• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Mulia (NQ = Noble Quality) Hewan dan Manusia

Dalam dokumen Pemanasan Global C2P_ina (Halaman 189-200)

Lampiran 1 Kenaikan Air Laut dan Dampaknya di Seluruh Dunia

10. Kualitas Mulia (NQ = Noble Quality) Hewan dan Manusia

“Melalui meditasi saya menemukan bahwa Kualitas Mulia dari berbagai makhluk bisa diukur dalam persentase untuk menunjukkan seberapa besar kualitas belas kasih dan sifat tidak mementingkan diri sendiri mereka.

Anjing dan babi, misalnya, masing-masing memiliki NQ mengagumkan sebesar 30%. Sapi memiliki NQ sebesar 40%. Sebaliknya, hewan yang lebih kejam atau yang cenderung memakan daging memiliki NQ lebih kecil. Singa, misalnya, memiliki NQ sebesar 3% dan harimau, 4%.

Dan untuk manusia, sementara sebagian dari kita memiliki—Anda tahu, secara umum—beberapa dari kita memiliki NQ sebesar 10%, banyak dari kita

hanya memiliki 3% Kualitas Mulia. Manusia bisa belajar dari contoh Kualitas Mulia sesama rekan penghuni Bumi kita ini.” —Maha Guru Ching Hai

Kualitas Kasih (LQ = Loving Quality) Hewan dan Manusia

“Ini adalah kualitas kasih, tanpa syarat yang melampaui cinta antara suami dan istri, ibu dan anak, cinta kasih yang kita miliki bagi semua makhluk. Kita siap berkorban dan membantu, apakah itu orang yang baik kepada kita, orang asing atau musuh.” —Maha Guru Ching Hai

Di bawah ini adalah persentase LQ dari beberapa wakil hewan dan manusia yang telah dibagikan Maha Guru Ching Hai dari wawasan batin Surgawinya.

Hewan Peliharaan: Berkisar antara 80% sampai 300%

Anjing 110% Babi 120% Ayam 90% Kerbau 110% Kuda 180%

Hewan Liar: Berkisar antara 20% sampai 300%

Monyet liar 100% Beruang 110% Gajah 100% Ikan paus 300% Sapi 300% Lumba-lumba 110%

Harimau 20% Singa 21%

Manusia: Rata-rata 20%. Yang tertinggi di planet ini: 90%. Yang terendah di planet ini: 5%.

Orang suci/orang bijak: Ribuan % dan mereka bukanlah manusia! “NQ dan LQ keduanya penting sementara IQ mungkin penting atau tidak! Kita harus melatih LQ ini. Manusia harus meninjau [tentang] bagaimana kita menggunakan waktu berharga kita (yang sangat pendek) di planet ini.” —Maha Guru Ching Hai.

Bab 1

1. Supreme Master TV, “Pengumuman Layanan Masyarakat tentang Perubahan Iklim: Apa yang Dikatakan Para Tokoh Penting,” SupremeMasterTV.com/ina/ bbs/board.php?bo_table=sos_video&wr_id=17

2. Penelitian PBB yang dirujuk di sini adalah Henning Steinfeld et. al., Livestock’s

Long Shadow: Environmental Issues and Options. Organisasi Pangan dan Pertanian

Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), 2006.

3. Robert Goodland dan Jef Anhang menemukan bahwa “peternakan menyumbang 32.564 juta ton GRK per tahun, yang setara dengan 51 persen emisi GRK global.” Lihat artikelnya, “Livestock and Climate Change,” Worldwatch Magazine, (Nov/ Des, 2009), 10-19. http://www.worldwatch.org/node/6294.

4. Ibid, p. 11.

5. Ini karena ketika padi-padian diberikan untuk hewan yang dipelihara untuk konsumsi manusia, 90% energi dari padi-padian yang asli hilang.

6. Supreme Master TV, “Pengumuman Layanan Masyarakat Perubahan Iklim.” 7. Lucas Reijnders dan Sam Soret, “Quantiication of the Environmental Impact

of Diferent Dietary Protein Choices,” he American Journal of Clinical

Nutrition, Vol. 78, No. 3 (September 2003), 664S-668S. http://www.ajcn.org/

content/78/3/664S.full.

8. Organisasi Pangan Dunia, “Hunger Stats,” http://www.wfp.org/hunger/stats. 9. UNEP, Assessing the Environmental Impacts of Consumption and Production. Juni,

2010. http://www.unep.fr/scp/publications/details.asp?id=DTI/1262/PA. 10. Goodland dan Anhang, “Livestock and Climate Change” 15.

11. Lihat Elke Stehfest et al., “Climate Beneits of Changing Diet.” Netherlands Environmental Assessment Agency (Badan Penilai Lingkungan Belanda). Tersedia online di http://www.pbl.nl/en/publications/2009/Climate-beneits- of-changing-diet.html.

12. Penelitian oleh SIWI dan IWMI (Stockholm International Water Institute and International Water Management Institute), “Saving Water from Field to Fork” (Mei 2008) menemukan bahwa 70% dari air bersih diberikan untuk ternak.

http://ww.siwi.org/documents/resources/Policy_Briefs/PB_from_Field_to_ Fork_2008.pdf. Pusat Riset Kehutanan Internasional (Indonesia) menyatakan bahwa 60-70 persen penggundulan hutan hujan tropis Amazon di Brasil adalah akibat dari peternakan sapi. Center for International Forestry Research, “he Impact of the Growing Demand for Beef on the Amazon Rainforest in Brazil,” 2 April 2004, http://www.mongabay.com/external/brasil_beef_amazon.htm. Lihat juga Cees de Haan et al., Livestock and the Environment: Finding a

Balance, Bab 2. http://www.fao.org/ag/againfo/programmes/en/lead/toolbox/

FAO/Main1/index.htm.

13. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di he Guardian, 15 April 2008, kolumnis George Monbiot mengutip statistik FAO dan menyatakan, “Sementara 100 juta ton makanan akan dialihkan tahun ini untuk bahan bakar mobil, 760 ton akan diambil dari dari mulut manusia untuk makanan ternak. Ini bisa menutup deisit makanan global 14 kali. Jika Anda peduli mengenai kelaparan, makanlah lebih sedikit daging.” http://www.guardian. co.uk/commentisfree/2008/apr/15/food.biofuels?INTCMP=SRCH.

14. Ini adalah perkiraan yang dilakukan sendiri oleh Maha Guru Ching Hai. Hasilnya sesuai dengan data yang disajikan dalam kajian-kajian ilmiah baru- baru ini. Contohnya, menurut Stern Review, diperkirakan bahwa pada tahun 2050 biaya untuk beradaptasi dengan perubahan iklim bisa senilai antara $10 hingga $40 triliun per tahun. Lihat Nicolas Stern et al., he Economics of

Climate Change: he Stern Review. HM Treasury, 2006. Pada bulan Februari

2009 Badan Penilaian Lingkungan Belanda menerbitkan laporan baru termasuk rekomendasi untuk kebijakan Belanda dan internasional mengenai keberlanjutan lingkungan. Laporan tersebut menyimpulkan bahwa 70% dari biaya mitigasi perubahan iklim bisa dihemat melalui perubahan global ke pola makan tanpa daging (NoM), dengan 80% bisa dihemat melalui pola makan tanpa produk hewani (NoAP / vegan): “Biaya total mitigasi pada saat ini untuk kurun waktu 2000–2050 baik untuk NoRM (tanpa daging hewan pemamah biak) maupun NoM berkurang sebesar 70% (0.3% dari GDP dan bukan 1%) dan

bahkan lebih dari 80% untuk NoAP (tabel 6).” (halaman 14). Juga, “Menurut

Healthy Diet, contohnya, emisi kumulatif berkurang sekitar 20%, sedangkan

biayanya berkurang sebesar 50% lebih” ($20 triliun) (halaman 15). Memakai

angka-angka dari Laporan Stern, diproyeksikan potensi penghematannya berturut-turut adalah sebesar $28 triliun dan $32 triliun.

Bab 2

16. Ilmuwan iklim NASA Jay Zwally menggambarkan urgensi dari situasi ini sebagai berikut: “Lautan Arktik bisa hampir bebas es pada akhir musim panas 2012, jauh lebih cepat daripada perkiraan sebelumnya.” Lihat “Arctic Ice could be gone in ive years” he Telegraph, 12 Desember 2007. http://www.telegraph. co.uk/earth/earthnews/3318239/Arctic-ice-could-be-gone-in-ive-years.html. 17. Para ilmuwan dari Pusat Data Es dan Salju Nasional telah menemukan bahwa

pada tahun 2009, es yang berumur dua tahun lebih tercatat kurang dari 10% dari lapisan es pada akhir bulan Februari. Lihat “Arctic Sea Ice Younger, hinner as Melt Season Begins,” di Arctic Ice News and Analysis, 6 April 2009,

http://nsidc.org/arcticseaicenews/2009/040609.html.

18. Direktur Pusat Data Es dan Salju Nasional, Dr. Mark Serreze menyatakan, “Kita bisa meluncur ke bawah dengan cepat dalam hal melewati titik kritis. Prosesnya sedang terjadi saat ini. Kita melihat sekarang sedang terjadi,” dikutip dalam R. Black, “Arctic Ice ‘is at tipping point’”, BBC News, 28 Agustus 2008,

http://news.bbc.co.uk/2/hi/7585645.stm. Pusat Data Es dan Salju Nasional di AS juga mencatat, “Es lautan Arktik secara umum mencapai luas minimum tahunannya pada pertengahan September. Bulan Agustus [2010] ini, luas es adalah yang terendah kedua dalam rekaman satelit, setelah tahun 2007. Pada tanggal 3 September 2010, luas es turun di bawah minimum musiman untuk tahun 2009, menjadi yang terendah ketiga dalam rekaman satelit. Selat Timur Laut dan Jalur Laut Utara bebas es secara luas, memungkinkan potensi untuk pelayaran mengelilingi Lautan Kutub Utara. Silakan lihat “Updated minimum Arctic sea ice extent,” 27 September 2010, http://nsidc.org/ arcticseaicenews/2010/092710.html.

19. Jonathan L. Bamber, “Reassessment of the Potential Sea-Level Rise from a Collapse of the West Antarctic Ice Sheet.” Science, 15 Mei 2009 324: 901-903 [DOI: 10.1126/science.1169335] (dalam artikel riset). Ringkasan online ada di http://www.sciencemag.org/content/324/5929/901.short.

20. Dari Survei Geologi AS, “he Water Cycle: Water Storage in Ice and Snow.” Tersedia online di http://ga.water.usgs.gov/edu/watercycleice.html.

21. Organisasi Internasional untuk Migrasi, “Migration, Climate Change, and Environmental Degradation: A Complex Nexus.” Tersedia online di http:// www.iom.int/jahia/Jahia/complex-nexus.

22. Pada Konferensi Ketiga UNFCCC yang diadakan di Kyoto, Jepang, H.E. Maumoon Abdul Gayoom dari Maladewa berseru agar para pemimpin dunia mengatasi perubahan iklim sebagai berikut: Maladewa merupakan salah satu

negara kecil. Kami bukan dalam posisi untuk mengubah haluan kejadian di dunia. Tetapi apa yang Anda lakukan atau tidak lakukan di sini akan besar pengaruhnya bagi nasib rakyat saya. Itu juga bisa mengubah haluan sejarah dunia.”

23. “Methane Bubbling From Arctic Lakes, Now And At End Of Last Ice Age,” Science Daily, 26 Oktober 2007, http://www.sciencedaily.com/ releases/2007/10/071025174618.htm. Lihat juga “Scientists Find Increased Methane Levels in Arctic Ocean,” Science Daily, 18 Desember 2008, http:// www.sciencedaily.com/releases/2008/12/081217203407.htm. Dalam bebe- rapa laporan baru para ilmuwan telah mendokumentasikan pelepasan metana yang intens dari wilayah dasar laut dekat Siberia Timur, Rusia, dan Spitsbergen. Sebagai contoh, lihat Judith Burns, “Methane Seeps from Arctic Sea-bed,”

BBC News, 19 Agustus 2009, http://news.bbc.co.uk/2/hi/8205864.stm,

dan Steve Connor, “Exclusive: he Methane Time Bomb,” he Independent, 23 September 2009, http://www.independent.co.uk/environment/climate- change/exclusive-the-methane-timebomb-938932.html.

24. Lihat John Atcheson, “Ticking Time Bomb,” Baltimore Sun, 15 Desember 2004, dari http://www.commondreams.org/views04/1215-24.htm.

25. Dr. Gregory Ryskin dari Universitas Northwestern membicarakan risetnya yang menunjukkan bahwa 250 juta tahun yang lalu ledakan metana dari lautan menyebabkan kepunahan 90% spesies laut dan 75% spesies darat, menambahkan, “Jika itu pernah terjadi, itu bisa terjadi lagi.” http://pangea. stanford.edu/research/Oceans/GES205/methaneGeology.pdf.

26. Sebagai contoh, dalam sebuah wawancara dengan Supreme Master Television, Ahli Es India Dr. Jagdish Bahadur membicarakan hubungan antara penyusutan gletser dan bencana seperti halnya banjir dan kekeringan sebagai berikut: “Gletser Himalaya pada umumnya menyusut seperti di tempat lain di planet ini karena pemanasan global. Pencairan yang berlanjut pada kecepatan saat ini akan mengakibatkan banjir besar. Dengan segera ketika gletser menyusut mereka melepaskan lebih banyak air, diikuti oleh kekeringan parah.” Supreme Master TV, “Gletser Himalaya Menghilang,” 25 Maret 2009. http://suprememastertv. com/ina/bbs/board.php?bo_table=sos_video&wr_id=83&goto_url.

27. US Environmental Protection Agency (Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat), “Climate Change-Health and Environmental Efect: Extreme Events”. http://www.epa.gov/climatechange/efects/extreme.html . 28. Anne Minard, “No More Glaciers in Glacier National Park by 2020?” National

news/2009/03/090302-glaciers-melting.html.

29. Universitas Colorado di Boulder, “Western Water Supplies hreatened by Climate Change: Warming climate could deplete reservoir storage in the Colorado River Basin by mid-century,” Juli 2009. http://geology.com/press- release/colorado-river-water-supply.

30. “Loss of Andes Glaciers hreatens Water Supply,” Tehran Times, 28 November 2007. http://www.tehrantimes.com/index_View.asp?code=158041.

31. Pew Oceans Commission, America’s Living Oceans: Charting a Course for Sea Change: a Report to the Nation, 2003. Tersedia online di http://www. pewtrusts.org/our_work_report_detail.aspx?id=30009.

32. Robert J. Diaz dan Rutger Rosenberg, “Spreading Dead Zones and Consequences for Marine Ecosystems,” Science, Vol. 321. no. 5891 (2008): 926 – 929. http://www.precaution.org/lib/marine_dead_zones_growing.080815. pdf.

33. “Big Fish Stocks Fall 90 Percent Since 1950, Study Says,” National

Geographic News, 15 Mei 2003, http://news.nationalgeographic.com/

news/2003/05/0515_030515_ishdecline.html.

34. “Oceans´ Fish Could Disappear by 2050,” Discovery News, 17 Mei, 2010.

http://news.discovery.com/earth/oceans-ish-ishing-industry.html.

35. Robert McClure, “Dead Orca is a ‘Red Alert’”, Seattle Post Intelligencer, 7 Mei 2002. http://www.seattlepi.com/local/69418_whale07.shtml.

36. Sebagai contoh kebakaran semak-semak Sabtu Kelam yang terjadi di negara bagian Victoria Australia pada hari Sabtu, 7 Februari 2009 menghasilkan kematian tertinggi negara ini karena kebakaran semak-semak. 173 orang meninggal sebagai akibat dari kebakaran tersebut dan 414 luka-luka. http:// www.abc.net.au/innovation/blacksaturday/#/stories/mosaic.

37. Bank Dunia, Republic of Peru Environmental Sustainability: A Key to Poverty Reduction in Peru. 1 Juni, 2007. http://siteresources.worldbank.org/ INTPERUINSPANISH/Resources/PERU_CEA_Full_Report_eng.pdf. Lihat juga Bank Dunia, “Climate Change Aspects in Agriculture: Peru Country Note” Januari 2009, hal. 3, http://siteresources.worldbank.org/INTLAC/ Resources/257803-1235077152356/Country_Note_Peru.pdf.

38. “Children Die in Harsh Peru Winter,” BBC News, 12 Juli, 2009. http://news. bbc.co.uk/2/hi/8146995.stm.

Environmental Efects: Extreme Events,” http://www.epa.gov/climatechange/ efects/extreme.html.

40. “hirty-Eight Percent of World’s Surface in Danger of Desertiication”,

Science Daily, 10 Februari 2010, http://www.sciencedaily.com/

releases/2010/02/100209183133.htm.

41. “Drought causes water shortage for ive-million people in China,” Earth Times, 23 Agustus 2009. http://www.earthtimes.org/articles/news/282501,drought- causes-water-shortage-for-5-million-people-in-china.html.

42. “Australia Wildire Death Toll Reaches 200,” CBC News, 17 Februari 2009,

http://www.cbc.ca/world/story/2009/02/17/australia-wildires.html.

43. “What is Deforestation?” Lesson Plans by Lisa M. Algee, Environmental Education PhD student, the University of California at Santa Cruz,” http:// kids.mongabay.com/lesson_plans/lisa_algee/deforestation.html.

44. World Wildlife Foundation, “Deforestation,” http://wwf.panda.org/about_ our_earth/about_forests/deforestation.

45. Yacov Tsur et. al., Pricing Irrigation Water: Principles and Cases from Developing

Countries, Washington: Resource for the Future, 2004, 220.

46. “Argentina has lost nearly 70% of its forests in a century,” France 24, 1 Oktober 2009. http://www.france24.com/en/20090926-argentina-lost-major-part- forests-century-soy-crops-environment.

47. Rhett A. Butler, “98% of Orangutan Habitat Gone in the next 15 Years,”

Mongabay.com, 11 Juni 2007, http://news.mongabay.com/2007/0611-

indonesia.html. Lihat juga UNEP, he Last Stand of the Orangutan, tersedia online di http://www.unep.org/grasp/docs/2007Jan-LastStand-of-Orangutan- report.pdf.

48. Karbon hitam akan lebih banyak dibahas. Cukup untuk dicatat di sini bahwa para ilmuwan dari Institut Penelitian Ruang Angkasa Goddard NASA dan Drew Shindell dan Greg Faluvegi dari Universitas Columbia telah menemukan karbon hitam merupakan perantara individu terbesar kedua atau ketiga setelah metana dan CO2, dan bertanggung jawab bagi 50% pencairan Arktik. Lihat Drew Shindell dan Greg Faluvegi, “Climate response to regional radiative forcing during the twentieth century.” Nature Geoscience 2 (April 2009), 294–300. Ringkasan online ada di http://www.nature.com/ngeo/journal/v2/ n4/abs/ngeo473.html. Sama halnya, Noel Keenlyside, peneliti iklim di Institut Ilmu Kelautan Leibniz di Jerman menunjukkan, “Di daerah Kutub Utara dan Selatan, jatuhnya karbon hitam di atas salju dan es menyebabkan permukaan

itu menyerap lebih banyak panas matahari,” Noel Keenlyside, “Atmospheric science: Clean air policy and Arctic warming” Nature Geoscience, 2 (2009): 243 - 244. Ringkasan online ada di www.nature.com/ngeo/journal/v2/n4/full/ ngeo486.html.

49. Julia Whitty, “Animal Extinction: A Great hreat to Mankind.” he

Independent, 30 April 2007. http://www.independent.co.uk/environment/

animal-extinction--the-greatest-threat-to-mankind-397939.html

50. IPCC (Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim). Fourth Assessment Report: Changes in Atmospheric Constituents and in Radiative Forcing, 2007, 212. Tersedia online di http://www.ipcc.ch/pdf/assessment-report/ar4/wg1/ ar4-wg1-chapter2.pdf.

51. Untuk lebih jelasnya, silakan lihat penelitian Forum Kemanusiaan Global, “Climate Change he Human Impact Report: he Anatomy of a Silent Crisis.”

http://www.eird.org/publicaciones/humanimpactreport.pdf.

52. Kevin Watkins et al., he 2006 Human Development Report: Beyond scarcity: Power, poverty and the global water crisis, United Nations Development Programme, 2006, 20, 23. http://hdr.undp.org/en/reports/global/hdr2006. 53. FAO, ”1.02 Billion People Hungry—One Sixth of Humanity Undernourished—

More han Ever Before”, FAO Media Center, 19 Juni 2009. http://www.fao. org/news/story/0/item/20568/icode/en.

54. Megan Rowling, “Climate Change Causes 315,000 Deaths a Year-Report”

Reuters, 29 Mei 2009, http://www.reuters.com/article/idUSLS1002309.

55. Ibid.

56. “Peru Health Ministry Warns of possible dengue fever in Lima, insists on prevention,” Andean Air Mail and Peruvian Times, 2 Maret 2009, http://www. peruviantimes.com/peru-health-ministry-warns-of-possible-dengue-fever-in- lima-insists-on-prevention/021936.

57. Diterima secara luas bahwa meningkatnya banjir dan kekeringan yang dipicu pemanasan global meningkatkan penyebaran epidemi di wilayah yang tidak siap untuk penyakit tersebut. Sebagai contoh, laporan Washington Post baru- baru ini menyatakan, “Malaria mendaki gunung mencapai populasi di dataran lebih tinggi di Afrika dan Amerika Latin. Kolera tumbuh di laut yang lebih hangat. Demam berdarah dan penyakit Lyme bergerak ke utara. Virus Nil Barat, tidak pernah terlihat di benua ini hingga tujuh tahun lalu, telah menginfeksi lebih dari 21.000 orang di Amerika Serikat dan Kanada dan membunuh lebih dari 800 orang. Organisasi Kesehatan Dunia telah menemukan lebih dari 30

penyakit baru atau yang muncul kembali dalam tiga dekade terakhir, beberapa ahli mengatakan ledakan seperti ini belum pernah terjadi sejak Revolusi Industri yang mendorong banyak orang berkumpul di kota-kota besar.” Lihat Struck, Doug, “Climate Change Drives Disease To New Territory,”

he Washington Post, 5 Mei 2006. http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/

content/article/2006/05/04/AR2006050401931.html. Lihat juga Alyshah Hasham, “Climate change spreads infectious diseases worldwide,” International

News Services. http://www.internationalnewsservices.com/articles/1-latest-

news/17833-climate-changespreads-infectious-diseases-worldwide.

58. “Scientists: `Arctic is Screaming´: Global Warming May Have Passed Tipping Point,” Fox News, 12 Desember 2007. Tersedia online di http://www.foxnews. com/story/0,2933,316501,00.html.

59. Dari “Livestock a major threat to environment: Remedies urgently needed.”

FAO Newsroom, 29 November 2006. Tersedia online di http://www.fao.org/

newsroom/en/news/2006/1000448/index.html.

60. Dari Peter Fricker, “Care about the environment? Eat less meat.” Global and Mail, 23 Jan 2008 Tersedia online di http://www.theglobeandmail.com/news/ world/article661961.ece.

61. Jerry Mayer dan John P. Holms eds., Bite-size Einstein: Quotations on Just About

Everything from the Greatest Mind of the Twentieth Century. St. Martin’s Press,

New York, 1996, p. 10. Bab 3

62. IPCC, Fourth Assessment Report, 212.

63. Kirk Smith, “Methane Controls Before Risky Geo-engineering, Please,” New

Scientist 2714 (25 Juni 2009). http://www.goodplanet.info/eng/Contenu/

Points-de-vues/Methane-controls-before-risky-geoengineering-please/ (theme)/268.

64. Goodland dan Anhang, “Livestock and Climate Change.”

65. William Collins, Guru Besar Ilmu Bumi dan Planet, Universitas California, Berkeley, AS telah menunjukkan perubahan mendadak pada iklim yang bisa ditimbulkan oleh metana: “Molekul gas metana yang terkurung di dalam es merupakan bentuk yang sangat terkonsentrasi dimana ketika es mencair mereka mengembang hingga 164 kali volume bekunya dan 72 kali lebih kuat daripada karbon dioksida sebagai GRK.” Lihat Peter Preuss, “Impacts: On the hreshold of Abrupt Climate Change.” Berkeley Lab News Letter, 17 September

2008, http://newscenter.lbl.gov/feature-stories/2008/09/17/impacts-on-the- threshold-of-abrupt-climate-change/.

66. Untuk lebih jelasnya mengenai pelepasan metana dari lautan, lihat Cornelia Dean, “Study Says Undersea Release of Methane Is Under Way,” he New

York Times, 4 Maret, 2010. http://www.nytimes.com/2010/03/05/science/

earth/05methane.html, juga Michael Fitzpatric, “Methane release looks stronger”, BBC News, 6 Januari 2010, http://news.bbc.co.uk/2/hi/8437703. stm. Untuk pelepasan metana dari danau, lihat Katey M. Walter et al., “Methane production and bubble emissions from arctic lakes: Isotopic implications for source pathways and ages,” Journal of Geophysical Research 113, http://www. fs.fed.us/pnw/pubs/journals/pnw_2008_Walter001.pdf, juga Katey M. Walter et al., “Methane bubbling from Siberian thaw lakes as a positive feedback to climate warming”, Nature (2006) 443. http://www.nature.com/nature/journal/ v443/n7107/abs/nature05040.html.

67. Katey Walter, “Siberian Lakes Burp Time-Bomb Greenhouse Gas”

Science Daily, 8 September, 2006. http://www.sciencedaily.com/

releases/2006/09/060908094051.htm.

68. Peter Ward, “Impact From the Deep,” Scientiic American, 18 September 2006, http://www.scientiicamerican.com/article.cfm?id=impact-from- the-deep&sc=I100322, dan “Belajar dari Masa Lalu: Kepunahan Masal dan Pemanasan Global bersama Dr. Peter Ward” di Supreme Master TV, 23 September, 2009. http://suprememastertv.com/ina/pe/?wr_ id=87&page=4&page=4#v. Juga L.R. Kump, A. Pavlov dan M. A. Arthur, “Massive release of hydrogen sulide to the surface ocean and atmosphere during intervals of oceanic anoxia”. Geology, v. 33 (2005), 397–400.

69. Para ilmuwan telah menemukan bahwa “industri peternakan [termasuk daging, telur dan susu] bertanggung jawab untuk 65% emisi dinitrogen oksida yang disebabkan oleh manusia di seluruh dunia. Lihat Steinfeld et al., Livestock’s

Long Shadow, 114.

70. Sejumlah penelitian telah menyebut isu ini, khususnya yang dilakukan oleh Profesor Heitor Evangelista dan rekan-rekan di Universitas Negeri Janeiro

Dalam dokumen Pemanasan Global C2P_ina (Halaman 189-200)