• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

B. Sistem Pengajaran al- Qur’an Hadits

3. Kurikulum al- Qur’an Hadits

Artinya : “ … apa yang di berikan Rasul kepadamu, maka ambil (terima) lah, dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah…”.(al-Hasyr/59:7)25

3. Kurikulum al- Qur’an Hadits

Dalam kamus Lengkap Bahasa Inggris, kurikulum adalah rencana pelajaran.26 Perkataan kurikulum berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa

23

Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1998), cet. Ke-18, h. 40-41.

24

Mudhafar Mughni, dkk., Ushul Fiqh I, (Jakarta: Lingkar Studi Islam Publishing, 2003), cet. Ke-1, h. 45.

25

Depag RI, Standar Wilayah DKI Jakarta Kemampuan Dasar Pendidikan Agama Islam Madrasah Aliyah, h. 916 .

Yunani, dari kata curir yang artinya pelari, dan curere yang artinya tempat berpacu atau tempat berlomba.27 Sedangkan curiculum mempunyai arti “jarak” yang di tempuh oleh pelari.

Kurikulum menurut istilah yaitu segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, di dalam kelas, di halaman sekolah, maupun diluarnya “atau” segala kegiatan di bawah tanggung jawab sekolah yang mempengaruhi anak dalam pendidikannya.28 Pendapat lain mengatakan bahwa kurikulum adalah program belajar untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.29 Menurut para ahli, kurikulum adalah :

a. Harold B. Alberty ; mendefinisikan kurikulum yakni semua aktivitas yang dilakukan oleh sekolah terhadap para siswanya

b. Edward A. Krug (1960); kurikulum adalah usaha-usaha yang mengarah pada tujuan pendidikan atau tujuan sekolah

c. J.G Taylor dan William H. Alexander, mendefinisikannya yakni segala usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk mempengaruhi belajar anak, baik di dalam atau di luar kelas.30

Dapat disimpulkan bahwa kurikulum itu diartikan tidak hanya terbatas pada mata pelajaran saja, tapi segala aktivitas apa saja yang dilakukan sekolah dalam rangka mempengarui anak dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan, dapat dinamakan kurikulum, termasuk di dalamnya kegiatan belajar-mengajar, mengatur strategi dalam proses belajar mengajar, cara mengevaluasi program pengembangan pengajaran, dan sebagainya.

Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya meliputi seatu kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah, jadi selain

26

S. Wojowasito, W. J. Poerwadarminta, Kamus Lengkap bahasa Inggria, (Bandung: Hasta, 1997), h. 36.

27

Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: 2002), cet. Ke-1, h. 33.

28

Team Didaktik Metodik atau Kurikulum, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta: 1995), cet. Ke-5, h. 97.

29

Piet Sahertian, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Sekolah, h. 132.

30

kegiatan kurikuler yang formal juga kegiatan yang tidak formal atau biasa disebut dengan ekstra-kurikuler.

Kurikulum formal meliputi tujuan pelajaran, umum dan spesifik, bahan pelajaran yang tersusun sistematis, strategi belajar mengajar serta kegiatan-kegiatannya, system evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan tercapa

yang diajarkan pada setiap kelas, yang wajib diikuti oleh semua peserta didik.

urikulum al- Qur’an Hadits secara garis besarnya adalah

a. Tuj

uatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai.33

i.31

Kurikulum yang penulis maksud di sini dalah kurikulum bidang studi al- Quran Hadits yang ada di dalam Kurikulum dan Hasil Belajar al- Qur’an Hadits. Al- Qur’an Hadits adalah salah satu mata pelajaran program inti kelompok pendidikan agama, yang merupakan program identitas Madrasah Aliyah

Kurikulum formal mempunyai beberapa komponen yang meliputi : tujuan, bahan pelajaran, metode atau strategi belajar mengajar dan evaluasi. Maka, isi dari k

sebagai berikut :

uan Pelajaran Qur’an Hadits

Keberhasilan manusia dalam menjalani kehidupannya tidak terlepas dari usaha dan dorongan untuk mencapai suatu tujuan. Tanpa adanya suatu tujuan, maka ia akan berjalan meraba-raba dan tak tentu arah tujuan. Tujuan adalah sesuatu yang dituju, yaitu yang akan dicapai dengan suatu kegiatan atau usaha.32 Seiring dengan pendapat tersebut, Dr. Zakiyah Drajat mengatakan bahwa tujuan adalah s

Melihat objek pembahasan al- Qur’an Hadits, maka dapat dikatakan bahwa al- Qur’an Hadits merupakan bentuk dari suatu pendidikan Islam. Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan

31

Nasution., Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. Ke-2, h. 5.

32

Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama atau IAIN, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : 1982), h. 60.

33

kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.34 Adapun tujuan dari pada pendidikan Islam adalah “perwujudan nilai-nilai Islam dalam pribadi manusia didik yang oleh pendidik Muslaim melalui proses yang terminal pada hasil (produk) yang berkripadian Islam yang beriman, bertaqa dan berilmu pengetahuan yang sanggup mengem

nya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidu

dari membaca dan memahami al- Qur’an dalam kehidupannya sehari-hari.

bangkan dirinya menjadi hamba Allah SWT, yang taat.”35

Dasar-dasar dari ajaran Islam adalah al- Qur’an dan Hadits. Dengan menyadari pentingnya memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta untuk mewujudkan pendidikan Islam yang paripurna, maka pelajaran al- Qur’an Hadits sebagai salah satu dari bagian pendidikan agama juga mengemban misi pembinaan kepribadian siswa ke arah pribadi utama menurut norma-norma agama. Dalam Kurikulum dan Hasil Belajar al- Qur’an Hadits Madrasah Aliyah disebutkan dengan rinci bahwa tujuan yang hendak dicapai dari pendidikan al- Qur’an Hadits adalah agar siswa bersemangat untuk membaca al- Qur’an dan Hadits dengan benar, serta mempelajarinya, memahami, menyakini kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai yang terkandung didalam

pannya.36

Dari pernyataan di atas terlihat bahwa tujuan pengajaran al- Qur’an Hadits mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif meliputi pengetahuan, konsep atau fakta, yaitu dimana siswa diharapkan dapat membaca dan memahami isi dari al- Qur’an tersebut. Aspek afektif meliputi personal dan kepribadian atau sikap, yaitu dimana siswa diharapkan dapat meyakini dan meresapi apa yang telah ia dapat membentuk kepribadiannya sesuai petunjuk al- Qur’an. Sedangkan aspek psikomotorik meliputi kelakuan dan keterampilan, yaitu dimana siswa diharapkan dapat merealisasikan amalan-amalan yang telah didapatnya

34

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), cet. Ke-3, h. 12.

35

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, h. 224.

36

Tampak pula ada relevansi antara tujuan pelajaran al- Qur’an Hadits dengan tujuan Islam, dengan ini semakin membuktikan bahwa al- Qur’an Hadits merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang harus ada dan wajib diikuti oleh setiap murid.

b. Metode Pembelajaran al- Qur’an Hadits

Metode berasal dari kata “meta” dan “hodos”, “meta” berari “melalui” dan “hodos” berarti “jalan atau cara”. Asal kata metode mengandung pengertian suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan.

37

Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.38

Metode sangatlah berperan di dalam proses belajar-mengajar, guna meraih tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Salah satu aspek keberhasilan dari kegiatan belajar mengajar adalah adanya kemampuan guru dalam mengusai dan memilih berbagai metode yang tepat dalam mengajar. Metode yang tepat gunakan akan menunjang kelancaran jalannya proses belajar mengajar, sehingga materi pelajaran yang disampaikan dapat berproses secara efisien dan efektif menuju tujuan pendidikan. Jenis-jenis metode pengajaran menurut Departemen Agama RI dalam Pedoman Proses Belajar Mengajar terdiri dari; metode diskusi, karyawisata, bermain peran, demonstrasi, ceramah, tanya jawab, bercerita, dan sosiodrama.39

Metode pengajaran yang dipakai dalam memberikan materi pelajaran al- Qur’an Hadits adalah sebagai berikut;

1) Metode Ceramah

Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dalam penuturan secara lisan oleh seorang guru tehadap

37

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, h. 61.

38

Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 652

39

Departemen Agama RI, Pedoman Proses Belajar Mengajar Madrasah Aliyah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelmabagaan Agama Islam), 1988.

sekelompok murid. Dalam pelaksanaan metode ceramah, seorang guru dapat mempergunakan alat-alat Bantu untuk menjelaskan uraiannya. Alat utama penghubung guru dengan murid adalah bahasa lisan (berbicara). Adapun kebaikan metode ceramah yaitu:

a) Guru dapat menguasai seluruh arah pembicaraan dalam kelas.

b) Organisasi kelas sederhana berarti guru tak perlu mengadakan pengelompokan murid.

c) Hal-hal yang penting dan mendesak dapat segera disampaikan.

d) Melatih murid menggunakan pendengarannya dengan baik dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat

Kelemahan-kelemahan dari metode ceramah, yaitu:

a) Guru tidak dapat mengetahui sampai dimana murid telah memahami keterangan-keterangan guru

b) Dalam diri murid dapat terbentuk konsep yang lain dari pada kata-kata yang dimaksudkan oleh guru

c) Murid cenderung bersifat pasif

d) Murid sukar mengkonsentrasikan perhatiannya terhadap keterangan guru, terutama pada siang dan sore hari.40

Contoh metode ceramah yaitu guru menjelaskan isi kandungan ayat al- Qur’an.

2) Metode Tanya Jawab

Metode Tanya Jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru yang menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan belajar-mengajar melalui Tanya jawab, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan atau siswa diberikan kesempatan untuk bertanya terlebih dahulu pada saat memulai pelajaran, pada saat pertengahan atau pada akhir pelajaran. Bilamana metode Tanya

40

Moehammad Mansyur, Pengantar Metodologi Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Singo Abadi Inti 1982 ), h. 8-9.

jawab ini dilakukan secara tepat akan dapat meningkatkan perhatian siswa untuk belajar secara aktif.

Keunggulan-keunggulan dari metode ini:

a) Kelas akan menjadi hidup karena siswa dibawa ke arah berpikir secara aktif

b) Siswa terlatih berani megemukakan pertanyaan atau jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh guru

c) Dapat mengaktifkan retensi siswa terhadap pelajaran yang telah lalu. Sedangkan kelemahan-kelemahan metode ini adalah:

a) Waktu yang digunakan dalam pelajaran tersita dan kurang dapat dikontrol secara baik oleh guru karena banyaknya pertanyaan yang timbul dari siswa

b) Kemungkinan terjadi penyimpangan perhatian siswa bilamana terdapat pertanyaan atau jawaban yang tidak berkenaan dengan sasaran yang dibicarakan

c) Jalannya pengajaran kurang dapat terkoordinir secara baik, karena timbulnya pertanyaan-pertanyaan dari siswa yang mungkin tidak dapat dijawabsecara tepat, baik oleh guru maupun siswa. 41

Contohnya yaitu guru menanyakan mufrodat ayat al- Qur’an yang telah ditulis di di papan tulis.

3) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu metode penyampaian bahan pengajaran dengan jalan mendiskusikan bahannya sehingga menimbulkan pengertian serta perubahan sikap dari murid.42

Kelebihan-kelebihan dari metode ini, adalah :

a) Suasana kelas menjadi bergairah, dimana para siswa mencurahkan perhatian dan pemikiran mereka terhadap masalah yang sedang dibicarakan

41

Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, ( Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet. Ke- 1, h. 43-44.

42

Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama, Garis-Garis Besar Program Pengajaran, (Jakarta: Departemen Agama, 1980 ), h.46.

b) Dapat menjalin hubungan sosial antar individu siswa sehingga menimbulkan rasa harga diri, toleransi, demokrasi, berfikir kritis dan sistematis

c) Hasil diskusi dapat dipahami oleh para siswa karena mereka secra aktif mengikuti perdebatan yang berlangsung dalam diskusi

d) Adanya kesadaran para siswa dalam mengikuti dan memahami aturan-aturan yang berlaku dalam diskusi merupakan refleksi kejiwaan dan sikap mereka untuk berdisiplin dan menghargai pendapat orang lain Sedangkan kelemahan-kelemahannya yaitu:

a) Adanya sebagian siswa yang kurang berpartisipasi secara aktif dalam diskusi dapat menimbulkan sikap acuh tak acuh dan tidak ikut bertanggung jawab terhadap hasil diskusi

b) Sulit meramalkan hasil yang ingin dicapai karena penggunaan waktu yang terlalu panjang

c) Para siswa mengalami keulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat mereka secara ilmiah atau sistematis.43

4) Metode Resitasi

Metode resitrasi biasanya disebut metode pekerjaan rumah, karena siswa diberi tugas-tugas khusus di luar jam pelajaran. Sebenarnya penekanan metode ini terletak pada jam pelajaran berlangsung dimana siswa disuruh untuk mencari informasi atau fakta-fakta berupa data yang dapat ditemukan di laboratorium, perpustakaan, pusat sumber belajar, dan sebagainya.

Adapun kelebihan metode ini adalah :

a) Siswa lebih banyak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya sehingga memperkuat daya retensi mereka

b) Sangat berguna untuk mengisi kekosongan waktu agar siswa dapat melakukan hal-hal yang bersifat konstruktif

c) Siswa menjadi aktif dan memiliki rasa tanggung jawab Sedangkan kelemahan-kelemahannya yaitu:

43

a) Dapat menimbulkan keraguan, karena adanya kemungkinan pekerjaan yang diberikan kepada siswa justru dikerjakan oleh orang orang lain b) Guru sering mengalami kesukaran dalam pemberian tugas yang sesuai

dengan kemampuan yang dimiliki siswa

c) Bilamana tugas terlalalu dipaksakan dapat menimbulkan terganggunya kestabilan mental dan pikiran siswa. 44

5) Metode Kerja Kelompok

Metode ini dilakukan atas dasar pandangan bahwa anak didik merupakan suatu kesatuan yang dapat dikelompokkan sesuai dengan kemampuan dan minatnya untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu dengan sistem gotong royong.

Keunggulan yang ada pada metode ini adalah :

a) Ditinjau dari segi pedagogis; kegiatan kelompok akan dapat meningkatkan kualitas kepribadian siswa, seperti; kerjasama, toleransi, dll.

b) Ditinjau dari psikologi; timbul persaingan yang positif antar kelompok karena mereka bekerja pada masing-masing kelompok

c) Ditinjau dari segi sosial; anak yang pandai dalam keompok tersebut dapat membantu anak yang kurang pandai dalam menyelesaikan tugas. Adapun kelemahannya adalah :

a) Terlalu banyak persiapan-persiapan dan pengaturan yang kompleks disbanding dengan metode lainnya

b) Bilamana guru kurang kontrol maka akan terjadi persaingan yang negatif antar kelompok

c) Tugas-tugas yang diberikan kadang-kadang hanya dikerkajakan oleh segelintir siswa yang cakap dan rajin, sedangkan siswa yang malas akan menyerahkan tugas-tugasnya kepada temannya dalam kelompok tersebut.

6) Metode Drill

44

Metode ini sangat popular dikalangan guru-guru, karena pelaksanaannya tidak menimbulkan banyak kesukaran. Pelaksanaanya merupakan pemberian latihan dari suatu kegiatan belajar yang perlu dilaksanakan secara intensif oleh murid-murid.

Metode ini merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu berupa suatu ketangkasan atau keterampilan terhadap apa yang pernah dipelajari.

Kebaikan-kebaikan metode ini adalah :

a) Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dengan menggunakan metode ini akan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksana.

b) Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan tidak memerlukan banyak konsentrasi dalam pelaksanaannya.

c) Pembentukan kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang komplek, rumit menjadi lebih otomatis.

Adapun kelemahan-kelemahannya adalah :

a) Menghambat bakat dan inisiatif murid, karena murid lebih banyak dibawa kepada konformitas dan diarahkan kepada uniformitas.

b) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang–ulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan.

c) Membentuk kebiasaan yang kaku, karena murid lebih banyak ditujukan untuk mendapatkan kecakapan memberikan respons secara otomatis tanpa menggunakan intelengensi.

d) Menggunakan verbalisme, karena murid-murid lebih banyak dilatih menghafal soal-soal dan menjawabnya secara otomatis.

c. Evaluasi

Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris “evaluation”, dalam bahasa Arab “Al- Taqdir”, dalam bahasa Indonesia berarti “penilaian”. Dengan demikian evaluasi secara bahasa diartikan sebagai penilaian dalam (bidang) pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

kegiatan pendidikan.45 Sedangkan menurut istilah adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah diterapkan dalam sebuah program.46

Evaluasi bersifat sebagai suatu kontrol terhadap pekerjaan yang telah digariskan terlaksana atau tidak atau juga untuk mengetahui sampai dimanakah bahan-bahan yang diberikan dapat dimengerti. Dengan kata lain, sudah seberapa jauh terdidik dapat menerimanya. Sehingga dengan demikian pendidik dapat menentukan langkah-langkah selanjutnya.

Adapun tujuan evaluasi dapat dirumuskan sebagai usaha untuk mengetahui sampai dimana tujuan dapat atau untuk mengetahui seberapa banyak terjadi perubahan-perubahan tingkah laku pada anak sebagai akibat dari proses belajar.47

Evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan berkesinambungan. Oleh karena itu ragamnya pun banyak mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, diantaranya yaitu :

1) Pre Test dan Post Test

Kegiatan pre test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru. Tujuannya untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Sedangkan post test yaitu kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan.

2) Evaluasi Prasyarat

Evaluasi jenis ini sangat menyerupai dengan pre test. Tujuannya untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan.

3) Evaluasi Diagnostik

45

Moehammad Mansyur, Pengantar Metodologi Pendidikan Agama,hal. 10-12

46

Anas Sujiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Press, 2003), hal.1

47

Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa. Instrumen evaluasi ini dititikberatkan pada bahasan tertentu yang dipandang telah membuat siswa mendapatkan kesulitan. 4) Evaluasi Formatif

Evaluasi ini kurang lebih sama dengan ulangan yang dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi diagnostik, yakni untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa.

5) Evaluasi Sumatif

Ragam penilaian sumatif kurang lebih sama dengan Ulangan Umum yang dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir priode pelaksanaan program pengajaran. Evaluasi ini dilakukan pada setiap akhir semester atau akhir tahun.

6) UAN

UAN (Ujian Akhir Nasional) pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti alat penentu kenaikan status siswa. Namun, UAN yang mulai diberlakukan pada tahun 2002 itu dirancang untuk siswa yang telah menduduki kelas tertinggi pada suatu jenjang pendidikan tertentu, yakni jenjang SD/MI, dan seterusnya.48

48

Dokumen terkait