IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.6 Kualitas dan Prospek Penggunaan Kayu JUN
Kualitas tanaman JUN mencakup sifat biologis dan sifat mekanis kayu. Sifat biologis tanaman JUN meliputi sifat klon (hasil seleksi genotif), struktur morfologis, ketahanan tumbuh (sifat perakaran), kemampuan adaptasi pada area tumbuh, laju pertum- buhan dimensi (keliling, tinggi), riap tumbuh dan ketahanan terhadap serangan hama penyakit (Padlinurjaji dan Rahayu, 2009).
Perbandingan struktur morfologis kayu JUN dan kayu jati konvensionil seperti pada Gambar 11.
Gambar 11: Perbedaan Penampang melintang Jati JUN (a) dengan jati Biasa(b)
Sifat mekanis kayu JUN mencakup kadar air, kerapatan jenis, ratio penyusutan atau perubahan dimensi, berat jenis, kekerasan, kelas awet kayu dan kandungan zat ekstraktif kayu (Damayanti, 2010).
4.6.1 Sifat Fisik dan Kualitas Kayu
Untuk tujuan prospek penggunaan kayu untuk industri biasanya lebih memper- timbangkan sifat kualitas mekanika kayu. Secara teknis diameter Jati JUN yang berumur lima tahun dapat mencapai diameter 32 cm, sedangkan jati konvensional pada umur yang sama hanya mencapai 11,5 cm. Sifat pertumbuhan jati JUN yang lebih cepat tersebut menyebabkan pertumbuhan sel lebih banyak pada struktur mofologisnya (Padlinurjaji dan Rahayu, 2009).
Jati JUN pada usia 4 dan 5 tahun telah terjadi pembentukan tilosis atau perubahan pewarnaan (discoloured wood) yang mengindikasikan terjadinya pembentukan kayu teras, walapun kandungan zat ektratif lebih rendah dari kayu jati konvensional. Diasumsikan pembentukan kayu teras hanya bersifat sekunder atau belum sesungguhnya atau masih kayu juvenile atau kayu muda (Damayanti, 2010).
Panjang serat kayu JUN ratar-rata lebih panjang dari kayu jati konvensional, yang sangat dipengaruihi faktor genetik dan pertumbuhan yang berasal dari stek pucuk yang menghasilkan sel dengan sifat seperti jati dewasa. Rata-rata panjang serat JUN 1.325 μm, panjang pembuluh 352 μm, dan diameter pembuluh 200 μm. Rata-rata panjang serat jati konvensional 1.100 μm, panjang pembuluh 329 μm dan diameter pembuluh 127 μm. Dimensi pembuluh yang lebih besar menyebabkan tekstur kayu JUN menjadi lebih kasar (Damayanti, 2010).
Kadar air JUN lebih tinggi lebih dari kayu jati Konvesional, disebakan kerapatan kayu dan berat jenisnya kayu JUN lebih rendah dari kayu jati konvesional. Berat jenis (BJ) JUN 0,48 sedangkan berat jenis jati konvensional 0,55, maka sesuai berat jenis ter- sebut kayu JUN termasuk kelas kuat III. Sifat penyusutan kayu JUN semakin stabil pada umur lima tahun dibandingkan kayu JUN yang berumur empat tahun (Damayanti, 2010).
Sifat kekerasan kayu JUN lebih rendah daripada jati konvensionil, yaitu kekerasan sisi 113 kg/cm2 dan kekerasan ujung 184 kg/cm2, sedangkan kekerasan kayu jati konven- sional kekerasan sisi 164 kg/cm2 dan kekerasan ujung 223 kg/ cm2 (Damayanti, 2010).
Kandungan zat ekstraktif kayu JUN lebih tinggi antara 2,53 - 2,95%. Dibanding- kan kayu jati konvensional. Pada kayu JUN dibagian peralihan (batas pewarnaan) memi- liki kadar ekstraktif paling tinggi. Warna ekstraktif kayu JUN lebih pekat dibandingkan kayu jati konvensional dan mengandung zat tectoquinon yang bersifat racun bagi serang- an rayap atau hama perusak kayu (Lukmandaru, 2009).
Sifat keawetan kayu JUN dari serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgreen.), pada umur lima tahun, termasuk kelas IV. Kandungan ekstraktif kayu JUN pada umur tersebut masih belum bersifat mematikan, terutama sifat racun (chinon) yang terkandung pada zat ekstraktif tectoquinon. Pada derajat serangan sedang dan belum meluas, kerusakan yang tembus hingga ke permukaan kayu pada JUN lebih sedikit diban- dingkan kayu jati konvensional (Damayanti, 2010).
4.6.2 Prospek Penggunaan Kayu JUN
Sifat-sifat penting kayu yang digunakan untuk suatu produk kayu sering berbeda dengan sifat-sifat penting untuk produk yang lain. Kualitas kayu untuk penggunaan bahan baku industri, ditentukan oleh satu atau lebih faktor-faktor variabel yang mempengaruhi- nya seperti struktur anatomi dan sifat fisika kayu (Padlinurjaji dan Rahayu, 2009).
Sesuai sifat fisik kayu JUN yang berumur lima tahun masih mengandung 100% kayu muda (juvenile wood), sehingga penggunaan kayu JUN utuh untuk konstruksi tidak diperkenankan. Hasil penelitian beberapa asal tumbuh dari klon kayu jati, diketahui kayu jati akan mengalami masa pembentukan sifat kayu teras primer (peralihan kayu juvenile menjadi kayu dewasa) pada antara usia tumbuh 10 sampai 12 tahun (Wahyudi et al., 2005).
Hasil penelitian pengolahan kayu JUN pada usia 4 tahun dan 5 tahun dapat diproduksi menjadi sortimen belahan (papan atau balok) dan sortimen kupasan (Venir). Bahan sortimen tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk produk pertukang-
an/mebel, moulding dan furniture dan bagian interior bangunan bukan untuk konstruksi (Damayanti, 2010).
Untuk tujuan pengolahan biasanya kayu dipertimbangkan dari kemudahan penger- jaan (kelas mutu I dan II) dan sifat laju pengeringan. Hasil percobaan pengolahan kayu menjadi sortimen belahan untuk bahan furniture, untuk kayu JUN yang berumur lima ta- hun, kerapatan dan berat jenisnya proporsional. Bahan kayu tidak berat namun cukup kuat untuk menopang beban (bending strength). Sifat kekerasannya rendah menyebabkan kekuatan pegang terhadap paku lemah (tensile strength). Tekstur kayu masih kasar sehingga tidak efisien pada proses sanding (penghalusan). Penyerutan mudah dan cepat rata, sehingga kayu JUN termasuk kelas mutu I. Stabilitas dimensi kayu baik, dengan laju pengeringan antara 27– 40 hari dapat mencapai kadar air < 15%. Pada kondisi kadar air rendah akan dihasilkan warna terang namun corak jati kurang nampak (Damayanti, 2010).
Hasil pengolahan bahan baku kayu JUN, dapat dibentuk produk sortimen kayu dan produk furniture, seperti pada contoh Gambar 12.
Sifat venir kayu JUN pada umur 4 dan 5 tahun dapat dikupas dalam kondisi dingin, menghasilkan rendemen 37% untuk JUN umur 5 tahun dan 27% untuk JUN umur 4 tahun. Kebundaran 0,97 untuk JUN umur 5 tahun dan 0,90 untuk JUN umur 4 tahun. Keragaman tebal venir stabil (baik), corak venir kayu cukup menarik, terutama pada venir bagian dalam karena telah ada pewarnaan. Corak venir kayu belum nampak karena
Gambar 12 : Contoh beberapa manfaat penggunaan Kayu JUN dari tanaman yang berusia lima tahun (Damayanti, 2010)
pengaruh lingkar tumbuh. Tekstur venir yang dihasilkan termasuk kasar, sehingga lebih cocok untuk digunakan sebagai venir inti (Damayanti, 2010).