• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan tes hasil belajar matematika materi pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah yang melibatkan uang untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan tes hasil belajar matematika materi pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah yang melibatkan uang untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar"

Copied!
228
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PEMBULATAN DAN PENAKSIRAN SERTA PEMECAHAN MASALAH

YANG MELIBATKAN UANG UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Elizabeth Vania Melati NIM. 131134146

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

SKRIPSI

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PEMBULATAN DAN PENAKSIRAN SERTA PEMECAHAN MASALAH

(3)

iii

SKRIPSI

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PEMBULATAN DAN PENAKSIRAN SERTA PEMECAHAN MASALAH

(4)

iv

PERSEMBAHAN

SKRIPSI INI KU PERSEMBAHKAN UNTUK

Tuhan Yesus Kristus

Kedua Orangtua saya, Bapak Saimin dan Ibu Yasinta Marsinah yang selalu memberikan doa dan dukungan

Adik Edmund Ranu Noveriansa yang selalu memberikam semangat

Keluarga besar Mbah Landung atas segala doa, dukungan, dan semangat yang diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini

Teman-teman mahasiswa angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

(5)

v

MOTTO

“Jangan menyesali apa yang telah menjadi pilihanmu”

(Penulis)

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah,

maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan

dibukakan bagimu”

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 7 Februari 2017

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma: Nama : Elizabeth Vania Melati

Nomor Mahasiswa : 131134146

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI

PEMBULATAN DAN PENAKSIRAN SERTA PEMECAHAN MASALAH

YANG MELIBATKAN UANG UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH

DASAR

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di intrenet atau media lain untuk keperluan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 7 Februari 2017 Yang menyatakan,

(8)

viii

Abstrak

Melati, Elizabeth Vania (2017). Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Pembulatan dan Penaksiran Serta Pemecahan Masalah yang Melibatkan Uang Untuk Siswa Kelas IV Sekola h Dasar. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Latar belakang penelitian ini adalah adanya potensi dan masalah yang dihadapi guru mengenai pembuatan tes hasil belajar serta kebutuhan guru akan soal yang telah memiliki karakteristik kualitas butir soal yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan tes hasil belajar matematika dengan materi penaksiran dan pembulatan serta pemecahan masalah yang melibatkan uang untuk siswa kelas IV SD (2) Mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar dengan materi penaksiran dan pembulatan serta pemecahan masalah yang melibatkan uang untuk siswa kelas IV SD.

Penelitian pengembangan tes hasil belajar ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan menurut Borg and Gall yang telah dimodifikasi menjadi 7 tahapan. Subjek penelitian ini adalah 60 siswa kelas IV SDN Bhayangkara Yogyakarta.

Hasil penelitian dan pengembangan ini menunjukkan (1) tahapan penelitian dan pengembangan melalui 7 tahapan yaitu (a) potensi dan masalah (b) pengumpulan data (c) desain produk (d) validasi desain (e) perbaikan desain (f) uji coba produk (g) revisi produk, (2) hasil analisis butir soal pada 60 butir soal tes diperoleh (a) 48.3% soal valid (b) soal termasuk reliabel (c) daya beda butir tes kategori cukup baik 54% dan sangat baik 46% (d) tingkat kesukaran butir tes diperoleh 21% kategori mudah, kategori sedang 52% dan kategori sukar 21% (e) terdapat 6 option yang tidak berfungsi dan dilakukan revisi. Soal yang telah memenuhi karakteristik kualitas butir soal yang baik kemudian disusun menjadi satu dalam sebuah prototype.

Kata kunci: pengembangan, tes hasil belajar, validitas, reliabilitas, daya

(9)

ix Abstract

Melati, Elizabeth Vania (2017). The Development of Math Achievement Test aboutRounding, Estimating, and Problem Solving Materials Which Involves Money for 4th Grade Elementary School Students. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

The background of this research are potentials and problems which are faced by teachers related to achievement test designing and the teachers' need for test items which have characteristic of good quality test items. This research aims for (1) developing achievement test for Mathematics subject about rounding, estimating, and problem solving which involves money for 4th grade elementary school students, (2) describing the quality of achievement test containing materials about rounding, estimating, and problem solving which involves money for 4th grade elementary school students

This research about the development of achievement test is used the research and development (R&D) method from Borg and Gall which has been adapted into 7 steps. The subjects of this research are 60 4th grade students of SD N Bhayangkara Yogyakarta.

The result of this research and development showed that (1) the research and development were conducted through 7 phases which are; (a) defining potential and problem, (b) data gathering, (c) designing the product, (d) validating the design, (e) revising the design, (f) testing the product, (g) revising the product, (2) the result of test items analysis of 60 test items shows that; (a) 48.3% of test items are valid, (b) test items are reliable, (c) the discrimination index of test showed that 54% are good and 46% are very good, (d) the difficulty index of test items showed that 21% are easy category, 52% are intermediate category, and 21% are difficult category, (e) there a re 6 options which are unusable and revised. Test item that have characteristic of good item then complied into one prototype.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan berkatnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATERI PEMBULATAN DAN PENAKSIRAN SERTA PEMECAHAN MASALAH YANG MELIBATKAN UANG UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan programa S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma dan persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai dengan baik karena adanya bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih ini peneliti sampaikan kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Cristiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Kaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakil Kaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan ilmu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Ibu Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan mendorong peneliti dari awal sampai akhir penelitian sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. 6. Bapak I Nyoman Arcana dan Bapak Aleksandrea Tri Amboro, S.Pd.,

(11)

xi 7. Ibu Susana Wiji Astuti, Bapak Asor, S.Pd., dan Bapak Bayu Kurdiantara, selaku validasi guru yang telah memberikan kontribusi dalam penelitian ini.

8. Bapak/Ibu guru SD Negeri Bhayangkara yang telah menerima dan memberikan waktu bagi peneliti untuk melakukan uji coba di kelas.

9. Siswa/siswa SDN Bhayangkara yang telah bersedia memberikan waktu dan kerjasama yang baik selama pengujian tes hasil belajar dilaksanakan. 10.Para dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas

Sanata Dharma yang telah membimbing dan mendidik peneliti dari semester satu hingga peneliti menyelesaikan gelas S1.

11.Bapak dan Ibu tersayang yang telah merawat, mendoakan, dan memberikan kasih sayang serta selalu memberikan kata-kata penyemangat kepada peneliti.

12.Adik Edmund yang terus memberikan dukungan dan semangat kepada peneliti.

13.Sahabat seperjuangan Lilis Suryani dan Rigia Tirza Hardini yang selalu memberikan bantuan dan semangat.

14.Hangouts Group, Lilis, Gia, Albertin, Ulan, dan Jupe yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

15.Teman-teman PPL SD Karitas Nandan, Lilis, Vo, Dicky, Bintang, dan Edo yang saling memberikan dukungan dan semangat.

16.Teman-teman mahasiswa PGSD angkatan 2013 yang selalu membantu dan saling mendukung dalam penyusunan skripsi ini.

17.Teman-teman cluster dan payung R&D THB yang saling membantu dan bekerjasama selama penyusunan skripsi ini.

(12)

xii Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Peneliti meminta maaf bila ada beberapa kesalahan baik dalam penyajian ataupun isi. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk membantu perbaikan skripsi yang telah peneliti kerjakan.

Peneliti

(13)

xiii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

HALAMAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

Abstrak ... viii

A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Batasan Istilah ... 7

G. Spesifikasi Produk ... 8

BAB II ... 10

LANDASAN TEORI ... 10

A. KAJIAN PUSTAKA ... 10

1. Tes Hasil Belajar ... 10

a. Definisi Tes ... 10

(14)

xiv

c. Jenis-jenis Tes Hasil Belajar ... 12

d. Bentuk Tes Hasil Belajar ... 14

e. Macam-Macam Tes Hasil Belajar ... 16

f. Tes Pilihan Ganda ... 21

g. Pedoman dalam Pembuatan Soal Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda . 23 h. Kekuatan dan Kelemahan Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda ... 26

2. Konstruksi Tes Hasil Belajar ... 30

a. Validitas ... 30

b. Reliabilitas ... 33

c. Karakteristik Butir Soal ... 36

1) Daya Beda ... 36

2) Tingkat kesukaran ... 37

3) Efektivitas Pengecoh ... 38

3. Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 39

4. Matematika ... 43

a. Definisi Matematika ... 43

b. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 44

5. Materi Pembulatan dan Penaksiran serta Pemecahan Masalah yang Melibatkan Uang ... 45

a. Penaksiran ... 45

b. Pembulatan... 46

c. Pemecahan masalah ... 47

6. TAP (Test Analysis Program) ... 47

7. Taksonomi Tes Hasil Belajar ... 48

a. Mengingat ... 48

B. Penelitian Relevan ... 51

(15)

xv

D. Pertanyaan Penelitian ... 59

BAB III ... 60

METODE PENELITIAN ... 60

A. Jenis Penelitian ... 60

1. Potensi dan Masalah ... 62

2. Mengumpulkan Informasi ... 62

3. Desain Produk ... 62

4. Validasi Desain ... 63

5. Perbaikan Desain ... 63

6. Uji Coba Produk ... 63

7. Revisi Produk ... 63

8. Uji Coba Pemakaian ... 63

9. Revisi Produk ... 64

10. Pembuatan Produk Masal ... 64

B. Setting Penelitian ... 64

1. Tempat Penelitian ... 64

2. Waktu Penelitian ... 64

3. Subjek Penelitian ... 64

4. Objek Penelitian ... 65

C. Prosedur Pengembangan ... 65

1. Potensi dan Masalah ... 66

2. Pengumpulan Data ... 67

3. Desain Produk ... 67

4. Validasi Desain ... 68

5. Perbaikan Desain ... 68

6. Uji Coba Produk ... 69

7. Revisi Produk ... 69

D. Teknik Pengumpulan Data ... 69

1. Wawancara ... 69

2. Kuesioner ... 70

3. Tes ... 71

(16)

xvi

1. Data Kualitatif ... 71

2. Data Kuantitatif ... 73

a. Kuesioner ... 73

b. Instrumen Tes ... 75

F. Teknik Analisis Data ... 77

1. Data Kualitatif ... 78

2. Data Kuantitatif ... 78

a. Kuesioner ... 78

b. Analisis Butir Soal ... 80

BAB IV ... 92

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 92

A. Hasil Penelitian ... 92

1. Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan ... 92

a. Potensi dan Masalah ... 92

b. Pengumpulan Data ... 93

c. Desain Produk ... 94

d. Validasi Desain ... 94

e. Revisi Desain ... 95

f. Uji Coba Produk ... 96

g. Revisi Produk ... 97

2. Kualitas Produk Tes Hasil belajar... 98

a. Hasil Uji Validitas ... 98

b. Hasil Uji Reliabilitas ... 100

c. Hasil Uji Daya Pembeda ... 100

d. Hasil Uji Tingkat Kesukaran ... 103

e. Hasil Uji Pengecoh ... 105

B. Pembahasan ... 108

1. Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan ... 108

a. Potensi dan Masalah ... 108

b. Pengumpulan Data ... 109

c. Desain Produk ... 110

(17)

xvii

e. Revisi Desain ... 112

f. Uji Coba Produk ... 113

g. Revisi produk ... 114

2. Kualitas Produk Tes Hasil Belajar ... 116

a. Analisis Uji Validitas ... 116

b. Analisis Uji Reliabilitas ... 117

c. Analisi Uji Daya Pembeda ... 118

d. Analisis Uji Tingkat Kesukaran ... 119

e. Analisis Pengecoh ... 120

3. Produk Akhir ... 122

a. Soal dengan Kualitas Baik ... 122

b. Sampul Perangkat Tes Hasil Belajar Matematika ... 123

c. Isi Perangkat Tes Hasil Belajar Matematika... 124

BAB V ... 126

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 126

A. Kesimpulan ... 126

B. Keterbatasan Pengembangan ... 127

C. Saran ... 128

(18)

xviii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kebutuhan Pengembangan Tes Hasil

Belajar ... 72

Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Kuesioner Validasi oleh Ahli dan Guru ... 74

Tabel 3. 3 Indikator Soal Tes Hasil Belajar ... 76

Tabel 3. 4 Klasifikasi Hasil Validasi Ahli Menggunakan Skala 4 Menurut Widoyoko ... 79

Tabel 3. 5 Kriteria Validitas ... 81

Tabel 3. 6 Kriteria Reliabilitas ... 84

Tabel 3. 7 Klasifikasi Daya Pembeda ... 87

Tabel 3. 8 Klasifikasi Indeks Kesukaran... 89

Tabel 4. 1 Rekapitulasi Nilai Validasi Desain...94

Tabel 4. 2 Komentar Ahli Matematika Beserta Revisi ... 95

Tabel 4. 3 Pengecoh yang Perlu Diperbaiki ... 97

Tabel 4. 4 Hasil Uji Validitas Soal Tipe A ... 98

Tabel 4. 5 Hasil Uji Validitas Tipe B ... 99

Tabel 4. 6 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Tipe A ... 100

Tabel 4. 7 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Tipe B ... 102

Tabel 4. 8 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tipe A ... 103

Tabel 4. 9 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tipe B... 104

Tabel 4. 10 Hasil Uji Pengecoh Soal Tipe A ... 105

Tabel 4. 11 Hasil Uji Pengecoh Soal Tipe B ... 106

Tabel 4. 12 Revisi Pengecoh ... 115

Tabel 4. 13 Nomor Soal Produk Akhir ... 116

(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2. 1 Literature Map Penelitian Yang Relevan ... 55

Gambar 2. 2 Bagan Kerangka Berpikir ... 58

Gambar 3. 1 Langkah-Langkah Penelitian dan Pengembangan Menurut Borg and Gall...61

Gambar 3. 2 Langkah-Langkah Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 66

Gambar 3. 3 Hasil validitas pada TAP (Test Analysis Program) ... 82

Gambar 3. 4 Hasil uji reliabilitas pada TAP (Test Analysis Program) ... 85

Gambar 3. 5 Hasil uji daya pembeda pada TAP (Test Analysis Program) ... 87

Gambar 3. 6 Hasil tingkat kesukaran pada TAP (Test Analysis Program) ... 90

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Melakukan Penelitian ... 133

Lampiran 2 Surat Ijin Melakukan Penelitian ... 134

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 135

Lampiran 4 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan Guru ... 136

Lampiran 5 Tabel Spesifikasi... 140

Lampiran 6 Soal Tipe A ... 157

Lampiran 7 Soal Tipe B ... 166

Lampiran 8 Hasil Validasi Ahli Matematika 1 ... 175

Lampiran 9 Hasil Validasi Ahli Matematika 2 ... 178

Lampiran 10 Hasil Validasi Guru SD Karitas Nandan ... 181

Lampiran 11 Hasil Validasi Guru SDN Bhayangkara ... 184

Lampiran 12 Hasil Validasi Guru SDN Bhayangkara ... 187

Lampiran 13 Rekapan Jawaban Siswa Soal Tipe A... 190

Lampiran 14 Rekapan Jawaban Siswa Soal Tipe B ... 191

Lampiran 15 Daftar Presensi Siswa Kelas IVA yang Mengikuti Uji Coba Tes . 192 Lampiran 16 Daftar Presensi Siswa Kelas IVB yang Mengikuti Uji Coba Tes . 193 Lampiran 17 Daftar Presensi Siswa Kelas IVC yang Mengikuti Uji Coba Tes . 195 Lampiran 18 Hasil Analisis Data Menggunakan TAP Soal Tipe A ... 196

Lampiran 19 Hasil Analisis Data Menggunakan TAP Soal Tipe B ... 202

Lampiran 20 Foto-Foto Validasi Lapangan ... 208

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam Bab I, peneliti membahas tujuh hal yaitu latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan spesifikasi produk.

A. Latar Belakang

(22)

2 semakin meningkat. Sumber Daya Manusia yang berkualitas akan mendukung Negara menjadi lebih baik dan lebih mampu bersaing dengan negara-negara lain.

(23)

3 penguasaan objek ukur terhadap seperangkat konten dan materi tertentu (Hamzah 2014: 100). Tes memiliki peranan yang penting dalam dunia pendidikan karena tes memiliki prosedur yang komperhensif, sistematis, dan objektif yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dalam proses pembelajaran. Mengingat pentingnya peranan tes dalam dunia pendidikan maka dalam penyusunannya hendaknya memperhatikan pedoman penyusunan tes. Dengan memperhatikan pedoman penyusunan tes dalam pembuatan tes maka tes yang dihasilkan akan memenuhi kriteria tes yang baik. Purwanto (2016: 114) mengemukakan bahwa sebuah tes hasil belajar sebagai alat ukur yang baik, harus memiliki dua syarat yaitu validitas dan reliabilitas. Widoyoko (2014: 131) menambahkan bahwa karakteristik butir soal mencakup taraf kesukaran, daya pembeda, serta analisis pengecoh, sebagai syarat tes dapat dikatakan baik.

(24)

4 penyusunan soal adalah penentuan besarnya angka yang akan dimasukkan ke dalam soal. Soal yang telah disusun oleh guru juga belum dilakukan analisis untuk mengetahui kualitas butir soalnya. Guru juga mengungkapkan mengalami kesulitan dalam membuat soal matematika materi pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah tentang uang yang soalnya bervariasi. Dari wawancara ini diperoleh informasi mengenai kebutuhan guru akan contoh tes hasil belajar matematika yang valid dan reliabel serta diketahui karakteristik butir soalnya yang meliputi daya beda, tingkat kesukaran dan pengecoh yang berkualitas baik.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, maka peneliti terdorong untuk mengembangkan tes hasil belajar matematika dengan melakukan penelitian pengembangan yang berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Pembulatan Dan Penaksiran Serta Pemecahan Masalah Yang Melibatkan Uang Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”

Hasil dari penelitian dan pengembangan tes ini dapat membantu guru untuk mendapatkan contoh tes hasil belajar matematika yang sudah dianalisis butir soal serta diketahui kualitas butir soal. Tes yang dikembangkan berpedoman pada ranah kognitif dari Taksonomi Bloom yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.

B. Pembatasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

(25)

5 2. Alat ukur yang dikembangkan hanya mengukur mata pelajaran matematika pada materi pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah yang melibatkan uang.

3. Tes yang dilakukan berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar matematika dengan materi pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah yang melibatkan uang untuk siswa kelas IV SD? 2. Bagaimana kualitas produk tes hasil belajar dengan materi pembulatan

dan penaksiran serta pemecahan masalah yang melibatkan uang untuk siswa kelas IV SD?

D. Tujuan Penelitian

1. Memaparkan langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar matematika dengan materi materi pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah yang melibatkan uang untuk siswa kelas IV SD. 2. Mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar dengan materi

pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah yang melibatkan uang untuk siswa kelas IV SD.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

(26)

6 siswa berdasarkan materi pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah yang melibatkan uang.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman dalam mengembangkan dan menganalisis soal tes hasil belajar matematika materi pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah yang melibatkan uang. b. Bagi Guru

Memberikan contoh soal tes hasil belajar yang sudah diketahui kualitas butir soalnya pada materi pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah yang melibatkan uang.

c. Bagi Siswa

Memperoleh pengalaman dalam mengerjakan soal tes hasil belajar matematika yang sesuai dengan ranah kognitif mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi hingga mencipta pada materi pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah yang melibatkan uang.

d. Bagi sekolah

(27)

7

F. Batasan Istilah

1. Tes hasil belajar adalah alat atau prosedur yang sistematis untuk mengumpulkan dan mengukur kemampuan dan pencapaian siswa atas apa sudah dipelajari dalam suatu mata pelajaran.

2. Matematika adalah disiplin ilmu tentang pola berpikir, perorganisasian bukti yang logik, pola dan hubungan, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.

3. Penaksiran adalah cara yang dilakukan untuk memperkirakan hasil perhitungan suatu bilangan yang sesuai untuk digunakan dalam konteks tertentu.

4. Pembulatan adalah mengganti bilangan tertentu dengan bilangan lain yang cukup dekat dan bisa dihitung dengan mudah.

5. Pemecahan masalah adalah adalah proses penerapan pengetahuan yang telah diperoleh siswa ke dalam situasi yang baru.

6. Validitas adalah ketepatan suatu instrumen dalam mengukur yang hendak diukur.

7. Reliabilitas adalah kekonsistenan suatu alat ukur dalam memberikan hasil yang digunakan berulang kali.

8. Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal tes untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

9. Tingkat kesukaran adalah kemampuan peserta tes dalam menjawab benar soal dalam tes.

(28)

8

G. Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang akan dihasilkan adalah sebagai berikut:

1. Produk tes hasil belajar matematika materi pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah yang melibatkan uang berbentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban.

2. Produk tes hasil belajar matematika dilengkapi dengan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, soal, pilihan jawaban, kunci jawaban, ranah kognitif yang diukur dan tingkat kesukaran.

3. Produk tes hasil belajar matematika sudah divalidasi melalui validasi ahli (expert judgment) dan dinyatakan layak untuk digunakan/diujicobakan dengan perbaikan sesuai saran.

4. Produk tes hasil belajar matematika sudah diuji validitas empiris melalui ujicoba lapangan.

5. Produk tes hasil belajar matematika memenuhi kriteria valid atas dasar taraf signifikan 5%.

6. Produk tes hasil belajar matematika reliabel.

7. Produk tes hasil belajar matematika memiliki daya pembeda kategori cukup baik dan sangat baik yaitu pada rentang 0.31 – 1.00.

8. Produk tes hasil belajar memiliki tingkat kesukaran mudah dengan rentang 0.71- 1.00 , sedang dengan rentang 0.31 – 0.70 dan sukar dengan rentang 0.00 – 0.30.

(29)
(30)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada Bab II, peneliti membahas empat hal yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan pertanyaan penelitian.

A. KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka pada penelitian ini berisi teori-teori yang mendukung penelitian yaitu, tes hasil belajar, konstruksi tes hasil belajar, pengembangan tes hasil belajar, matematika, materi, taksonomi Bloom.

1. Tes Hasil Belajar

a. Definisi Tes

(31)

11 spesifik atau sistematis ini merujuk pada penyusunan butir soal yang harus mengikuti aturan penyusunan instrumen yang benar.

Sudijono (2011: 67) serta Jihad dan Haris (2012: 67) mengemukakan pemikiran yang serupa mengenai tes yaitu cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan aspek pengetahuan dan keterampilan yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas yang harus dijawab dan dikerjakan oleh peserta tes sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi peserta tes dengan membandingkannya dengan nilai standar tertentu. Purwanto (2008: 65) menambahkan bahwa dalam penyelenggaraan tes, siswa didorong untuk memberikan penampilan maksimalnya dalam hal keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, bakat dan sebagainya.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu prosedur yang spesifik dan sistematis untuk pengukuran dan penilaian dalam bidang pendidikan yang dapat digambarkan dengan bantuan angka, skala atau sistem kategori.

b. Definisi Tes Hasil Belajar

(32)

12 meliputi mengingat, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi, dan kreativitas; aspek afektif; dan aspek psikomotor. Hill (dalam Yusuf, 2015: 184) berpendapat bahwa tes hasil belajar dirancang untuk mengukur apa yang telah dipelajari dalam bidang studi/mata pelajaran yang bersifat formal. Hamzah (2014: 101) juga mengungkapkan definisi tes hasil belajar yaitu tes yang bertujuan untuk mengungkap tingkat pencapaian pembelajaran atau hasil belajar. Tes hasil belajar telah dimulai sejak seseorang mulai berinteraksi dalam kegiatan belajar sampai dengan akhir belajar dan dilakukan secara berkelanjutan. Tes hasil belajar menekankan pada kemajuan yang telah dicapai oleh seseorang terhadap suatu bidang yang telah dibelajarkan dan dipelajari, bukan kemampuan untuk masa datang dan bukan pula sekali jadi (Yusuf 2015: 183). Tes hasil belajar bukan hanya untuk mengukur kemampuan peserta didik namun dapat juga digunakan untuk mengetahui kesiapan dan kesulitan peserta didik dalam belajar serta untuk perbaikan pendidikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar merupakan alat atau prosedur yang sistematis untuk mengumpulkan dan mengukur kemampuan siswa atas apa yang sudah dipelajari dalam bidang studi/mata pelajaran serta untuk mengungkap tingkat pencapaian pembelajaran atau hasil belajar.

c. Jenis-jenis Tes Hasil Belajar

(33)

13 1. Tes hasil belajar yang telah distandardisasikan

Tes standar dimaksudkan bahwa semua siswa menjawab pertanyaan yang sama dari sejumlah besar pertanyaan

dikerjakan dengan mengikuti petunjuk

yang sama dan dalam batasan waktu yang sama pula (Arikunto 2012: 158). Tes standar ini juga dimaksudkan untuk prestasi sekarang/saat ini yang dilaksanakan secara seragam baik diberikan kepada siswa dalam pelaksanaan perseorangan maupun dalam kelompok. Tes biasanya dibuat oleh pemerintah atau lembaga yang berwenang untuk membuat tes standar. Butir-butir tes yang digunakan adalah butir-butir tes yang sudah diujicobakan, dianalisis dan direvisi sebelum menjadi sebuah tes. Berdasarkan hal tersebut maka tes standar ini memiliki reliabilitas yang tinggi. Dibutuhkan waktu yang lama untuk menyusun tes standar karena harus melalui prosedur penyusunan, uji coba, analisis, revisi dan edit. Tes standar ini digunakan untuk membuat perbandingan baik perbandingan antar siswa untuk setiap bidang studi, perbandingan prestasi belajar atau perbandingan prestasi setelah digunakan dua metode yang berbeda.

2. Tes Hasil Belajar Buatan Guru

(34)

14 tingkat pemahaman siswa atas materi yang diberikan dalam waktu tertentu, sebagai penentu keberhasilan suatu tujuan pembelajaran serta untuk memperoleh suatu nilai. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan tes buatan guru adalah tujuan pembelajaran, petunjuk yang jelas, penilaian bagi setiap bagian tes, kesesuaian dengan kemampuan membaca dari peserta tes, alternatif tes bagi siswa berkebutuhan khusus serta batas waktu pengerjaan tes.

d. Bentuk Tes Hasil Belajar

1. Tes Subjektif

(35)

15 menjawab pertanyaan yang diajukan dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Butir soal dalam tes uraian juga terbatas yaitu berkisar antara lima sampai dengan sepuluh butir soal dalam waktu kira-kira 90 sampai dengan 120 menit. Tes uraian ini lebih banyak digunakan untuk mengukur kemampuan yang lebih tinggi dalam kawasan kognitif, seperti menggunakan, menganalisis, menilai dan, berpikir kreatif; sebab melalui tes tipe ini peserta didik diajak untuk dapat menerangkan, mengungkapkan, menciptakan, membandingkan, maupun menilai suatu objek evaluasi (Yusuf 2015: 207).

Berdasarkan pemaparan para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa tes subjektif atau yang biasa disebut tes uraian adalah tes dimana butir soalnya berbentuk pertanyaan atau perintah yang menuntut peserta tes untuk menjawab atau mengerjakannya dengan mengekspresikan pikiran peserta tes dalam bentuk uraian.

2. Tes Objektif

(36)

16 mengungkapkan tes objektif adalah butir soal yang telah mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh siswa dimana kemungkinan jawaban telah disediakan oleh pengkonstruksi butir soal. Hamzah (2014: 119) juga mengungkapkan definisi tes objektif yaitu pengukuran yang berdasarkan pada penilaian atas kemampuan siswa dengan soal jelaskan jawaban yang benar atau yang salahnya soal dengan bobot nilai yang tetap. Menurut pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan pengertian tes objektif yaitu bentuk tes yang terdiri dari butir soal yang mengandung kemungkinan jawaban yang dijawab dengan cara memilih satu jawaban paling benar dari kemungkinan jawaban yang disediakan oleh pengkonstruksi tes.

e. Macam-Macam Tes Hasil Belajar

1. Tes Subjektif

(37)

17 jawaban. Namun siswa tetap mempunyai kebebasan untuk memberikan jawabannya menurut pola kognitifnya sendiri.

Zainol (dalam Harijanto 2006: 18) mengemukakan alasan tes uraian digunakan yaitu:

1) Jika jumlah peserta tes terbatas

2) Waktu yang dipunyai guru untuk mempersiapkan soal sangat terbatas

3) Tujuan instruksional yang ingin dicapai adalah kemampuan mengekspresikan pikiran dalam bentuk tertulis, menguji kemampuan menulis dengan baik, atau kemampuan penggunaan bahasa secara tertib

4) Guru ingin memperoleh informasi yang tidak tertulis secara langsung di dalam soal ujian tetapi dapat disimpulkan dari tulisan peserta tes

5) Guru ingin memperoleh hasil pengalaman belajar siswanya

Tes uraian ini memiliki kebaikan dan kelemahan. Yusuf (2015: 209) menjabarkan beberapa kebaikan dan kelemahan tersebut. Beberapa kebaikan tes uraian dalam menilai hasil belajar sebagai berikut:

1) Pendidik mudah menyusun pertanyaan.

(38)

18 3) Tidak membutuhkan fasilitas yang banyak, seperti

fasilitas untuk menstensil, kertas dan alat tulis lainnya.

Sementara itu, kelemahan tes jenis ini adalah:

1) Sering disertai unsur-unsur subjektif dalam penilaian. 2) Kurangnya kemampuan peserta didik dalam memahami

isi atau kurang konsisten dalam menerjemahkan suatu butir sehingga tes yang diberikan kepada peserta didik menjadi kurang tepat.

3) Membutuhkan waktu yang lama dalam menskor.

4) Harus diperiksa oleh orang yang ahli dalam materi atau bahan yang diberikan.

5) Jawaban yang mudah dibaca, sering dihargai lebih tinggi nilainya dari jawaban yang sukar dibaca.

Berdasarkan pemaparan para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa tes subjektif terbagi menjadi dua bentuk yaitu tes uraian bebas dan tes uraian terbatas dimana kedua bentuk tersebut memberikan kebebasan bagi peserta tes untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan pola kognitifnya.

2. Tes Objektif

Arikunto (2012: 181-193) membagi tes objektif menjadi 4 macam yaitu:

1) Tes Benar-Salah

(39)

19 tes bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu benar menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika pernyataan itu salah menurut pendapatnya. Bentuk benar-salah ini ada 2 macam yaitu dengan pembetulan dimana peserta tes diminta membetulkan bila ia memilih jawaban salah dan tanpa pembetulan dimana peserta tes hanya diminta melingkari huruf B atau S. 2) Tes Pilihan Ganda

Tes ini terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap dan bagian kemungkinan jawaban. Untuk melengkapinya peserta tes diminta untuk memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Kemungkinan jawaban terdiri atas satu jawaban yang benar dan beberapa pengecoh. Tes bentuk ini paling banyak digunakan karena banyak materi yang dapat dicakup.

3) Menjodohkan

(40)

20 menempatkan jawaban sehingga jawaban sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.

4) Tes isian

Tes ini terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagian yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh peserta tes ini adalah merupakan pengertian yang diminta dari peserta tes.

Tes objektif memiliki kebaikan dan kelemahan. Sulistyorini (2009: 101) mengemukakan beberapa kebaikan tes objektif sebagai berikut:

1) Tes objektif lebih representatif dalam mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangan unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa.

2) Lebih mudah dan cepat dalam memeriksa karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.

3) Pemeriksaannya dapat diserahkan orang lain.

4) Dalam pemeriksaannya tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.

(41)

21 1) Persiapan tes objektif jauh lebih sulit daripada tes asai

atau tes subjektif.

2) Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.

3) Banyak kesempatan untuk main untung-untungan. 4) “kerja sama” antar siswa pada waktu mengerjakan soal

tes lebih terbuka.

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tes objektif terbagi menjadi 4 bentuk yaitu tes benar-salah, tes pilihan ganda, menjodohkan, dan tes isian. Tes benar-salah terdiri dari dua macam yaitu dengan pembetulan dan tanpa pembetulan. Tes pilihan ganda adalah tes yang meminta peserta tes untuk memilih satu dari kemungkinan jawaban yang disediakan. Menjodohkan adalah tes yang meminta peserta tes mencari dan menempatkan jawaban sehingga jawaban sesuai atau cocok dengan pertanyaannya. Sementara itu, tes isian adalah tes yang meminta peserta tes untuk mengisi bagian yang dihilangkan.

f. Tes Pilihan Ganda

(42)

22 yang tidak selesai, diikuti oleh beberapa pilihan kata atau kalimat yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan atau merupakan penyelesaian dari statemen tersebut. Azwar (2016: 29) sependapat dengan Yusuf (2015: 216) yang menyatakan bahwa tes pilihan ganda terdiri atas dua bagian yaitu stem dan option. Stem adalah pertanyaan atau pernyataan yang lengkap maupun yang belum selesai yang menampilkan masalah tertentu. Sementara itu, option adalah kemungkinan jawaban yang disediakan. Salah satu di antara alternatif adalah jawaban yang benar yang merupakan kunci sedangkan yang lain adalah jawaban yang salah yang merupakan distraktor (Azwar 2016: 29). Distraktor ini dibuat sedemikian rupa sehingga terlihat seperti jawaban yang sesungguhnya. Dalam satu item pilihan ganda terdapat paling tidak 2 distraktor. Arikunto (2012: 183) mengemukakan pendapatnya bahwa tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Untuk melengkapinya peserta tes harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang disediakan. Butir soal pilihan ganda ini memiliki alternatif jawaban berkisar antara empat sampai lima.

(43)

23 ganda bentuk soal perbandingan yang menghendaki subjek menentukan hasil dari perbandingan antara dua kuantitas.

Berdasarkan pemaparan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tes pilihan ganda adalah suatu tes mengenai materi yang diujikan yang terdiri dari stem yang berupa kalimat pertanyaan atau pernyataan tidak selesai dan option yang merupakan kemungkinan jawaban berupa kata atau kalimat sejumlah empat sampai lima pilihan jawaban. Untuk melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang diberikan, para peserta tes diminta untuk memilih satu dari empat sampai lima pilihan jawaban yang disediakan.

g. Pedoman dalam Pembuatan Soal Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda

Yusuf (2015: 217 - 220) mengemukakan beberapa pedoman dalam menyusun soal bentuk pilihan ganda yaitu:

1) Stem hendaklah dirumuskan atau dinyatakan dengan jelas sebagai suatu masalah atau pernyataan yang perlu dijawab. 2) Masukkan sebanyak mungkin hal ke dalam stem.

3) Jangan dibebani stem dengan pernyataan yang tidak berarti atau arti yang tidak jelas.

4) Masalah yang ditampilkan dalam stem harus sedemikian rupa sehingga benar-benar hanya ada satu jawaban yang benar. 5) Stem hendaklah dinyatakan dengan bahasa yang jelas.

6) Hindari memakai kalimat yang panjang dan usahakan panjang kalimat semua alternatif jawaban tidak berbeda jauh.

(44)

24 8) Semua kemungkinan jawaban yang diberikan hendaknya

masuk akal.

9) Hidari adanya hubungan asosiasi verbal antara stem dan kemungkinan jawaban.

10)Pilihan jawaban yang diberikan janganlah menunjuk kepada kunci jawaban. Usahakan semua alternatif jawaban hampir sama tetapi hanya satu jawaban yang paling tepat.

11)Pilihan jawaban yang benar jangan diletakkan secara sistematis tetapi letakkan secara acak dalam keseluruhan soal.

12)Usahakan alternatif jawaban yang disajikan agak homogen baik ditinjau dari isi maupun bentuknya.

13)Bahasa yang dipakai hendaknya sederhana dan mudah dipahami peserta didik/peserta ujian.

14)Petunjuk yang diberikan harus jelas sehingga peserta ujian tidak ragu-ragu dalam mengerjakannya.

Widoyoko (2014: 109-114) mengemukakan beberapa petunjuk penyusunan tes bentuk pilihan ganda sebagai berikut:

1) Inti permasalahan harus dicantumkan dalam rumusan pokok soal.

2) Hindari pengulangan kata-kata yang sama dalam pilihan. 3) Hindari rumusan kata yang berlebihan. Rumusan yang baik

(45)

25 4) Kalau pokok soal merupakan pernyataan yang belum lengkap, maka kata atau kata-kata yang melengkapi harus diletakkan pada ujung pernyataan, bukan ditengah-tengah kalimat.

5) Susunan alternatif jawaban dibuat teratur dan sederhana. Cara menyusun alternatif jawaban disusun berderet dari atas ke bawah.

6) Semua pilihan jawaban harus homogen dan dimungkinkan sebagai jawaban yang benar.

7) Hindari jawaban yang benar selalu ditulis lebih panjang dari jawaban yang salah.

8) Hindari adanya petunjuk/indikator pada jawaban yang benar. 9) Gunakan tiga atau lebih pilihan jawaban.

10)Pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata yang bermakna tidak pasti, misalnya: kebanyakan, seringkali, kadang-kadang.

11)Pokok soal sedapat mungkin dalam pernyataan atau pertanyaan positif.

(46)

26 kalimat tidak berbeda jauh, 6) gunakan pernyataan yang bersifat positif, 7) hindari adanya petunjuk yang menunjuk pada kunci jawaban, 8) pilihan jawaban yan disediakan hendaknya homogen, 9) petunjuk pengerjaan tes harus dibuat dengan jelas.

h. Kekuatan dan Kelemahan Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda

Hasan dan Zainul (1991: 56) memaparkan keunggulan dan kelemahan tes pilihan ganda. Beberapa keunggulan tes pilihan ganda yaitu:

1) Butir soal jenis pilihan ganda dapat dikonstruksi dan digunakan untuk mengukur segala jenjang tujuan instruksional, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.

2) Penskoran hasil kerja peserta dapat dikerjakan secara objektif maka tidak ada unsur objektivitas pemeriksa masuk ke dalam skor hasil ujian.

3) Jenis butir soal ini dapat dikonstruksi untuk mengukur kemampuan siswa dalam membedakan berbagai tingkatan kebenaran sekaligus.

4) Jumlah option yang disediakan lebih dari dua sehingga dapat mengurangi keinginan siswa untuk menebak.

5) Jenis butir soal pilihan ganda memungkinkan dilakukan analisis butir soal secara baik.

(47)

27 homogen alternatif jawaban maka makin tinggi tingkat kesukarannya.

7) Informasi yang diberikan lebih kaya terutama bila butir soal itu memiliki homogenitas yang tinggi.

Sementara itu, kelemahan tes pilihan ganda yaitu:

1) Sukar dikonstruksi terutama untuk menemukan alternatif jawaban yang homogen.

2) Ada kencederungan bahwa guru mengkonstruksi butir soal jenis ini hanya menguji atau mengukur aspek ingatan yang merupakan aspek paling rendah dalam ranah kognitif. 3) “Test-wise” mempunyai pengaruh yang berarti terhadap

hasil tes peserta. Jadi makin terbiasa seseorang dengan bentuk tes pilihan ganda, makin besar kemungkinan ia memperoleh skor yang lebih baik.

Widoyoko (2014: 107-109) juga mengungkapkan kelebihan dan kekurangan tes pilihan ganda. Kelebihan tes pilihan ganda sebagai berikut:

1) Butir soal tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur segala level pengetahuan, mulai dari yang paling sederhana seperti pengetahuan konsep, sampai dengan yang paling kompleks seperti analisis.

(48)

28 soal yang relatif banyak dan pokok bahasan yang akan diujikan lebih luas.

3) Penskoran hasil tes dapat dilakukan secara objektif.

4) Tipe butir soal dapat disusun sedemikian rupa sehingga menuntut kemampuan peserta tes untuk membedakan berbagai tingkatan kebenaran sekaligus.

5) Jumlah pilihan yang disediakan melebihi dua sehingga mengurangi keinginan peserta tes untuk menebak.

6) Tipe butir soal pilihan ganda memungkinkan dilakukan analisis butir soal secara baik.

7) Tingkat kesulitan butir soal dapat diatur, dengan hanya mengubah tingkat homogenitas alternatif jawaban. Semakin homogen alternatif jawaban maka makin tinggi tingkat kesulitannya, dan sebaliknya.

8) Informasi yang diberikan lebih kaya.

Sementara itu, kekurangan tes pilihan ganda menurut Widoyoko sebagai berikut:

1) Relatif lebih sulit dalam penyusunan butir soal. Kesulitan menyusun butir soal tipe pilihan ganda ini terutama untuk menemukan alternatif jawaban yang homogen.

(49)

29 3) Adanya pengaruh kebiasaan peserta tes terhadap tes bentuk

pilihan ganda terhadap hasil tes peserta.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan kelebihan dan kelemahan tes pilihan ganda. Kelebihan tes pilihan ganda yaitu 1) butir soal tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur level pengetahuan mulai dari pengetahuan konsep hingga analisis, 2) penskoran hasil tes dilakukan secara objektif, 3) perangkat tes pilihan ganda dapat memuat jumlah soal yang relatif banyak, 4) perangkat tes pilihan ganda dapat memuat pokok bahasan yang lebih luas sehingga informasi yang disampaikan lebih kaya, 5) jumlah pilihan jawaban lebih dari dua sehingga mengurangi kemungkinan peserta tes untuk menebak, 6) tingkat kesukaran soal dapat diubah dengan mengatur tingkat homogentinas pilihan jawaban.

(50)

30

2. Konstruksi Tes Hasil Belajar

a. Validitas

(51)

31 bahwa validitas adalah ketepatan suatu instrumen dalam mengukur yang hendak diukur. Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mengukur sesuatu yang hendak diukur.

Arikunto (2012: 80-84) memaparkan secara garis besar ada dua macam validitas yaitu:

1) Validitas Logis

Validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi merujuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirancang secara baik mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Bila instrumen sudah disusun berdasarkan teori penyusunan instrumen maka instrumen tersebut secara logis sudah valid. Jadi validitas logis dapat dicapai apabila instrumen disusun mengikuti ketentuan yang ada. Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen yaitu:

a) Validitas isi

(52)

32 b) Validitas Konstruksi

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus. Sekarang Tujuan Instruksional Khusus dikenal dengan istilah Indikator. Validitas konstruksi dapat diketahui dengan cara memerinci dan memasangkan setiap butir soal dengan setiap aspek dalam Tujuan Instruksional Khusus. 2) Validitas Empiris

Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan menyusun instrumen berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi harus dibuktikan melalui pengalaman. Validitas empiris terdiri dari dua macam yaitu:

a) Validitas Ada Sekarang

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas ada sekarang jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Istilah “sesuai” merujuk pada dipasangkannya hasil tes dengan

(53)

33 b) Validitas Prediksi

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada dua macam validitas menurut Arikunto yaitu validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis dan validitas empiris kemudian dibagi lagi menjadi masing-masing dua macam. Dua macam validitas logis adalah validitas isi dan validitas konstruksi. Sementara itu, dua macam dari validitas empiris adalah validitas ada sekarang dan validitas prediksi.

b. Reliabilitas

(54)

34 tersebut tetap serta konsisten atau ajeg dan tidak menunjukkan perubahan-perubahan yang berarti. Hamzah (2014: 230) mengungkapkan bahwa suatu hasil pengukuran hanya dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Menurut pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa reliabilitas adalah kekonsistenan alat ukur dalam memberikan hasil yang relatif sama meski dilakukan beberapa kali pengukuran dengan gejala dan alat ukur yang sama.

Arikunto (2012: 104-108) mengemukakan kriterium yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas yaitu:

1) Metode Bentuk Paralel (Equivalent)

(55)

35 2) Metode Tes Ulang (Test-retest Method)

Metode ini menggunakan satu seri tes yang diujikan sebanyak dua kali dan kemudian hasil dari kedua kali tes tersebut dihitung korelasinya.

3) Metode Belah Dua (Split-half Method)

Dalam metode ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes dan dicobakan satu kali. Terdapat dua cara dalam membelah butir soal ini yaitu:

a) Membelah atas item-item genap dan item-item ganjil yang selanjutnya disebut belahan ganjil-genap.

b) Membelah atas item-item awal dan item-item akhir yaitu separo jumlah pada nomor-nomor awal dan separo pada nomor-nomor akhir yang selanjutnya disebut belahan awal-akhir.

(56)

36

c. Karakteristik Butir Soal

1) Daya Beda

(57)

37 (-1) dimana soal dapat dikerjakan dengan benar oleh seluruh peserta tes berprestasi belajar rendah namun tidak dapat dikerjakan dengan benar oleh seluruh peserta tes berprestasi belajar tinggi; jenjang tidak berdaya pembeda (0) dimana suatu soal dapat dikerjakan dengan benar baik semua peserta tes berprestasi rendah maupun semua peserta berprestasi tinggi; sampai dengan jenjang berdaya pembeda maksimum positif (+1). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa daya pembeda adalah kemampuan butir soal tes untuk membedakan antara siswa yang berprestasi tinggi dengan siswa yang berprestasi rendah.

2) Tingkat kesukaran

(58)

38 direntang mulai dari soal-soal yang mudah, soal-soal yang sedang sampai dengan soal-soal yang sukar. Sebuah soal masuk ke dalam kategori soal mudah jika dapat dikerjakan oleh hampir sebagian besar peserta tes. Sementara itu, soal masuk ke dalam kategori sukar jika dapat dikerjakan secara benar hanya sebagian kecil dari peserta tes. Penentuan proporsi dan kategori soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar merupakan suatu hal yang penting dalam analisis tingkat kesukaran. Perbandingan antara soal mudah-sedang-sukar dapat dibuat 3-4-3 yang artinya 30% soal berkategori mudah, 40% soal berkategori sedang dan 30% soal berkategori sukar. Perbandingan juga dapat dibuat 3-5-2 yang artinya 30% soal berkategori mudah, 50% soal berkategori sedang , dan 20% berkategori sukar. Selain itu, perbandingan dapat juga dibuat 25-50-25 yang artinya 25% soal berkategori mudah, 50% soal berkategori sedang, dan 25% soal berkategori sukar. Widoyoko (2014: 165) mengungkapkan bahwa tingkat kesukaran yang baik pada suatu tes adalah 25% mudah, 50% sedang, dan 25% sukar. Berdasarkan pemaparan para ahli tesebut maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran adalah kemampuan atau kesanggupan peserta tes dalam memberikan jawaban benar dalam tes.

3) Efektivitas Pengecoh

(59)

distraktor-39 distraktor yang efektif (Anzwar 2016: 140). Pengecoh yang efektif ditunjukkan dengan banyaknya peserta tes berprestasi rendah yang terjebak oleh pengecoh atau distraktor dibandingkan dengan banyaknya peserta tes berprestasi tinggi. Purwanto (2009: 108) mengemukakan bahwa pengecoh adalah pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban. Pengecoh diadakan untuk menyesatkan siswa agar tidak memilih kunci jawaban. Hal yang perlu diperhatikan agar pengecoh lebih efektif adalah jawaban pengecoh harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan seakan-akan jawaban pengecoh itu merupakan jawaban atau jawaban benar (Waridjan 1991: 387-388). Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh peserta tes menandakan bahwa pengecoh itu jelek, sebaliknya jika pengecoh mempunyai daya tarik yang besar bagi peserta tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan maka pengecoh tersebut dikatakan berfungsi dengan baik (Arikunto 2012: 233-234).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengecoh adalah pilihan jawaban selain kunci jawaban. Pengecoh dikatakan berfungsi dengan baik jika peserta tes berprestasi rendah banyak yang terjebak dan memilih pengecoh dibandingkan dengan banyaknya peserta tes berprestasi tinggi.

3. Pengembangan Tes Hasil Belajar

(60)

40 1) Menentukan tujuan mengadakan tes.

2) Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan dijadikan tes. 3) Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan. 4) Menderetkan semua indikator dalam tabel persiapan yang memuat

pula aspek tingkah laku terkandung dalam indikator itu yang bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki agar tidak terlewati.

5) Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berpikir yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut. 6) Menuliskan butir-butir soal didasarkan atas indikator-indikator

yang sudah dituliskan pada tabel indikator dan aspek tingkah laku yang dicakup.

(61)

41 Siregar dan Nara (2010: 158-159) juga mengungkapkan langkah-langkah dasar untuk menyusun tes yaitu:

1) Menentukan maksud tes

Ada dua maksud utama yaitu memberikan balikan bagi siswa dalam setiap proses belajarnya dan menilai efektivitas sistem pembelajaran secara keseluruhan.

2) Membuat tabel spesifikasi

Tabel spesifikasi ini berisi daftar perilaku atau kata kerja yang terdapat dalam indikator; presentase bobot setiap perilaku; jenis tes untuk setiap indikator; jumlah butir tes yang akan dibuat.

3) Menuliskan butir-butir soal

Hal yang perlu diperhatikan dalam menulis butir tes adalah macam dan jumlah butir tes sesuai tabel spesifikasi serta menggunakan komponen kondisi dalam indikator sebagai dasar dalam menyusun pertanyaan.

4) Merakit butir tes

Butir tes yang telah selesai ditulis dikelompokkan atas dasar jenisnya kemudian diberi nomor urut 1 dan seterusnya.

5) Menulis petunjuk untuk setiap jenis tes

Petunjuk sederhana, singkat, dan jelas yang berisi tentang cara mengerjakan soal dan waktu yang disediakan untuk menjawab. 6) Menulis kunci jawaban

(62)

42 7) Mengujicobakan tes

Uji coba dilakukan untuk melihat (1) kualitas butir tes; (2) kejelasan dan kesederhanaan petunjuk cara menjawab; (3) kemudahan siswa memahami maksud setiap pertanyaan; (4) kelengkapan alat-alat yang harus dibawa siswa seperti kalkulator, tabel, kertas jawaban, pensil , dan sebagainya; (5) kesesuaian waktu yang dibutuhkan siswa dengan yang ditetapkan dalam tes; (6) kejelasan dan kebersihan pengetikan.

8) Menganalisis hasil uji coba

Hal ini dilakukan untuk melihat kualitas setiap butir soal dan kualitas teknik penulisan dan kualitas fisik.

9) Merevisi tes

Apabila kesembilan langkah ini selesai direncanakan, maka perencanaan pembelajaran dapat mengadministrasikannya dalam bentuk lembar soal atau buku soal.

Yusuf (2015: 200) mengemukakan 11 langkah dalam penyusunan tes sebagai berikut:

1) Menetapkan tujuan penilaian/asesmen. 2) Mengembangkan spesifikasi/blueprint. 3) Mengembangkan ruang lingkup ujian. 4) Memilih tipe item/butir soal.

5) Mempersiapkan penyusunan item/butir soal. 6) Menyusun item/butir soal.

(63)

43 8) Mengadministrasikan tes.

9) Menskor dan mengolah tes. 10)Menginterpretasikan tes.

11)Menggunakan tes untuk perbaikan kegiatan pembelajaran dan grading.

Menurut pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan langkah-langkah dalam pengembangan tes yaitu 1) menetapkan tujuan penilaian, 2) menyusun blueprint tes, 3) menetapkan tipe soal tes, 4) menyusun butir soal tes, 5) menguji soal tes, 6) menganalisis butir soal tes, 7) merakit tes.

4. Matematika

a. Definisi Matematika

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Susanto, 2013: 185). Johnson dan Rising (dalam Ruseffendi 1993: 28) mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik. Reys dkk. (dalam Ruseffendi 1993: 28) mengatakan bahwa matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.

(64)

44 mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, , dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Dalam kurikulum Depdiknas 2004 disebutkan bahwa standar kompetensi matematika di sekolah dasar yang harus dimiliki siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran bukanlah penguasaan matematika, namun yang diperlukan adalah dapat memahami dunia sekitar, mampu bersaing, dan berhasil dalam kehidupan. Standar kompetensi yang dirumuskan dalam kurikulum ini mencakup pemahaman konsep matematika, koneksi matematis, penalaran, dan pemecahan masalah, serta sikap, dan minat yang positif terhadap matematika (Susanto, 2013: 184).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah salah satu disiplin ilmu tentang pola berpikir, perorganisasian bukti yang logik, pola dan hubungan, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang ada di jenjang pendidikan Sekolah Dasar agar siswa mampu memahami dunia sekitar, mampu bersaing, dan berhasil dalam kehidupan.

b. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

(65)

45 kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap matematika. Proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar sebagaimana yang disajikan oleh Depdiknas, sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, meyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

5. Materi Pembulatan dan Penaksiran serta Pemecahan Masalah yang

Melibatkan Uang

a. Penaksiran

(66)

46 berkitan. Arti kata penaksiran adalah perkiraan dari suatu bilangan hasil perhitungan yang sesuai untuk digunakan dalam konteks tertentu. Dalam penaksiran, siswa harus mengerti bahwa mereka mencoba untuk mendapatkan hasil sedekat mungkin dengan hasil perhitungan aktualnya menggunakan metode yang cepat dan mudah, namun tidak ada penaksiran yang 100% benar (Walle, 2007: 261). Suyati dan Khafid (2004: 15) mengemukakan bahwa penaksiran dilakukan dengan cara pembulatan bilangan, penaksiran untuk memperkirakan hasil operasi hitung. Mustaqim dan Astuty (2008: 28-29) mengungkapkan ada tiga macam cara menaksir hasil operasi hitung yaitu taksiran atas yang dilakukan dengan membulatkan ke atas bilangan-bilangan dalam operasi hitung, taksiran bawah yang dilakukan dengan membulatkan ke bawah bilangan-bilangan dalam operasi hitung dan taksiran terbaik yang dilakukan dengan membulatkan bilangan-bilangan dalam operasi hitung menurut aturan pembulatan.

b. Pembulatan

(67)

47

c. Pemecahan masalah

Secara umum, pemecahan masalah merupakan proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya ke dalam situasi yang baru. Melalui pemecahan masalah matematika, siswa diajak untuk melakukan kegiatan yang dapat mendorong berkembangnya pemahaman dan penghayatan siswa terhadap prinsip, nilai, dan proses matematika. Pemecahan masalah matematis dapat membantu memahami informasi secara lebih baik, dengan demikian pemecahan masalah merupakan suatu prsoses untuk mengatasi kesulitan yang ditemui untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai (Susanto, 2013: 197). Sanjaya (2006: 214) menambahkan bahwa dalam pemecahan masalah tidak terbatas pada materi dalam buku mata pelajaran saja tetapi juga bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum. Melalui pemecahan masalah, siswa diajak untuk berpikir atau bernalar mengaplikasikan pengetahuan-pengetauan yang telah diperoleh sebelumnya untuk memecahkan masalah-masalah baru yang belum pernah dijumpai.

6. TAP (Test Analysis Program)

TAP (Test Analysis Program) merupakan salah satu software untuk analisis soal tes hasil belajar yang berbentuk pilihan ganda. TAP (Test Analysis Program) dapat digunakan untuk menganalisis:

(68)

48 b. Tingkat kesukaran item untuk mengetahui tingkat kesulitan soal,

apakah termasuk soal yang mudah, sedang ataukah soal yang sulit. c. Daya pembeda soal untuk mengetahui apakah soal tersebut dapat

membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah dilihat dari skor yang didapatkan siswa.

d. Tingkat validitas soal yang digunakan untuk melihat apakah soal tersebut valid atau tidak.

e. Kualitas pengecoh pada pilihan jawaban soal untuk mengetahui apakah pengecoh berfungsi dengan baik (Lewis dalam Wirastri, 2014: 43).

7. Taksonomi Tes Hasil Belajar

Anderson dan Krathwohl (2010: 99) mengungkapkan proses kognitif menurut Bloom yang telah direvisi adalah mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi , dan mencipta. Berikut uraian dari proses kognitif tersebut.

a. Mengingat

(69)

49 diantaranya menyebutkan, mengidentifikasi, menunjukkan, memberi label, memberi kode, menyatakan, menjelaskan.

b. Memahami

Proses memahami adalah ketika seseorang dapat mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer. Proses kognitif dalam kategori memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan. Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam proses memahami diantaranya memperkirakan, mengkategorikan, merinci, membandingkan, menguraikan, membedakan, mencontohkan, mengemukakan, menghitung.

c. Mengaplikasikan

(70)

50

d. Menganalisis

Proses menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Kategori proses menganalisis ini meliputi proses-proses kognitif membedakan, mengorganisasi dan mengatribusikan. Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam proses menganalisis diantaranya memecahkan, menganalisis, mendeteksi, mendiagnosis, menyeleksi, menyimpulkan, menelaah, mengaitkan, mengukur.

e. Mengevaluasi

Proses mengevaluasi adalah membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Kategori mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif memeriksa dan mengkritik. Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam proses mengevaluasi diantaranya membandingkan, menyimpulkan, menilai, mengarahkan, mengkritik, memutuskan, merangkum, memilih, memperjelas, memprediksi.

f. Mencipta

(71)

51 mengkombinasikan, menyusun, menghubungkan, menciptakan, mengkreasikan, merencanakan, menggabungkan, merumuskan.

B. Penelitian Relevan

Tiga penelitian yang relevan sebagai berikut:

(72)

52 baik 12,5%, (8) Efektifitas pengecoh penelitian ini memperoleh hasil kategori semua pengecoh baik sebanyak 7.5%.

Kedua, Zahro (2016) melakukan penelitian mengenai analisis butir soal dengan judul Analisis Butir Soal Latihan Ujian Nasional Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Mata Pelajaran Matematika”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas soal Latihan Ujian Nasional Sekolah Dasar/Ibtidaiyah tahun pelajaran 2014/2015 mata pelajaran matematika di Kecamatan Klirong. Bentuk soal yang dianalisis adalah pilihan ganda. Hasil penelitian menunjukkan dari 40 butir soal dalam Soal Latihan Ujian Nasional memiliki tingkat kesukaran sukar sejumlah 4 butir soal (10%), sedang sejumlah 27 butir soal (67.5%), dan mudah sejumlah 9 butir soal (22.5%). Daya pembeda jelek berjumlah 10 butir soal (25%), cukup berjumlah 17 butir soal (42.5%), baik berjumlah 13 butir soal (32.5%), dan tidak ada butir soal yang berdaya beda baik sekali. Pengecoh kurang baik berjumlah 5 butir soal (12,5%), dan pengecoh tidak baik berjumlah 1 butir soal (2,5%). Validitas soal sebelum analisis adalah 0,793952, dan setelah analisis adalah 0,761866 terbukti valid. Reliabilitas soal sebelum analisis adalah 0,876807, dan setelah analisis adalah 0,8644839 terbukti reliabel. Keseluruhan soal latihan Ujian Nasional Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah mata pelajaran matematika yang dibuat oleh UPT Dinas DIKPORA Kecamatan Klirong termasuk soal yang baik.

(73)

53 Matematika Berdasarkan Revisi Taksonomi Bloom pada Siswa Kelas V

SD”. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan proses pengembangan paket tes dan memperoleh hasil pengembangan paket tes kemampuan berpikir tingkat tinggi matematika berdasarkan revisi Taksonomi Bloom pada siswa kelas V SD. Tes yang dikembangkan berbentuk uraian yang terdiri dari paket A dan B dengan masing-masing terdiri dari 3 butir soal uraian dan setiap butir soal terdapat 3 pertanyaan dengan level yang berbeda. Hasil penelitian ini menunjukkan 2 pertanyaan mempunyai validitas sangat tinggi, 3 pertanyaan memiliki validitas tinggi dan 4 pertanyaan memiliki validitas cukup. Dari 9 pertanyaan terdapat 5 pertanyaan dengan tingkat kesukaran sukar, 4 pertanyaan dengan tingkat kesukaran sedang dan tidak ada pertanyaan dengan tingkat kesukaran mudah. Hasil analisis daya pembeda menunjukkan ada 4 pertanyaan dengan interpretasi daya jelek, 4 pertanyaan dengan interpretasi cukup dan 1 pertanyaan dengan interpretasi baik. Berdasarkan hasil validasi dan analisis ujicoba, secara umum paket tes yang dikembangkan telah sesuai dengan level berpikir tingkat tinggi dan memenuhi kriteria tes yang baik yaitu valid dan reliabel.

Gambar

Tabel spesifikasi seperti yang disebutkan Arikunto (2012: 168) dalam
Tabel spesifikasi ini berisi daftar perilaku atau kata kerja yang
Gambar 2. 1 Literature Map Penelitian Yang Relevan
Gambar 2. 2 Bagan Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasar hasil wanwacara dengan pimpinan puskesmas padang luar bahwa dalam pemberiaan tablet fe. Puskesmas belum melakukan pemantauan makan obat tablet fe pada ibu hamil yang

antibiotik pada patah tulang terbuka derajat IIIA cefazolin-genlamisin merupakan standar terapi sesuai literatur, kecuali bila ditemukan pola kuman yang berbedaB. Di

Hasil analisis ragam menunjukkan penggunaan ASATF sampai level 15% dalam ransum memberikanpengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan

kembali karya Emilio Pujol dan juga karya besar gurunya Frasisco Tarrega. Tahun 1946-1969 ia mengajar di Konservatorium Musik Lisbon dan. menjadi contoh sebuah lembaga

Awal mula saya tidak mengetahui Idntitas pelaku tersebut namun setelah saya menceritakan tentang ciri ciri dari orang tersebut kepada Bos saya saat itu kemudian setelah 2 (dua )

belum pernah diadakan tes passing atas menggunakan metode latihan sentuhan ganda pada siswa putri peserta ekstrakurikuler bolavoli di SMP Negeri 1 Mandiraja. Dengan

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kusumardhani (2011) dan (Prasetya & Irwandi 2012). Artinya, tingkat likuiditas yang tinggi

[r]