi sebelumnya, ritme sirkadian, dan obat-obatan.32 Pengukuran laju alir saliva sebaiknya diambil saat pagi menjelang siang karena volume saliva akan meningkat maksimal dan tidak ada perubahan komposisi saliva di waktu tersebut sehingga lebih akurat.34

2.3.2 pH dan Kapasitas Buffer Saliva

pH saliva bergantung pada laju aliran sekresinya. Semakin cepat laju aliran sekresinya, saliva semakin alkalin. pH saliva bervariasi selama sehari, mungkin sebagai penyebabnya adalah perbedaan laju aliran saliva. Selama tidur saliva yang dihasilkan sedikit dengan pH rendah, sedangkan ketika makan, laju aliran saliva meningkat dan pH tinggi. pH saliva yang tidak distimulasi dihasilkan oleh kelenjar parotid dilaporkan 5,81 (antara 5,46-6,06) dan saliva yang dihasilkan oleh kelenjar submandibular 6,39 (antara 6,02-7,14). Pada suatu literatur disebutkan bahwa rata- rata pH saliva adalah 6,7 dengan rentang 6,2-7,6.32 pH kritis untuk dapat melarutkan enamel sekitar 5,5.

Kapasitas buffer saliva penting dalam mempertahankan pH saliva dan plak.

Kapasitas buffer saliva yang distimulasi dan tidak distimulasi melibatkan tiga sistem buffer, yaitu sistem buffer asam karbonat/bikarbonat, sistem buffer fosfat, dan sistem buffer protein. Sistem buffer yang paling penting adalah sistem asam karbonat/bikarbonat. Ada hubungan antara pH, laju aliran, dan kapasitas buffer saliva.35

(26)

2.4 Kerangka Teori

Keadaan Gigi Anak

Severe Early Childhood Caries

Host Mikroorganisme Substrat Waktu

e

Bebas karies

Etiologi

Gigi Saliva

 pH

 Laju Aliran

 Volume

 Kapasitas Buffer Pengalaman

Karies

(27)

2.5 Kerangka Konsep

Pengalaman Karies

Kondisi Saliva

pH Saliva

Anak SECC Kapasitas Buffer

Saliva

Anak Bebas Karies

Jenis Kelamin

Laju Alir Saliva

Volume Saliva

(28)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik observasi dengan rancangan penelitian cross sectional.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Polonia.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penyusunan proposal dimulai dari bulan Februari 2017 sampai dengan bulan Januari 2018. Penelitian ini dilakukan dimulai dari bulan Januari 2018 sampai dengan bulan Maret 2018.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah anak berusia 6-24 bulan pada posyandu- posyandu yang ada di Kecamatan Medan Polonia.

3.3.2 Sampel

Jumlah sampel yang diperoleh dengan menggunakan rumus uji hipotesis dua kelompok data kategorik.

[ √ √ ( ) ( )]

[ ]

[ √ √ ( ) ( )]

( )

(29)

[ ]

= 29,7

= 30

keterangan:

n = jumlah sampel Z = 1,96 Z

P1 (Proporsi S-ECC, prevalensi S-ECC di Kota Medan) = 16% (0,16) P1 – P2 = 30% (0,3)

P2 (Proporsi yang diharapkan peneliti) = 14% (0,14) P =

Q = 1 – P

Minimal jumlah sampel untuk tiap kelompok yang diperoleh berdasarkan rumus adalah sebanyak 30 orang. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling yaitu dengan dasar pertimbangan tertentu dan dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat yang telah diketahui sebelumnya.

Kriteria inklusi sampel :

 Anak berusia 6-24 bulan (dalam periode desidui)

 Keadaan umum anak baik

 Mendapat persetujuan dari orang tua

 Tidak mengkonsumsi makanan atau minuman selama satu jam sebelum pemerikasaan

 Anak yang gigi insisif anterior atas sudah erupsi sempurna minimal 2 gigi Kriteria eksklusi sampel :

 Anak dalam kondisi sakit

(30)

3.4 Variabel-variabel Penelitian

Variabel Terikat : Anak SECC dan bebas karies

Variabel Bebas : Pengalaman karies dan kondisi saliva (pH, kapasitas buffer, laju alir, volume)

Variabel Terkendali : Usia dan jenis kelamin

3.5 Definisi Operasional Table 1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional Cara Ukur Kategori Skala

Ukur 1. Severe Early

Childhood Caries (SECC)

Adanya lesi karies kavitas maupun non kavitas (white spot) pada permukaan halus gigi berjumlah minimal 2 gigi pada anak usia 6-24 bulan

Visual

2. Bebas Karies Anak yang tidak memiliki karies pada seluruh permukaan gigi desidui.

Visual

(31)

No. Variabel Definisi

Operasional Cara Ukur Kategori Skala

Ukur 3. Usia Usia anak yang

dihitung dari waktu lahir sampai

dilakukannya penelitian

Pemeriksaan usia dapat dilakukan dengan melihat data yang tersedia.

Nominal

4. Jenis Kelamin Jenis seksual seseorang yang ditentukan secara biologis.

Visual a. Laki-Laki b. Perempuan

Nominal

5. Pengalaman Karies Anak

Jumlah deft setiap anak dengan menggunakan indeks AAPD : -d (decay) : gigi karies berupa lesi kavitas maupun non kavitas (white spot).

-e (extracted) : gigi yang hilang akibat karies.

-f (filling) : adanya tambalan

Pemeriksaan

dilakukan dari bagian distal gigi paling belakang region kanan atas dengan

menggunakan sonde dan kaca mulut. Bila terlihat ada karies atau white spot maka gigi tersebut dikeringkan dengan pus-pus. Gigi tambalan dan hilang juga diperiksa dan

Ordinal

(32)

pada gigi desidui. hasil dicatat pada lembar pemeriksaan.

No. Variabel Definisi

Operasional Cara Ukur Kategori Skala

Ukur 6. pH saliva Angka derajat

keasaman saliva yang ditentukan menggunakan indikator pH saliva.

Penampungan

unstimulated didalam saliva collection cup dan penentuan pH dengan menyesuaikan antara warna pada kertas pH dengan indikator pada GC Saliva Check Buffer Kit.

-Sangat asam = 5,0-5,8

-Asam = 6,0-6,6 -Normal = 6,8-7,835

Ordinal

7. Kapasitas buffer saliva.

Angka yang menunjukkan kemampuan saliva

mempertahankan pH konstan.

Pengukuran kapasitas buffer saliva dilakukan dengan menggunakan Saliva Check Buffer Kit. Skor warna :

- Hijau : 4 poin - Biru kehijauan :

3 poin - Biru : 2 poin - Merah Kebiruan

: 1 poin

- Merah : 0 poin

- Normal = 10-12

- Rendah = 6-9 - Sangat

rendah = 0-535

Ordinal

(33)

Hasil pengukuran adalah penjumlahan dari 3 pad buffer strip.

No. Variabel Definisi

Operasional Cara Ukur Kategori Skala

Ukur 8. Laju Alir

Saliva

Kecepatan aliran saliva yang dinyatakan dalam ml/menit.

Hasil dari volume unstimulated saliva yang dikumpulkan dalam waktu 5 menit tersebut dinyatakan dalam ml/menit.

- Normal =

> 0,3 ml/menit.

-Tidak Normal =

< 0,3 ml/menit.

Ordinal

9. Volume Saliva

Banyaknya saliva yang

dikumpulkan selama 5 menit dan dinyatakan dalam ml.

Pengambilan

unstimulated saliva dengan metode suction

menggunakan pipet suction selama 5 menit. Saliva yang telah di suction kemudian ditampung kedalam saliva collection cup dan hasilnya dicatat pada lembar pemeriksaan.

- Normal =

> 1,5 ml/menit - Tidak Normal =

< 1,5 ml/menit

Ordinal

(34)

3.6 Alat dan Bahan

Tabel 2. Alat dan Bahan Penelitian

Alat Penelitian Bahan Penelitian 1. GC Saliva Check Buffer Kit

2. Kaca mulut 3. Sonde 4. Masker

5. Sarung Tangan 6. Senter

7. Pus-pus 8. Stopwatch

1. Alkohol

2. Kapas dan Tisu

3.7 Cara Pengambilan Data

Cara pengambilan data pada penelitian ini adalah:

1. Penelitian dapat dimulai setelah mendapat persetujuan pelaksanaan penelitian dari Dinas Kesehatan, Komisi Etik Penelitian FK USU, kantor lurah, dan persetujuan dari fakultas untuk pengambilan data sampel di rumah sakit, puskesmas, posyandu, tempat penitipan anak dan lingkungan di Kecamatan Medan Polonia.

2. Pengambilan data dilakukan di rumah sakit, puskesmas, posyandu, tempat penitipan anak, dan lingkungan di Kecamatan Medan Polonia dengan terlebih dahulu memberikan informed consent kepada orang tua/wali.

3. Setelah mendapat surat persetujuan menjadi responden penelitian lalu dilakukan pemeriksaan karies dan kondisi saliva pada anak. Pemeriksaan gigi akan dilakukan dengan menggunakan sonde, kaca mulut, senter dan pus-pus. Pemeriksaan kondisi saliva akan dilakukan dengan menggunakan GC Saliva Check Buffer Kit dan stopwatch. Penelitian disertai dengan orang tua/wali subjek.

4. Pemeriksaan yang dilakukan pertama adalah pemeriksaan gigi dimana pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kondisi gigi anak yang memenuhi kriteria S- ECC maupun bebas karies. Pemeriksaan gigi dilakukan dengan menggunakan sonde,

(35)

kaca mulut, senter dan pus-pus. Teknik yang digunakan untuk pemeriksaan ini adalah knee to knee. Peneliti dan orang tua/wali subjek duduk berhadapan dengan lutut saling bersentuhan atau sedikit berpautan. Pertama instruksikan kepada orang tua/wali subjek agar subjek duduk diatas pangkuan dengan menghadap orang tua/wali subjek. Kemudian subjek ditidurkan secara perlahan sampai subjek menengadah keatas dengan kepala subjek di pangkuan peneliti. Setelah itu instruksikan kepada orang tua/wali subjek untuk memegang kaki subjek dengan satu tangan dan tangan lainnya memegang tangan subjek. Lalu dapat diinstruksikan kepada orang tua/wali untuk menyuruh subjek agar membuka mulut. Pemeriksaan dilakukan dari bagian distal gigi paling belakang regio kanan atas pasien dengan menggunakan sonde, kaca mulut dan senter. Bila terlihat gigi yang ada karies, tumpatan, dan pencabutan gigi dicatat dan dijumlahkan pada form yang telah disediakan.

5. Setelah pemeriksaan gigi, dilakukan pemeriksaan kondisi saliva pada hari yang sama apabila memungkinkan. Apabila tidak memungkinkan, pemeriksaan saliva dilakukan pada hari yang berbeda. Pemeriksaan dilakukan antara jam 9-11 pagi di ruangan dengan penerangan yang cukup. Penelitian ini akan menggunakan unstimulated saliva. Anak diinstruksikan untuk duduk dalam posisi tegak dalam pangkuan orang tua/wali dengan kepala sedikit menunduk dalam pengumpulan saliva selama 5 menit. Jika anak kurang kooperatif dan pengumpulan saliva tidak bisa dilakukan selama 5 menit maka pengumpulan saliva dibagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama saliva dikumpulkan selama 3 menit kemudian sesi kedua saliva dikumpulkan selama 2 menit. Pengumpulan saliva kedalam saliva collection cup dilakukan dengan metode suction dengan menggunakan pipet suction. Saliva yang diperoleh diukur volumenya dan dicatat dalam satuan mililiter.

6. Pengukuran laju aliran saliva, total volume yang terkumpul dibagi 5 menit.

Hasil laju aliran saliva yang diperoleh dicatat dalam ml/menit.

7. Pengukuran kapasitas buffer saliva, saliva diambil dengan pipet kemudian diteteskan pada buffer strip, masing-masing 1 tetes untuk 1 kolom pad pada tes strip.

Setelah 2 menit, perubahan warna pada buffer strip dibandingkan dengan indikator

(36)

kapasitas buffer pada GC Saliva Check Buffer Kit yang telah disediakan dan skor dari tiap pad pada strip buffer dijumlahkan untuk mendapatkan kategorinya.

8. Tes pH dilakukan dengan mencelupkan strip pH kedalam saliva selama 10 detik, kemudian dikeluarkan. Bandingkan strip pH saliva subjek penelitian dengan kertas indikator pH pada GC Saliva Check Buffer Kit. Penghitungan skor pH harus dilakukan segera sebelum strip pH mengering karena ini akan mempengaruhi interpretasi visual warna kertas.

3.8 Pengolahan Data dan Analisis Data 3.8.1 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan menggunakan program komputer meliputi:

1. Editing (Penyuntingan Data)

Proses penyuntingan data bertujuan untuk memastikan semua variabel terisi.

Selama proses ini dilakukan penyuntingan data oleh peneliti agar data yang salah atau meragukan dapat langsung ditelusuri kembali kepada responden yang bersangkutan.

2. Coding (Pengkodean Data)

Proses pengkodean dilakukan terhadap variabel yang ada dalam penelitian ini yaitu pengalaman karies, usia, kondisi saliva, dan jenis kelamin. Pada proses ini peneliti memberikan simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban.

3. Entry Data (Pemasukkan Data)

Data yang sudah dikode kemudian dimasukkan dalam program komputer untuk dilakukan analisis.

4. Cleaning Data (Pembersihan Data)

Proses ini akan melakukan pemeriksaan kembali untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam melakukan entry data.

(37)

3.8.2 Analisis Data 1. Analisis Univariat

Analisis univariat deskriptif dilakukan untuk menganalisis rerata pengalaman karies pada anak Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan anak bebas karies.

2. Analisis Bivariat

Data yang diperoleh di analisis dengan sistem komputerisasi. Data yang diperoleh tidak terdistribusi dengan normal sehingga dilakukan uji stsistik Mann- Whiteney untuk menganalisis perbandingan pengalaman karies dan kondisi saliva (pH, kapasitas buffer, laju alir, dan volume) pada anak Severe Early Childhood Caries (SECC) dan anak bebas karies.

(38)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian mengenai perbandingan pengalaman karies dan kondisi saliva (pH, kapasitas buffer, laju alir dan volume) dilakukan pada 60 orang anak yang terbagi atas 30 anak SECC dan 30 anak bebas karies usia 6-24 bulan di wilayah Kecamatan Medan Polonia. Hasil menunjukkan bahwa rerata pengalaman SECC (deft) pada usia tersebut adalah 1,33±1,58.

4.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden SECC dan bebas karies meliputi kategori karies dan jenis kelamin. Berdasarkan jenis kelamin, persentase anak laki-laki yang menderita SECC dan bebas karies adalah sama yaitu pada anak laki-laki sebesar 43,3% dan perempuan 56,7%. Jumlah anak yang diperiksa sebanyak 60 orang dengan perbandingan anak laki-laki sebesar 43,3% dan anak perempuan 56,7%.

Tabel 3. Karakteristik Responden Anak SECC dan Anak Bebas Karies

Kategori Karies N

Jumlah Laki-Laki

n(%)

Perempuan n(%)

SECC 30 13 (43,3) 17 (56,7)

Bebas Karies 30 13 (43,3) 17 (56,7)

Total 60 26 (43,3) 34 (56,7)

4.2 Analisis Statistik Rerata Nilai Pengalaman Karies Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Anak SECC

(39)

Berdasarkan hasil pada tabel rerata nilai pengalaman karies berdasarkan jenis kelamin pada anak SECC diperoleh rerata nilai deft anak laki laki adalah 1,33±1,58 sedangkan pada perempuan 1,38±1,63. Secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin dengan pengalaman karies anak SECC (p=0,825) (Tabel 4).

Tabel 4. Hasil analisis statistik rerata deft antara jenis kelamin pada anak SECC Jenis Kelamin Pengalaman Karies Rerata deft P

Laki-Laki 1,26±1,53

1,33±1,58 0,825

Perempuan 1,38±1,63

*p = <0,05

4.3 Analisis Statistik Perbandingan pH pada Anak SECC dan Bebas Karies

Berdasarkan hasil pada tabel perbandingan antara kondisi pH saliva dan kategori karies menunjukkan bahwa kondisi pH normal didapati anak SECC dengan persentasenya rendah yaitu sebesar 16.7%, sedangkan kategori asam dengan nilai persentase yang tinggi yaitu sebesar 53,3%, dan kategori sangat asam yaitu sebesar 30,0%. Sedangkan pada anak bebas karies didapati dengan persentase yang tinggi pada nilai pH yang normal yaitu sebesar 80,0%, dan memperoleh hasil yang sama pada kondisi asam dan sangat yaitu sebesar 10%. Secara statistik ada perbedaan bermakna pH saliva pada anak usia 6-24 bulan dengan SECC dan bebas karies (p=0,000) (Tabel 5).

Tabel 5. Hasil analisis statistik perbandingan pH saliva pada SECC dan bebas karies Kategori

Karies

pH Saliva

n

Normal n(%)

Asam n(%)

Sangat Asam n(%)

p

(40)

SECC 30 5 (16,7) 16 (53,3) 9 (30)

0,000

Bebas Karies 30 24 (80) 3 (10) 3 (10)

*p = <0,05

4.4 Analisis Statistik Perbandingan Kapasitas Buffer pada Anak SECC dan Bebas Karies

Berdasarkan hasil pada tabel perbandingan antara kondisi kapasitas buffer saliva dan kategori karies menunjukkan bahwa pada anak SECC tidak ditemukan adanya nilai kapasitas buffer yang normal sedangkan pada kategori rendah sebesar 40% dan pada kategori sangat asam didapati anak SECC dengan persentase yang tinggi sebesar 60%. Sedangkan pada anak bebas karies diperoleh nilai kapasitas buffer yang normal sebesar 40%, kapasitas buffer rendah 53,3%, dan pada kapasitas buffer sangat rendah sebesar 6,7%. Secara statistik ada perbedaan bermakna kapasitas buffer saliva pada anak usia 6-24 bulan dengan SECC dan bebas karies (p=0,000) (Tabel 6).

Tabel 6. Hasil analisis statistik perbandingan kapasitas buffer pada SECC dan bebas karies

Kategori Karies

Kapasitas Buffer Saliva

n

Normal n(%)

Rendah n(%)

Sangat Rendah n(%)

p

SECC 30 0 (0) 12 (40) 18 (60)

0,000 Bebas Karies 30 12 (40) 16 (53,5) 2 (6,7)

*p = <0,05

(41)

4.5 Analisis Statistik Perbandingan Laju Alir pada Anak SECC dan Bebas Karies

Berdasarkan hasil pada tabel perbandingan antara laju alir saliva dan kategori karies menunjukkan bahwa laju alir yang normal dengan persentase yaitu sebesar 13,3%, dan laju alir tidak normal dengan persentase yaitu sebesar 86,7% sedangkan pada anak bebas karies diperoleh kategori normal dengan persentase yang tinggi yaitu sebesar 90%, dan pada kategori tidak normal dengan persentase yaitu sebesar 10%.

Secara statistik ada perbedaan yang bermakna laju alir saliva pada SECC dan bebas karies pada anak usia 6-24 bulan (p=0,000) (Tabel 7).

Tabel 7. Hasil analisis statistik laju alir saliva pada SECC dan bebas karies Kategori

Karies

Laju Alir Saliva

n

Normal n(%)

Tidak Normal n(%)

p

SECC 30 4 (13,3) 26 (86,7)

0,000

Bebas Karies 30 27 (90) 3 (10)

*p = <0,05

4.6 Analisis Statistik Perbandingan Volume Pada Anak SECC dan Bebas Karies

Berdasarkan hasil pada tabel perbandingan antara volume saliva dan kategori karies menunjukkan bahwa yang normal dengan persentase yang rendah yaitu sebesar 13,3%, dan didapati dengan persentase yang tinggi pada volume tidak normal yaitu sebesar 86,7% sedangkan pada anak bebas karies diperoleh kategori normal sebesar 76,7% dan volume tidak normal sebesar 23,3%. Secara statitik ada perbedaan yang bermakna volume saliva pada SECC dab bebas karies pada anak usia 6-24 bulan (p=0,000) (Tabel 8).

(42)

Tabel 8. Hasil analisis statistik perbandingan volume pada SECC dab bebas karies Kategori

Karies

Volume Saliva

n

Normal n(%)

Tidak Normal n(%)

p

SECC 30 4 (13,3) 26 (86,7)

0,000

Bebas Karies 30 23 (76,7) 7 (23,3)

*p = <0,05

4.7 Analisis Statistik Perbandingan Kondisi Saliva antara Anak SECC dengan Bebas Karies

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan rerata pH pada anak yang menderita SECC adalah 6,33±0,57 dan pH pada anak bebas karies adalah 6,92±0,62.

Hasil pemeriksaan kapasitas buffer pada anak SECC, didapatkan rerata sebesar 4,16±2,29 dan anak bebas karies 8,63±1,90. Diketahui rerata laju alir alir pada anak SECC adalah 0,22±0,09 dan pada anak bebas karies adalah 0,36±0,10 sedangkan rerata volume pada anak SECC adalah 1,12±0,47 dan pada anak bebas karies adalah 1,82±0,53.

Tabel 9. Hasil Analisis statistik perbandingan kondisi saliva dengan kategori karies

Karakteristik saliva SECC Bebas karies p

pH (6,33±0,57) (6,92±0,62) 0,000

Kapasitas Buffer (4,16±2,29) (8,63±1,90) 0,000

Laju Alir (0,22±0,09) (0,36±0,10) 0,000

Volume (1,12±0,47) (1,82±0,53) 0,000

*p = <0,05

(43)

BAB 5 PEMBAHASAN

Severe Early Childhood Caries (SECC) menggambarkan pengalaman karies dengan terdapatnya satu atau lebih kerusakan berupa lesi kavitas, kehilangan gigi (karena karies), atau adanya tambalan pada permukaan halus pada gigi apa saja untuk anak usia di bawah 3 tahun.5,7 Faktor resiko terjadinya SECC juga sama dengan karies pada umumnya seperti jenis kelamin, usia, dan sosial ekonomi.37 Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 30 anak SECC dan 30 anak bebas karies dengan perbandingan anak laki-laki sebesar 43,3% dan anak perempuan 56,7%. Persentase anak laki-laki yang menderita SECC sebesar 56,7% dan perempuan 43,3%, dan pada kelompok bebas karies persentase anak laki-laki sebesar 43,3% dan perempuan 56,7%.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rerata nilai pengalaman karies anak SECC sebesar 1,33±1,58. Pengalaman karies sebelumnya merupakan suatu indikator yang kuat untuk menentukan terjadinya karies dimasa yang akan datang. SECC merupakan hasil interaksi antar faktor yang terlibat dalam karies gigi yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat tau diet dan ditambah faktor waktu. 10,13 Faktor host yang terdiri dari gigi dan saliva. Faktor yang dihubungkan dengan gigi terhadap karies merupakan faktor morfologi gigi yaitu ukuran dan bentuk gigi. Pada enamel gigi desidui enamel gigi desidui mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit dibandingkan gigi permanen, secara kristalografis Kristal-kristal gigi desidui tidak sepadat gigi permanen. Hal ini yang menjadi alasan salah satu penyebab tingginya prevalensi karies pada anak.13 Selain itu, faktor diet mencakup seringnya mengonsumsi minuman yang mengandung karbohidrat fermentasi khususnya dengan menggunakan botol. Makanan atau minuman yang menempel pada gigi akan lebih mungkin meningkatkan produksi asam dan memberikan lingkungan bagi pertumbuhan bakteri dan dekalsifikasi enamel.10 Hasil penelitian yang dilakukan Sutjipto, tingginya

(44)

pengalaman karies seorang anak juga tergantung dari perawatan dan pemeliharaan orangtua terhadap gigi anak. Sebanyak 92,3% orangtua membiarkan anaknya mengonsumsi minuman manis atau susu pada malam hari hingga tertidur pulas.10

Berdasarkan hasil pada tabel rerata nilai pengalaman karies berdasarkan jenis kelamin pada anak SECC diperoleh rerata nilai deft anak laki-laki yang menderita SECC sebesar 1,26±1,53 dan perempuan 1,38±1,63. Secara statistik perbandingan antara jenis kelamin dengan pengalaman karies anak SECC tidak memiliki perbedaan bermakna dengan nilai p=0,825 (Tabel 4). Hasil ini sesuai dengan penelitian di Jakarta yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan keparahan SECC. Hal ini mungkin terjadi disebabkan tidak adanya perbedaan kebiasaan diet, perilaku membersihkan gigi dan perlakuan orangtua terhadap kesehatan gigi pada anak laki-laki maupun perempuan.38 Hasil penelitian ini menyatakan bahwa anak perempuan yang mengalami SECC lebih banyak yaitu sebanyak 17 orang dibandingkan anak laki-laki mengalami SECC yaitu sebanyak 13 orang. Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah anak perempuan yang terkena SECC lebih banyak dibandingkan dengan anak laki-laki. Penelitian ini sesuai dengan teori yang disebutkan Suweto, bahwa prevalensi karies pada anak perempuan lebih tinggi daripada anak laki-laki karena erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibandingkan dengan anak laki-laki sehingga gigi anak perempuan lebih lama dirongga mulut dan berhubungan dengan faktor penyebab karies.13 Hasil ini tidak sesuai dengan teori Diana yang menyatakan bahwa tingkat karies pada anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini dikarenakan dipengaruhi oleh perbedaan psikologis antara anak laki-laki dengan anak perempuan. Pengendalian emosi anak laki-laki lebih rendah dibandingkan anak perempuan sehingga anak perempuan memiliki kesadaran lebih tinggi untuk menjaga kesehatan rongga mulut dan estetis.44

Berdasarkan analisis statistik, terdapat perbedaan yang signifikan pada kondisi saliva (pH, kapasitas buffer, laju alir, dan volume) anak SECC dan bebas karies di Kecamatan Medan Polonia. Hasil menunjukkan anak SECC yang masuk kedalam kategori sangat asam 30% , kategori asam 53,3% dan kategori normal

(45)

16,7%. Sedangkan pada anak bebas karies yang masuk kedalam kategori normal sebesar 80%, kategori asam 10% dan kategori sangat asam 10% (Tabel 5). Hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan bermakna kondisi pH pada anak SECC dan bebas karies (p=0,000). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Muchandi et al, bahwa adanya perbedaan yang bermakna antara pH saliva pada anak SECC dan bebas karies (p<0,0001).31 Sesuai dengan pendapat Kidd and Bechal, bahwa pada individu yang memiliki karies lebih tampak mengalami penurunan pH dibandingkan pada yang tidak memiliki karies. Karies disebabkan oleh beberapa tipe bakteri penghasil asam yang dapat merusak karena reaksi fermentasi karbohidrat. Dengan adanya gigi berlubang sebagai tempat bersembunyi sisa-sisa makanan yang kemudian akan terjadi pembusukan oleh bakteri yang menghasilkan asam. Asam yang diproduksi akibat interaksi fermentasi karbohidrat dengan plak dental tersebut menyebabkan penurunan pH dan mempengaruhi mineral gigi sehingga gigi menjadi sensitif pada pH rendah.26,40 Dengan demikian pada sampel memiliki karies pada rongga mulut cenderung memiliki pH saliva asam dibandingkan dengan sampel yang tidak memiliki karies.39 Hasil penelitian Prabhakar et al, yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan pH saliva SECC dengan bebas karies, pH saliva kritis mulai terjadi proses pengikisan email karena molekul-molekul organik dari email akan larut saat pH 5,5.41 Pada umumnya anak dengan diet tinggi karbohidrat khususnya sukrosa cenderung risiko terkena karies lebih tinggi daripada anak yang dietnya mengandung banyak lemak dan protein karena menyebabkan penurunan pH saliva. Hal ini disebabkan karena sukrosa adalah karbohidrat yang banyak difermentasikan oleh S. Mutans.13,40

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada anak SECC tidak ditemukan adanya nilai kapasitas buffer yang normal sedangkan pada kategori rendah sebesar 40% dan pada kategori sangat rendah didapati anak SECC dengan persentase yang tinggi sebesar 60%. Sedangkan pada anak bebas karies diperoleh nilai kapasitas buffer yang normal sebesar 40%, kapasitas buffer rendah 53,3%, dan pada kapasitas buffer sangat rendah sebesar 6,7%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang bermakna antara kapasitas buffer

(46)

dengan SECC dan bebas karies (p=0,000) (Tabel 6). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Prabhakar et al, terdapat perbedaan yang signifikan nilai kapasitas buffer antara kelompok anak SECC dengan bebas karies.41 Menurut hasil penelitian yang dilakukan Aminabdi et al dan Dogra et al, perubahan pada kualitas dan kuantitas saliva dapat mendukung perkembangan proses karies. Kapasitas buffer melibatkan tiga sistem buffer yaitu sistem buffer asam karbonat/bikarbonat, sistem buffer fosfat, dan sistem buffer protein.35 Bikarbonat merupakan komponen organik utama dalam saliva yang berpengaruh terhadap dalam mengendalikan derajat keasaman. Menurut Amnorengen, pada kondisi saliva asam, konsentrasi ion H+ saliva akan berlebih, untuk menetralkan kondisi ini maka akan terjadi penambahan konsentrasi bikarbonat.

Reaksi antara ion H+ dan bikarbonat menghasilkan asam karbonat. Asam karbonat yang terjadi akan segera berubah menjadi air (H2O) dan gas karbondioksida (CO2), sehingga dengan penambahan konsentrasi bikarbonat, pH saliva akan kembali netral.

kapasitas buffer memiliki peran sebagai penyangga sehingga naik turunnya derajat keasaman dapat ditahan, sehingga proses dekalsifikasi dapat dihambat.39

Berdasarkan pada pemeriksaan variabel laju alir saliva dan kategori karies menunjukkan bahwa laju alir yang normal dengan persentase yaitu sebesar 13,3%, dan laju alir tidak normal dengan persentase yaitu sebesar 86,7% sedangkan pada anak bebas karies diperoleh kategori normal dengan persentase yang tinggi yaitu sebesar 90%, dan pada kategori tidak normal dengan persentase yaitu sebesar 10%.

Secara statistik ada perbedaan yang bermakna laju alir saliva pada SECC dan bebas karies pada anak usia 6-24 bulan (p=0,000) (Tabel 7). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara laju alir dengan anak SECC dan bebas karies (p=0,000). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Prabhakar et al, terdapat perbedaan yang signifikan nilai laju alir antara kelompok anak SECC dengan bebas karies.41 Rendahnya laju alir saliva dapat meningkatkan sistem pertahanan rongga mulut dari karies yang parah.43 Semakin rendahnya laju alir saliva, semakin lamban proses pembersihan dan semakin meningkat serangan dari bakteri. Hal ini yang mempercepat terjadinya proses karies. Laju alir anak yang banyak pada masa kanak-kanak merupakan hal yang normal, terutama pada umur 5

(47)

sampai 6 bulan ketika produksi saliva meningkat dengan kapasitas penuh. Laju alir anak meningkat diakibatkan kemampuan bayi untuk menelan masih belum maksimal, belum tumbuhnya gigi depan sebagai penahan dan akibat saliva yang terstimulasi akibat gigi yang sedang erupsi.22,32

Berdasarkan pemeriksaan volume saliva, hasil menunjukkan bahwa yang normal dengan persentase yang rendah yaitu sebesar 13,3%, dan didapati dengan persentase yang tinggi pada volume tidak normal yaitu sebesar 86,7% sedangkan pada anak bebas karies diperoleh kategori normal sebesar 76,7% dan volume tidak normal sebesar 23,3%. Secara statitik ada perbedaan yang bermakna volume saliva pada SECC dan bebas karies pada anak usia 6-24 bulan (p=0,000) (Tabel 8). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang bermakna antara volume saliva dengan kategori karies (p=0,000). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa volume saliva ditentukan oleh laju aliran saliva, semakin cepat laju aliran saliva maka semakin banyak volume saliva sebagai cleansing untuk membuang debris dan gula dari rongga mulut sehingga dapat mengurangi keberadaan bakteri asidogenik yang dapat menyebabkan demineralisasi enamel.43 Seseorang yang hiposalivasi memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya karies, karena berkurangnya volume saliva mengakibatkan viskositas menjadi lebih kental dan lengket, pH menurun dan sekresi IgA yang berperan sebagai anti-mikroba untuk mengontrol kolonisasi bakteri dan jamur akan berkurang.45

Penelitian ini membuktikan bahwa karakteristik saliva yang meliputi pH saliva, kapasitas buffer saliva, laju alir saliva dan volume saliva mempunyai hubungan dengan terjadinya SECC dan bebas karies (p<0,05). Anak yang berisiko karies tinggi harus mendapatkan perhatian lebih karena perawatan ekstra harus dilakukan untuk menghilangkan karies atau mengurangi terjdinya karies.

(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa:

1. pH lebih tinggi didapatkan pada anak bebas karies dibandingkan anak SECC pada anak usia 6-24 bulan di Kecamatan Medan Polonia.

2. Kapasitas buffer lebih tinggi didapatkan pada anak bebas karies dibandingkan anak SECC pada usia 6-24 bulan di Kecamatan Medan Polonia.

3. Laju alir tertinggi didapatkan pada anak bebas karies dibandingkan anak SECC pada usia 6-24 bulan di Kecamatan Medan Polonia.

4. Volume tertinggi didapatkan pada anak bebas karies dibandingkan anak SECC pada usia 6-24 bulan di Kecamatan Medan Polonia.

5. Rerata pengalaman SECC (deft) usia 6-24 bulan di Kecamatan Medan polonia adalah 1,33±1,58

6. Tidak ada perbandingan bermakna antara jenis kelamin dengan pengalaman karies anak Severe Early Childhood Caries (SECC) di Kecamatan Medan Polonia.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor risiko lain, terutama faktor risiko yang lebih berperan terhadap terjadinya karies.

2. Perlu dilakukan program pencegahan melalui program pengukuran risiko karies yang bisa membantu dalam mencegah lesi karies yang aktif.

3. Perlu peran dari orangtua khususnya ibu dalam membentuk perilaku anak untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut anak, misalkan dengan mengajarkan sikat gigi sesuai waktu yang dianjurkan.

(49)

4. Perlu dilakukan program penyuluhan khususnya pada posyandu-posyandu seperti kegiatan penyuluhan rutin dan demonstrasi sikat gigi yang dilakukan oleh dokter gigi untuk lebih memahami pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut sejak dini.

Gambar

Gambar  1.Skema  yang  menunjukkan  faktor  etiologi  terjadinya  karies.  Keempat  faktor  harus  saling berhubungan untuk terjadinya karies
Tabel 2. Alat dan Bahan Penelitian
Tabel 3. Karakteristik Responden Anak SECC dan Anak Bebas Karies
Tabel 4. Hasil analisis statistik rerata deft antara jenis kelamin pada anak SECC  Jenis Kelamin  Pengalaman Karies  Rerata deft  P
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dasar pemikiran ketentuan bahwa Lembaga Penjamin Simpanan memberikan jaminan terhadap dana simpanan nasabah di bawah 2 (dua) milyar rupiah bahwa, Peraturan

Secara teknis, tujuan IRS adalah mencocokkan (matcing) istilah (term) yang diformulasikan dalam bentuk query dengan istilah indeks yang ada dalam dokumen, sehingga

Hasil penelitian pengaruh suku bunga SBI dan suku bunga kredit terhadap penyaluran kredit berbagai jenis kredit UMKM yaitu (1) suku bunga SBI berpengaruh negatif dan

Kemakmuran pemegang saham meningkat bila harga saham yang dimilikinya meningkat. Harga pasar saham yang terbentuk dipengaruhi beberapa faktor, antara lain: earning per share,

cukup untuk memenuhi kebutuhan pelanggan saat beban puncak dan perlu adanya suplai. air untuk

mengetahui pengaruh penambahan serat polypropylene terhadap kuat awal beton3. 1.3

Ekstrak biji cerakin disemprotkan pada hama ulat daun bawang yang tersedia dalam tiap wadah (10 ekor tiap wadah) untuk masing-masing konsentrasi dan dilakukan 3 kali

Tetapi semua itu juga tergantung dengan karakter yang dimiliki orang tua, orang tua yang mempunyai karakter yang keras akan dengan mudah melakukan kekerasan verbal