ASPEK HUKUM DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET
DENGAN JAMINAN HAK MILIK RUMAH ( STUDI PADA
PT.BANK RAKYAT INDONESIA,TBK UNIT TITI
KUNING CABANG MEDAN)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
INKA FITRA DONNA RAMBE NIM: 090200278
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ASPEK HUKUM DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET
DENGAN JAMINAN HAK MILIK RUMAH ( STUDI PADA
PT.BANK RAKYAT INDONESIA,TBK UNIT TITI
KUNING CABANG MEDAN)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
INKA FITRA DONNA RAMBE NIM: 090200278
Disetujui Oleh:
KETUA DEPAERTEMEN HUKUM KEPERDATAAN
NIP.19660303198508101 Dr.H.Hasim Purba,SH,M.Hum.
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr.H.Hasim Purba,SH,M.Hum
NIP.19660303198508101 NIP.196101181988031010
Zulkifli Sembiring,SH,M.H
FAKULTAS HUKUM
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
NAMA : INKA FITRA DONNA RAMBE
NIM : 090200278
DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN
JUDUL SKRIPSI : ASPEK HUKUM DALAM PENYELESAIAN KREDIT
MACET DENGAN JAMINAN HAK MILIK RUMAH
STUDI (PT. BANK RAKYAT INDONESIA,TBK UNIT
TITI KUNING CABANG MEDAN).
Dengan ini menyatakan :
1. Bahwa isi skripsi yang saya tulis tersebut diatas adalah benar tidak
merupakan ciplakan dari skrispi atau karya ilmiah orang lain.
2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut ciplakan,maka segala
akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan dan
tekanan dari pihak manapun.
Medan, Mei 2013
ABSTRAK
Kegiatan menyalurkan kredit mengandung risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan kelangsungan usaha bank. Likuiditas keuangan,
solvabilitas dan profitabilitas bank sangat dipengaruhi oleh keberhasilan mereka dalam mengelola kredit yang disalurkan, kebanyakan bank kesulitan menghadapi keuangan yang akut disebabkan terjerat kasus kredit macet dalam jumlah besar.
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu Akibat Hukum yang timbul terhadap jaminan hak milik rumah jika debitur meninggal dunia di PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Titi Kuning Cabang Medan dan Eksekusi terhadap jaminan hak milik rumah, jika debitur wanprestasi di PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Titi Kuning Cabang Medan. Eksekusi yang dilaksanakan adalah penyelesaian non litigasi yaitu : Melalui organisasi intern bank dengan melakukan restrukturisasi terhadap hutang debitur. Penyelesaian secara damai dengan melakukan penjualan agunan secara dibawah tangan, dan Melalui litigasi yang dilaksanakan oleh Badan Urusan Piutang Lelang Negara (BUPLN) dengan
melakukan Parate Eksekusi. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan hukum normatif, yaitu suatu metode pendekatan yang menekankan pada teori-teori hukum dan aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
Dari hasil penelitian diperoleh untuk memperkecil risiko kerugian PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Titi Kuning Cabang Medan yang diakibatkan karena meninggalnya debitur KUPEDES dilihat dari masa jangka waktu kreditnya, maka bagi KUPEDES yang direalisir terhitung sejak tanggal 1 Juli 1989, diikutsertakan dalam pertanggungan asuransi jiwa kredit pada PT. Beringin Jiwa Sejahtera (PT. BJS) tanpa ada pembatasan umur maksimum bagi para peserta asuransi jiwa kredit tersebut. Penyelesaian kredit bermasalah telah dilakukan pula oleh pihak BRI secara maksimal dan prosedural melalui tahapan-tahapan yang cukup panjang, sesuai dengan peraturan intern BRI yaitu Pedoman Pelaksanaan Kredit Bisnis Ritel PT. BRI (Persero) Tbk. dan SK Direksi Bank Indonesia Nomor No.27/162/DIR tanggal 31 Maret 1995 tentang Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB), namun demikian hasilnya belum maksimal pada beberapa pelaksanaan restrukturisasi, apabila restrukturisasi tidak tercapai, maka penanganan kredit macet pada PT. Bank Rakyat Indonesia,Tbk Unit Titi Kuning Cabang Medan, mempergunakan model penyelesaiannya dengan penyelamatan kredit melalui restrukturisasi dan penyelesaian kredit melalui penyelesaian secara damai dengan menjual agunan dibawah tangan dan penyelesaian melalui saluran hukum yang dilaksanakan oleh KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang).
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat ALLAH yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang, dan berkat Rahmat serta Maghfirahnya, pada saat ini masih
diberikan-Nya kesempatan yang tidak terhingga untuk dapat menyelesaikan penelitian yang
berjudul “ASPEK HUKUM DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET
DENGAN JAMINAN HAK MILIK RUMAH ( Studi di PT.Bank Rakyat
Indonesia,Tbk.Unit Titi Kuning,Cabang Medan )”, sebagai tugas akhir untuk
memperoleh Gelar Sarjana Hukum ( S1 ) di Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
Selama penelitian berlangsung, banyak pihak-pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, maka penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof.Dr.Runtung Sitepu, SH.,M.Hum, Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
2. Prof.Dr.Budiman Ginting, SH.,M.Hum, selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH.,M.H, selaku Pembantu Dekan II
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Muhammad Husni, SH.,M.Hum, selaku Pembantu Dekan III
5. Bapak Dr.H.Hasim Purba, SH.,M.Hum, selaku Ketua Departermen
Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan
Dosen Pembimbing I, yang telah banyak membantu, memberikan arahan,
bimbingan dan masukan bagi penulis.
6. Ibu Rabiatul Syahriah, SH.,M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum
Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
7. Bapak Zulkifli Sembiring, SH.,M.H, selaku Dosen Pembimbing II
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak
mmeberikan arahan, bimbingan dan masukan bagi penulis.
8. Bapak Hemat Tarigan, SH.,M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
9. Seluruh Dosen/Staf Pengajar dan Pegawai yang memberikan
partisipasinya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
10.Teristimewa kepada kedua orang tuaku tercinta H.Nazirwan Rambe, SE.,
dan Dra. Hj. Faridah Yusmiati Hasibuan yang selalu memberikan
bantuannya baik secara moril maupun materil, mendukung dalam segala
bidang untuk mendorong selesainya kuliah hingga Skripsi ini.
11.Teristimewa juga kepada Kakakku Gusfanna Djuwita Rambe, SE.,dan
Adikku Mhd.Franz Nanda Perwira Rambe yang selalu memberikan
motivasi sehingga skripsi ini selesai.
12.Teristimewa juga kepada abangda Andri Natama Siregar,S.Sos,.dan adinda
Melva Erinda Siregar yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.
13.Kepada seluruh Staf Pegawai PT.Bank Rakyat Indonesia, Tbk.,Unit Titi
Kuning Cabang Medan, khususnya bagian Kredit yang telah membantu
penulis dalam memberikan data untuk menyelesaikan skripsi ini.
14.Kepada sahabat-sahabatku Anistia R.P.Siregar, Anggia Putri Rambe,
Maria Stephanie Hutahaean, dan sahabatku lainnya khususnya stambuk
2009 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
memberikan dukungan kepada penulis, penulis ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya.
15.Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis memahami berbagai kelemahan dan kekurangan dalam skripsi ini,
untuk itu diharapkan saran dan kritikan yang membangun. Demikianlah sebagai
kata pengantar yang penulis sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat dan
menambah wawasan Ilmu Pengetahuan bagi semua pihak. Mohon maaf segala
kekurangan, penulis ucapkan terima kasih.
Medan, Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penulisan ... 4
E. Keaslian Penelitian ... 4
F. Metode Penelitian ... 5
G. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERBANKAN A. Pengertian Bank ... 11
B. Dasar Hukum Perbankan ... 12
C. Asas, Fungsi dan Tujuan Bank ... 15
D. Jenis bank dan kegiatan usaha bank ... 20
E. Pembinaan dan pengawasan bank ... 27
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT PERBANKAN A. Pengertian Kredit ... 32
B. Prosedur Pemberian Kredit ... 35
C. Perjanjian kredit pada umumnya ... 45
E. Kredit Bermasalah ... 53
F. Restrukturisasi Kredit ... 61
BAB IV ASPEK HUKUM DALAM PENANGANAN KREDIT MACET PADA BANK RAKYAT INDONESIA, Tbk UNIT TITI
KUNING CABANG MEDAN
A. Gambaran Umum Mengenai PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk 64
B. Akibat Hukum terhadap jaminan hak milik rumah jika
debitur meninggal dunia ... 71
C. Eksekusi terhadap jaminan hak milik rumah, apabila
debitur wanprestasi ... 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 95
B. Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Kegiatan menyalurkan kredit mengandung risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan kelangsungan usaha bank. Likuiditas keuangan,
solvabilitas dan profitabilitas bank sangat dipengaruhi oleh keberhasilan mereka dalam mengelola kredit yang disalurkan, kebanyakan bank kesulitan menghadapi keuangan yang akut disebabkan terjerat kasus kredit macet dalam jumlah besar.
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu Akibat Hukum yang timbul terhadap jaminan hak milik rumah jika debitur meninggal dunia di PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Titi Kuning Cabang Medan dan Eksekusi terhadap jaminan hak milik rumah, jika debitur wanprestasi di PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Titi Kuning Cabang Medan. Eksekusi yang dilaksanakan adalah penyelesaian non litigasi yaitu : Melalui organisasi intern bank dengan melakukan restrukturisasi terhadap hutang debitur. Penyelesaian secara damai dengan melakukan penjualan agunan secara dibawah tangan, dan Melalui litigasi yang dilaksanakan oleh Badan Urusan Piutang Lelang Negara (BUPLN) dengan
melakukan Parate Eksekusi. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan hukum normatif, yaitu suatu metode pendekatan yang menekankan pada teori-teori hukum dan aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
Dari hasil penelitian diperoleh untuk memperkecil risiko kerugian PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Titi Kuning Cabang Medan yang diakibatkan karena meninggalnya debitur KUPEDES dilihat dari masa jangka waktu kreditnya, maka bagi KUPEDES yang direalisir terhitung sejak tanggal 1 Juli 1989, diikutsertakan dalam pertanggungan asuransi jiwa kredit pada PT. Beringin Jiwa Sejahtera (PT. BJS) tanpa ada pembatasan umur maksimum bagi para peserta asuransi jiwa kredit tersebut. Penyelesaian kredit bermasalah telah dilakukan pula oleh pihak BRI secara maksimal dan prosedural melalui tahapan-tahapan yang cukup panjang, sesuai dengan peraturan intern BRI yaitu Pedoman Pelaksanaan Kredit Bisnis Ritel PT. BRI (Persero) Tbk. dan SK Direksi Bank Indonesia Nomor No.27/162/DIR tanggal 31 Maret 1995 tentang Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB), namun demikian hasilnya belum maksimal pada beberapa pelaksanaan restrukturisasi, apabila restrukturisasi tidak tercapai, maka penanganan kredit macet pada PT. Bank Rakyat Indonesia,Tbk Unit Titi Kuning Cabang Medan, mempergunakan model penyelesaiannya dengan penyelamatan kredit melalui restrukturisasi dan penyelesaian kredit melalui penyelesaian secara damai dengan menjual agunan dibawah tangan dan penyelesaian melalui saluran hukum yang dilaksanakan oleh KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang).
BAB I
PENDAHULUAN
H. Latar Belakang
Peranan Perbankan dalam lalu lintas bisnis, dapatlah dianggap sebagai
kebutuhan yang mutlak diperlukan oleh hampir semua pelaku bisnis, baik
pengusaha besar maupun pengusaha kecil. Salah satu produk yang diberikan oleh
bank dalam membantu kelancaran usaha debiturnya, adalah dengan pemberian
kredit, dimana hal ini merupakan salah satu sumber penyedia dana yang
diantaranya dalam bentuk perkreditan bagi masyarakat atau perorangan dan badan
usaha guna memenuhi kebutuhan konsumsi atau untuk meningkatkan produksi.1
Kebutuhan akan dana bagi perseorangan ataupun perusahaan dalam
menjalankan kegiatan usahanya merupakan kebutuhan yang amat esensial. Dana
yang diperlukan pada umumnya berjumlah sangat besar, sedangkan dana pribadi
yang dimiliki sangatlah terbatas. Oleh karenanya diperlukan dana dari berbagai
sumber. Salah satu sumber dana tersebut berupa kredit. Dana yang berupa kredit
dapat diperoleh dari bank, lembaga pembiayaan dan lain-lain. Bank mempunyai
peran yang sangat penting untuk memberikan dana yang dibutuhkan oleh
masyarakat.
Kebutuhan masyarakat beraneka ragam sesuai dengan harkatnya selalu
meningkat, sedangkan kemampuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya
itu terbatas.
1
Kegiatan menyalurkan kredit mengandung risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan kelangsungan usaha bank. Likuiditas keuangan,
solvabilitas dan profitabilitas bank sangat dipengaruhi oleh keberhasilan mereka dalam mengelola kredit yang disalurkan, kebanyakan bank kesulitan mengdahapi
keuangan yang disebabkan terjerat kasus kredit macet dalam jumlah besar.2
Pelaksanaan pemberian kredit pada umumnya dilakukan dengan mengadakan
suatu perjanjian, yaitu Perjanjian kredit merupakan perjanjian pokok yang bersifat
riil, yang artinya bahwa terjadinya perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan
uang oleh bank kepada nasabah debitur. Sebagai perjanjian prinsipil, maka
perjanjian jaminannya adalah assesor-nya. Ada dan berakhirnya perjanjian
jaminan bergantung pada perjanjian pokok.3 Dilihat dari bentuknya, perjanjian
kredit perbankan pada umumnya menggunakan bentuk perjanjian baku ( standart
contract ), yang dalam prakteknya bentuk perjanjian ini telah disediakan oleh pihak bank sebagai kreditur, sedangkan debitur hanya mempelajari dan
memahaminya, dimana dalam perjanjian tersebut pihak debitur hanya dalam
posisi menerima atau menolak tanpa ada kemungkinan negoisasi atau tawar
menawar4
2
Soedjono Dirdjosisworo, Hukum Perusahaan Mengenai Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung : Mandar Maju, 2003, hal 27.
3
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta : Kencana, 2005, hal 71.
4
Ibid, hal 72.
. Menurut penjelasan di atas, bahwa bank sangat penting bagi
masyarakat kecil dan masyarakat besar yang membutuhkan modal yang begitu
besar, yang disertai jaminan. Jika terjadi wanprestasi oleh debitur, yang
disebabkan oleh berbagai faktor, maka akan mengakibatkan kredit macet.
memberikan pinjaman kepada debitur yang kurang memperhatikannya prinsip
kehati-hatian dalam memberikan pinjaman, sehingga mengakibatkan banyak
debitur identitasnya yang fiktif belaka yang dibuat debitur, sehingga bank sulit
untuk menangih pinjamannya tersebut. Hal ini tentu akan menimbulkan berbagai
masalah hukum yang harus dikaji dan diteliti terhadap proses penyelesaian kredit
macet ini. Penulis merasa tertarik untuk mendalami Aspek Hukum dalam
Penyelesaian Kredit Macet dengan Jaminan Hak Milik Rumah pada PT. Bank
Rakyat Indonesia, Tbk Unit Titi Kuning Cabang Medan.
I. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu
1. Bagaimanakah akibat hukum terhadap jaminan hak milik rumah jika
debitur meninggal dunia pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Titi
Kuning Cabang Medan?
2. Bagaimanakah eksekusi terhadap jaminan hak milik rumah, jika debitur
wanprestasi pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Titi Kuning
Cabang Medan?
J. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu
1. Untuk mengetahui akibat hukum terhadap jaminan hak milik rumah, jika
debitur meninggal dunia di PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Titi
2. Untuk mengetahui bagaimana eksekusi terhadap jaminan hak milik rumah,
jika debitur wanprestasi di PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Titi
Kuning Cabang Medan.
K. Manfaat Penulisan
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Hukum Perdata khususnya
Hukum Perbankan mengenai penyelesaian kredit macet dalam perjanjian
kredit yang dijamin dengan hak milik rumah.
2. Secara Praktis
Penelitian ini daharapkan dapat berguna bagi para praktisi dan pembaca
serta dapat memberikan sedikit gambaran bagi berbagai pihak tentang
Aspek Hukum dalam Penyelesaian Kredit Macet dengan Jaminan Hak
Milik Rumah pada PT.BRI, Tbk unit Titi Kuning Medan Cabang Medan.
L. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian
mengenai masalah aspek hukum penyelesaian kredit macet dengan jaminan hak
milik rumah studi pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Titi Kuning Cabang
Medan belum pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang sama. Jadi
penelitian ini dapat disebut “asli” sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur,
proses menemukan kebenaran ilmiah. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya secara ilmiah.
Guna menghindari terjadinya duplikasi penelitian terhadap masalah yang
sama, maka peneliti melakukan pengumpulan data tentang Aspek Hukum
Penyelesaian Kredit Macet dengan Jaminan Hak Milik Rumah studi pada PT.
Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Titi Kuning Cabang Medan dan juga
pemeriksaan terhadap hasil-hasil penelitian yang ada mengenai hal di atas,
ternyata penelitian ini belum pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan
yang sama oleh peneliti lainnya di lingkungan Universitas Sumatera Utara.
M. Metode Penelitian
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari
salah satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya.
Kecuali itu maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta
hukum tersebut untuk kemudian megusahakan suatu pemecahan atas
permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala yang bersangkutan.5
1. Pendekatan Masalah
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum
normatif, yaitu metode pendekatan yang menekankan pada teori-teori hukum dan
aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dan
5
kemudian dihubungkan dengan kenyataan yang ada6
2. Sumber Data
mengenai penyelesaian
kredit macet dengan jaminan hak milik rumah pada PT. Bank Rakyat Indonesia,
Tbk Unit Titi Kuning Cabang Medan.
Penelitian ini bersifat deskriptif analisitis, yang menggambarkan masalah
hukum, sistem hukum dan mengkajinya atau menganalisisnya mengenai segala
sesuatu yang berkaitan dengan penyelesaian kredit macet dengan jaminan hak
milik rumah pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Titi Kuning Cabang
Medan.
Data dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data
sekunder yaitu data yang diperoleh melalui bahan-bahan pustaka, sedangkan data
primer yaitu data yang diperoleh secara langsung terhadap objek yang akan diteliti
dengan cara mengadakan tanya jawab.7
a. Pada umumnya data sekunder dalam keadaan siap dibuat dan dapat
digunakan dengan segera
Data sekunder dilihat dari segi manfaatnya dapat digolongkan sebagai
berikut:
b. Baik bentuk maupun isi data sekunder, telah dibentuk dan di isi oleh
peneliti-peneliti terdahulu, sehingga peneliti-peneliti tidak mempunyai pengawasan terhadap
c. Tidak terbatas oleh waktu.
Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data
sekunder. Data sekunder digolongkan dalam 3 bentuk, antara lain :
a. Bahan Hukum Primer yaitu bahan hukum yang mengikat, yaitu :
1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
2) Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
b. Bahan Hukum Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui kepustakaan,
dengan menelaah buku-buku literatur, Undang-Undang, brosur atau tulisan
yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.8
c. Bahan Hukum Tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap hukum primer dan bahan hukum sekunder yang terdiri
atas Kamus Hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai pelengkap
dalam penulisan.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut :
a. Studi Kepustakaan (Library Research) yaitu mempelajari, meneliti dan
menghimpun data-data dari kepustakaan berupa buku ilmiah, dokumen,
hasil penelitian yang berupa laporan yang ada kaitannya dengan penelitian
ini.
8
b. Studi Lapangan (Field Research) dalam studi lapangan penulis menggunakan dua metode yaitu :
1) Wawancara
Merupakan cara pengumpulan data dengan cara tanya jawab guna
memperoleh keterangan secara terperinci, jelas dan langsung dari
pihak-pihak yang ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang
diteliti.
2) Kuisioner
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengajukan daftar
pertanyaan kepada orang-orang yang terkait dalam penyelesaian kredit
macet dengan jaminan Hak Milik Rumah pada PT. Bank Rakyat
Indonesia, Tbk Unit Titi Kuning Cabang Medan untuk memperoleh
jawaban secara tertulis.
4. Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode
kualitatif yaitu data sekunder dan data primer yang telah terkumpul disusun
kembali secara urut dan teratur untuk kemudian dianalisis secara sistematis agar
mencapai kejelasan masalah yang dimaksud.
N. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi yang berjudul “Aspek Hukum dalam Penyelesaian Kredit
Unit Titi Kuning Cabang Medan”, sistematika penulisannya adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini merupakan bab pendahuluan yang akan menguraikan
mengenai hal-hal berkaitan dengan latar belakang, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan dan
metode penelitian yang digunakan serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERBANKAN
Pada bab ini akan membahas mengenai pengertian bank, dasar
hukum perbankan, asas, fungsi dan tujuan bank, jenis bank dan
kegiatan usaha bank serta pembinaan dan pengawasan bank.
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT PERBANKAN
Bagian ini akan menjelaskan tentang kredit bank, prosedur
pemberian kredit, perjanjian kredit pada umumnya, jaminan kredit,
kredit bermasalah serta restrukturisasi kredit.
BAB IV ASPEK HUKUM DALAM PENANGANAN KREDIT MACET
PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA, Tbk UNIT TITI
KUNING CABANG MEDAN.
Pada bab ini membahas tentang akibat hukum terhadap jaminan
hak milik rumah jika debitur meninggal dunia pada PT. Bank
Rakyat Indonesia, Tbk Unit Titi Kuning Cabang Medan dan
debitur wanprestasi pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Titi
Kuning Cabang Medan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan membahas mengenai kesimpulan dan saran
terhadap hasil analisis yang dilakukan. Kesimpulan merupakan
intisari dari pembahasan terhadap permasalahan yang diajukan
dalam skripsi ini, sedangkan saran yang ada diharapkan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembacanya dan dapat berguna
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERBANKAN
F. Pengertian Bank
Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan
yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito.
Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang ( kredit ) bagi
masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu, bank juga dikenal sebagai
tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam
bentuk pembayaran dan setoran pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang
kuliah, dan pembayaran lainnya.
Di Indonesia bank diatur di dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1992
Tentang perbankan sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang No. 10
Tahun 1998, yang selanjutnya disebut dengan UUP. Dalam UUP ini dinyatakan
bahwa Pengertian Bank adalah: “ lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi
orang perseorangan, badan usaha swasta, badan usaha milik negara, bahkan
lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya”. Melalui
kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan
pembiayaan bagi semua sektor perekonomian9
Tidak jauh berbeda dengan rumusan tersebut, menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, pengertian bank adalah sebagai berikut: .
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, 2008, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka.
Bank adalah : suatu badan usaha di bidang keuangan yang menarik dan
mengeluarkan uang di masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa di lalu
lintas pembayaran dan peredaran uang.
Pengertian bank yang lain, dapat juga ditemui dalam Kamus istilah
Hukum Fockema Andreae mengatakan bahwa bank adalah suatu lembaga atau
orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberikan
uang kepada pihak ketiga. Berhubung dengan adanya cek yang hanya dapat
diberikan kepada banker sebagai tertarik, maka bank dalam arti luas adalah orang
atau lembaga yang dalam pekerjaannya secara teratur menyediakan uang untuk
pihak ketiga.11
Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa pada
dasarnya bank adalah badan usaha yang menjalankan kegiatan menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada pihak-pihak yang
membutuhkan dalam bentuk kredit dan memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.12
G. Dasar Hukum Perbankan
Hukum Perbankan Indonesia merupakan hukum yang mengatur masalah
perbankan yang berlaku sekarang di Indonesia. Dengan demikian berarti akan
membicarakan aturan-aturan perbankan yang masih berlaku sampai saat ini.
Menyangkut sumber hukum mengenai bidang Perbankan Indonesia, maksudnya
menyangkut sumber hukum materil maupun sumber hukum formil. Sumber
11
Hermansyah, Op.,Cit, hal 8.
12
hukum dalam arti materil adalah sumber hukum yang menentukan isi hukum itu
sendiri13. Sedangkan sumber hukum formil itu tidak hanya terbatas pada sumber
hukum tertulis, dimungkinkan adanya sumber hukum yang tidak tertulis. Sumber
hukum formil di Indonesia, selalu menempatkan Undang-Undang Dasar 1945
sebagai sumber utama. Sumber hukum formil mengenai bidang perbankan
tersebut antara lain : 14
1. Undang-Undang Dasar 1945 (Pasal 33)
2. Ketetapan Majelis Permusyarakatan Rakyat
3. Undang-Undang Pokok di bidang perbankan dan Undang-Undang pendukung
sektor ekonomi dan sektor lainnya yang terkait seperti :
a. Peraturan pokok yaitu Undang-Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Perbankan No. 10
Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang- Undang No.7 Tahun 1992.
b. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia,
sebagaimana telah dirubah menjadi Undang-Undang No. 3 Tahun 2004
Tentang Lembaga Penjamin Simpanan.
c. Undang-Undang No. 24 Tahun 1999 Tentang Lalu lintas Devisa dan
Sistem Nilai Tukar.
d. Peraturan pendukung yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan
Kitab-Undang-Undang Hukum Dagang serta Undang-Undang lain yang
berkaitan dan banyak hubungannya dengan kegiatan perbankan, misalnya ;
13
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000, hal 6-8.
14
1) Undang-Undang yang mengatur badan usaha seperti Undang-Undang
No. 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah, Undang-Undang No. 1
Tahun 1969 Tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara, Undang-Undang
No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian yang diubah menjadi
Undang No. 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian,
Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang diubah
menjadi Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas. Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak
Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan
tanah, Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil.
4. Peraturan Pemerintah
Peraturan pelaksana dari Undang-Undang Perbankan seperti :
1) Peraturan Pemerintah No. 84 Tahun 1998 Tentang Program
Rekapitulasi Bank Umum.
2) Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1999 Tentang Badan Penyehatan
Perbankan Nasional
3) Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1999 tentang Ketentuan dan Tata
Cara Pembukaan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, Kantor
Perwakilan dari Kantor Cabang yang berkedudukan di Luar Negeri.
4) Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Izin
Usaha Pembubaran dan Likuidasi Bank.
5) Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1999 Tentang Merger,
6) Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1999 Tentang Pembelian Saham
Bank Umum.
7) Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1999 Tentang Pencabutan
Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1992 Tentang Bank Umum
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah No. 73 Tahun 1998, Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun
1992 Tentang Perkreditan Rakyat dan Peraturan Pemerintah No. 72
Tahun 1992 Tentang Bank berdasarkan Prinsip Bagi Hasil.
8) Peraturan Pemerintah lainnya.
5. Keputusan Presiden (Keppres) dan Instruksi Presiden
a. Keputusan Presiden No. 5 Tahun 1984 Tentang Penerbitan Sertifikat Bank
Indonesia.
b. Keputusan Presiden No. 26 Tahun 1998 Tentang Jaminan terhadap
Kewajiban Pembayaran Bank Umum.
H. Asas, Fungsi dan Tujuan Bank
1. Asas-Asas Perbankan
Norma hukum tidak lahir dengan sendirinya, pembuatan suatu norma
hukum selalu dilatar belakangi oleh dasar-dasar filosofi tertentu. Itulah yang
semakin abstrak dan sifatnya umum serta memiliki jangkauan kerja yang lebih
luas guna menaungi norma hukumnya.15
Rachmadi Usman dalam bukunya Aspek Hukum Perbankan di Indonesia
menyebutkan bahwa asas-asas hukum perbankan Indonesia terdiri dari asas-asas
berikut ini:
16
a. Asas Demokrasi Ekonomi
Asas demokrasi ekonomi ditegaskan dalam Pasal 2 UUP, bahwa dalam
melakukan usahanya bank berasaskan pada demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip-prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi yang
dijalankan perbankan Indonesia memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Perekonomian disusun atas usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan.
2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3) Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya sebagai
pokok-pokok kemakmuran rakyat dikuasai oleh negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
4) Sumber kekayaan dan keuangan negara dipergunakan dengan
permufakatan lembaga perwakilan rakyat, dan pengawasan terhadap
kebijakan ada pada lembaga perwakilan rakyat pula.
5) Perekonomian daerah dikembangkan secara serasi dan seimbang antar
daerah dalam satu kesatuan perekonomian nasional dengan
15
Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2001, hal 13.
16
mendayagunakan potensi dan peran serta daerah secara optimal dalam
rangka mewujudkan wawasan nusantara dan ketahanan nasional.
6) Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang
dikehendaki serta mempunyai hak akan pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.
7) Hak milik perseorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan masyarakat.
8) Potensi, inisiatif, dan daya kreasi setiap warga dikembangkan
sepenuhnya dalam batas yang tidak merugikan kepentingan umum.
Pada demokrasi ekonomi yang berdasarkan Undang-Undang Dasar Tahun
1945 dan Pancasila, para pelaku kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya lembaga
perbankan dilarang melakukan kegiatan yang bertentangan dengan demokrasi
ekonomi Indonesia, kegiatan-kegiatan itu yang dilarang diantaranya adalah: 17
a) Penerapan sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi
terhadap manusia dan bangsa lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah
menimbulkan dan mempertahankan kelemahan struktur ekonomi nasional dan
posisi Indonesia dalam perekonomian dunia.
b) Penerapan sistem etatisme, adalah sistem di mana negara dan aparaturnya
bersifat dominan, mendesak dan mematikan potensi serta daya kreasi
unit-unit ekonomi di luar sektor negara.
17
c) Persaingan tidak sehat serta pemusatan kekuatan ekonomi pada satu
kelompok dalam berbagai bentuk monopoli dan monopsoni yang merugikan
masyarakat dan bertentangan dengan cita-cita keadilan sosial.
b. Asas Kepercayaan
Asas kepercayaan adalah suatu asas yang menyatakan bahwa usaha bank
dilandasi oleh hubungan kepercayaan antara bank dan nasabahnya. Bank pada
dasarnya bekerja dengan dana dari masyarakat yang disimpan di bank atas dasar
kepercayaan dari nasabah terhadap pihak bank. Kemauan masyarakat untuk
menyimpan sebagian uangnya di bank, semata-mata dilandasi oleh kepercayaan
bahwa uangnya akan dapat diperoleh kembali oleh nasabah pada waktu yang
diinginkan atau sesuai dengan waktu yang telah diperjanjikan dengan disertai
imbalan berupa bunga. Hilangnya kepercayaan nasabah terhadap bank dapat
menimbulkan ketidak percayaan nasabah lagi dalam menyimpan uang nya di
bank.
c. Asas Kerahasiaan
Asas kerahasiaan adalah asas yang mengharuskan bank merahasiakan
segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan lain-lain dari nasabah
bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan. Kerahasiaan
ini adalah untuk kepentingan bank sendiri karena bank memerlukan kepercayaan
masyarakat yang menyimpan dananya di bank. Masyarakat hanya akan
mempercayakan uangnya pada bank atau memanfaatkan jasa bank apabila bank
menjamin bahwa tidak akan ada penyalahgunaan pengetahuan bank tentang
d. Asas Kehati-hatian
Asas kehati-hatian adalah asas yang mensyaratkan bahwa bank dalam
menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip
kehati-hatian dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan padanya.18
2. Fungsi Perbankan
Pasal 3 UUP dinyatakan di dalamnya bahwa, “Fungsi utama Perbankan
Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat”, dari
ketentuan ini tampak bahwa fungsi utama bank adalah sebagai lembaga inter
mediasi antara pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of fund) dengan
pihak yang kekurangan dana (lack of fund).
3. Tujuan Perbankan
Perbankan di Indonesia mempunyai tujuan yang strategis dan tidak
semata-mata berorientasi ekonomi, tetapi juga berorientasi kepada hal yang non
ekonomi seperti masalah menyangkut stabilitas nasional yang mencakup antara
lain stabilitas politik dan stabilitas sosial. 19
18
Zulfi Diane Zaini, Indepedensi Bank Indonesia dan Penyelesaian Bank Bermasalah, Bandung : Keni Media, 2012, hal 56.
19
Hermansyah, Op.,Cit, hal 20.
Mengenai tujuan Perbankan diatur
dalam Pasal 4 UUP dinyatakan “Perbankan Indonesia bertujuan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
I. Jenis Bank dan Kegiatan Usaha Bank
1. Jenis bank
Dalam praktek perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis
perbankan yang diatur dalam UUP. Tetapi di antara UUP yang lama dengan UUP
yang baru terdapat beberapa perbedaan pengaturan jenis bank. Perbedaan jenis
perbankan dapat dilihat dari segi fungsi bank, serta kepemilikan bank. Dalam
UUP 1967, jenis bank dapat dibedakan dari segi fungsi dan segi pemilikannya.
Jenis bank berdasarkan fungsinya terdiri dari 4 macam jenis bank, yaitu :20
a. Bank Sentral
Bank Sentral adalah Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar 1945.
b. Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama
menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dan dalam usahanya
memberikan kredit jangka panjang.
c. Bank Pembangunan
Bank Pembangunan adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama
menerima simpanan dalam bentuk deposito atau mengeluarkan kertas
berharga jangka menengah dan jangka panjang dibidang pembangunan.
20
d. Bank Tabungan
Bank Tabungan adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama
menerima simpanan dalam bentuk tabungan dan dalam usahanya terutama
memperbungakan dananya dalam surat berharga.
Dilihat dari segi pemilikannya terdapat 5 ( lima ) jenis bank, yaitu :21
a) Bank Milik Pemerintah, dimana baik akte pendirian maupun modalnya dari
pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah
pula, seperti :
(1) Bank Negara Indonesia 46 ( BNI )
(2) Bank Rakyat Indonesia ( BRI )
(3) Bank Tabungan Rakyat ( BTN )
Sedangkan bank milik Pemerintah Daerah ( Pemda ) terdapat didaerah
tingkat I dan tingkat II masing-masing provinsi, seperti :
(1) BPD DKI Jakarta
b) Bank Milik Swasta Nasional, dimana bank jenis ini seluruh atau sebagian
besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan
oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungan swasta pula, seperti :
1) Bank Muamalat
2) Bank Central Asia
3) Bank Bumi Putera
4) Bank Danamon
5) Bank CIMB Niaga
6) Bank Internasional Indonesia ( BII )
c) Bank Milik Koperasi, dimana kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki
oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi, seperti : Bank Umum
Koperasi Indonesia
d) Bank Milik Asing, dimana cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik
milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya pun dimiliki oleh
pihak luar negeri, seperti :
1) Bank of America
2) Bank of Tokyo
3) Bangkok Bank
4) City Bank
e) Bank Milik Campuran, kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh
pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara
mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia, seperti :
2) Bank CIMB Niaga
3) Bank HSBC
Namun dalam UUP 1992 tampaknya jenis bank hanya dilihat dari segi
fungsinya saja. Hal ini diatur dalam Pasal 5 butir ( 1 ) yang terdiri dari :
a) Bank Umum, yaitu bank dapat memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
b) Bank Perkreditan Rakyat, yaitu bank yang menerima simpanan hanya
dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan bentuk lainnya, yang
dipersamakan dengan itu.
Sedangkan dalam UUP 1998, kelembagaan bank ditata dalam struktur
yang lebih sederhana menjadi 2 jenis. Perbedaan jenis bank ini ditegaskan dalam
Pasal 5 UUP yang menurut jenisnya, bank terdiri dari :22
a) Bank Umum
Bank Umum adalah bank pencipta uang giral. Bank Umum dapat
mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan atau memberikan
perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu. Kegiatan tertentu itu
antara lain melaksanakan kegiatan pembiayaan untuk mengembangkan
koperasi, pengembangan pengusaha golongan ekonomi lemah atau
pengusaha kecil, pengembangan ekspor non migas, dan pengembangan
pembangunan perumahan. Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
22
b) Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dengan sendirinya
Bank Perkreditan Rakyat bukan bank pencipta giral, sebab Bank
Perkreditan Rakyat tidak ikut memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
2. Kegiatan Usaha Bank
Sebagai lembaga yang berorientasi bisnis, bank juga melakukan berbagai
kegiatan, sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank sehari-hari tidak akan terlepas
dari bidang keuangan. Kegiatan perbankan yang paling pokok adalah membeli
uang dengan cara menghimpun dana dari masyarakat luas.23
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu;
Kemudian
menyalurkannya kembali kepada masyarakat melalui pemberian pinjaman atau
kredit.
Menurut ketentuan Pasal 6 UUP, kegiatan usaha Bank Umum yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
b. Memberikan kredit;
c. Menerbitkan surat pengakuan hutang;
23
d. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya:
1) Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa
berlakunya tidak lebih lama dari pada kebiasaan dalam perdagangan
surat-surat dimaksud;
2) Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya
tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;
3) Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah;
4) Sertifikat Bank Indonesia (SBI);
5) Obligasi;
6) Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;
7) Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1
(satu) tahun;
8) Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah;
9) Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana
kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana
telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;
10) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;
Bank Umum dilarang melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud
a. Melakukan penyertaan modal kecuali sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 huruf b dan huruf c ;
b. Melakukan usaha perasuransian ;
c. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha.
Adapun kegiatan usaha yang dapat dilakukan Bank Perkreditan Rakyat
(BPR), sebagaimana diatur dalam Pasal 13 UUP antara lain :
a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu;
b) Memberikan kredit;
c) Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
seperti deposito berjangka, sertifikat deposito dan atau tabungan pada
Bank lain.
Bank Perkreditan Rakyat dilarang melakukan kegiatan usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 UUP, yaitu :
a. menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran ;
b. melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing ;
c. melakukan penyertaan modal ;
d. melakukan usaha perasuransian ;
e. melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13.
J. Pembinaan dan Pengawasan Bank
Kegiatan perbankan yang dilakukan sehari-hari, baik oleh bank umum
maupun Bank Perkreditan Rakyat tidak terlepas dari berbagai kesalahan.
Kesalahan dapat terjadi karena sengaja maupun tidak sengaja. Oleh karena itu,
agar dunia perbankan dapat berjalan dengan peraturan yang telah ditetapkan,
maka perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan terhadap segala aktivitas yang
dilakukan oleh dunia perbankan. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan
terhadap dunia perbankan di Indonesia dilakukan oleh Bank Indonesia.24
1. Kelembagaan;
Mengenai Pembinaan dan pengawasan Bank diatur dalam Pasal 29 s/d 37
UUP. Di dalam Pasal 29 butir ( 1 ) yang dimaksud Pembinaan adalah upaya yang
dilakukan dengan cara menetapkan peraturan yang menyangkut aspek :
2. Kepemilikan;
3. Kepengurusan;
4. Kegiatan usaha;
5. Pelaporan;
6. Aspek lain mengenai kegiatan operasional bank.
Pelaksanaan pengawasan meliputi pengawasan langsung dan pengawasan
tidak langsung. Pengawasan langsung dalam bentuk pemeriksaan yang disusul
dengan tindakan-tindakan perbaikan, pengawasan tidak langsung dalam bentuk
pengawasan melalui penelitian, analisis dan evaluasi laporan bank.
24
Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan Bank Indonesia dengan
menetapkan kesehatan bank yang meliputi aspek kecukupan modal, kualitas aset,
kesulitan manajemen, likuiditas, yaitu kemampuan seseorang atau perusahaan
untuk memenuhi kewajibannya dalam membayar hutang, rentabilitas, yaitu
untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode
tertentu. Serta solvabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh
hutang yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya, dan aspek
lain yang berhubungan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha
sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Kemudian pihak perbankan wajib memelihara
kesehatan bank tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku, wajib menyampaikan
semua informasi yang dibutuhkan oleh Bank Indonesia dan wajib menyediakan
informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan
transaksi, yang dilakukan nasabah melalui bank.25
25
Kasmir, Op., Cit, hal 58.
Demikian pula Bank Indonesia
berhak untuk memeriksa semua catatan dan berkas-berkas yang ada baik secara
berkala maupun setiap waktu jika diperlukan.
Perbankan wajib pula menyampaikan kepada Bank Indonesia tentang
laporan keuangannya, baik berupa neraca, laporan laba rugi tahunan ataupun
laporan perubahan modal dalam waktu dan bentuk yang telah ditetapkan. Laporan
Apabila menurut penilaian Bank Indonesia suatu bank mengalami
kesulitan dan membahayakan kelangsungan hidupnya, maka Bank Indonesia
dapat melakukan tindakan agar :26
1. Pemegang saham menambah modal
2. Pemegang saham mengganti dewan komisaris atau direksi bank
3. Bank menghapus bukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip-prinsip
syariah yang macet dan memperhitungkan kerugian bank dengan modalnya.
4. Melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain.
5. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kegiatan.
6. Bank menyerahkan pengelolahan seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada
pihak lain.
7. Bank menjual sebagian atau seluruhnya harta atau kewajiban kepada bank
atau pihak lain.
Kemudian apabila tindakan diatas tidak mampu untuk mengatasi kesulitan
yang dihadapi bank dan menurut penilaian Bank Indonesia dapat membahayakan
sistem perbankan, maka pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha dan
memerintahkan direksi bank untuk segera menyelenggarakan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) guna membubarkan badan hukum dan membentuk tim
likuidasi.
Oleh karena itu, pembinaan perbankan perlu terus dijalankan agar pihak
perbankan selalu mematuhi rambu-rambu yang telah ditetapkan. Pembinaan ini
juga ditujukan untuk kepentingan kemajuan bank itu sendiri agar jangan
26
menderita kerugian. Pembinaan yang dijalankan juga agar tetap konsisten
sehingga dalam pelaksanaan dilapangan tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
Tetapi pada akhir November 2008 Perbankan Nasional kembali diguncang
kasus Bank Century karena diannggap berpotensi memicu krisis global, menyusul
kalah kliring yang dihadapinya. Krisis yang dihadapi Bank Century disebabkan
karena permasalahan internal bank tersebut dan lemahnya pengawasan Bank
Indonesia. Permasalahan internal tersebut karena adanya penipuan yang dilakukan
oleh pihak manajemen bank terhadap nasabah menyangkut : 27
1. Peneyelewangan dana nasabah hingga Rp.2,8 Triliun ( nasabah Bank Century
sebesar Rp.1,4 Triliun dan nasabah Antaboga Deltas Sekuritas Indonesia
sebesar Rp. 1,4 Triliun).
2. Penjualan reksa dana fiktif produk Antaboga Deltas Sekuritas Indonesia.
Dimana produk tersebut tidak memiliki izin BI dan Bappepam.
Kedua permasalahan tersebut menimbulkan kerugian yang sangat besar
bagi nasabah Bank Century. Dimana mereka tidak dapat melakukan trasnsaksi
perbankan dan uang mereka pun untuk sementara tidak dapat dicairkan.
Dalam upaya penyelamatan kasus Bank Century ini telah diputuskan
pemerintah tahun lalu bersama Bank Indonesia. Biaya penyelamatan Bank
Century hanya sekitar Rp. 1,3 Triliun yang disetujui oleh DPR, belakangan
ketahuan uang dari kantong negara harus dikuras Rp.6,7 Triliun. Namun
pemerintah dan Bank Indonesia menyatakan dalam proses penyembuhan bank ini,
27
pemerintah harus menyuntikkan dana untuk memenuhi syarat kesehatan bank.
Akhirnya biaya penyelamatan membengkak berlipat-lipat dari yang disetujui
DPR.
Jelas bahwa masalah kasus Bank Century disebabkan lemahnya Bank
Indonesia mengawasi pengoperasian Perbankan Nasional, sehingga merugikan
keuangan Negara. Bank Indonesia dinilai lalai dalam pengawasan, sehingga
Direksi dan pemilik Bank Century sejak Tahun 2005 leluasa melarikan dana milik
nasabah ke luar negeri melalui penerbitan Obligasi fiktif. Kemudian DPR merasa
dilangkahi pemerintah, karena pemerintah dan DPR hanya bersepakat
mengeluarkan dana sebesar 1,3 Triliun, nyatanya Rp. 6,7 Triliun.
Pengambil alihan Bank Century oleh pemerintah melalui Lembaga Penjamin
Simpanan tidak memiliki konsep yang jelas dan akan menimbulkan kerugian yang
cukup besar. Dana yang dikeluarkan Lembaga Penjamin Simpanan dalam upaya
penyehatan Century yang mencapai Rp. 6,7 Triliun, kemungkinan dana tersebut
tidak akan bisa kembali pada nasabah.
Dengan melihat sistem pengawasan perbankan pada Bank Indonesia
seharusnya dijalankan dengan akuntabilitas, transparan, responbilitas, sehingga
kasus Bank Century tidak akan terjadi, untuk kedepannya diharapkan kepada
Bank Indonesia harus benar-benar berperan sebagai lembaga independen
sebagaimana diiamanatkan Undang-Undang, dan tidak terpangaruh pada tekanan
politik, pengawasan Bank Indonesia benar benar diperlukan demi terciptanya
dunia perbankan yang sehat28.
28
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT PERBANKAN
G. Pengertian Kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani (credere) yang berarti
kepercayaan. Misalkan, seorang nasabah debitur yang memperoleh kredit dari
bank adalah tentu seseorang yang mendapat kepercayaan dari bank. Hal ini
menunjukkan bahwa yang menjadi dasar pemberian kredit oleh bank kepada
nasabah debitur adalah kepercayaan.29
Op. Simorangkir menyatakan kredit adalah pemberian prestasi (misalnya
uang, barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu
yang akan datang.
Dalam Pasal 1 butir 11 UUP 1998 bahwa “Kredit adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga”.
30
Berdasarkan pengertian di atas menunjukkan bahwa prestasi yang wajib
dilakukan oleh debitur atas kredit yang diberikan kepadanya adalah tidak Kehidupan ekonomi modern adalah prestasi uang, yang
transaksi kreditnya menyangkut uang sebagai alat kredit.
29
Thomas Suyatno, Dasar-dasar Perkreditan, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003, hal 12.
30
mata melunasi hutangnya tetapi juga disertai dengan bunga sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
Dari pengertian-pengertian kredit di atas, terdapat unsur-unsur dalam
kredit yaitu :31
1. Adanya Kepercayaan, yaitu keyakinan si pemberi kredit (bank) bahwa prestasi
(uang) yang diberikan akan benar-benar diterima kembali dari si penerima
kredit (debitur) pada masa yang akan datang.
2. Adanya Waktu, yaitu jangka waktu antara saat pemberi prestasi dengan saat
pengembaliannya. Karena dalam unsur waktu terdapat nilai uang yakni nilai
uang sekarang dan nilai uang dimasa yang akan datang.
3. Adanya Prestasi, yaitu suatu yang dihubungkan dengan kredit, maka yang
dimaksud prestasi dalam hal ini adalah uang.
4. Adanya Resiko, yaitu suatu kerugian yang mungkin timbul dari pemberian
kredit.
5. Adanya Jaminan, yaitu untuk menghindari resiko yang mungkin timbul, maka
harus dilakukan penilaian secara cermat dan dilindungi dengan suatu jaminan
sebagai upaya terakhir pengamanan kredit.
Klasifikasi bentuk kredit yang disalurkan Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat di dasarkan pada kriteria, sebagai berikut :32
1. Kriteria kegunaan
Berdasarkan kriteria ini, kredit dibedakan menjadi 2 ( dua ) yaitu :
a) Kredit Investasi ( investment loan ) adalah: kredit yang digunakan untuk membiayai pembangunan proyek baru yang memerlukan jumlah
dana besar dalam jangka waktu yang lebih lama.
b) Kredit Modal Kerja ( productive loan ) adalah : kredit yang digunakan
untuk membiayai usaha dalam rangka peningkatan produksi.
2. Kriteria tujuan
Berdasarkan kriteria ini, kredit dibedakan menjadi 3 ( tiga ) yaitu :
a) Kredit Produktif ( productive loan ) adalah : kredit yang bertujuan
untuk meningkatkan kegiatan usaha, sehingga menghasilkan barang
dan jasa dalam jumlah yang begitu besar.
b) Kredit Konsumtif ( consumer loan ) adalah : kredit yang bertujuan
untuk memenuhi keperluan pribadi dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya perumahan dan kendaraan.
c) Kredit Perdagangan ( commercial loan ) adalah : kredit yang bertujuan
untuk memperlancar kegiatan usaha perdagangan, misalnya usaha
pertokoan, dan kredit ekspor.
3. Kriteria jaminan
Berdasarkan kriteria ini, kredit dibedakan menjadi 2 ( dua ) yaitu :33
a) Kredit dengan jaminan ( secured loan ) adalah: kredit yang diberikan
dengan jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud
atau tidak berwujud. Setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi
senilai jaminan yang diberikan oleh calon debitur.
33
b) Kredit Tanpa Jaminan ( unsecured loan ) adalah : kredit yang tidak dilindungi dan tidak didukung oleh jaminan barang atau orang. Kredit
ini dasarkan pada kepercayaan terhadap prospek usaha dan kejujuran
calon debitur.
4. Kriteria jangka waktu
Berdasarkan kriteria ini, kredit dibedakan menjadi 3 ( tiga ) yaitu :
a) Kredit Jangka Pendek ( short term loan ) adalah : kredit yang jangka
waktu pengembaliannya kurang dari 1 ( satu ) tahun, misalnya untuk
modal kerja.
b) Kredit Jangka Menengah ( medium term loan ) adalah : kredit yang
jangka waktu pengembaliannya antara 1 ( satu ) tahun sampai dengan 3
( tiga ) tahun, misalnya : investasi.
c) Kredit Jangka Panjang ( long term loan ) adalah : kredit yang jangka
waktu pengembaliannya lebih dari 3 ( tiga ) tahun, misalnya untuk
investasi proyek perkebunan kelapa sawit.
H. Prosedur dalam Pemberian Kredit
Kredit Umum Pedesaan selanjutnya disingkat KUPEDES adalah suatu
fasilitas kredit yang disediakan oleh BRI Unit Titi Kuning Cabang Medan untuk
mengembangkan atau meningkatkan usaha kecil yang layak. KUPEDES
diutamakan untuk membiayai usaha kecil dimasyarakat namun demikian dapat
pula diberikan kepada non golongan berpenghasilan tetap dan golongan
Plafond merupakan jumlah besarnya pemberian kredit kepada calon
debitur. Pada BRI Unit Titi Kuning Cabang Medan, plafond KUPEDES yang
diberikan yaitu sebesar 25 juta s/d 50 juta, sedangkan plafond pemberian kredit
diatas 50 juta diatur oleh kantor cabang. Besarnya plafond berpengaruh terhadap
besarnya presentasi bunga. Semakin besar plafond kredit maka semakin kecil
presentasi bunga yang diberikan, begitupun sebaliknya.
Melalui Surat Edaran No. S. 12-DIR/ADK/04/2005, mengenai Pelayanan
KUPEDES dengan Plafond Kredit diatas Rp.25.000.000,- s/d Rp.50.000.000,- ,
Khusus untuk Non Golongan Berpenghasilan Tetap seperti Pengusaha, dan
Wiraswasta, dan golongan berpenghasilan tetap seperti ABRI dan PNS. Sesuai
Pasal 8 Undang 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Jo Pasal 8
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, bahwa kredit yang diberikan oleh bank mengandung
risiko harus memperhatikan prinsip kehati-hatian dan asas-asas pemberian kredit
yang sehat. Seiring dengan misi BRI untuk melakukan kegiatan perbankan yang
mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk
menunjang peningkatan ekonomi masyarakat maka BRI memberikan usaha mikro
melalui KUPEDES dengan tetap berpedoman pada prinsip kehati-hatian. Dengan
semakin besarnya respon perbankan untuk membiayai bisnis mikro dan ritel guna
meningkatkan daya saing produk KUPEDES, maka Direksi memberlakukan
ketentuan mengenai Pelayanan KUPEDES dengan Plafond Kredit diatas
Rp.25.000.000,- s/d Rp.50.000.000,-, Khusus untuk Non Golongan
Adapun Ketentuan Umum tersebut sebagai berikut :34
1. Besar Kredit
Besar kredit yang diberikan diatas Rp.25.000.000,- s/d Rp.50.000.000,-
2. Tujuan Penggunaan Kredit
KUPEDES Rp.25.000.000,- s/d Rp.50.000.000,- dapat dipergunakan untuk
investasi maupun modal kerja.
3. Suku Bunga
Berdasarkan hasil rapat ALCO ( kualitas aset, likuiditas, rentabilitas, dan
solvabilitas ) BRI, suku bunga KUPEDES diatur sebagaimana tertuang dalam Surat Edaran Direksi No. S.E. S7-DIR/AD/03/2005 Tentang Suku
Bunga KUPEDES BRI.
Khusus untuk BRI Unit BRINETS, perubahan tingkat suku bunga dilakukan
melalui screen pemeliharaan data rate di AA Creation Menu.
4. Besar Angsuran, Hak PBTW ( Hak Pembayaran Bunga Tepat Waktu ) dan
Restitusi Bunga
a. Untuk BRI Unit STU, penentuan besar angsuran pokok + bunga, hak
PBTW dan restitusi bunga sebagaimana tabel angsuran yang akan
dikeluarkan oleh Divisi Bisnis Mikro dan merupakan satu kesatuan dengan
Surat Edaran.
b. Untuk BRI Unit BRINETS, penentuan besar angsuran hak PBTW dan
restitusi bunga berpedoman pada hasil perhitungan yang dilakukan secara
otomatis oleh sistem BRINETS.
34
5. Jangka Waktu dan Pola Angsuran
a. Jangka waktu dan pola angsuran KUPEDES harus memperhatikan
karakteristik usaha yang akan dibiayai, siklus usaha cash flow debitur
sebagaimana telah ditetapkan dalam PKK Bisnis Mikro.
b. Untuk calon debitur yang memilih pola angsuran 3 bulan, 4 bulan, dan 6
bulan, dapat diberikan alternatif cara pembayaran angsuran sebagai
berikut:
1) Pembayaran angsuran pokok + bunga tetap dilakukan sesuai dengan
jadwal pola angsuran 3 bulan, 4 bulan, 6 bulan.
2) Pembayaran angsuran pokok tetap dilakukan sesuai dengan jadwal
pola angsuran 3 bulan, 4 bulan, 6 bulan, tetapi angsuran bunga dibayar
perbulan. Besar angsuran bunga yang dibayar perbulan tersebut
dihitung secara proporsional berdasarkan besar angsuran bunga setiap
3 bulan, 4 bulan, 6 bulan, sebagaimana tercantum dalam tabel
angsuran.
6. Agunan
a. Agunan KUPEDES dapat berupa tanah atau bangunan dengan status
kepemilikan berupa Surat Hak Milik ( SHM ), Surat Hak Guna Bangunan
( SHGB ), Surat Hak Guna Usaha ( SHGU ), serta BPKB Kendaraan
Bemotor roda 4 atau lebih ( mobil, truk, dll ). Agunan yang diberikan
oleh calon debitur harus mengcover KUPEDES yang diberikan pokok +
b. Penilaian agunan untuk kredit mikro ( KUPEDES ) didasarkan pada nilai
likuidasi ( dahulu disebut sebagai Taksiran Harga Lelang Sita / THLS ) yaitu nilai atau harga jual barang agunan pada penilaian dilakukan,
dengan asumsi penjualan dilakukan dengan mudah, baik secara damai
maupun dengan lelang.
Penetapan nilai likuidasi didasarkan pada pertimbangan antara lain :
1) Kualitas barang,
2) Tingkat kepentingan atau fungsi barang dalam kehidupan masyarakat,
3) Ketersediaan barang dipasar,
4) Peluang adanya barang subtistusi,
5) Tingkat daya beli masyarakat.
Ketentuan lainnya sehubungan dengan agunan kredit mengacu pada S.E
Direksi NO.S.E: S.8-DIR/ADK/05/2004 tanggal 11 Maret 2004 Tentang
Agunan Kredit.
c. Untuk agunan berupa tanah atau tanah dan bangunan harus diikat dengan
Hak Tanggungan dan Surat Kuasa Memberikan Hak Tanggungan
(SKMHT) harus di buat secara notaril sesuai ketentuan yang berlaku.
Sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara Agraria /
Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 4 Tahun 1996 Tanggal 8 Mei
1996 Pasal 1 buitr 3 ditentukan bahwa untuk Kredit Umum Pedesaan
BRI ( KUPEDES BRI ) maka Surat Kuasa Membebankan Hak
menjamin pelunasan kreditnya berlaku sampai saat berakhirnya masa
berlakunya perjanjian pokok.
d. Sesuai dengan UU.No.4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Pasal 15
butir 1 bahwa SKMHT wajib dibuat dengan akta notaril atau akta PPAT
dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Tidak memuat kuasa untuk melakukan perbuatan hukum lain dari
pada membebankan Hak Tanggungan.
2) Tidak memuat kuasa subtitusi
3) Mencantumkan secara jelas objek Hak Tanggungan, jumlah hutang
dan nama serta identitas kreditur, nama dan identitas debitur apabila
debitur bukan pemberi Hak Tanggungan.
e. Sedangkan untuk BPKB kendaraan bermotor diikat dengan fidusia.
7. Asuransi
Untuk mengurangi risiko tidak terbayarnya kredit, maka setiap debitur
KUPEDES diasuransikan kepada perusahaan asuransi jiwa rekanan BRI
yang telah ditunjuk. Premi asuransi menjadi beban BRI. Ketentuan
mengenai besarnya premi asuransi dan syarat-syarat penutupan asuransi
lainnya mengacu kepada ketentuan yang berlaku.
Adapun Persyaratan Pemberian Kredit KUPEDES, antara lain :
1. Calon debitur harus mempunyai usaha yang layak untuk dibiayai dengan
2. Persyaratan calon debitur antara lain :
a. WNI cakap hukum
b. Usia calon debitur minimal 21 tahun atau sudah menikah
c. Harus ada surat keterangan usaha dari kepala desa/ lurah setempat.
d. Menyerahkan fotocopy KTP calon debitur.
e. Fotocopy kartu keluarga yang masih berlaku sesuai dengan aslinya.
f. Pejabat Kredit Lini ( PKL ) harus memastikan kebenaran alamat calon
debitur, dengan melakukan cross check dengan kartu keluarga atau
rekening listrik calon debitur. Fotocopy KTP atau Kartu Identitas
lainnya harus diberi paraf oleh Pejabat Kredit Lini (Mantri atau
Kaunit) sebagai bukti bahwa alamat calon nasabah pada fotocopy KTP
tersebut benar dan cocok dengan aslinya.
3. Apabila debitur mendapat fasilitas KUPEDES atau pernah mendapat
fasilitas KUPEDES, maka secara kumulatif debitur yang bersangkutan
tidak pernah menunggak lebih dari 3 ( tiga ) kali angsuran pokok atau
bunga.
4. Pejabat Kredit Lini ( Mantri atau Kaunit ) wajib mencari informasi tentang
calon debitur ke BRI Unit/ Kanca BRI terdekat. Apabila calon debitur
ternyata sedang mendapat kredit di BRI Unit/ Kanca BRI, maka seluruh
pinjaman yang sudah didapat dan yang akan diberikan, harus ditotal dan
Sistem dan Prosedur Pemberian Kredit, antara lain :
1. Permohonan KUPEDES harus dilakukan secara tertulis dengan
menggunakan Surat Keterangan Permohonan Pinjam ( SKPP )
2. Analisis KUPEDES dilakukan dengan menggunakan pendekatan
Repayment Capasity ( RPC ) melalui wawancara dengan calon debitur. Hasil wawancara dituangkan dalam bentuk Neraca dan Rugi Laba dengan
menggunakan Model 70-b KUPEDES, sebagai dasar untuk menghitung
kebutuhan KUPEDES calon debitur yang bersangkutan.
3. Apabila dari hasil analisis KUPEDES yang dilakukan oleh Mantri dan
Kaunit terdapat hal-hal yang diragukan kebenaran, keakuratan dan atau
kewajarannya maka Pejabat Pemutus ( Pinca, MBM, dan AMBM ) dapat
melakukan pemeriksaan ulang secara on site untuk memastikan kebenaran,
keakuratan, kewajaranmya. Hasil pemeriksaan ulang tersebut dituangkan
dalam lembaran terpisah dan disatukan dengan tetap menggunakan Model
70-b dan disatukan dengan Model 70-b hasil analisis sebelumnya.
4. Maksimal waktu proses adalah 14 ( empat belas ) hari kerja terhitung sejak
calon debitur mengajukan permohonan.
5. Kewenangan Memutus diatur sebagai berikut:
Sebgaimana telah ditentukan dalam Surat Keputusan Direksi No:
S.63-DIR/ADK/10/2003 tanggal 20 Oktober 2003 Tentang Putusan Delegasi
Wewenang Kredit ( PDWK ) berserta perubahannya, kewenangan
memutus KUPEDES dengan plafond diatas Rp.25.000.000,- s/d
didelegasikan kepada Manajer Bisnis Mikro ( MBM ), dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. BRI Unit tetap dapat melayani pemberian KUPEDES dengan plafond
diatas Rp. 25.000.000,- s/d Rp. 50.000.000,- apabila Non Performing
Loan ( NPL ) khusus untuk KUPEDES dengan plafond diatas Rp.
25.000.000,- s/d Rp. 50.000.000,- di BRI Unit yang bersangkutan <
2,75 %, dan diputus sesuai dengan kewenangan ( Pinca atau MBM
sesuai limit ).
b. Namun apabila NPL ( Non Perfoming Loan ) Khusus untuk
KUPEDES dengan plafond diatas Rp.25.000.000,- s/d Rp.
50.000.000,- disuatu BRI Unit lebih dari 2,75 % maka atas
permohonan KUPEDES dengan plafond diatas Rp.25.000.000,- s/d
Rp. 50.000.000,- tersebut harus dimintakan ijin prinsip secara case by
case ke Pemimpin Wilayah dengan ketentuan :
1) Ijin prinsip dapat diberikan dapat diberikan apabila NPL khusus
untuk KUPEDES dengan plafond diatas Rp.25.000.000,- s/d Rp.
50.000.000,- dalam satu wilayah kerja Kanca BRI tidak melebihi 3
%.
2) Namun apabila NPL khusus untuk KUPEDES dengan plafond
diatas Rp. 25.000.000,- s/d RP. 50.000.000,- dalam satu wilayah
kerja Kanca BRI tidak melebihi 3 %, maka Kanca yang
bersangkutan tidak boleh memberikan KUPEDES dengan plafond