• Tidak ada hasil yang ditemukan

DI LINGKUNGAN KAMPUS IPB DRAMAGA

PENDEKATAN TEORITIS

3.1.6. Identitas Produk

3.1.6.1. Kualitas Produk

Menurut Tjiptono (1997) apabila perusahaan ingin mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing. Dimensi kualitas produk tersebut terdiri dari:

1. Kinerja (Performace)

Yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti (core product) yang dibeli, misalnya kecepatan, konsumsi bahan bakar, jumlah penumpang yang dapat diangkut, kemudahan dan kenyamanan dalam mengemudi dan sebagainya. 2. Keistimewaan tambahan (features)

Yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap, misalnya kelengkapan interior dan eksterior seperti dash board, AC, sound system, door lock system, power steering, dan sebagainya.

3. Keandalan (reliability)

Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai, misalnya mobil tidak sering ngadat atau macet atau rusak.

4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specification).

Yaitu sejauh mana karaktistik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya standar keamanan dan emisi terpenuhi, seperti ukuran roda untuk truk tentunya harus lebih besar daripada mobil sedan.

5. Daya tahan (durability)

Berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis penggunaan mobil.

6. Estetika (asthetic)

Yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Misalnya bentuk fisik mobil yang menarik, model atau desain yang artistik, warna, dan sebagainya.

3.1.6.2. Lebah madu

Menurut Sarwono (2004), dalam dunia hewan (kingdom Animalia), lebah madu termasuk dalam phylum Arthropoda, kelas insecta (serangga), ordo Hymenopter, family Apidae, dan genus Apis. Lebah madu terdiri dari beberapa jenis diantaranya lebah hutan (Apis Dorsata), lebah Australia (Apis mellifera), Apis Florea dan lebah local (Apis Indica). Di negara Asia seperti Jepang, India dan Korea dapat ditemukan lebah oriental (Apis Cerana). Ukuran lebah ada yang kecil misalnya Apis Florea dan ada yang besar seperti Apis Laboriosa yang dapat dijumpai di daerah pegunungan Himalaya.

Jenis lebah madu yang banyak di budidayakan di Indonesia adalah Apis Mellifera dan Apis Cerana. Jenis Apis Mellifera merupakan lebah impor dari Eropa dan mempunyai ukuran tubuh lebih besar dari Apis Cerana. Lebah ini diklasifikasikan pertama kali oleh Linnaeus pada tahun 1758 dan menyebar di Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, Indonesia dan Australia. Lebah ini merupakan jenis paling banyak dibudidayakan di banyak negaratermasuk Indonesia, karena daya adaptasinya di lingkungan baru cukup baik.

Lebah Apis Mellifera mulai diperkenalkan kepada petani Indonesia pada tahun 1972. Saat itu Pusat Apiari Pramuka mendatangkan lebah ini dari Australia. Apis mellifera merupakan jenis lebah unggul dan dapat beradaptasi dengan kondisi iklim tropis Indonesia. Menurut Sarwono (2003), dalam satu koloni lebah Apis Mellifera terdiri dari 10.000 – 100.000 ekor lebah dengan hasil madu mencapai 30-60 kg/tahun, sementara satu koloni lebah Apis Cerana hanya terdiri dari 20.000-40.000 ekor lebah dengan hasil madu yang lebih sedikit, yaitu 5 kg per tahun.

3.1.7. Produk-produk Lebah madu Madu

Madu adalah cairan manis yang dihasilkan oleh lebah madu dari berbagai sumber nektar. Menurut Sihombing (2005) menyatakan bahwa madu adalah bahan makanan energy yang baik sekali karena mengandung gula gula sederhana yang dapat segera dimanfaatkan tubuh, selain itu madu juga mengandung garam- garam mineral dan bahan-bahan lain yang dibutuhkan tubuh. Faktor-faktor yang menentukan kualitas madu antara lain: waktu/lama penyimpanan, teknologi pemprosesan, warna, rasa, kekentalan dan aroma.

Kualitas inilah yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap madu. Aroma dan warna madu ditentukan oleh sumber nektar. Warna madu berkisar dari putih hingga hitam pekat. Menurut Sihombing (2005), madu yang warnanya pucat aromanya paling menarik. Kegunaan madu banyak dimanfaatkan dalam bidang indutri seperti industry makanan dan industry obat (obat pilek dan laxative) Royal Jelly

Menurut Sihombing (2005), royal jelly atau susu ratu adalah cairan putih seperti susu, agak masam dan berbau agak tajam. Royal Jelly dihasilkan oleh kelenjar hypofarink lebah pekerja berumur 3-13 hari untuk makanan eraman terutama untuk bakal ratu. Menurut Sarwono (2003), Royal jelly juga digunakan sebagai pakan sehari-hari lebah ratu dan juga diberikan kepada lebah yang baru lahir selama satu hari pertama. Kandungan gizi royal jelly berupa protein 45%, lemak 13%, gula 13%, gula 20%, garam mineral, aneka vitamin yang terdiri dari B-Kompleks, H dan E.

Sihombing (2005) menyatakan bahwa pemanenan royal jelly sedikit sukar karena menggunakan aspirator (pengisap) kecil. Pengambilan royal jelly larva harus disingkirkan dulu dengan pinset dan barulah royal jelly diisap dengan aspiratoris, kemudian disaring dengan nylon halus dan disimpan dalam freezer pada suhu 0,6-1,70 C jika akan digunakan dalam waktu 1-2 minggu. Kegunaan royal jelly sebagai pengobatan penyakit, kosmetik dan suplemen makanan.

Pollen adalah alat jantan reproduktif tumbuhan berprotein tinggi dan bagi lebah merupakan bahan pembentuk dan pertumbuhan dan pengganti sel-sel using. Polen dapat dipanen dari lebah yang baru kembali dari lapangan ke sarang. Polen berbentuk pellet terkikis dari kaki belakang lebah pekerja sewaktu lebah masuk melalui lubang sekat sempit.

Polen yang jatuh ditampung dipetadah yang ditutp kasa berlubang halus untuk mencegah agar lebah tidak dapat mengambilnya kembali. Menurut Sihombing (2005), saat ditampung polen agak basah dan perlu dikeringkan untuk mencegah kerusakan jamur dan peragian. Pengeringan polen dilakukan dengan sinar matahari atau oven dengan suhu kurang dari 600C. polen digunakan untuk berbagai tujuan antara lain untuk diberi kembali kepada lebah saat polen langka dilapangan dan kemungkinan pasar terbesar dimasa yang akan datang adalah untuk makanan berprotein tinggi.

3.2.Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran efektifitas komunikasi pemasaran HONEY Madoe dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini:

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: Mempengaruhi

Setiap perusahaan memiliki suatu pesan dan media yang digunakan untuk menjelaskan perusahaannya kepada khalayak luas. Seperti halnya dengan unit usaha HONEY Madoe ini yang memiliki suatu pesan yang akan disampaikan kepada para konsumennya. Komunikasi pemasaran merupakan aplikasi

HONEY Madoe

Frekuensi Bauran Promosi HONEY Madoe :

Penjualan Pribadi

Pemasaran Langsung

Word of Mouth

Efektivitas Komunikasi Pemasaran :

 Kognitif

 Afektif

komunikasi yang bertujuan untuk membantu kegiatan pemasaran sebuah perusahaan. Aplikasi itu sangat dipengaruhi tidak hanya oleh berbagai bentuk media pemasarannya, namun juga komunikasi penyampaiannya kepada penerima. Sebuah objek yang akan dipasarkan tidak akan berhasil pemasarannya jika tidak memiliki media yang memadai untuk sampai ke tangan konsumen. Dari kerangka penelitian yang diatas, dapat dijelaskan bahwa penelitian diawali dengan menganalisis Efektivitas komunikasi pemasaran yang ada. Hal tersebut dilakukan dengan melihat frekuensi atau intensitas penyampaian pesan yang dilakukan oleh pihak HONEY Madoe yang terdiri dari periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan penjualan pribadi.

Dalam frekuensi penyampaian ini dilihat mana yang digunakan oleh unit usaha HONEY Madoe selanjutnya dihubungkan dengan efektifitas komunikasi pemasaran yang dilihat dari segi kognitif (pengetahuan), afektif (kesukaan) dan konatif (perilaku). Data dari identifikasi tersebut akan diukur dan diolah menggunakan korelasi Spearman untuk mendapatkan hubungan antara frekuensi atau intensitas komunikasi pemasaran HONEY Madoe dengan aspek kognitif, afektif dan konatif, selain itu juga untuk dapat melihat keberpengaruhan antara variabel satu dengan variabel lainnya. Setelah menapatkan hubungan dan keberpengaruhan antara variabel X dengan variabel Y dapat dilihat efektivitas komunikasi pemasaran yang telah digunakan oleh unit usaha HONEY Madoe.

2.3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut:

1. Semakin sering frekuensi bauran promosi dari HONEY Madoe, maka makin tinggi tingkat kognitif (pengetahuan) yang dimiliki responden

2. Semakin sering frekuensi bauran promosi dari HONEY Madoe, maka makin tinggi tingkat afektif (kesukaan) yang dimiliki responden

3. Semakin sering frekuensi bauran promosi dari HONEY Madoe, maka makin tinggi tingkat konatif (tingkah laku pembelian) yang dimiliki responden

2.4. Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Frekuensi bauran promosi terdiri dari tiga jenis, yaitu penjualan pribadi,

pemasaran langsung dan Word Of Mouth. Hal ini dilihat dari seberapa sering kegiatan promosi dilakukan oleh HONEY Madoe yang diukur dengan cara menentukan skor sebagai berikut:

 Rendah (5-8)

 Sedang (9-12)

 Tinggi (13-15)

2. Kognitif merupakan salah satu aspek dari efektivitas komunikasi pemasaran. Hal ini dapat dilihat dari seberapa tingginya pengetahuan yang dimiliki responden terhadap produk HONEY Madoe, dapat diukur dengan cara penentuan skor sebagai berikut:

 Rendah (10-16)

 Sedang (17-23)

 Tinggi (24-30)

3. Afektif merupakan salah satu aspek dari efektivitas komunikasi pemasaran. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kesukaan yang dimiliki responden terhadap produk HONEY Madoe, Hal ini dapat diukur dengan cara penentuan skor sebagai berikut:

 Rendah (10-16)

 Sedang (17-23)

 Tinggi (24-30)

4. Konatif merupakan salah satu aspek dari efektivitas komunikasi pemasaran. Hal ini dapat dilihat dari tingkat tingkah laku yang dimiliki responden terhadap pembelian produk HONEY Madoe, Hal ini dapat diukur dengan cara penentuan skor sebagai berikut:

 Rendah (10-16)

 Sedang (17-23)

 Tinggi (24-30)

5. Efektivitas komunikasi merupakan penggambaran aspek yang berpengaruh dari Frekuensi komunikasi pemasaran dengan aspek kognitif, afektif dan

konatif di lingkungan kampus IPB Dramaga. Hal ini dapat diukur dengan menentukan skor sebagai berikut:

 Rendah (hanya satu aspek yang memiliki hubungan dan keberpengaruhan)

 Sedang (terdapat dua aspek yang memiliki hubungan dan keberpengaruhan)

 Tinggi (terdapat tiga aspek yang memiliki hubungan dan keberpengaruhan)

BAB III

PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. Lokasi dan Waktu

Penelitian mengenai efektivitas komunikasi pemasaran HONEY Madoe dilaksanakan di unit usaha HONEY Madoe yang terletak di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan di berbagai tempat pemasaran HONEY Madoe di lingkungan sekitar kampus IPB Dramaga. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa unit usaha HONEY Madoe merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di sektor pertanian dan lokasi perusahaan berada di lingkungan kampus IPB Dramaga sehingga mudah dijangkau oleh peneliti.

Selain itu unit usaha HONEY Madoe ini belum ada yang meneliti mengenai komunikasi pemasaran unit usaha tersebut. Penelitian lapangan dilakukan pada bulan Juli sampai dengan November 2011. Pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan kesediaan waktu responden dan informan. Kegiatan penelitian dilaksanakan dalam kurun waktu satu bulan yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2011

Kegiatan

Juli Agust Sept Okt November 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Proposal skripsi Kolokium Pengambilan data lapangan Pengolahan dan analisis data Penulisan draft skripsi Ujian skripsi Perbaikan penelitian

3.2. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif menggunakan metode survei, yaitu dengan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan data primer dan sebagai instrumen pokok pengumpulan data. Pendekatan kualitatif merupakan metode penelitian yang menghasilkan deskripsi kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang.

Data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam dengan informan penelitian yaitu pegawai dari unit usaha HONEY Madoe. Data kualitatif ini juga diperoleh melalui pengamatan pada media komunikasi pemasaran yang digunakan. Data kualitatif berupa pesan atau informasi komunikasi pemasaran dari unit usaha HONEY Madoe. Data kualitatif ini digunakan untuk mendukung data kuantitatif.

3.3. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian mengenai efektivitas komunikasi pemasaran, peneliti menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diambil dengan menggunakan metode survey dan wawancara mendalam kepada responden dan informan. Selain itu, peneliti melakukan pengamatan terhadap proses komunikasi pemasaran yang disampaikan oleh pihak HONEY Madoe dengan para konsumen. Peneliti mewawancarai informan yaitu Bp. WNR selaku manajer pemasaran HONEY Madoe, ibu ASD selaku ketua dari unit usaha HONEY Madoe, dan ibu HND selaku manajer produksi dari unit usaha HONEY Madoe. Data sekunder didapatkan dengan cara mengumpulkan dokumentasi produk HONEY Madoe.

3.4. Teknik Pemilihan Informasi dan Responden

Penelitian ini menggunakan accidental sampling dalam menentukan jumlah responden, yakni peneliti mengambil sampel dari pembeli dan pernah mengkonsumsi HONEY Madoe. Hal ini dikarenakan tidak terdapat data secara rinci mengenai konsumen yang membeli HONEY Madoe di lingkungan kampus IPB Dramaga setiap bulannya. Peneliti mengambil alternatif untuk mengambil 61 responden selama kurun waktu dua minggu.

Konsumen HONEY Madoe kebanyakan merupakan mahasiswa maupun karyawan dari Fakultas Peternakan, Fakultas Perikanan dan Fakultas Kedokteran Hewan. Keberadaan kantin atau penitipan dari HONEY Madoe terdapat pada fakultas tersebut, maka peneliti mengambil sebanyak 61 responden pada kantin- kantin tersebut.

Responden merupakan konsumen yang minimal pernah membeli produk HONEY Madoe di lingkungan kampus IPB Dramaga. Informan dalam penelitian ini merupakan para pengurus HONEY Madoe yang dipilih secara sengaja (purposive) dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi dengan melakukan pengamatan langsung dan wawancara terhadap seluruh kegiatan.

3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan melalui metode survei diolah menggunakan cara pengkodean data. Selanjutnya, data dimasukkan kedalam buku kode dan dipindakan kedalam Microsoft Excel 2007 yang telah disiapkan. Data-data tersebut nantinya akan diolah menggunakan SPSS 17.0. Setelah itu dilakukan juga pengujian menggunakan korelasi Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antar variabel dengan menggunakan data ordinal.

Setelah itu dilakukan pengujian dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana dengan menggunakan metode enter untuk mengetahui pengaruh antar variabel frekuensi bauran promosi terhadap efektivitas komunikasi pemasaran (kognitif, afektif dan konatif).

BAB IV

GAMBARAN UMUM HONEY MADOE

4.1. Gambaran Umum Unit Usaha HONEY Madoe 4.1.1. Sejarah Unit Usaha HONEY Madoe

Unit usaha HONEY Madoe mulai berdiri pada tahun 2006 dan untuk pertama kalinya memperkenalkan produknya di lingkungan Fakultas Peternakan di Institut Pertanian Bogor. Unit usaha HONEY Madoe ini pertama kali digagas oleh ibu Dr.Ir. Asnath M. Fuah, MS dimana beliau adalah salah seorang dosen senior di Fakultas Peternakan, lalu beliau mengajak beberapa dosen lainnya untuk ikut bergabung seperti ibu Ir. Hotnida C.H. Siregar dalam pembentukan unit usaha HONEY Madoe.

Beberapa dosen yang ikut bergabung dalam pembentukan HONEY Madoe ini adalah ibu Ir. Hotnida C.H. Siregar, M,Si dan Bapak Winarno, SP yang merupakan dosen aktif di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Keikutsertaan dosen-dosen tersebut untuk bergabung dengan unit usaha HONEY Madoe, maka sepakatlah dosen-dosen tersebut untuk mengembangkan unit usaha HONEY Madoe. Biaya dalam memproduksi HONEY Madoe pada awalnya merupakan biaya sendiri. Hal ini dikarenakan belum ada pasokan dana yang mencukupi untuk membeli peralatan dan distribusi HONEY Madoe itu sendiri.

Selanjutnya para pengurus HONEY Madoe ini membagi ke dalam bagian bagian pokok pekerjaan yang menjadi tanggung jawab masing-masing. Hal ini berfungsi agar setiap pengurus mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap deskripsi pekerjaan yang dilakukannya, selain itu juga agar pengurus tersebut memiliki pekerjaan yang terorganisir dengan baik agar tidak saling berbenturan dengan tanggung jawab yang lain. Sumberdaya manusia yang hanya terdapat pada pengurus HONEY Madoe, membuat produksi kurang optimal, oleh karena itu unit usaha HONEY Madoe membuka recruitment untuk membantu memproduksi dan mendistribusikan HONEY Madoe di lingkungan kampus IPB Dramaga.

Unit usaha HONEY Madoe ini mempunyai tempat produksi dan distribusi di ruangan yang sama, hal ini dikarenakan unit usaha ini belum memiliki tempat yang luas. Kerjasama yang diberikan oleh unit usaha HONEY Madoe kepada

petani lebah yang berada di Jawa Timur sebagai pemasok utama bahan baku yaitu lebah, unit usaha HONEY Madoe ini mempunyai empat varian yang berasal dari empat pohon yang berbeda-beda, yaitu kelengkeng, kapuk, karet dan rambutan.

Selain itu unit usaha HONEY Madoe juga melayani pemesanan skala besar dan skala kecil, baik di lingkungan kampus IPB Dramaga maupun di luar kampus IPB Dramaga. Berkembangnya HONEY Madoe dengan empat varian, unit usaha HONEY Madoe mulai mengembangkan HONEY Madoe tidak hanya madu yang dapat dikonsumsi, namun juga membuat sabun madu yang terbuat dari madu. Selain itu unit usaha HONEY Madoe juga membuat berbagai accecories yang terbuat dari kapuk seperti tas yang terbuat dari limbah dari pembuatan HONEY Madoe. Sampai saat ini promosi penjualan dan langganan dari unit usaha HONEY Madoe ini sudah sampai luar pulau, diantaranya adalah Ternate, Maluku, Bali dan Kalimantan.

Pada bulan Maret tahun 2011, unit usaha bekerjasama dengan Indomaret dalam penjualan HONEY Madoe. HONEY Madoe telah dapat dibeli tidak hanya di Fakultas Peternakan di Institut Pertanian Bogor, tetapi dapat dibeli lebih dari 400 outlet Indomaret di Jabodetabek. HONEY Madoe yang dijual di Indomaret juga menjualkan empat varian karet, kalengkeng, rambutan dan kapuk dengan berbagai ukuran, namun tidak semua ukuran yang terdapat di Fakultas Peternakan IPB diperjualkan di Indomaret. Kemasan yang terdapat di Fakultas Peternakan IPB berbeda dengan kemasan yang diperjualkan di Indomaret. Hal ini dikarenakan harus ada lambang Indomaret didalam produk HONEY Madoe namun tetap tidak meninggalkan lambang dan logo dari IPB dan HONEY Madoe Fakultas Peternakan.

4.1.2. Organisasi Unit Usaha HONEY Madoe

Dalam setiap unit usaha maupun dalam sebuah perusahaan, pasti memilik sebuah organisasi untuk dapat mengorganisir tanggung jawab yang harus dilakukan oleh masing-masing tanggung jawab yang diberikan. Begitu pula dengan unit usaha HONEY Madoe yang memiliki organisasi dalam unit usahanya. Namun organisasi yang dimiliki oleh unit usaha HONEY Madoe ini tidak memiliki sebuah organisasi yang pasti, karena unit usaha HONEY Madoe hanya memiliki sumberdaya yang sedikit, jadi kepengurusahan HONEY Madoe

fleksibel dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Unit usaha HONEY Madoe ini diketuai oleh manajer umum yang membawahi dua manajer yaitu manajer produksi dan manajer pemasaran.

Setiap manajer memiliki tanggung jawab masing-masing terhadap pekerjaannya namun tidak menutup kemungkinan untuk setiap anggota dari manajemen lain untuk membantu menejemen lainnya, karena unit usaha HONEY Madoe sebuah unit usaha yang tidak memiliki sumberdaya yang cukup untuk membentuk suatu organisasi yang pasti dalam kepengurusannya. Pada Gambar 3 dibawah ini merupakan bagan kepengurusan HONEY Madoe tahun 2011.

Gambar 3. Bagan Kepengurusan Unit Usaha HONEY Madoe

Berdasarkan pada Gambar 3 mengenai bagan kepengurusan dari unit usaha HONEY Madoe, manajer umum dari unit usaha HONEY Madoe ini membawahi manajer produksi dan manajer pemasaran. Manajer produksi pada unit usaha HONEY Madoe ini berfungsi sebagai pengontrol dan bertanggung jawab dari mulai pemasokan madu dari wilayah Jawa Tengah maupun Jawa Timur hingga sampai kepada packaging HONEY Madoe. Manajer pemasaran berfungsi mengembangkan jaringan pasar ke seluruh Indonesia dan membantu mengirim produk HONEY Madoe pada Indomaret.

Unit usaha HONEY Madoe merupakan unit usaha yang mempunyai organisasi yang fleksibel. Hal ini dikarenakan unit usaha HONEY Madoe mempunyai sumberdaya manusia yang sangat terbatas sehingga anggota dari manajer produksi dapat berpindah untuk membantu anggota dari manajer pemasaran, begitu pula sebaliknya. Hal ini tergantung pada tingkat kelonggaran dari masing–masing divisi.

Manajer Umum

4.1.3. Jenis Produk HONEY Madoe

Madu merupakan bahan makanan energi yang baik sekali karena mengandung gula-gula sederhana yang dapat segera dimanfaatkan tubuh, selain itu madu juga mengandung garam-garam mineral dan bahan-bahan lain yang dibutuhkan tubuh. Selain itu, unit usaha HONEY Madoe ini juga memproduksi sabun madu yang berfungsi untuk melembutkan kulit, accecories dari bahan baku pembuatan madu ini juga diproduksi oleh unit usaha HONEY Madoe yang berfungsi untuk lebih memanfaatkan olahan-olahan yang dapat dihasilkan oleh lebah.

Unit usaha HONEY Madoe yang berproduksi di Fakultas Peternakan IPB ini memiliki beberapa produk, diantaranya adalah madu asli yang memiliki empat varian yaitu madu kelengkeng, madu kapuk, madu rambutan dan madu karet. Perbedaan dari setiap varian madu terletak pada rasa, aroma dan warna dari masing-masing varian madu.

a) Madu kapuk memiliki warna yang relatif lebih terang dibandingkan dengan madu dengan varian yang lain. Rasa dari madu kapuk ini manis agak sedikit asam, namun tidak terlalu legit dan pahit, selain itu memiliki aroma yang khas dibandingkan dengan madu varian lain.

b) Madu dengan varian kelengkeng memiliki rasa yang paling manis dibandingkan dengan varian lain dan memiliki warna cokelat kehitaman dan terlihat lebih pekat dibandingkan dengan madu varian lain.

c) Madu dengan varian karet memiliki warna yang lebih gelap dibandingkan dengan madu kapuk dan memiliki rasa yang cenderung lebih manis dari madu kapuk

d) Madu rambutan merupakan madu yang memiliki rasa yang cenderung manis namun masih satu level di bawah madu kelengkeng dan memiliki warna yang cukup gelap dibandingkan dengan madu varian kapuk dan karet.

Dengan kemurnian dan keaslian madu yang dimiliki oleh unit usaha HONEY Madoe ini, unit usaha HONEY Madoe percaya diri bahwa produk yang diproduksinya dapat bertahan dan bersaing dengan produk-produk madu yang telah beredar di pasaran.

Semua varian madu ini dapat diperoleh di laboratorium NRSH, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, dan beberapa kantin yang tersebar dimadu seluruh lingkungan kampus IPB Dramaga. HONEY Madoe yang diproduksi dan didistribusikan ke daerah dan beberapa tempat di lingkungan kampus IPB