• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS AIR SUMUR GALI DAN PERILAKU PEMANFAATANNYA OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH JERUKLEGI CILACAP Pencemaran air

Dalam dokumen Produksi Dan Karakterisasi Enzim Selulas (Halaman 107-114)

Mahrunnisa Istiqamah 1) , A Haris Budi Widodo 2) , dan Endang Widyastuti 3) 1) Magister Ilmu Lingkungan Universitas Jenderal Soedirman

KUALITAS AIR SUMUR GALI DAN PERILAKU PEMANFAATANNYA OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH JERUKLEGI CILACAP Pencemaran air

tanah merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh lindi di TPA. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji kualitas air (fisik, kimiawi, dan mikrobiologi) sumur gali, perilaku pemanfaatan air sumur gali oleh masyarakat, dan mengkaji pengaruh kualitas air sumur gali terhadap perilaku pemanfaatan air sumur warga di sekitar TPA Jeruklegi Cilacap. Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2013 di dalam TPA yaitu pada kolam lindi dan sumur pantau, serta di luar TPA yaitu pada sumur warga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas fisik air (warna, kekeruhan, suhu, bau, rasa) pada setiap lokasi penelitian yang memenuhi syarat berkisar antara 3- 5 dari 5 parameter kualitas fisik air yang diperiksa. Kualitas kimiawi air (BOD, COD, DO, Nitrat, Cd, pH) pada setiap lokasi penelitian yang memenuhi syarat berkisar antara 1-5 dari 6 parameter yang diperiksa. Berdasarkan kualitas mikrobiologi (Coliform) seluruh sampel air tidak memenuhi baku mutu Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010. Perilaku pemanfaatan air sumur gali (pengetahuan, sikap, tindakan) masyarakat sebagian besar baik (78,3%). Hasil uji Spearman menunjukkan ada hubungan antara kualitas fisik air dengan perilaku pemanfaatan air sumur gali dengan nilai kekuatan korelasi yang menyatakan bahwa kekuatan hubungannya sedang. Nilai positif menunjukkan ada hubungan linier positif sempurna yaitu pada kualitas fisik yang baik maka perilaku pemanfaatan air sumur gali baik. Terdapat hubungan antara parameter fisik dengan perilaku pemanfaatan air sumur gali dikarenakan kualitas fisik mudah dipahami dan mudah dirasakan secara visual maupun langsung oleh masyarakat di sekitar TPA.

Kata kunci: Kualitas fisik air, kualitas kimiawi air, Coliform, perilaku, TPA.

ABSTRACT

Ground water contamination is one of the environmental problems caused by leachate in waste dump. This research aim to study the water quality (physic, chemical, and microbiology) of dug wells, the human behavior of dug wells water utilities, and its relationship between them around the waste dump at Jeruklegi Cilacap. This research was conducted on June-July 2013 in waste dump which are in leachate pool, wells observe, and dug wells outside the waste dump. The results of this research showed that the physic water quality (color, turbidity, temperature, smell, tasted) that qualified are around 3-5 of 5 physic water quality parameters in each station. Chemical water quality (BOD, COD, DO, Nitrate, Cd, pH) that qualified are around 1-6 of 6 chemical water quality parameters in each station. Based on microbiology quality (Coliform), all water samples are unqualified with the standard values of Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010. The human behavior of dug wells water utilities (knowledge, attitude, action) showed good (78,3%). Spearman analysis showed that there is relationship between physic water quality and the human behavior of dug wells water utilities (p 0.003) with the correlation values (r) as much 0.591 which is show the strength of the correlation is moderate. Positive value showed the perfect positive linear relationship that in good physic qualities, the human behavior of dug wells water utilities is good also. The relationship between physic parameters and human behavior can be found because the

102

physic quality are very easy to be understand and easy to be tasted due to visual or direct observation by people around the waste dump.

Keywords: Physic water quality, chemical water quality, Coliform, behavior, waste dump.

PENDAHULUAN

Direktorat Jenderal Cipta Karya menyatakan bahwa pada tahun 2010 dari 378 buah TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) di Indonesia dengan luas keseluruhan 1.886,99 ha, hanya 2,8% yang menerapkan metode sanitary landfill, 15,5% menggunakan metode controlled landfill, dan sebanyak 80,6% masih menggunakan metode open dumping. Metode Open dumping

menggunakan pola menghamparkan sampah di lahan terbuka tanpa dilakukan penutupan lagi dengan tanah.Open dumping banyak menimbulkan masalah pencemaran dan gangguan lingkungan seperti perkembangan vektor penyakit berupa lalat dan tikus, polusi udara oleh debu, bau dan gas yang dihasilkan, estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor, dan polusi air akibat banyaknya lindi (cairan sampah) yang timbul dan meresap ke dalam tanah[1].

Lindi pada umunya bersifat toksik karena mengandung mikroorganisme dalam jumlah tinggi dan mengandung logam berat yang berbahaya jika terpapar ke lingkungan [2]. Lokasi TPA merupakan tempat yang akan menerima segala resiko akibat pola pembuangan sampah terutama yang berkaitan dengan kemungkinan terjadinya pencemaram lindi (leachate) ke badan air maupun air tanah [3][4].

Kualitas air tanah dipengaruhi oleh jarak dari pusat TPA sampah yaitu semakin jauh jarak dari pusat TPA sampah maka semakin baik kualitas air tanah[5].Kualitas air sumur gali di sekitar TPA dapat dilihat dari parameter fisik, kimiawi, dan mikrobiologi. Beberapa parameter fisik air sumur yang berada di atas ambang batas yaitu suhu, bau[6], kekeruhan, warna, rasa[7]. Parameter kimiawi yaitu nitrat[8], pH, Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD),

Dissolved Oxygen (DO)[9], Cadmium[7], dan parameter mikrobiologi yaitu Coliform[6].

Kabupaten Cilacap mempunyai luas wilayah 225.361 ha yang terbagi menjadi 24 kecamatan. Produksi sampah pada tahun 2010 di Kabupaten Cilacap mencapai 3.855 meter kubik, sekitar 10,43% sampah tersebut diangkut dengan 26 truk sampah/truk container dan sarana pengumpul lain untuk kemudian diangkut ke TPA[10]. Kabupaten Cilacap memiliki empat TPA yaitu TPA Kroya di Desa Kedawung Kecamatan Kroya, TPA Majenang di Desa Malabar Kecamatan Wanareja, TPA Sidareja di Desa Kunci Kecamatan Sidareja, dan TPA Tritih Lor (Jeruklegi) di Desa Tritih Lor Kecamatan Jeruklegi.

TPA Jeruklegi merupakan TPA yang ditujukan sebagai TPA sanitary landfill. Pada implementasinya TPA Jeruklegi saat ini masih dioperasikan dengan open dumping karena sistem

sanitary landfill di Jeruklegi masih dalam proses pembangunan dan belum dapat dioperasikan. Dengan metode pembuangan open dumping masih dapat mencemari lingkungan di sekitar TPA Jeruklegi termasuk pada air tanah warga (sumur gali).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada warga di sekitar TPA Jeruklegi didapatkan bahwa warga masih menggunakan sumur untuk keperluan sehari-hari dan untuk satu buah sumur dapat digunakan untuk 1-6 rumah, meskipun tidak sedikit juga warga yang sudah menggunakan air dari PDAM. Hasil observasi menunjukkan bahwa beberapa sumur gali yang digunakan warga tidak memenuhi kondisi fisik sumur gali yang baik.Survei pendahuluan juga mendapatkan bahwa adanya perbedaan perilaku pemanfaatan air sumur gali pada warga di sekitar TPA. Beberapa warga tidak memanfaatkankan air sumur sebagai sumber air minum dan memasak dikarenakan warga khawatir air sumur mereka tercemar dari lokasi TPA, namun terdapat beberapa warga yang tetap menggunakan air sumur gali sebagai sumber air minum meskipun air sumur gali yang mereka gunakan secara kualitas fisik keruh dan berbau.

Perilaku manusia pada dasarnya terdiri dari komponen pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor) atau tindakan. Dalam konteks ini maka setiap perbuatan seseorang dalam merespon sesuatu terkonseptualisasikan dari ketiga ranah ini[11]. Rendahnya pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap sikap dan tindakan yang dilakukan, dan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap terhadap tindakan yang dilakukan[12].

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui dampak yang dapat ditimbulkan TPA terhadap kualitas air sumur gali disekitarnya dan perilaku pemanfaatan warga terhadap air sumur gali, namun belum terdapat penelitian mengenai hubungan kualitas air dan perilaku pemanfaatannya.

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Radioactive Waste Technology Center)

103 Hal tersebut dapat menjadi dasar dalam menentukan tindakan untuk memanfaatkan air sumur gali serta kebijakan yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran TPA terhadap sumur gali warga, sehingga diperlukan penelitian mengenai kualitas air sumur gali dan perilaku pemanfaatannya oleh masyarakat di sekitar Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Jeruklegi Cilacap.

Tujuan Penelitian yaituuntuk mengkaji kualitas air (fisik, kimiawi, dan mikrobiologi) sumur gali,mengkaji perilaku pemanfaatan air sumur gali, dan mengkaji pengaruh kualitas air (fisik, kimiawi, dan mikrobiologi) sumur gali terhadap perilaku pemanfaatan air sumur warga di sekitar TPA Jeruklegi Cilacap.

TATA KERJA

Materi penelitian ini adalah sumur gali dan masyarakat di sekitar TPA Jeruklegi Cilacap. Pengukuran pada sumur gali dilakukan untuk mendapatkan data kualitas air sumur gali. Wawancara pada masyarakat dilakukan untuk mengetahui perilaku pemanfaatan air sumur gali di sekitar TPA Jeruklegi Cilacap.

Penentuan stasiun pengambilan sampel air dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu dengan tujuan mengetahui gambaran kualitas air sumur gali pada daerah sekitar TPA hingga jarak < 1 km dengan lokasi yang lebih rendah dari TPA. Sampel terdiri dari:

1. Satu sumur kontrol, yaitu sumur warga dengan jarak > 1 km dari TPA.

2. Dua sumur pantau dan satu kolam lindi yang berlokasi di dalam TPA sebagai dasar terjadinya cemaran air lindi pada air tanah.

3. Sembilan sumur gali warga di sekitar TPA. Jumlah tersebut didapatkan dari seluruh sumur warga dengan tinggi lebih rendah dari TPA dan jarak < 1 km.

Total lokasi pengambilan sampel didapatkan sebanyak 13 lokasi pengambilan sampel dilakukan dengan dua kali ulangan.

Penentuan pengambilan sampel masyarakat yang menjadi responden ditentukan dengan metode purposive sampling pada masyarakat dengan jarak kurang dari 1 km dari TPA Jeruklegi Cilacap. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang menggunakan sumur gali sebagai sumber air dan terpilih sumur galinya sebagai sampel yang diuji kualitas air serta bersedia untuk diwawancarai. Jumlah responden dalam penelitian ini yaitu sebanyak 23 responden.

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel kualitas air sumur gali dan perilaku pemanfaatan sumur gali.

1. Variabel kualitas air sumur gali yang diukur menggunakan beberapa parameter dari Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010[13] yang dibatasi pada beberapa parameter utama untuk keperluan pemeriksaan air minum sehubungan dengan adanya TPA yaitu: a. Sifat fisik air: Bau, warna, rasa, kekeruhan, suhu.

b. Sifat kimiawi air: BOD, pH, COD, DO, nitrat, Cadmium. c. Sifat Mikrobiologi:Kandungan Coliform.

2. Variabel perilaku masyarakat pada penelitian ini yaitu perilaku masyarakat dalam memanfaatkan air sumur berupa pengetahuan, sikap dan tindakan.

Analisis data kualitas air sumur gali dan perilaku pemanfaataan air sumur gali dianalisis secara deskriptif. Hubungan kualitas air dengan perilaku pemanfaatan air sumur gali dianalisis dengan menggunakan Rank Spearman karena data yang didapatkan tidak terdistribusi normal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil observasi konstruksi sumur gali menunjukkan bahwa sebagian besar sumur gali berlokasi <500 m dari lokasi TPA (sumur warga 1, 2, 3, 4, 5, dan 6). [14]Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 19/PRT/M/2012 menyatakan bahwa perumahan (rumah tunggal) tidak diperbolehkan ada pada jarak < 500 m atau disebut dengan sub zona penyangga dengan pertimbangan bahaya meresapnya lindi ke dalam air tanah yang dipakai penduduk untuk kehidupan sehari-hari, bahaya ledakan gas metan, dan bahaya penyebaran penyakit melalui binatang vektor, seperti lalat. Sumur warga 7, 8, dan 9 berada pada jarak >500 m sampai 1 km dari TPA atau disebut dengan subzona budidaya terbatas. Subzona ini berfungsi untuk memberikan ruang untuk kegiatan budidaya terbatas, terutama kegiatan yang berkaitan dengan TPA sampah.

Merujuk pada peraturan tersebut, perumahan di sekitar TPA Jeruklegi termasuk pada jenis kegiatan yang tidak diperbolehkan. Rumah warga di sekitar TPA Jeruklegi merupakan rumah

104

tinggal yang tidak terkait dengan TPA, digunakan selama sehari penuh dan dapat terpengaruh dampak negatif TPA secara langsung, sehingga tidak diperbolehkan berada pada subzona budi daya terbatas. Berdasarkan hasil wawancara mayoritas responden (69,6%) menyatakan bahwa mereka tidak melanggar peraturan, karena mereka sudah tinggal di lokasi sebelum TPA Jeruklegi dibangun pada tahun 1986. Hasil observasi konstruksi sumur gali warga dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Observasi Konstruksi SumurGali Warga.

Keterangan: M : Mudah terkontaminasi TM : Tidak mudah terkontaminasi

Kategori risiko pencemaran berdasarkan poin konstruksi sumur gali yang tidak terpenuhi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kategori risiko pencemaran sumur gali

Lokasi Sumur Warga

Jumlah poin syarat konstruksi yang tidak

terpenuhi

Risiko pencemaran

Sumur 1 10 Amat tinggi (AT)

Sumur 2 10 Amat tinggi (AT)

Sumur 3 9 Amat tinggi (AT)

Sumur 4 5 Sedang (S) Sumur 5 8 Tinggi (T) Sumur 6 8 Tinggi (T) Sumur 7 4 Sedang (S) Sumur 8 5 Sedang (S) Sumur 9 6 Tinggi (T)

Hasil observasi sumur gali warga menunjukkan bahwa sebanyak 4 sumur memiliki kategori risiko pencemaran amat tinggi (AT), 3 sumur memiliki kategori risiko pencemaran tinggi (T), dan 2 sumur memiliki kategori risiko pencemaran sedang (S).

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Radioactive Waste Technology Center)

105

Kualitas fisik air sumur gali

Nilai parameter fisik air sumur gali warga, kolam lindi, dan sumur pantau dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai Rata-Rata Parameter Fisik Air Sumur Gali Warga, Kolam Lindi, Sumur Pantau, dan

Kontrol.

Keterangan:

SP (Sumur Pantau), S (Sumur), K (Kontrol), BM (Baku Mutu) * : Baku mutu berdasarkan Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010

Frekuensi kategori kualitas fisik air sumur gali dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Frekuensi Kategori Kualitas Fisik Air Sumur Gali

Lokasi Total parameter yang memenuhi syarat Persentase (%) Kategori

Sumur 1 4 dari 5 parameter 80% Tidak memenuhi syarat

Sumur 2 4 dari 5 parameter 80% Tidak memenuhi syarat

Sumur 3 4 dari 5 parameter 80% Tidak memenuhi syarat

Sumur 4 5 dari 5 parameter 100% Memenuhi syarat

Sumur 5 5 dari 5 parameter 100% Memenuhi syarat

Sumur 6 5 dari 5 parameter 100% Memenuhi syarat

Sumur 7 3 dari 5 parameter 60% Tidak memenuhi syarat

Sumur 8 4 dari 5 parameter 80% Tidak memenuhi syarat

Sumur 9 4 dari 5 parameter 80% Tidak memenuhi syarat

Hasil penelitian mendapatkan bahwa parameter bau pada lokasi kolam lindi berbau busuk. Timbulnya bau pada air lindi bersumber dari perombakan komponen-komponen secara anaerobik yang akan menimbulkan bau busuk yang berupa senyawa amonia, H2S, dan methan[6]. Hasil penelitian menunjukkan dampak air lindi TPA terhadap bau pada sumur hanya terjadi pada jarak < 200m dari TPA. Pada sumur pantau dengan jarak 25 m dan 189,79 m terdeteksi bau amis, sedangkan pada seluruh sumur warga dan kontrol dengan jarak >200m dari TPA tidak terdeteksi bau pada air sumur gali. Hasil tersebut menunjukkan bahwa lindi dari TPA tidak memberikan dampak berupa bau pada air sumur gali warga.

Parameter rasa pada lokasi kolam lindi dan sumur pantau tidak diuji karena dilakukan dengan metode organoleptik sehingga dapat membahayakan kesehatan penguji. Pada lokasi sumur warga dan kontrol, seluruh air sumur gali yang diuji tidak mempunyai rasa. Hasil tersebut menunjukkan keberadaan TPA tidak memberikan dampak berupa adanya rasa pada air sumur gali warga.

Hasil penelitian menunjukkan adanya cemaran dari kolam lindi terhadap parameter warna pada sumur pantau. Pada sumur pantau 1 dan 2 terdeteksi nilai parameter warna melebihi baku mutu. Nilai parameter warna sumur warga pada jarak < 500 m dari TPA mempunyai nilai di bawah

106

baku mutu, sedangkan sumur warga dengan nilai di atas ambang batas berada pada jarak > 500m. Hasil tersebut menunjukkan tidak adanya pengaruh jarak TPA terhadap kualitas parameter warna pada sumur warga. Nilai tertinggi parameter warna didapatkan pada sumur 7. Tingginya nilai tersebut disebabkan adanya sumber cemaran selain TPA.

Berdasarkan data konstruksi sumur (Tabel 1) jarak sumur 7 dengan septic tank yaitu 2,4 m dan jarak dengan pembuangan limbah rumah tangga yaitu 3 m. Jarak tersebut tidak memenuhi jarak minimal ideal yaitu 10 m. Jarak yang kurang dari 10 m dapat menyebabkan terjadinya rembesan dari air limbah rumah tangga yang mencemari sumur. Karakteristik limbah rumah tangga pada umumnya terdiri dari bahan-bahan organik[15]. Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam air dapat menyebabkan warna dan bau yang tidak sedap pada air[16].

Parameter kekeruhan mendapatkan seluruh nilai parameter sumur pantau dan sumur warga pada jarak < 500 m dari TPA mempunyai nilai memenuhi baku mutu.Pada jarak > 500 m dari TPA, sumur warga mempunyai nilai yang tidak memenuhi baku mutu. Hasil tersebut menunjukkan tidak adanya pengaruh jarak TPA terhadap kualitas parameter warna pada sumur warga. Nilai tertinggi parameter kekeruhan didapatkan pada sumur warga 8. Tingginya nilai tersebut disebabkan adanya sumber cemaran selain TPA.

Kenaikan nilai parameter kekeruhanyang signifikan pada sumur 8 dari sumur sebelumnya disebabkan karena sumur 8 tergolong risiko pencemaran amat tinggi (AT). Risiko pencemaran yang amat tinggi ditunjukkan pada jarak antara sumur 7 dengan pembuangan air limbah rumah tangga hanya 3 m, sumur 8 berjarak 1,3 m dan pada sumur 9 berjarak 2 m. Jarak sumur yang dekat dengan pembuangan limbah rumah tangga ditambah dengan tidak adanya lantai kedap pada sekitar sumur tersebut dapat menyebabkan limbah cair rumah tangga dapat langsung masuk ke dalam sumur melalui resapan.

Keberadaan zat organik dan anorganik dalam zat padat yang tidak terlarut di dalam air dapat menyebabkan terjadinya kekeruhan. Kekeruhan air dapat meningkat setelah terjadinya hujan yang relatif lebat dan berlangsung dalam waktu yang lama[17]. Hal ini sesuai dengan pengambilan sampel penelitian, yaitu pada pengambilan sampel ulangan 1 memiliki nilai yang lebih tinggi dari pengambilan sampel ulangan 2 dikarenakan sebelum pengambilan sampel ulangan 1 telah terjadi hujan yang sering dan dalam waktu yang panjang.

Kualitas kimiawi air sumur gali

Nilai rata-rata parameter kimiawi air sumur gali warga, kolam lindi, dan sumur pantau dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai Rata-Rata Parameter Kimiawi Air Sumur Gali Warga, Kolam Lindi, Sumur Pantau,

dan Kontrol.

Keterangan: SP (Sumur Pantau), S (Sumur), K (Kontrol), BM (Baku Mutu) *: Baku mutu berdasarkan Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010 **: Baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001

Hasil penelitian menunjukkan nilai parameter nitrat pada semua lokasi penelitian memenuhi baku mutu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin jauh jarak sumur dari TPA maka nilai parameter nitrat semakin menurun. Pada sumur kontrol dengan jarak >1 km didapatkan nilai nitrat terendah. Penelitian Waris et al. mendapatkan hasil ada hubungan bermakna antara jarak TPA dengan kualitas kimiawi air sumur gali parameter nitrat[8].

Parameter COD yang diuji menunjukkan nilai sumur pantau 1, 2, sumur warga 2, 5, 8, dan 9 tidak memenuhi baku mutu. Pada sumur kontrol didapatkan nilai COD terendah dari seluruh lokasi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dampak dari TPA terhadap parameter COD tidak melebihi 1

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Radioactive Waste Technology Center)

107 km. Hasil penelitian menunjukkan nilai COD tertinggi didapatkan pada jarak terjauh sumur warga dari TPA (sumur 8 dan 9). Nilai tersebut dapat disebabkan karena adanya sumber cemaran selain TPA (tabel 1).

Parameter BOD pada lokasi sumur pantau 1, 2, sumur warga 1, 2, 4, 7, 8 mempunyai nilai BOD yang tidak memenuhi baku mutu. Nilai BOD yang tinggi menandakan tingginya bahan organik

biodegradable pada air telah dioksidasi secara mikrobiologi[18]. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh air lindi terhadap kualitas parameter BOD pada sumur warga. Hal ini diperkuat dengan hasil pengukuran yang menunjukkan bahwa semakin jauh dari TPA maka nilai parameter BOD semakin menurun.

Parameter DO pada seluruh lokasi sumur pantau, sumur warga, dan kontrol mempunyai nilai DO yang tidak memenuhi baku mutu. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh air lindi terhadap kualitas parameter DO pada sumur warga. Hal ini diperkuat dengan hasil pengukuran yang menunjukkan trend nilai DO yang semakin baik pada jarak yang lebih jauh dari TPA. Hasil ini sesuai dengan penelitian Prihastiniyaitu ada pengaruh jarak TPA sampah terhadap kadar DO air sumur yaitu semakin jauh jarak sumur dengan TPA maka nilai DO semakin baik[9].

Parameter Cadmium yang diuji mendapatkan hasil seluruh lokasi sumur pantau, sumur warga mempunyai nilai kandungan Cadmium yang tidak memenuhi baku mutu. Berdasarkan data yang didapat menunjukkan adanya pengaruh air lindi terhadap kualitas parameter Cadmium pada sumur warga, hal ini diperkuat dengan hasil pengukuran yang menunjukkan bahwa semakin jauh dari TPA maka nilai parameter Cadmium semakin menurun. Hal ini sesuai dengan Ololadeet al. yaitu sumber utama kandungan Cadmium pada sumur adalah karena aliran limbah dan lindi dari TPA[19].

Pada lokasi kolam lindi, sumur pantau 1 dan sumur pantau 2 didapatkan pH asam. Hal tersebut karena lokasi tersebut berada di dalam TPA sehingga terpapar air lindi yang mempunyai pH asam. Hasil ini sesuai dengan penelitian Priyambadaet al. bahwa pH air lindi berkisar dari asam sampai dengan normal[20].

Nilai kadmiun mengalami penurunan pada jarak yang semakin jauh dari TPA, karena pada lokasi tersebut memiliki pH basa. Hasil ini sesuai dengan penelitianRachmawatie et al., yaitu konsentrasi Cadmium akan turun seiring dengan naiknya pH[21]. Pada lokasi sumur warga yang lebih jauh dari TPA yaitu sumur 5, 6, 7, 8, 9 didapatkan pH sebesar 8-9 (basa). Berdasarkan observasi di lokasi tersebut sebagian besar merupakan batuan kapur, bahkan pada wilayah utara TPA terdapat tambang batu kapur PT.Holcim Indonesia Tbk.

Frekuensi kategori kualitas kimiawi air sumur gali dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Frekuensi Kategori KualitasKimiawi Air Sumur Gali di sekitar TPA Jeruklegi Cilacap

Lokasi Total parameter yang

memenuhi syarat

Persentase

(%) Kategori

S 1 2 dari 6 parameter 33,33 Tidak memenuhi syarat

S 2 1 dari 5 parameter 16,67 Tidak memenuhi syarat

S 3 3 dari 5 parameter 50,0 Tidak memenuhi syarat

S 4 3 dari 5 parameter 50,0 Tidak memenuhi syarat

S 5 3 dari 5 parameter 50,0 Tidak memenuhi syarat

S 6 4 dari 5 parameter 66,67 Tidak memenuhi syarat

S 7 3 dari 5 parameter 50,0 Tidak memenuhi syarat

S 8 1 dari 5 parameter 16,67 Tidak memenuhi syarat

S 9 2 dari 5 parameter 33,33 Tidak memenuhi syarat

Frekuensikualitas kimiawi air sumur gali yang ditunjukkan oleh tabel 15 menunjukkan bahwa pada setiap lokasi total parameter kualitas kimiawi yang memenuhi syarat berkisar antara 1-5 parameter yang memenuhi syarat, sehingga didapatkan pada empat lokasi yaitu sumur 1, sumur 2, sumur 8, dan sumur 9 dengan kategori tidak memenuhi syarat.

108

Kualitas mikrobiologi air sumur gali

Dalam dokumen Produksi Dan Karakterisasi Enzim Selulas (Halaman 107-114)