• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kuisioner Survei Potensi Dan Daya Dukung Hijauan Sebagai Pakan

sebesar 5 %. Peternak yang memiliki lebih dari 6 ekor ialah peternak yang berasal dari Desa Panjunan yang memiliki 34 ekor karena peternak tersebut memiliki limbah agroindustri sendiri, kebun rumput sendiri yang lebih banyak daripada peternak yang lain.

Gambar 6. Presentase Jumlah Responden Kecamatan Pati Berdasarkan Kepemilikan Ternak Tahun 2010

Tenaga Kerja

Tenaga kerja peternak di Kecamatan Pati hampir semuanya menggunakan tenaga kerja keluarga yang sebagian besar laki-laki (93,33%) dan sisanya tenaga kerja perempuan (6.67%). Setiap tenaga kerja asal keluarga memiliki tanggung jawab masing-masing yaitu membersihkan kandang, menyediakan hijauan, dan memberikan pakan dan minum pada ternak. Tenaga kerja perempuan hanya sebatas dalam pemberian pakan, sedangkan pengadaan pakan setiap harinya dan pembersihan kandangnya dilakukan oleh anak laki-laki dan laki-laki dewasa, hal ini sesuai dengan pernyataan Soewardi dan Suryahadi (1988), bahwa di Indonesia tenaga kerja keluarga merupakan andalan utama pemenuhan tenaga kerja dalam pemeliharaan ternak yang sifatnya tradisional, dan tidak dinilai dengan uang, meskipun usaha tani dapat sekali-kali membayar tenaga kerja tambahan untuk pemeliharaan ternak. Anggota keluarga yang aktif bekerja pada usaha tani tergantung dari banyaknya anggota keluarga yang sudah dewasa dan banyaknya laki-laki dalam keluarga tersebut.

26 Gambar 7. Presentase Jumlah Responden Kecamatan Pati Berdasarkan Tenaga Kerja Tahun 2010

Jenis Hijauan

Cara penyediaan pakan secara cut and carry membatasi ternak dalam memilih pakan. Pola penyediaan HMT dilihat dari jenis pakan yang diberikan pada ternak oleh setiap peternak berbeda-beda, tetapi jenis pakan pokoknya adalah hijauan. Hijauan makanan ternak (HMT) yang diberikan pada ternak sapi potong dibagi dua macam yaitu rumput (graminae) dan kacang-kacangan (leguminosae). Tabel 3. Penggunaan Jenis Hijauan dan Limbah Pertanian

Jenis hijauan Jumlah pemakai (peternak) Persentase (%) Rumput Lapang 41 68,33 Rumput Gajah 41 68,33 Jerami Padi 32 53,33 Daun Tebu 10 16,66 Kulit Singkong 5 8,33 R. Setaria 1 1,67

Jerami Kacang Hijau 1 1,67

Bonggol Pisang 1 1,67

Bonggol Jagung 1 1,67

Jenis pakan yang disediakan oleh peternak di Kecamatan Pati antara lain hijauan dan konsentrat serta ada yang menggunakan hijauan saja. Konsentrat diberikan sesuai dengan ketersediaan dan harga. Konsentrat yang digunakan yaitu dedak dan menggunakan limbah pertanian berupa kulit singkong, dan ampas tahu, jerami padi, jerami kacang hijau, bonggol pisang, bonggol jagung. Pakan berupa

27 konsentrat hampir tidak atau sangat jarang diberikan. Hal tersebut disebabkan karena bagi peternak harganya masih tergolong mahal dan konsentrat juga susah didapatkan di Kecamatan Pati. Selain itu kepedulian peternak terhadap pentingnya penyediaan pakan yang bernutrisi bagi sapi potong di Kecamatan Pati masih terbatas.

Data pada Tabel 3 menunjukkan jenis hijauan yang paling banyak dan paling sering digunakan oleh peternak yaitu rumput lapang dan rumput gajah dengan presentase 68,33 %. Para peternak menggunakan HMT tersebut karena ketersediaannya yang melimpah dan mudah diperoleh. Ada juga jenis hijauan yang jarang digunakan seperti rumput setaria, kulit ketela, jerami kacang hijau, daun tebu, bonggol jagung, dan bonggol pisang. Jenis hijauan tersebut jarang digunakan karena ketersediaannya yang kurang. Penambahan garam di pakan juga diberikan sebagai suplemen mineral dan meningkat palatabilitas. Dari berbagai jenis HMT tersebut, terdapat jumlah persentase dan jumlah pemakai atau peternak. Jumlah peternak dan jumlah persentase tersebut merupakan hasil dari jumlah responden peternak sapi potong yang berjumlah 60 peternak di Kecamatan Pati yang menggunakan jenis hijauan makanan ternak tersebut.

Tingkat ketersediaan hijauan makanan ternak pada suatu wilayah merupakan salah satu faktor yang sangat penting serta turut mempengaruhi dinamika populasi dalam keberhasilan pengembangan ternak khususnya ternak herbivora. Menurut Natasasmita dan Murdikdjo (1980), dalam memperhitungkan potensi suatu wilayah untuk mengembangkan ternak secara teknis, perlu dilihat populasi ternak yang ada di wilayah tersebut dihubungkan dengan potensial untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang diperhitungkan, antara lain: lahan pertanian, perkebunan, padang pengembalaan, dan sebagian kehutanan.

Pola Penyediaan Hijauan

Sistem pemeliharaan ternak secara intensif dengan pola penyediaan HMT lebih bagus untuk Kecamatan Pati karena masyarakat di Kecamatan Pati menguasai cara pengolahan lahan-lahan kritis dan memanfaatkan pinggiran lahan yang masih kosong kemungkinan besar dapat memenuhi penyediaan hijauan pakan dan mendukung usaha peternakan di daerah tersebut. Soewardi (1985) menyatakan peningkatan produksi pakan ternak dapat dilakukan melalui manipulasi pola pertanian tanaman pangan dan tanaman pemulihan kesuburan tanah. Misalnya, di

28 Kecamatan Pati tersebut dilakukan adanya pergantian tanaman di sawah ketika musim berganti. Musim hujan sawah digunakan untuk menanam padi dan ketika musim kemarau ditanami jagung, rumput gajah, ketela.

Sistem pemeliharaan secara intensif memiliki keuntungan selain bisa mengontrol kondisi ternak, juga bisa memanfaatkan feses sebagai pupuk kandang. Penyediaan hijauan makanan ternak (HMT) dengan sistem intensif dilakukan secara

cut and carry (mengarit) yaitu cara penyediaan pakan dengan cara dipotong dan diangkut. Para peternak biasanya mengangkut hijauan pakan dengan gerobak kecil, sepeda, atau dengan menggunakan pikulan berjalan kaki hingga rumah. Penyediaan HMT dengan sistem cut and carry di Kecamatan Pati tersebut dilakukan peternak pada pagi hingga sore. Peternak biasanya memberi pakan terlebih dahulu sebelum berangkat ke sawah. Sebelum mereka pulang ke rumah, mereka mencari pakan terlebih dahulu untuk pakan ternak besok pagi. Frekuensi pemberian pakan tanpa ada batasan atau ad libitum karena para peternak di Kecamatan Pati tersebut menganggap bahwa ternak apabila diberi pakan terus menerus akan cepat tumbuh besar.

(a) Rumput Gajah (b) Tebu Gambar 8. Jenis Hijauan Pakan di Kecamatan Pati

Sistem pemeliharaan secara intensif memerlukan kandang yang baik. Perkandangan di Kecamatan Pati ini umumnya masih sederhana. Kandang umumnya beratapkan genting dengan dinding bambu atau kayu. Para peternak membuat kandang dengan seadanya karena peternak menjalankan usaha ternak umumnya hanya bersifat sampingan dengan modal yang kecil bersifat non industri dan pemakaian tenaga kerja dari anggota keluarga (peternakan rakyat).

29

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 9. Perkandangan Sapi Potong di Kecamatan Pati

Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia

Penentuan analisis Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) di Kecamatan Pati menggunakan data primer dan sekunder. Hasil penghitungan KPPTR di Kecamatan Pati disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia

Uraian Desa Kecamatan

Pati Kutoharjo Ngepungrojo Panjunan Sidokerto

PMSL (ST) 140 210 109,9 155,169 2116 PMKK (ST) 8661 4236 2841 3426 5484 POP RIIL (ST) 166 494 46 42 1553 KPPTR SL (ST) -26 -284 64 113 563 KPPTR KK (ST) 8495 3742 2795 3384 3931

Keterangan : PMSL = Potensi Maksimum Sumberdaya Lahan, PMKK = Potensi Maksimum Kepala Keluarga, POP RIIL = Populasi Riil, KPPTR SL = Kapasitas Peningkatan Ternak Ruminansia berdasarkan Sumberdaya Lahan, KPPTR KK = Kapasitas Peningkatan Ternak Ruminansia berdasarkan Kepala Keluarga.

30 Data pada Tabel 4 memperlihatkan data KPPTR empat desa dan Kecamatan Pati. Berdasarkan data yang diperoleh, pada Desa Kutoharjo dapat dihitung potensi maksimum berdasarkan sumberdaya lahan sebesar 140 ST. Potensi maksimum berdasarkan kepala keluarga sebesar 8.661 ST, sedangkan populasi riil sebesar 166 ST. Berdasarkan Tabel 4. Hasil perhitungan Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) sumberdaya lahan di Desa Kutoharjo adalah -26 ST. Hasil tersebut menunjukkan bahwa daerah tersebut tidak dapat menampung ternak ruminansia lagi atau kelebihan ternak ruminansia sebesar 26 ST. Hasil KPPTR berdasarkan kepala keluarga adalah 8.495 ST. Hal yang mempengaruhi hasil negatif KPPTR di daerah ini ialah kurangnya luas ladang atau tegalan, luas sawah, dan jumlah penduduk yang padat.

Desa Ngepungrojo mempunyai potensi maksimum berdasarkan sumberdaya lahan sebesar 210 ST. Potensi maksimum berdasarkan kepala keluarga sebesar 4.236 ST, sedangkan populasi riil sebesar 494 ST. Hasil perhitungan Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) sumberdaya lahan di Desa Ngepungrojo adalah -284 ST. Hasil tersebut menunjukkan bahwa daerah tersebut tidak dapat menampung ternak ruminansia lagi atau kelebihan ternak ruminansia sebesar 284 ST. Hasil KPPTR berdasarkan kepala keluarga adalah 3.742 ST. Hal yang mempengaruhi hasil negatif KPPTR di daerah ini ialah kurangnya luas ladang atau tegalan, luas sawah, kurangnya padang rumput, jumlah populasi ternak yang padat, dan kekeringan yang menyebabkan tumbuhan tidak bisa tumbuh dengan baik.

Desa Panjunan memiliki potensi maksimum berdasarkan sumberdaya lahan sebesar 109,9 ST. Potensi maksimum berdasarkan kepala keluarga sebesar 2.841 ST, sedangkan populasi riil sebesar 46 ST. Berdasarkan perhitungan Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) sumberdaya lahan di Desa Panjunan adalah 64 ST. Hasil tersebut menunjukkan bahwa daerah tersebut masih mempunyai potensi menampung ternak ruminansia lagi sebesar 64 ST. Hasil KPPTR berdasarkan kepala keluarga adalah 2.795 ST. Desa Panjunan memiliki populasi yang sedikit dan ketersediaan hijauan pakan yang dapat memenuhi kebutuhan pakan ternak sehingga tidak perlu menambah atau mengambil hijauan dari desa lain sehingga daerah ini masih mempunyai potensi untuk menambah ternak.

31 Desa Sidokerto mempunyai potensi maksimum berdasarkan sumberdaya lahan sebesar 155,169 ST. Potensi maksimum berdasarkan kepala keluarga sebesar 3.426 ST, sedangkan populasi riil sebesar 42 ST. Hasil perhitungan Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) sumberdaya lahan di Desa Sidokerto adalah 113 ST. Hasil tersebut menunjukkan bahwa daerah tersebut masih mempunyai potensi menampung ternak ruminansia lagi sebesar 113 ST. Hasil KPPTR berdasarkan kepala keluarga adalah 3.384 ST. Desa Sidokerto memiliki ketersediaan hijauan pakan yang berlebih untuk kebutuhan pakan ternak dan jumlah populasi ternaknya lebih sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa di daerah ini masih mempunyai potensi untuk menambah ternak.

Berdasarkan data yang diperoleh, secara pada Kecamatan Pati dapat dihitung potensi maksimum berdasarkan sumberdaya lahan sebesar 2.116 ST. Potensi maksimum berdasarkan kepala keluarga sebesar 5484 ST, sedangkan populasi riil sebesar 1.553 ST. Berdasarkan Tabel 4. Hasil perhitungan Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) sumberdaya lahan di Kecamatan Pati adalah 563 ST. Hasil tersebut menunjukkan bahwa daerah tersebut masih mempunyai potensi menampung ternak ruminansia lagi sebesar 563 ST. Hasil KPPTR berdasarkan kepala keluarga adalah 3.931 ST. KPPTR Efektif pada Kecamatan Pati adalah 563 ST.

Hal yang mempengaruhi perbedaan hasil KPPTR antar desa ialah jumlah populasi ternak ruminansia, jumlah peternak, luas sawah, luas tegalan, rawa, dan padang rumput yang berbeda. Hal ini sesuai dengan Prasetyastuti (1985) bahwa lahan yang potensial untuk pengembangan peternakan ruminansia potong adalah lahan garapan tanaman pangan (sawah, tanah tegalan dan ladang), lahan padang rumput dan lahan rawa.

32 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kecamatan Pati mempunyai peternakan rakyat yang kebanyakan berskala kecil, bersifat sambilan atau sampingan. Potensi untuk mengembangkan peternakan khususnya sapi potong. Hal ini dapat dilihat pada hasil KPPTR di Kecamatan Pati menunjukkan nilai KPPTR Efektifnya positif yang artinya bahwa daerah tersebut masih mempunyai potensi untuk menambah ternak sesuai dengan banyaknya daya tampung.

Saran

Perlunya peningkatan kerjasama antara peternak dengan pihak Kecamatan Pati mengenai penambahan populasi ternak, integrasi penyediaan hijauan makanan ternak (HMT), keterampilan beternak masyarakat, dan pemanfaatan lahan-lahan kosong seperti tegalan, lapangan, kebun, halaman rumah, dan pinggiran jalan.

33 UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillaahirabbil’aalamiin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Hanya karena pertolongan dan kemudahan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Ir. Sudarsono Jayadi, M.Sc. Agr., selaku pembimbing utama skripsi dan Ir. M. Agus Setiana, MS., selaku pembimbing anggota skripsi sekaligus pembimbing akademik atas bimbingan, saran, dan nasihat yang telah diberikan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc. Agr., atas nasihat dan dukungan semangatnya. Terimakasih kepada Nur Rochma Kumalasari, S.Pt. M.Si., selaku dosen pembahas seminar yang telah memberi banyak masukan untuk penulisan skripsi. Terimakasih kepada Ir. Lidy Herawati, MS. dan Ir. Dwi Joko Setyono, MS., selaku dosen penguji sidang yang telah memberi banyak masukan untuk penulisan skripsi. Terimakasih kepada Ir. Widya Hermana, M.Si., selaku dosen panitia sidang yang telah memberi banyak masukan untuk penulisan skripsi yang sempurna.

Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada Bapak Edi Triono dan Ibu Sisilia Dwi Yuningtyas selaku orang tua penulis yang selalu mencurahkan kasih sayang tiada hentinya, do’a, dukungan moril dan materiil yang diberikan kepada penulis. Terimakasih kepada Ella Rosita selaku adik penulis yang selalu memberi dukungan semangat dalam penulisan skripsi.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Kusen dan keluarga yang telah memberikan tempat dan nasihat tentang kehidupan selama penelitian. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Parno, para peternak, aparat kelurahan Panjunan, Sidokerto, Ngepungrojo, dan Kutoharjo, serta Ibu Niken, Bapak Rom, dan Bapak Gunawan dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pati, yang telah banyak membantu dalam penelitian. Terimakasih pada pihak-pihak Kecamatan Pati dan Kabupaten Pati yang telah banyak membantu dalam penelitian yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Terimakasih kepada kakak-kakak kelas di Lab. Agrostologi, yaitu Mas Iwan, Mas Agus, Mas Dani yang telah memberi nasihat dan membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman satu tim

34 penelitian sekaligus sahabat karib penulis yaitu Ainol atas kerjasama, pengertian, dan kesabarannya dalam membantu penulis selama proses penelitian dan penulisan skripsi. Terimakasih banyak kepada Alumni Anak Panti Nutrisi’43, yaitu Musmulyadi, Rolis, H. Krisna, Lukman, Indra, Aseb, Ana, Tyas, Izzah, Legis, Danu, dan Tika selama kuliah. Kepada Ibu Nunu dan calon istri Lusia N. Herawati diucapkan terimakasih atas waktu dan dukungan semangatnya selama penulisan skripsi. Terimakasih kepada teman-teman Nutrisi’43, dan Kost Pondok Salman A2 yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas kebersamaan dan persahabatan selama ini.

Pelajaran dan pengalaman yang penulis dapat dalam penelitian ini banyak sekali. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Desember 2011

35 DAFTAR PUSTAKA

Aksi Agraris Kanisius. 1983. Hijauan Makanan Ternak: Potong, Kerja dan Perah. Kanisius. Yogyakarta.

Aksi Agraris Kanisius. 2005. Hijauan Makanan Ternak: Potong, Kerja dan Perah. Kanisius. Yogyakarta.

Ahmad, S.N, D.D Siswansyah & D.K.S Swastika. 2004. Kajian sistem usaha ternak sapi potong di Kalimantan Tengah. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 7 (2): 155-170.

Andrews, F.M. 1984. Construct validity and error components of survey measures. Public Opin Q: 409–442.

Aziz, M.A. 1993. Agroindustri Sapi Potong. Prospek Pengembangan pada PJPT II. PT. Insan Mitra Satya. Jakarta.

BPS (Badan Pusat Statistik). 2009. Pati Dalam Angka 2009. Badan Pusat Statistik, Pati.

Dasman, R.F. 1964. Wildslife Biology. J. Wiley and Son. Inc. New York.

Dasman, R.F, J.P Milton & H. Freeman. 1977. Prinsip Ekologi untuk Pembangunan Ekonomi. PT. Gramedia. Jakarta.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pati. 2009. Profil Peternakan Kabupaten Pati. Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pati, Pati.

Djaenudin, D, M. Hendrisman, Subagjo & A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Puslitbangtanak, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

[FAO] Food and Agriculture Organization. 1976. A Framework for Land Evaluation. International Institute for Land Reclamation and Improvement. Wageningen. Hardjowigeno, S. & Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata

Guna Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Karyadi, D. 2008. Strategi pengembangan usaha peternakan domba rakyat Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Peternakan Bogor. Bogor.

Ma’sum, M. 1999. Kemungkinan Penggunaan Data Satelit untuk Mengestimasi Produksi Pakan Ruminansia. Wartazoa, Buletin Ilmu Peternakan Indonesia 8 (1): 15-19. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Deptan. Bogor.

36 Manurung, T. 1996. Penggunaan hijauan leguminosa pohon sebagai sumber protein

ransum sapi potong. J. Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3): 143-147.

Natasasmita, A. & K. Murdikdjo. 1980. Beternak Sapi Pedaging, Dalam Rangka Penataran Rural Credit Project- BRI Angkatan II. Jakarta: Unit Penataran Rural Credit Project-BRI.

Nasrullah R. Salam, Chalidjah. 1996. Pemberian Daun Leguminosa sebagai Subtitusi Konsentrat dalam Ransum Penggemukan Sapi Bali. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor. 7-8 Nopember 1995. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. hlm 627-630. Bogor.

Nitis, I.M. 1993. Forage Production System in Marginal Land. Proc. Seminar on Ruminant Nutrition in the Topics, Cipanas.

Nitis, I.M. 1995. Sistem Penyediaan Pakan Hijauan Menunjang Industri Peternakan yang Berkesinambungan. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Cisarua Bogor 7-8 Nopember 1995, Jilid I hlm 203-211 Puslitbangnak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Deptan. Bogor. Padmowiharjo, S. 1994. Psikologi Belajar Mengajar. Materi Pokok Mata Kuliah

Universitas Terbuka. Jakarta.

Prasetyastuti, T.E. 1985. Pendugaan kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia potong berdasarkan sumberdaya lahan di Propinsi Jawa Barat. Karya Ilmiah Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Preston, T.R. & W.B Willis. 1974. Intensive Beef Production. J. Anim. Sci. 43 (2): 418-425.

Rakhmat, J. 2005. Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Reksohadiprojo, S. 1984. Produksi Hijauan Makanan Ternak Tropik. Fakultas Ekonomi UGM. Yogyakarta.

Riady, M. 2004. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi Sapi Potong menuju 2020. Di dalam Setiadi B et al. Editor. Prosiding Lokakarya Nasional Sapi Potong. Yogyakarta. 8-9 Oktober 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. hlm 3-6. Bogor.

Saefulhakim, R.S. & L. I. Nasoetion. 1995. Prospek Pengembangan Kambing Domba Bagi Petani Kecil dan Perlunya Pendekatan Keilmuan Terpadu. Dalam : Prosiding Seminar Penelitian Peternakan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

Simamora, B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

37 Sitorus, S.R.P. 1998. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Tarsito. Bandung.

Soehadji. 1995. Membangun Peternakan Tangguh. Orasi Ilmiah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Padjadjaran. Bandung.

Soehardjo, A. & D. Patong. 1973. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani. IPB. Bogor. Soemarwoto, I. 1983. Pengelolan Sumberdaya Alam. Bagian II. Sekolah Pasca

Sarjana. Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB. Bogor. Soewardi, B. 1985. Peta Potensi Wilayah Penyebaran dan Pengembangan dan

Pengembangan Peternakan. Laporan. Kerjasama Direktorat Penyebaran dan Pengembangan Peternakan, Ditjen Peternakan, Deptan, dan Fapet IPB. Bogor. Soewardi, B. & Suryahadi. 1988. Potensi Dan Sistem Usaha Tani Pengembangan

Peternakan di daerah Transmigrasi Sumatera. Prosiding Pengembangan Peternakan di Sumatera Dalam Menyongsong Era Tinggal Landas. Fakultas Peternakan. Universitas Andalas Padang. Padang.

Sofyan, I. 2003. Kajian Pengembangan Bisnis Pengusahaan Kebun Rumput Gajah untuk Penyediaan Pakan pada Usaha Penggemukan Sapi Potong PD. Gembala Kabupaten Garut Jawa Barat. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Sri Kuning, S.W. 1999. Analisis Kebutuhan Budidaya Sapi Perah di Kabupaten Sleman D. I. Y. Skripsi. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.

Stone DH. 1993. Design a questionnaire. BMJ, 307:1264–6.

Sudardjat, Sofyan, & R. Pambudy. 2000. Menjelang Dua Abad Sejarah Peternakan dan Kesehatan Hewan Indonesia: Peduli Peternak Rakyat. Yayasan Agrindo Mandiri. Jakarta.

Sugeng, Y.B. 1998. Sapi Potong. Cetakan VI. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suparini. 1999. Pengkajian Potensi Wilayah Kabupaten Bogor sebagai Wilayah Pengembangan Ternak Sapi Potong. Skripsi. Fakultas Peternakan IPB. Bogor. Suratman, S. Ritung & Djaenudin. 1998. Potensi Lahan untuk Pengembangan Ternak

Ruminansia Besar di Beberapa Propinsi di Indonesia. Dalam Karama AS. (Editor). Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bidang Pedologi. Cisarua. 4-6 maret 1997. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Hlm. 169-182. Bogor.

Susetyo, S. 1980. Padang Pengembalaan. Departemen Ilmu Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

38 LAMPIRAN

39 Lampiran 1. Peta Kabupaten Pati

40 Lampiran 2. Data Pendidikan Peternak

Keterangan Pendidikan

Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Kecamatan Pati 9 29 10 12 0 % 15 48,3 16,7 20 0 Ngepungrojo 6 6 1 2 0 % 40 40 6,67 13,33 0 Sidokerto 0 8 5 2 0 % 0 53,33 33,33 13,33 0 Panjunan 1 7 2 5 0 % 6,67 46,67 13,33 33,33 0 Kutoharjo 2 8 2 3 0 % 13,33 53,33 13,33 20 0

Lampiran 3. Data Pekerjaan Peternak

Keterangan Pekerjaan

Petani PNS Pensiunan Pedagang Lainnya Kecamatan Pati 28 2 1 1 28 % 46,67 3,33 1,67 1,67 46,67 Ngepungrojo 10 0 0 0 5 % 66,67 0 6,67 26,67 33,33 Sidokerto 6 0 0 1 8 % 40 0 0 6,67 53,33 Panjunan 6 1 1 0 7 % 40 6,67 6,67 0 46,67 Kutoharjo 6 1 0 0 8 % 40 6,67 0 0 53,33

41 Lampiran 4. Data Pekerjaan Peternak Lainnya di Kecamatan Pati

Jenis Pekerjaan Lainnya Jumlah Persentase (%)

Buruh Tani 4 6,67 Buruh/ Swasta 4 6,67 Pengrajin 2 3,33 Montir 2 3,33 Sopir 2 3,33 Tukang Becak 4 6,67 Kuli Bangunan 3 5 Tukang Plitur 2 3,33

Tukang Tambal Ban 2 3,33

Penjahit 3 5

Lampiran 5. Penggunaan Jenis Hijauan dan Limbah Pertanian Per Desa Nama Pakan Desa Kuto harjo % Pan junan % Sido kerto % Ngepung rojo % R. Lapang 9 60 5 33,33 14 93,33 13 86,67 R. Gajah 11 73,33 13 86,67 6 40 11 73,33 Jerami Padi 9 60 7 46,67 9 60 7 46,67 Daun Tebu 1 6,67 0 0 3 20 6 40 Kulit Ketela 1 6,67 3 20 0 0 1 6,67 R. Setaria 0 0 0 0 1 6,67 0 0 Jerami K. Hijau 1 6,67 0 0 0 0 0 0 Bonggol Jagung 0 0 0 0 1 6,67 0 0 Bonggol Pisang 0 0 1 6,67 1 6,67 0 0

42 Lampiran 6. Penggunaan Jenis Hijauan dan Limbah Peternakan Berdasarkan

Kombinasi Pakan Kombinasi Pakan (hijauan dan limbah peternakan) Desa Jumlah Kuto harjo (peternak) Ngepung rojo (peternak) Pan junan (peternak) Sido kerto (peternak) Total (peternak) Persentase (%)

Pakan Satu Jenis 2 1 3 4 10 16,67

Pakan Dua Jenis 10 7 10 4 31 51,67

Pakan Tiga Jenis 2 5 2 5 14 23,33

Pakan Empat Jenis 1 2 - 2 5 8,33

Lampiran 7. Umur Peternak Menurut BPS Kabupaten Pati 2010 Keterangan 15-64 Tahun > 64 Tahun

Kec. Pati 56 4 (%) 93,33 6,67 Ds. Ngepungrojo 15 0 (%) 100 0 Ds. Sidokerto 15 0 (%) 100 0 Ds. Panjunan 14 1 (%) 93,33 6,67 Ds. Kutoharjo 12 3 (%) 80 20

Lampiran 8. Rataan Umur Peternak

Keterangan Rataan Umur (tahun) Ngepungrojo 48 Sidokerto 45 Panjunan 44 Kutoharjo 42 Kecamatan Pati 47

43 Lampiran 9. Rataan Pengalaman Beternak di Kecamatan Pati

Keterangan Rataan Pengalaman Beternak (tahun) Ngepungrojo 31 Sidokerto 15 Panjunan 11 Kutoharjo 16 Kecamatan Pati 18

Lampiran 10. Umur Peternak di Kecamatan Pati

Keterangan 15-64 Tahun > 64 Tahun

Kec. Pati 56 4 (%) 93,33 6,67 Ds. Ngepungrojo 15 0 (%) 100 0 Ds. Sidokerto 15 0 (%) 100 0 Ds. Panjunan 14 1 (%) 93,33 6,67 Ds. Kutoharjo 12 3 (%) 80 20

Lampiran 11. Jumlah Ternak Yang Dimiliki oleh Responden (Peternak) di Kecamatan Pati

Keterangan 1-3 Ekor 4-6 Ekor > 6 Ekor

Kec. Pati 51 6 3 (%) 85 10 5 Ds. Ngepungrojo 12 3 0 (%) 80 20 0 Ds. Sidokerto 14 0 1 (%) 93,33 0 6,67 Ds. Panjunan 12 2 1 (%) 80 13,33 6,67

44

Ds. Kutoharjo 13 1 1

(%) 86,67 6,67 6,67

Lampiran 12. Rataan Jumlah Kepemilikan Ternak di Kecamatan Pati Keterangan Rataan Kepemilikan ternak

(ekor) Ngepungrojo 3 Sidokerto 2 Panjunan 5 Kutoharjo 3 Kecamatan Pati 3

Lampiran 13. Jumlah Kepemilikan Ternak di Kecamatan Pati

Lampiran 14. Jumlah Kambing di Kecamatan Pati

Desa Populasi (ekor) Populasi (ST)

Ngepungrojo 300 42

Kutoharjo 270 37,8

Sidokerto 161 22,54

Panjunan 76 10,64

Kecamatan Pati 2587 362,18

Desa Total Persentase Populasi Sapi

(ekor) A M D A M D Ngepungrojo 1 8 29 2,63 21,05 76,32 565 Kutoharjo 4 5 34 9,30 11,63 79,07 190 Sidokerto 2 4 27 6,06 12,12 81,82 47 Panjunan 3 0 67 4,29 0 95,71 48 Kecamatan Pati 9 15 156 4,89 8,15 84,78 1724

45 Lampiran 15. Jumlah Domba di Kecamatan Pati

Desa Populasi (ekor) Populasi (ST)

Ngepungrojo 0 0

Kutoharjo 0 0

Sidokerto 0 0

Panjunan 0 0

Kecamatan Pati 136 19,04

Lampiran 16. Jumlah Kerbau di Kecamatan Pati

Desa Populasi (ekor) Populasi (ST)

Ngepungrojo 4 4

Kutoharjo 0 0

Sidokerto 0 0

Panjunan 0 0

Kecamatan Pati 3 3

Lampiran 17. Jumlah Sapi Perah di Kecamatan Pati

Desa Populasi (ekor) Populasi (ST)

Ngepungrojo 0 0

Kutoharjo 0 0

Sidokerto 0 0

Panjunan 0 0

Kecamatan Pati 33 33

Lampiran 18. Jumlah Total Populasi Ternak Ruminansia

Dokumen terkait