• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tito Latif Indra Departemen Geografi FMIPA U

TATA KERJA

Metode dilakukan dengan membandingkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan mulai tahun 2001 sampai dengan tahun 2013 berupa penelitian Kerentanan Sumber Daya Air Berbasis Fuzzy SIG sehingga menggambarkan wilayah Citarum Hulu yang sudah dalam kondisi lingkungan yang menurun.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Metropolitan Bandung Raya dimulai dari perkembangan Kota Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya perkembangan wilayah-wilayah di sekitar Kota Bandung terjadi seiring dengan meluasnya ciri perkotaan dari Kota Bandung ke wilayah sekitarnya. Pada tahun 2010, terdapat 56 kecamatan yang telah mempunyai ciri perkotaan di Kota Bandung, Kota Cimahi, sebagian Kabupaten Bandung, sebagian Kabupaten Bandung Barat, dan sebagian Kabupaten Sumedang. 56 kecamatan tersebut termasuk ke dalam delineasi Metropolitan Bandung Raya dengan jumlah penduduk sebesar 5.813.269 jiwa dan luas wilayah sebesar 106.015 Ha. Sementara itu, pada tahun 2010 luas kawasan terbangun mencapai 26.142 Ha atau sekitar 25 persen dari luas wilayah keseluruhan.

Wilayah Metropolitan Bandung Raya berdasarkan proyeksi tahun 2015 mencakup 61 kecamatan di Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang dengan jumlah penduduk sebesar 9,9 juta jiwa. Pada tahun 2020, Wilayah Metropolitan Bandung Raya mencakup 68 kecamatan di 5 kabupaten/kota dengan jumlah penduduk sebesar 11,4 juta jiwa. Sementara itu, pada tahun 2025, Wilayah Metropolitan Bandung Raya mencakup 71 kecamatan di 5 kabupaten/kota dengan jumlah penduduk sebesar 12,8 juta jiwa.

Dalam perkembangan globalisasi banyak bermunculan teknologi canggih yang mendorong kehidupan manusia, namun dalam perkembangan teknologi memiliki dampak terhadap lingkungan. Dampaknya adalah Pemcemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah dan sampah sisa dari proses produksi tersebut. Sungai yang berada di kawasan Bandung ini tercemar akibat limbah dan sampah, hal tersebut terlihat dari banyaknya sampah-sampah yang menumpuk di bantaran sungai dan airnya yang berwarna keruh serta berbau amis. Industri tekstil adalah salah satu industry yang berkontribusi besar dalam perubahan kualitas air. Daerah Majalaya merupakan sebuah kawasan industry tekstil yang cukup besar di Kabupaten Bandung yang mengalami penurunan kualitas lingkungan akibat akibat tercemar oleh limbah padat industry tekstil. Dalam Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pasal 1 angka 14 yang merumuskan Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Radioactive Waste Technology Center)

45 Limbah dan sampah berpotensi besar dalam pencemaran lingkungan karena menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan hidup serta merusak ekosistem alaminya. Dampak negatif dari menurunnya kualitas lingkungan hidup, baik karena terjadinya pencemaran atau kerusakannya sumber daya alam adalah timbulnya ancaman atau dampak negatif terhadap kesehatan, menurunnya nilai estetika, kerugian ekonomi (economic cost), dan terganggunya sistem alami (natural system). Dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat akan dirasakan dalam kurun waktu jangka panjang. Dengan tercemarnya lingkungan hidup oleh limbah dan sampah nilai estetika dari lingkungan tersebut akan menurun, lingkungan yang tercemar tersebut akan terlihat kumuh dan tidak dapat digunakan untuk kepentingan sehari-hari. Tercemarnya lingkungan juga akan mengganggu sistem alami dari lingkungan tersebut, komponen yang terdapat pada lingkungan tersebut akan menjadi rusak.

Menurut data Balai Lingkungan Keairan, PSDA Jawa Barat Tahun 2001, status mutu Sungai Citarum Hulu telah mengalami pencemaran yang terlihat dalam peta berikut ini:

46

Sampai dengan tahun 2008 kondisi kualitas air sungai tidak menunjukkan kecenderungan membaik meskiputn terdapat 3 waduk yakni Saguling, Cirata dan Jatiluhur, karena sungai Citarum ini melalui daerah-daerah padat penduduk dan padat industri, sehingga keberadaan waduk yang berukuran besar pun tidak mempengaruhi konsentrasi bahan-bahan pencemar.

Gambar 2. Trend BOD (Kiri) dan COD (Kanan) Tahun 2002-2008 (BPLHD Jabar, 2008)

Berbagai upaya telah dijalankan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk meningkatkan kualitas air Citarum dengan kegiatan:

1. Pemantauan dan monitoring kontinyu melalui PROKASIH serta aplikasi GIS dalam menentukan sumber pencemar dan titik pantau

2. Program Superkasih pada setiap industri

3. Program EPCM (Environmental Pollutan Control Managers) yakni peningkatan manajemen pengelolaan limbah melalui peningkatan kemampuan pengelola limbahnya

4. Menarapkan studi AMDAL dan UKL/UPL

5. Kesepakatan membangun megapolitan yang ramah lingkungan, antara lain dengan pembuatan 72 situ

6. Pengembangan IPAL terpadu bagi sector industri komunal untuk limbah domestik 7. Pengembangan program cleaner production

8. Pengembangan embung dan situ

9. Peningkatan kualitas laboratorium lingkungan 10. Pengelolaan daerah tangkapan air

11. Pengelolaan wilayah sempadan sungai

12. Penneraan konsep one river one plan one management

13. Peningkatan peran PPNS dan kepolisian dalam menindak pencemaran lingkungan sebagai penegakan hukum lingkungan.

Berdasarkan analisa kerentanan sumber daya air melalui teknologi Sistem Informasi Geografis fungsi fuzzy, wilayah-wilayah dengan kelas rentan tinggi juga terdapat pada wilayah pertengahan DAS hulu Citarum (Bandung-Majalaya) akibat kasus pencemaran, dan permukiman padat.

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Radioactive Waste Technology Center)

47

Gambar 3. Kerentanan Sumber Daya Air DAS Citarum Hulu (Pengolahan Data, 2013)

KESIMPULAN

1. Status lingkungan sungai Citarum Hulu berada dalam kondisi kritis khususnya kualitas air akibat pencemaran limbah pabrik tekstil serta pabrik lainnya yang terletak di kanan-kiri sungai;

2. Proses penanganan lingkungan sungai telah dimulai dejak tahun 2001 sampai sekarang oleh Pemerintah namun belum ada hasil yang tercapai akibat badan sungai yang panjang dan lebar tidak sebanding dengan ukuran 3 (tiga) waduk yakni Saguling, Cirata dan Jatiluhur; 3. Melalui teknologi fuzzy SIG telah dilakukan pemetaan kerentanan sumber daya air dengan

pola yang sama dengan penelitian sebelumnya yakni kerentanan tinggi berada di sepanjang wilayah Bandung-Majalaya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Dr. Ing. Ir. Dwita Sutjiningsih, Dipl. HE selaku Promotor dan Dr. rer.nat. Eko Kusratmoko, MS dan Dr. dr. Tri Edhi Budhi Soesilo, M.Si. sekalu Ko-Promotor di Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia atas bimbingan dan waktunya, dan Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia atas dukungannya selama berlangsungnya penelitian saya.

48

DAFTAR PUSTAKA

[1]. BPLHD Provinsi Jawa Barat. West Java Annual State of Environmental Report (ASER) 2008 BPLHD Provinsi Jawa Barat. (2008)

[2]. PSDA Provinsi Jawa Barat. Status dan Mutu Sungai Citarum. Laporan (2011)

[3]. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 di Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Radioactive Waste Technology Center)

49

INTENSIFIKASI BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH

Dalam dokumen Produksi Dan Karakterisasi Enzim Selulas (Halaman 50-55)