• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Gambaran Umum Mengenai Bank Rakyat Indonesia, Tbk

1. Sejarah ringkas Bank Rakyat Indonesia, Tbk

Sejarah Bank Rakyat Indonesia (BRI) dimulai pada zaman Belanda, yaitu

pada tanggal 16 Desember 1895 yang ditandai dengan berdirinya “ De

Poerwokertosche Hulpen Spaarkbank Der Inlansche Hoofden (Bank Penolong dan Tabungan Priyayi Poerwokerto). Atau lebih dikenal sebagai “Bank Priyayi

Poerwokerto”.57

Pada tahun 1896 W. De Wolf Van Weesterrode (Asisren Residen

Poerwokerto yang menggantikan E. Sieburgh) bersama A. L Schif mendirikan De

Poerwokerto Hulpspaaren Landbouwcrediet, sebagai kelanjutan Bank Priyayi Poerwokerto. Berdirinya Bank Perkreditan Rakyat mendapat sambutan positif

masyarakat. Sejak tahun 1898 didirikanlah Golsbanken (Bank Rakyat) di daerah-

daerah lain seperti Manado, Bukit Tinggi, dan Garut. Daerah kerja Bank Rakyat ini meliputi wilayah administrasi kabupaten. Pada awal abad ke 19, bank rakyat tersebut mengalami kesulitan sehingga pemerintah kolonial ikut campur tangan

dalam perkembangan Bank Perkreditan Rakyat dengan mendirikan Dients Der

57

Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22978/4/Chapter%20II.diakses tanggal 1

Volkscredietwesen (Divas Perkeditan Rakyat) tahun 1904, yang bertugas membantu bank rakyat secara materil maupun immateril melalui tambahan modal, bimbingan, pembinaan, dan pengawasan. Dengan demikian, pada tahun 1904 perkreditan rakyat menjadi tugas pemerintah.

Untuk mengendalikan dan mengembangkan usaha perbankan yang sedang

berkembang, pada tahun 1912 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Centrale

Kas ( Kas Induk ) yang berfungsi sebagai Bank Sentral bagi bank rakyat. Akibat resensi dunia pada tahun 1912-1932 banyak bank rakyat yang mengalami masalah

berat. Dan pada tahun 1934 Pemerintah Kolonial Algemeene Volkscredietbank

(AVB) yang berstatus Badan Hukum Eropa. Modal pertamanya berasal dari Likuidasi Centrale Kas di tambah kekayaan bersih bank rakyat. Pada zaman

pendudukan Jepang, AVB di Pulau Jawa diganti namanya menjadi Syomin Ginko

( Bank Rakyat ), berdasarkan Peraturan Pemerintah ( PP ) No. 1 Tahun 1946 dengan wilayah kerja di seluruh Indonesia.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ( RI ) 17 Agustus 1945, dengan dikeluarkannya PP No. 1 Tahun 1946 ini maka BRI menjadi Bank Pemerintah pertama di Indonesia. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang No. 41 Tahun 1960 dalam Lembaran Negara No. 28 Tahun 1960 Tanggal 26 Oktober 1960, di bentuklah tiga buah bank yaitu BRI, Bank Tani dan Nelayan ( BTN )

serta Nederlansche Handels Maatschappij ( NHM ) dilebur menjadi sebuah

lembaga perbankan baru bernama Bank Koperasi Tani dan nelayan (BKTN). Bank ini bertujuan untuk membentuk usaha koperasi, pertanian dan perikanan dalam arti luas.

Pada tahun 1965 terjadi perubahan struktur kelembagaan pada bank-bank milik pemerintah. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 8 Tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (BI-UKTN). Selanjutnya berdasarkan Peraturan Presiden No. 17 Tahun 1965 dibentuk Bank Tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia ( BNI ) dan ( BI-UKTN ) dilebur kedalamnya dengan nama BNI Unit II bidang rural. Berdasarkan UU No. 14 Tahun 1967 Tentang Pokok Perbankan dan Undang-Undang No 13 Tahun 1968 Tentang UU Bank Sentral yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rural dan Ekspor Impor yang dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai Bank Umum. Maka ditetapkan bahwa hari jadi BRI tanggal 16 Desember 1985. Dimana tanggal tersebut merupakan tanggal berdirinya Bank Rakyat indonesia (BRI), dan pada tanggal 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 Tahun 1992 status BRI berubah menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia ( Persero ) yang kepemilikannya ditangan Pemerintah.

2.Visi dan Misi PT. Bank Rakyat Indonesia,Tbk Visi PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk

a) Menjadi Bank Komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan

b) Untuk mewujudkan Visi tersebut, maka PT. Bank Rakyat Indonesia

menetapkan 3 (tiga) misiyang dilaksanakan, yaitu :

(1) Melakukan Kegiatan Perbankan yang terbaik dengan memprioritaskan

pelayanan kepada usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) untuk menunjang perekonomian masyarakat,

(2) Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja

yang tersebar luas dan di dukung Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional dengan melakukan praktek tata kelola perusahaan yang

baik (Good Coorporate Govermance),

(3) Memberikan keuntungan dan manfaat Seoptimal mungkin berbagai

pihak yang berkepentingan, 3. Jenis Kegiatan BRI

a. Bidang Operasional Pasif

Bidang ini berfungsi untuk menghimpun dana-dana ( funding ) dari

masyarakat atau dari pihak ketiga. Dalam penghimpunan dana-dana tersebut BRI mengeluarkan berbagai jenis produknya yaitu :

1) Tabungan BRI Britama

Tabungan BRI yang penyetorannya dan pengambilannya tidak dibatasi baik frekuensi maupun jumlahnya selama saldo mencukupi.

2) Tabungan Britama Junio

Tabungan Junio merupakan Tabungan BRI Britama yang ditujukan secara khusus untuk pasar anak sekolah TK, SD, SMP dan SMA. Cara pemasaran dan cara pengemasan produk tabungan ini lebih melibatkan emosi anak

dengan dilengkapi berbagai fasilitas kemudahan dan tentunya fasilitas yang sangat menarik bagi kelompok anak.

3) Tabungan Britama Dollar

Simpanan dalam mata uang asing, pengambilannya tidak dibatasi baik frekuensi dan jumlahnya (sesuai ketentuan).

4) Tabungan Simpedes

Simpanan masyarakat dalam bentuk tabungan yang penyetorannya dan pengambilannya tidak dibatasi baik frekuensi maupun jumlahnya selama saldo mencukupi.

5) Tabungan Simaskot

Simpanan masyarakat kota dalam bentuk tabungan yang penyetorannya dan pengambilannya tidak dibatasi baik frekuensi maupun jumlahnya selama ketentuan berlaku. Tabungan simaskot ini sudah dileburkan dalam produk BRI dan diganti dengan Britama.

6) Tabungan Haji BRI

Tabungan yang diperuntukkan bagi perorangan guna mempersiapkan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH).

7) Deposito BRI

Simpanan berjangka dalam mata uang rupiah yang dikeluarkan oleh BRI dimana penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu

8) Deposito BRI Valas

Simpanan pihak ketiga berupa simpanan berjangka dalam mata uang asing yang hanya dapat diambil setelah jangka waktu tertentu sebagaimana telah diperjanjikan antara Deposan dengan BRI.

9) Giro

Simpanan pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro atau surat perintah penarikan lainnya dengan cara pemindah bukuan.

b. Bidang Operasional Aktif

Bidang ini berfungsi untuk menyalurkan dana-dana yang telah diberikan Bank kepada masyarakat melalui fasilitas kredit, seperti :

1) Mikro

Jenis kredit yang digolongkan kedalam kredit mikro BRI adalah KUPEDES. KUPEDES adalah kredit dengan bunga bersaing yang bersifat umum untuk semua sektor ekonomi, ditujukan untuk badan usaha maupun perorangan, yang memenuhi persyaratan dan dilayani di seluruh BRI Unit.

2) Ritel

Kredit yang tergolong kedalam jenis kredit ritel diantaranya adalah Kredit Agunan Kas, Kredit Expres, Kredit Investasi, Kredit Modal Kerja, Kredit Modal Ekspor, Kredit Impor, Kredit BRIGuna, Kredit Waralaba.

3) Menengah

Golongan kredit menengah (middle) yang disalurkan BRI antara lain Kredit

4) Program

Golongan kredit program ini terdiri dari produk Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan ( KPEN-RP ), Kredit Ketahanan Pangan dan Energi ( KKPE ).

5) Kredit Usaha Rakyat

Kredit Usaha Rakyat ( KUR ) merupakan kredit yang saat ini sedang digalakkan pemerintah melalui bank-bank umum milik pemerintah yang ditunjuk, termasuk BRI. Kredit Usaha Rakyat ini diresmikan pada tanggal 5 November 2007 yang dananya murni berasal dari dana bank itu sendiri dan dilayani pada Unit-unit BRI. Kredit yang tergolong dalam KUR diantaranya adalah KUR BRI dan KUR TKI BRI.

c. Bidang Jasa-jasa perbankan

Disamping BRI mengeluarkan produk penghimpun dan penyalur dana, BRI juga mengeluarkan produk jasa-jasa perbankan, seperti :

1) Western Union

Merupakan salah satu jasa transfer pengiriman uang Bank BRI dari dan luar negeri secara cepat dan aman.

2) Safe Deposite Box

Suatu jenis pelayanan Bank dalam bentuk penyewaan box atau kotak yang dirancang khusus untuk menyimpan barang berharga atau dokumen penting (surat berharga) milik nasabah untuk jangka waktu tertentu.

3) Transfer atau kiriman uang

Pengiriman uang yang dilakukan melalui Bank dengan jalan memindah bukukan rekening dari satu tempat ke tempat lain.

4) Kliring

Proses penyimpanan surat berharga yang belum merupakan suatu kewajiban bagi Bank, dimana surat berharga tesebut disampaikan oleh Bank penarik, hingga adanya pengesahan oleh Bank tertarik melalui lembaga kliring yang dinyatakan dalam mata uang rupiah.

E. Akibat Hukum Terhadap Jaminan Hak Milik Rumah Jika Debiur meninggal

Dunia di PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk, Unit Titi Kuning Cabang Medan. Agunan merupakan jaminan tambahan yang diperlukan dalam hal pemberian fasilitas kredit. Jaminan juga bisa diartikan sebagai penyerahan kekayaan atau penyertaan jaminan atas kredit yang diterimanya. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Pasal 1 butir 23 menyatakan bahwa Agunan adalah jaminan tambahan yang diberikan nasabah debitur kepada bank dalam rangka memberikan fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Kredit dengan agunan hak milik rumah termasuk hak tanggungan, disini terdapat ketentuan khusus yang berlaku dalam pemberian kredit dengan agunan berupa hak tanggunan.

Berdasarkan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Hak Tanggungan N0. 4 Tahun 1996 dinyatakan bahwa: “Hak Tanggungan adalah hak atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah yang

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah-tanah itu, untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya”

Keberadaan jaminan (collateral) merupakan persyaratan guna memperkecil

risiko bank dalam menyalurkan kredit. Agunan atau jaminan ini besar pengaruhnya dalam pemberian kredit karena analisis kredit harus jujur dan benar sesuai dengan kenyataan yang ada.

Tidak semua tanah dapat dijadikan sebagai agunan kredit hanya saja memenuhi persyaratan-persyaratan khusus. Persyaratan utama yang dimaksud adalah memenuhi unsur yuridis dan unsur ekonomis, antara lain yaitu:

1) Mengenai status hak atas tanahnya,

2) Pemenuhan syarat publisitas,

3) Tanah tersebut dapat dipindah tangankan, serta harus dilakukan oleh

pemiliknya sendiri.

4) Selanjutnya hak atas tanah harus memenuhi syarat publisitas, yaitu: tanah

tersebut wajib telah terdaftar pada kantor pendaftaran tanah setempat, yang tanda buktinya adalah sertifikat hak atas tanah.

Hak-hak atas tanah yang dapat dijadikan objek hak tanggungan telah di tunjuk secara limitatif dalam UUHT yaitu UU. No.4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Bangunan di Atasnya.

Obyek Hak Tanggungan antara lain:58

1) Hak - hak atas tanah yait

2)

3)

4)

5) Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun (HMASRS).

Adapun Proses pengikatan Hak Tanggungan meliputi:

1) Tahap pengikatan agunan yang dilakukan dengan membuat Akta

Pembebanan Hak Tanggungan (APHT) dihadapan PPAT setelah terlebih dahulu membuat akta perjanjian kredit yang didalamnya harus menyebut dengan jelas janji untuk memberikan hak tanggungan berupa hak atas tanah. Pembuatan APHT dilakukan oleh pemberi Hak Tanggungan ( HT ) yang berwenang. Jika pemilik hak atas tanah, tidak dapat hadir sendiri dihadapan PPAT, maka ia dapat memberikan APHT dengan cara terlebih dahulu membuat Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT).

2) Tahap pendaftaran APHT pada Kantor Pertanahan hingga terbit sertifikat

hak tanggungan harus dilakukan, karena pembebanan hak tanggungan baru mempunyai kekuatan hukum yang sempurna dan berkekuatan eksekutorial setelah terbit sertifikat hak tanggungan.

Disimpulkan bahwa jaminan hak milik rumah merupakan hak tanggungan

dalam salah satu bentuk jaminan kredit yang mempunyai hak preferent ( hak

istimewa ) bagi pemegangnya atau kreditur, yang mempunyai objek jaminan

58

M.Bahsan, Hukum Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2007, hal 27.

berupa hak atas tanah yang telah di tetapkan dalam UUHT. Termasuk hak tanggungan yaitu benda-benda lain yang merupakan bagian dari tanah itu berada di atasnya, yang di tegaskan dalam akta pemberian hak tanggungan.

Pada Kredit Umum Pedesaan ( KUPEDES ), agunan yang harus dipenuhi oleh calon debitur baik pada Non Golongan Berpenghasilan Tetap dan Golongan Berpenghasilan Tetap. pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk Unit Titi Kuning

Cabang Medan antara lain :59

a. Benda Bergerak Berwujud, terdiri dari :

Pada prinsipnya bagi golongan pengusaha yang menjadi calon debitur KUPEDES dipersyaratkan untuk dapat menyediakan agunan yang nilainya harus

dapat meng-cover/menutupi seluruh jumlah pinjamannya baik pokok maupun

bunga. Agunan ditinjau dari sifat barang atau bendanya, dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Benda Bergerak,

1) Kendaran bermotor, baik yang ada di darat, laut, sungai maupun di

danau dengan bukti pemilikan berupa BPKB (Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor) untuk yang di darat dan Surat Keterangan dari Kepala Desa untuk yang di air maupun sungai dan atau dari instansi yang berwenang.

2) Persediaan barang dagangan, dengan bukti pemilikan faktur berupa

faktur atau kuitansi pembelian.

59

3) Mesin-mesin, dengan bukti pemilikannya berupa faktur atau kuitansi pembelian

4) Inventaris atau perabot, dengan bukti pemilikan berupa faktur atau

kuitansi pembelian atau Surat Keterangan dari Kepala Desa apabila kuitansi pembeliannya sudah tidak ada lagi/hilang.

5) Perhiasan (Emas), dengan bukti pemilikan berupa faktur atau kuitansi

pembelian.

b. Benda Tidak Berwujud, antara lain :

1) Deposito Berjangka BRI atas nama ymp di wilayah Kantor Cabang atau

BRI Unit setempat.

2) Tabungan dengan bukti pemilikan berupa tabungan di BRI Unit yang

bersangkutan.

3) Gaji atau Upah

4) SITU (Surat Ijin Tempat Usaha), SPTU (Surat Pemilikan Tempat Usaha)

dan lain sebagainya yang sejenis.

2. Benda Tidak Bergerak, antara lain :

a) Tanah

Tanah yang dijadikan agunan adalah :

(1) Tanah hak milik dengan bukti pemilikan berupa Sertifikat Hak Milik

(SHM) dan Akta Jual Beli Tanah.

(2) Tanah hak guna bangunan dengan bukti pemilikan berupa Sertifikat

(3) Tanah hak guna usaha dengan bukti pemilikan berupa Sertifikat Hak Guna Usaha (SHGU).

(4) Tanah hak pakai atas tanah negara dengan bukti pemilikan berupa

Sertifikat Hak Pakai (SHP).

(5) Hak atas tanah lainnya misalnya Petok D, Letter C atau Girik.

b) Bangunan

Bangunan yang dapat dijadikan agunan adalah :

(1) Bangunan diatas tanah bukan milik debitur dengan bukti surat berupa

Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) atau Surat Keterangan Pemilikan dari Kepala Desa/Lurah.

(2) Bangunan diatas tanah milik debitur sendiri, dibuktikan dengan Surat

Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) atau Surat Keterangan Pemilikan Bangunan dari Kepala Desa/Lurah.

Dalam praktek, suatu barang jaminan kredit dapat saja terlebih dahulu diasuransikan oleh pemilik barang sebelum barang itu dijadikan jaminan kredit. Apabila terjadi hal yang demikian maka bank dengan persetujuan pemilik debitur

harus mengadakan Banker’s Clause ( suatu klausa yang tercantum dalam polis

asuransi ) atas asuransi tersebut dengan pemberitahuan kepada perusahaan bahwa barang yang diserahkan sebagai jaminan kredit telah diasuransikan. Asuransi KUPEDES merupakan suatu fasilitas yang diberikan oleh BRI bagi debitur yang mengajukan KUPEDES. Asuransi ini juga diberikan untuk mengantisipasi apabila debitur tidak dapat melunasi kreditnya sampai lunas dikarenakan debitur meninggal dunia. Program asuransi pada BRI telah bekerjasama dengan PT.

Beringin Jiwa Sejahtera ( BJS ) sebagai penjamin asuransi bagi para debitur KUPEDES BRI.

Program asuransi KUPEDES yang wajib pada BRI dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :

1. Asuransi Jiwa KUPEDES

Asuransi jiwa KUPEDES merupakan suatu pertanggungan asuransi bagi jiwa debitur yang menikmati KUPEDES, apabila debitur yang bersangkutan meninggal dunia dalam masa jangka waktu kreditnya. Di ikut sertakannya debitur dalam asuransi jiwa Kupedes merupakan suatu upaya untuk menutup risiko kerugian KUPEDES dari kemungkinan tidak terbayarnya pinjaman. Asuransi jiwa KUPEDES ini wajib diikuti oleh pihak pertama debitur dan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. Perhitungan asuransi jiwa KUPEDES ini yaitu 0,75 % x (pokok + bunga) dan asuransi jiwa ini menjadi beban bagi BRI yang harus dibayarkan ke PT. BJS selaku mitra kerja BRI.

2. Asuransi Kesehatan KUPEDES

Asuransi kesehatan KUPEDES merupakan fasilitas yang diberikan BRI apabila debitur dirawat dirumah sakit minimalnya lebih dari 7 hari. Debitur hanya menyerahkan bukti pembayaran rawat inap pada BRI dan biaya tersebut akan diganti oleh BRI melalui PT. BJS yang telah bekerja sama sebelumnya.

Program asuransi KUPEDES yang tidak harus diwajibkan pada BRI yaitu :

1. Asuransi Barang Jaminan

Asuransi barang jaminan merupakan fasilitas yang diberikan oleh BRI, salah satunya asuransi kebakaran, tujuannya untuk mengganti kerugian yang disebabkan oleh kebakaran, dimana bentuk pertanggungan menjamin risiko yang terjadi karena kebakaran.

Adapun pengaturan hukumnya jika debitur meninggal dunia terhadap jaminan hak milik rumah dilihat dari syarat-syarat umum perjanjian pinjaman dan kredit pada PT.Bank Rakyat Indonesia,Tbk Unit Titi Kuning Cabang Medan. Pasal 8 mengenai syarat-syarat umum menjelaskan seluruh jumlah pokok atau bunga, denda, provisi, biaya-biaya baik berupa bea maupun bukan yang harus dibayar oleh yang berhutang, semuanya itu bagi bank dan bagi yang memperoleh hak dari padanya adalah suatu hutang yang tidak dapat dibagi, sehingga setiap ahli waris yang berhutang dituntut untuk membayar seluruh hutang, dengan memperhatikan apabila dalam hal ini dapat berlaku ketentuan KUHPerdata.

Namun pada Pasal 11 butir 1 tentang Syarat-syarat Umum Perjanjian Pinjaman dan Kredit “ Dengan tidak memandang ketentuan tentang angsuran dan berakhirnya pinjaman yang diperjanjikan, Bank berhak menghentikan atau menagih seluruh hutang dengan segera, seketika, sekaligus lunas tanpa permintaan

untuk diakhiri dan diberikan peringatan dalam hal-hal :60

a) Apabila yang berhutang atau debitur :

(1) Meninggal dunia,

60

(2) Meninggalkan Indonesia atau pergi ketempat yang tidak diketahui untuk jangka waktu lama yang tidak tertentu,

(3) Berupa badan usaha (persekutuan, perseroan, yayasan) dalam hal

mengambil keputusan untuk pembubaran, menyewakan perusahaan dan mengeluarkan saham-saham baru dan menjual saham-saham yang telah ada, megadakan perubahan status perusahaan, manajemen maupun komposisi perimbangan modal, penyertaan modal pada perusahaan lain pemegang saham, merubah Anggaran Dasar perusahaan komposisi pemegang saham, susunan pengurus atau Direksi dan Dewan Komiasris, sehingga menurut bank risiko menjadi bertambah besar atau jaminan semakin berkurang.

Berlakunya hak klaim bagi asuransi jiwa bagi nasabah KUPEDES terhitung pada tanggal nasabah KUPEDES tersebut meninggal dunia sampai dengan enam bulan berikutnya, sepanjang meninggalnya tersebut masih dalam jangka waktu pertanggungan ( jangka waktu kreditnya ) . Besarnya kerugian yang dapat di Klaim untuk KUPEDES yang direalisir pada tanggal 1 Juli 1989 sampai dengan tanggal 14 Oktober 1991, maka besarnya pokok KUPEDES ditambah dengan sisa bunga yang masih harus dibayar pada saat debitur tertanggung meninggal dunia.

Sesuai dengan Surat Edaran Kantor Pusat BRI No. S.143/DIR/ BUD/9/91 tanggal 18 September 1991, telah ditetapkan bahwa bagi KUPEDES yang direalisir sejak tanggal 15 Oktober 1991, besarnya klaim yang dapat diajukan adalah sebagai berikut :

(a) Bagi peserta Asuransi Jiwa KUPEDES yang meninggal dunia dalam periode 3 bulan terhitung sejak tanggal direalisasi, maka PT.BJS tidak memberikan santunan asuransi. Sehingga kepada ahli waris nasabah yang bersangkutan tetap dimintakan untuk pelunasan sisa pinjamannya.

(b) Bagi peserta Asuransi Jiwa KUPEDES yang meninggal dunia dalam periode

lebih dari 3 bulan sejak tanggal direalisasikan sampai dengan 6 bulan berikutnya, maka PT.BJS hanya akan memberi santunan 50% dari jumlah pertanggungan (sisa pokok ditambah bunga yang belum dibayar ) pada saat nasabah yang bersangkutan meninggal dunia, sedang sisanya agar tetap ditagih kepada ahli warisnya.

(c) Bagi peserta Asuransi Jiwa KUPEDES yang meninggal dunia dalam periode

lebih dari 9 bulan sejak tanggal direalisasikan, maka PT.BJS akan memberikan santunan asuransi sebesar 100% dari jumlah pertanggungan (sisa pokok ditambah bunga yang belum dibayar) pada saat nasabah yang bersangkutan meninggal dunia.

(d) Bagi peserta Asuransi Jiwa KUPEDES yang meninggal dunia karena akibat

kecelakaan, maka PT.BJS tetap akan memberi santunan sebesar 100% dari jumlah pertanggungan (sisa pokok ditambah bunga) pada saat nasabah yang bersangkutan meninggal dunia, tanpa melihat kapan nasabah tersebut meninggal dunia.

(e) Risiko kerugian yang tidak dapat ditanggung oleh PT.BJS dalam Asuransi

Jiwa KUPEDES adalah kerugian yang disebabkan oleh: 61

61

(1) Meninggal dunia karena bunuh diri, atau dihukum mati oleh Pengadilan

(2) Meninggal karena terlibat dalam perkelahian, kecuali sebagai orang yang

mempertahankan diri.

(3) Meninggal dunia karena kecelakaan sebagai penumpang pesawat udara

yang tidak diselenggarakan oleh perusahaan penerbangan tetap dan teratur, dan yang sedang dalam menjalani rute penerbangan yang telah ditetapkan dalam jadwal penerbangan.

(4) Meninggal karena akibat penganiayaan, perbuatan kekerasan dalam

pemborantakan, huru hara, pengacau, atau perbuatan teror, satu sama lain menurut pertimbangan Direksi Pelaksana PT.BJS.

(5) Sebagai akibat perbuatan kejahatan yang dilakukan dengan sengaja oleh

mereka yang berkepentingan dalam polis ini atau ahli warisnya.

Akibat yang timbul apabila debitur meninggal dunia, tergantung pada jaminan hak milik rumahnya di asuransikan atau tidak. Jika debitur measuransikan jaminan hak milik rumah nya pada saat mengambil kredit, baik itu asuransi jiwa maupun asuransi barang jaminan, maka ketika debitur meninggal dunia hutang tersebut lunas seluruhnya. Tetapi jika debitur waktu meminjam kredit, kemudian jaminan hak milik rumahnya itu tidak diasuransikan baik itu asuransi jiwa maupun asuransi barang jaminan, maka hutang debitur tersebut diteruskan oleh

ahli waris.62

Dalam prakteknya pihak Bank Rakyat Indonesia melakukan pendekatan kepada ahli waris debitur untuk mencari jalan keluar atas kelangsungan perjanjian

62

Wawancara dengan Bpk.Boy Chandra Wibowo, selaku Kepala Unit Titi Kuning Cabang

Dokumen terkait