• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Pembahasan

2. Kualitas Produk Tes Hasil Belajar

a. Analisis Uji Validitas

Analisis validitas dilakukan untuk mengetahui soal valid atau tidak valid. Analisis uji validitas dilakukan dengan menggunakan TAP (Test Analysis Program) dan hasilnya dapat dilihat pada bagian point biser. Point biser ini kemudian dibandingkan dengan rtabel dengan taraf

117 signifikan 5% untuk 30 siswa yaitu 0.36. Soal dikatakan valid jika hasil point biserial >0.36.

Merujuk pada tabel 4.4 tentang hasil uji validitas soal tipe A yang kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan rtabel yaitu sebesar 0.36 maka diketahui bahwa dalam soal tipe A terdapat 16 soal atau 53.3% soal valid yang terdapat pada nomor soal 3, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 23, 29. Sementara itu, 14 soal lainnya dinyatakan tidak valid karena hasil point biser menunjukkan <0.36. Soal yang tidak valid terdapat pada nomor soal 1, 2, 4, 6, 7, 13, 19, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 30.

Merujuk pada tabel 4.5 tentang hasil uji validitas soal tipe B yang kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan rtabel yaitu sebesar 0.36 maka diketahui bahwa dalam soal tipe B terdapat 13 soal atau 43.3% soal valid yang terdapat pada nomor soal 1, 2, 6, 11, 16, 17, 18, 19, 22, 23, 26, 27, 30. Sementara itu, nomor soal 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 20, 21, 24, 25, 28, 29, 30 dinyatakan tidak valid karena hasil point biser <0.36.

b. Analisis Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas soal tipe A dan tipe B menggunakan penghitungan reliabilitas belah dua dengan cara membelah item ganjil genap atau disebut Split-half Method (Odd/Even). Hasil uji analisis reliabilitas soal tipe A menggunakan TAP (Test Analysis Program) menunjukkan soal tipe A memiliki reliabilitas sebesar 0.54. Sedangkan hasil uji

118 analisis reliabilitas soal tipe B menggunakan TAP (Test Analysis Program) menunjukkan soal tipe B memiliki reliabilitas sebesar 0.635. Berdasarkan tabel 3.6 pada Bab III hasil analisis uji reliabilitas pada soal tipe A dan tipe B memiliki tingkat reliabilitas sedang. Merujuk pada pemaparan mengenai reliabilitas pada bab II maka dapat diketahui bahwa tes hasil belajar matematika ini reliabel atau cukup konsisten dalam memberikan hasil yang relatif sama bila dilakukan beberapa kali pengukuran dengan gejala dan alat ukur yang sama.

c. Analisi Uji Daya Pembeda

Berdasarkan tabel 3.7 pada bab III, soal dikatakan memiliki daya pembeda cukup baik jika ≥0.31. Soal-soal yang dikembangkan dan dipilih adalah soal-soal dengan kualifikasi daya pembeda cukup baik dan sangat baik.

Merujuk pada tabel 4.6 tentang hasil uji daya pembeda soal tipe A yang kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan tabel 3.7 tentang klasifikasi daya pembeda maka dapat diketahui bahwa soal tipe A memiliki 18 soal yang diterima berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan peneliti. Soal dengan daya pembeda cukup baik terdapat pada nomor soal 2, 3, 9, 10, 11, 12, 13, 16, 23, 24. Sementara itu, soal dengan daya pembeda sangat baik terdapat pada nomor soal 8, 14, 15, 17, 18, 20, 21, 29.

119 Merujuk pada tabel 4.7 tentang hasil uji daya pembeda soal tipe B yang kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan tabel 3.7 tentang klasifikasi daya pembeda maka dapat diketahui bahwa soal tipe B memiliki 18 soal yang diterima berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan peneliti. Soal dengan daya pembeda cukup baik terdapat pada nomor soal 1, 2, 6, 11, 15, 16, 23, 24, 27, 29, 30. Sementara itu, soal dengan daya pembeda sangat baik terdapat pada nomor soal 9, 17, 18, 19, 21, 22, 26.

Merujuk pada pemaparan mengenai daya beda pada bab II maka dapat diketahui bahwa soal tipe A dan tipe B sudah mampu membedakan antara siswa yang berprestasi tinggi dengan siswa yang berprestasi rendah . Soal tersebut berjumlah 36 butir soal. d. Analisis Uji Tingkat Kesukaran

Berdasarkan tabel 3.8 pada bab III, soal yang memiliki indeks kesukaran 0.00 – 0.30 termasuk ke dalam kategori soal sukar. Soal dengan indeks kesukaran 0.31 – 0.70 termasuk ke dalam kategori soal sedang. Sementara itu, soal dengan indeks kesukaran 0.71 – 1.00 termasuk ke dalam soal mudah.

Tabel 4.8 tentang hasil uji tingkat kesukaran soal tipe A yang telah dianalisis kemudian dibandingkan dengan tabel 3.8 tentang klasifikasi indeks kesukaran menunjukkan terdapat 8 soal dengan tingkat kesukaran mudah dalam nomor soal 1, 3, 5, 9, 10, 11, 12, 14. Soal dengan tingkat kesukaran sedang ada 14 yang terdapat

120 pada nomor soal 2, 7, 8, 13, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 23, 28, 29, 30. Sementara itu, untuk soal dengan tingkat kesukaran sukar ada 8 yang terdapat pada nomor 4, 6, 19, 22, 24, 25, 26, 27.

Tabel 4.9 tentang hasil uji tingkat kesukaran soal tipe B yang telah dianalisis kemudian dibandingkan dengan tabel 3.8 tentang klasifikasi indeks kesukaran menunjukkan terdapat 3 soal dengan tingkat kesukaran mudah dalam nomor soal 10, 12, 24. Soal dengan tingkat kesukaran sedang ada 17 soal yang terdapat pada nomor 1, 4, 7, 8, 9, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 27 dan 29. Sementara itu, untuk soal dengan tingkat kesukaran sukar ada 10 soal yang terdapat pada nomor 2, 3, 5, 6, 20, 23, 25, 26, 28, 30.

Berdasarkan pemaparan hasil analisis tingkat kesukaran di atas maka dapat diketahui dalam tipe A didapat hasil tingkat kesukaran 26% mudah, 48% sedang, 26% sukar. Sementara itu, dalam tipe B 10% mudah, 57% sedang, 33% sukar. Hasil analisis tingkat kesukaran soal tipe A dan tipe B sudah mencakup rentang kesukaran mulai dari mudah, sedang hingga sukar namun belum memenuhi pembagian tingkat kesukaran yang baik seperti yang disebutkan dalam teori ahli pada bab II yaitu 25% mudah, 50% sedang, 25% sukar.

e. Analisis Pengecoh

Arikunto (2005:220) mengemukakan bahwa suatu distraktor (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit

121 dipilih oleh 5% pengikut tes. Berikut adalah analisis pengecoh soal tipe A dan tipe B.

Merujuk pada tabel 4.10 tentang hasil uji pengecoh tipe A yang kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan batas minimal kriteria pengecoh yang baik yang telah ditetapkan maka diketahui dalam soal tipe A terdapat 71 pengecoh yang berfungsi dari 90 pengecoh yang disediakan. Pengecoh yang tidak berfungsi terdapat pada nomor 1 option A dan D, 2 option B dan D, 3 option A dan B, 4 option B dan D, 5 option B dan C, 7 option B, 8 option B, 9 option A dan B, 10 option A, 11 option D, 17 option A, 18 option C dan 20 option D.

Merujuk pada tabel 4.11 tentang hasil uji pengecoh tipe B yang kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan batas minimal kriteria pengecoh yang baik yang telah ditetapkan maka diketahui dalam soal tipe B terdapat 74 pengecoh yang berfungsi dari 90 pengecoh yang disediakan. Pengecoh yang tidak berfungsi terdapat pada nomor 1 option C, nomor 2 option C, nomor 3 option D, nomor 6 option A, nomor 7 option B dan D, nomor 8 option D, nomor 9 option D, nomor 10 option B dan C, nomor 11 option D, nomor 12 option B dan D, nomor 19 option A, nomor 23 option D dan nomor 24 option D.

Dalam bab II dijelaskan bahwa pengecoh yang efektif ditunjukkan dengan banyaknya peserta tes yang terjebak oleh

122 pengecoh. Pemaparan hasil analisis pengecoh di atas menunjukkan bahwa pengecoh dalam soal tipe A dan tipe B sudah berfungsi dengan baik.

Dokumen terkait