• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perhitungan Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia d

Keadaaan Lokasi Penelitian Keterangan

Luas Wilayah (km2) 4,249

Jumlah Penduduk (jiwa) 107.998

Kepadatan Penduduk (jiwa/km 2) 25.417

Ketinggian tempat (m/dpl) 5-23

Jenis Iklim Tropika basah

Sumber : BPS Kabupaten Pati (2009)

Luas wilayah Kecamatan Pati adalah seluas 4.249 ha (pembulatan) atau kurang lebih 42,49 km2 yang terdiri dari 2.588 ha lahan sawah dan 1.691 ha lahan bukan sawah. Kepadatan penduduk 25.417 jiwa/km2, dengan ketinggian wilayah 5- 23 m dpl dan mempunyai iklim tropika basah (BPS Kab. Pati, 2009). Kecamatan Pati memiliki 29 desa, presentase terbesar yaitu di Desa Ngepungrojo dengan presentase 7,84% dari luas keseluruhan Kecamatan Pati atau seluas 333,187 ha, yang terluas berikutnya yaitu Desa Sidokerto dengan luas 301,8 ha atau sebesar 7,1% dari luas Kecamatan Pati. Sedangkan desa yang paling sempit adalah Desa Pati Wetan yang hanya memiliki luas 26,667 ha atau sebesar 0,63% dari luas keseluruhan Kecamatan Pati, desa Pati Wetan ini berada di bawah Desa Parenggan yang luasnya mempunyai selisih yang sedikit dengan Desa Pati Wetan yang luasnya 0,68% dari luas Kecamatan Pati atau seluas 26,85 ha.

Penggunaan Lahan

Suatu wilayah akan mempergunakan lahan yang dimilikinya dengan sebaik- baiknya, agar setiap lahan yang ada pada wilayah tersebut dapat dimanfaatkan dengan optimal untuk kesejahteraan masyarakatnya. Penggunaan lahan yang sesuai kebutuhan akan memberikan manfaat dan tata ruang yang nyaman bagi masyarakat, sebaliknya apabila penggunaan lahan tidak berimbang maka akan menjadi tata ruang yang tidak teratur. Lahan merupakan sumberdaya alam fisik yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal, melakukan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, perkebunan, dan sebagainya. Akan tetapi fungsi lahan terus mengalami pergeseran dari lahan pertanian menjadi non-pertanian sehingga sumber ketersediaan hijauan pakan ternak menjadi semakin menipis. Berdasarkan Tabel 2. tidak ada lahan

21 perkebunan, dan hutan, tetapi HMT sebagai sumber hijauan pakan dapat ditanam di tepi jalan dan tegalan. Kekurangan dan ketidakkontinyuan penyediaan pakan menurut Nitis (1993) dapat diatasi dengan meningkatkan penggunaan tanah-tanah kosong di batas pekarangan, tepi jalan, pematang sawah, dan tegalan.

Tabel 2. Luas Penggunaan Lahan

Jenis Lahan Kecamatan Pati

Luas (ha) Persentase (%)

Sawah 2558 60,2

Tegalan atau perladangan 87 2.05

Perkebunan - 0

Rawa atau danau - 0

Padang rumput - 0

Hutan - 0

Lain – lain 1604 37,75

Jumlah 4249 100

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pati (2009)

Penggunaan lahan di Kecamatan Pati pada tahun 2010 dibagi menjadi 2 (dua) yaitu lahan sawah dan lahan bukan sawah. Luas wilayah Kecamatan Pati secara keseluruhan adalah seluas 4.249 ha. Lahan sawah di Kecamatan Pati seluas 2.558 ha sedangkan sisanya adalah lahan bukan sawah seluas 1.691 ha. Lahan sawah di Kecamatan Pati lebih luas daripada lahan bukan sawahnya, hal ini dikarenakan pertanian merupakan penggunaan lahan yang utama di Kecamatan Pati (BPS Kecamatan Pati 2009). Menurut Saefulhakim dan Nasoetion (1995) penggunaan lahan merupakan suatu proses yang dinamis, perubahan terus menerus sebagai hasil dari perubahan pada pola dan besarnya aktivitas manusia sepanjang waktu.

Karakteristik Peternak

Menurut Simamora (2004) karakteristik seseorang mempengaruhi cara dan kemampuan yang berbeda dalam bentuk persepsi, informasi apa yang diinginkan, bagaimana mengintrepretasikan informasi tersebut. Hasil pengukuran karakteristik peternak di Kecamatan Pati dibedakan berdasarkan umur, pengalaman beternak, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan kepemilikan ternak.

22 Umur Peternak

Berdasarkan Gambar 2. umur para peternak di Kecamatan Pati sebagian besar berusia produktif (15-64) yaitu 93,33 %, sedangkan peternak yang berusia nonproduktif yaitu 6,67 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa tenaga kerja di Kecamatan Pati memiliki potensial dalam pengembangan sektor pertanian terutama subsektor peternakan karena sebagian besar peternaknya dalam usia produktif. Usia produktif menunjukkan kemampuan dan kemauan yang lebih dibandingkan dengan peternak yang berusia nonproduktif dalam hal penyediaan hijauan makanan ternak dengan jangkauan lebih luas, merawat, dan menjaga kebutuhan harian ternak.

Menurut Padmowiharjo (1994), makin muda usia peternak biasanya mempunyai semangat ingin tahu yang makin besar terhadap hal-hal yang baru sehingga kesan mereka lebih cepat atau responsif dalam pembaharuan. Umur bukan merupakan faktor psikologis, tetapi adalah apa yang diakibatkan oleh umur adalah faktor psikologis.

Gambar 2. Presentase Jumlah Responden Kecamatan Pati Berdasarkan Umur Tahun 2010

Pengalaman Beternak

Pengalaman beternak ruminansia di Kecamatan Pati sebagian besar lebih dari 10 tahun yaitu 58,33 %. Menurut Soehardjo dan Patong (1973), pengalaman beternak mempengaruhi pengolahan usaha tani dimana petani yang lebih tua memiliki banyak pengalaman dan kapasitas pengolahan usaha tani yang lebih matang.

Umumnya para peternak di Kecamatan Pati telah mengetahui tentang cara beternak yang diperoleh dari keluarga secara turun temurun. Pengalaman beternak yang lama menandakan peternak sudah memiliki pengalaman yang cukup baik sehingga dapat dijadikan modal untuk mengelola ternak sapi potong dengan baik,

23 seperti menanam hijauan pakan di lahan sendiri, mempergunakan pakan tambahan, dan menjaga kesehatan ternak.

Gambar 3. Presentase Jumlah Responden Kecamatan Pati Berdasarkan Pengalaman Beternak Tahun 2010

Jenis Pekerjaan

Usaha ternak ruminansia besar di Kecamatan Pati merupakan usaha sampingan. Berdasarkan Gambar 4. sebagian besar 46,67 % responden memiliki pekerjaan sebagai petani selain beternak sapi potong di rumah. Jumlah paling sedikit ialah pedagang dan pensiunan dengan 1,67 % dan yang menjadi PNS sebesar 3,33 %. Lainnya merupakan presentase terbesar kedua, tetapi yang termasuk dalam lainnya seperti tukang becak, kuli bangunan, tukang tambal ban, penjahit, dan sebagainya yang terdapat pada data yang diperoleh. Pengelompokan jenis pekerjaan lainnya didasarkan karena jenis pekerjaan tersebut tidak termasuk dalam jenis pekerjaan yang terdapat pada Gambar 4.

Sebagian besar pekerjaan peternak sebagai petani, menunjukkan bahwa para peternak memanfaatkan lahan pertanian untuk menanam hijauan pakan dan limbah pertanian untuk pakan ternak sapi potong. Beternak di Kecamatan Pati merupakan usaha sampingan yang dilakukan peternak untuk membantu menambah biaya hidup yang sebagian besar merupakan peternakan rakyat dengan modal kecil.

Gambar 4. Presentase Jumlah Responden Kecamatan Pati Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2010

24 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan di Kecamatan Pati pada Gambar 5. sebagian besar tingkat SD dengan 48,3 % dikuti oleh SMA dengan 20 %, SMP sebesar 16,7 %, dan tidak sekolah dengan 15 %, sedangkan untuk perguruan tinggi tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan peternak di Kecamatan Pati masih kurang. Tingkat keterampilan dan pengetahuan peternak dalam hal penyediaan hijauan pakan masih rendah seperti halnya mengenai penyimpanan hijauan pakan yang hanya dimasukkan dalam karung dan disimpan di samping kandang. Hal ini dapat disebabkan karena masih rendahnya tingkat pendidikan peternak dan jarang adanya penyuluh peternakan di Kecamatan Pati.

Keterampilan dan pengetahuan dapat diperoleh peternak melalui pendidikan formal dan non-formal. Pendidikan formal merupakan ilmu yang diperoleh dari bangku sekolahan (SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi). Adapun pendidikan non- formal dapat dilakukan oleh peternak sebagai usaha untuk menambah wawasan, pengalaman, keterampilan, dan pengetahuan yaitu dengan seminar-seminar, kursus, dan pelatihan.

Gambar 5. Presentase Jumlah Responden Kecamatan Pati Berdasarkan Pendidikan Tahun 2010

Kepemilikan ternak

Jumlah ternak yang dimiliki oleh peternak yang dinyatakan dalam satuan ternak (ST). Pemilikan ternak dapat dikategorikan menjadi dua yaitu skala kecil dan skala besar. Menurut Karyadi (2008), menunjukkan bahwa peternak memiliki jumlah ternak sedikit karena usaha yang dijalankan masih dalam skala kecil dan hanya bersifat sampingan. Usaha peternakan sapi potong di Kecamatan Pati masih bersifat sampingan karena termasuk dalam peternakan rakyat dengan tiap peternak memiliki rata-rata ternak 3 ekor. Presentase peternak yang memliki 3 ekor sebesar 85 %, yang

25

Dokumen terkait