• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kurikulum SD 2013

pembelajaran siswa tidak hanya sekedar menghafal. Kemampuan berfikir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

tingkat tinggi menurut Lorin (2010:99) adalah proses berfikir yang dilakukan oleh individu mulai dari tahap mengingat sampai pada tahap individu tersebut mampu mencipta atau membuat suatu karya hasil dari pemikirannya. Benyamin S. Bloom mengkonsentrasikan ranah kognitif dalam taksonominya. Ranah kognitif(Hamzah.2012:61) adalah ranah atau kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkaitan dengan proses berfikir peserta didik mulai dari tingkat yang paling sederhana yaitu mengingat sampai pada tahap yang paling tinggi yaitu mencipta. Dalam taksonomi Bloom yang telah direvisi tingkatan kognitif dalam Bloom terbagi menjadi seperti bagan di bawah ini :

Gambar 1. Tingkatan Taksonomi Bloom

Dalam rasional Kurikulum SD 2013 siswa dituntut untuk dapat berpikir tingkat tinggi. Pada tahap berpikir tinkat tinggi yang diharapkan oleh

pemerintah siswa mampu sampai pada tahap menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.

a) Tahap Menganalisis

Pada tahap ini peserta didik mampu untuk menganalisis suatu masalah yang di dapat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

b) Tahap Mengevaluasi

Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengevaluasi antar teman atau mengevaluasi dirirnya sendiri terhadap hasil proses belajarnya. c) Tahap Mencipta

Dalam tahap ini peserta didik diminta untuk menciptakan sesuatu dari apa yang telah dipelajari selama proses pembelajaran.

Dari beberapa penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa dalam proses belajar peserta didik bukan hanya mengingat dan memahami namun peserta didik juga mampu untuk menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Hal tersebut berguna agar pengetahuan yang didapat dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

c. Pendekatan Tematik Integratif

Kurikulum 2013 memiliki ciri khas pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik integratif. Melihat penyempurnaan pola pikir pada pembahasan sebelumnya dapat diketahui bahwa pola pikir pada Kurikulum SD 2013 merujuk pada perubahan yang memiliki karakteristik hampir sama dengan konsep pembelajaran kontekstual. Istilah kontekstual lebih pada keadaan nyata yang dialami seseorang. Kaitannya dengan pembelajaran yang dialami siswa, maka kontekstual fokus pada keadaan atau kondisi nyata yang diciptakan bagi siswa dalam proses pembelajaran. Suprijono (2011:79) mengungkapkan pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk mengaitkan pengetahuan atau materi dengan kondisi dunia nyata yang terjadi pada saat ini, hingga siswa berusaha

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

menemukan sendiri hubungan antara materi tersebut dengan kehidupannya. Hubungan dengan kehidupannya bisa berupa cara bagi siswa untuk menerapkan pengetahuannya pada kehidupan mereka.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi terbaru “tematik” diartikan sebagai “berkenaan dengan tema”, dan “tema” sendiri berarti pokok pikiran, dasar cerita yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, mengubah sajak, dsb)” (Prastowo, 2014). Menurut (Prastowo:2014) Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Departemen Pendidikan Nasional (2006:4) mengatakan pendidikan tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

Menurut Majid (2014:80) pendidikan tematik adalah pembelajaran terpadu yang mempergunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid. Menurut Majid (2014:85) mengatakan konsep pembelajaran tematik merupakan pengembangan dari pemikiran dua orang tokoh pendidikan yakni Jacob tahun 1989 dengan konsep pembelajaran interdisipliner dan fogarty pada tahun 1991 dengan konsep terpadu. Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun antar-mata pelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

Dalam bukunya, Majid (2014:86) mengatakan kurikulum 2013 menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kelas 1 sampai kelas VI. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.

Menurut Ahmadi (2014:221) metode tematik integratif adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa materi ajar sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna pada siswa.

Dalam buku, Majid (2014:89) mengemukakan prinsip-prinsip dalam pembelajaran tematik integratif :

a) Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran.

b) Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling terkait. Dengan demikian, materi- materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Mungkin terjadi, ada materi pengayaan horizontal dalam bentuk contoh aaplikasi yang tidak termuat dalam standar isi.

c) Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebailiknya pembelajaran tematik integrative harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

d) Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.

e) Materi pembelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan tidak perlu dipadukan.

Berdasarkan teori-teori yang sudah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik integratif merupakan pembelajaran yang dilakukan secara terpadu dan terdapat keterkaitan antar bidang studi, antar konsep, antar pokok bahasan, antar tema bahkan antar topik melalui pengalaman langsung sehingga pembelajaran dapat bermakna bagi siswa.

d. Pendekatan Saintifik

Kurikulum SD 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (Kemendikbud, 2013a:233). Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Akan tetapi tidak semua mata pelajaran, materi atau situasi tertentu dapat diaplikasikan secara prosedural menggunakan pendekatan ilmiah. Pada kondisi seperti ini, tentu saja pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai dan sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai dan sifat-sifat nonilmiah. Langkah-langkah pokok dalam pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Pada pembelajaran tematik integratif langkah-langkah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

pembelajaran tidak harus dilakukan secara berurutan, di mana pembelajaran menggunakan tema sebagai pemersatu. Sementara setiap mata pelajaran memiliki karakteristik keilmuan yang satu dengan yang lainnya tidak sama.

Kemendikbud (2013a:211) juga menyatakan bahwa hasil pembelajaran dengan pendekatan ilmiah lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Sedangkan langkah-langkah pembelajaran ilmiah adalah sebagai berikut, pertama mengamati yaitu dengan menyajikan media obyek secara nyata sehingga peserta didik akan ditantang rasa ingin tahunya; kedua menanya yaitu dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk meningkatkan dan mengambangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya dengan cara mengajukan suatu pertanyaan selama proses pembelajaran; ketiga, menalar dengan merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori yang dimiliki siswa; keempat adalah hubungan antar fenomena untuk mempertajam daya nalar peserta didik; lalu kelima, mencoba dengan mengajak siswa melakukan suatu percobaan selama proses pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan siswa.

Berdasarkan uraian di atas pendekatan saintifik yang diterapkan dalam pembelajaran dengan menggunakan Kurikulum SD 2013 merupakan suatu proses yang dilakukan siswa dengan mengedepankan ide-ide kreatif. Kemampuan siswa dapat dikembangkan mulai dari ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

e. Penilaian Otentik

Dalam bukunya, Nurgiyantoro (2011:22) mengatakan bahwa penilaian otentik sebenarnya sudah lama dikenal dalam dunia pendidikan walau di Indonesia hal itu terkesan baru. Hal itu baru naik daun dan ramai-ramai dibicarakan setelah pelaksanaan KTSP menyarankan penggunaan pembelajaran kontek stual, dan dipihak lain, penggunaan strategi pembelajaran itu menunjuk penggunaan penilaian otentik dalam pengukuran hasil pembelajaran peserta didik.

Penilaian otentik juga menekankan kemampuan peserta didik untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimilikinya secara nyata dan bermakna. Menurut Nurgiyantoro (2011:23) penilaian otentik merupakan penilaian terhadap tugas-tugas yang menyerupai kegiatan membaca dan menulis sebagaimana halnya di dunia nyata dan di sekolah. Tujuan penilaian itu adalah untuk mengukur berbagai ketrampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata dimana ketrampilan-ketrampilan tersebut digunakan.

Penilaian otentik menuntut pembelajar mendemonstrasikan pengetahuan, ketrampilan dan strategi dengan mengkreasikan jawaban atau produk. Penilaian otentik mementingkan penilaian proses dan penilaian hasil sekaligus. Dengan demikian, seluruh tampilan peserta didik dalam rangkaian kegiatan pembelajaran dapat dinilai secara objektif, apa adanya, dan tidak semata-mata hanya berdasarkan hasil akhir (produk) saja. Sebagaimana dikatakan oleh Calison dalam (Nurgiyantoro 2011:29) penilaian otentik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

merupakan sebuah penilaian proses yang didalamnya melibatkan berbagai kinerja yang mencerminkan bagaimana peserta didik belajar, capaian hasil, motivasi, dan sikap yang terkait dengan aktivitas pembelajaran. Penilaian otentik berasumsi bahwa ada sekian banya unjuk kerja yang dapat ditampilakan peserta didik selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran yang kesemuanya itu lebih luas dari sekedar ujian tertulis dengan jawaban singkat sebagaimana dalam tes tradisional. Hasil penilaian otentik juga dapat digunakan sebagai umpan balik untuk pembelajaran selanjutnya.

1. Pengembangan penilaian Otentik

Muler dalam (Nurgiyantoro 2011:30) mengemukakan sejumlah langkah yang perlu ditempuh dalam pengembangan asesmen otentik, yaitu meliputi i) penentuan standar, ii) penentuan tugas otentik, iii) pembuatan kriteria, dan iv) pembuatan rubric.

a. Penentuan Standar

Standar dimaksudkan sebagai sebuah pernyataan tentang apa yang harus diketahui dan dilakukan pembelajar. Standar dapat diobservasi dan diukur ketercapaiannya.

b. Penentuan Tugas Otentik

Tugas otentik adalah tugas-tugas yang secara nyata dibebankan atau harus dilakukan oleh pembelajar untuk mengukur ketercapaian kompetensi yang dibelajarkan, baik ketika kegiatan pembelajaran masih berlangsung maupun ketika sudah berakhir. Pemilihan tugas otentik pertama-tama harus merujuk pada kompetensi mana yang akan diukur. Kedua, pemilihan haruslah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

mencerminkan keadaan atau kebutuhan yang sesungguhnya di dunia nyata. Jadi, dalam penilaian otentik mesti terkandung dua hal sekaligus : sesuai dengan standar kompetensi dan relevan dengan kehidupan nyata.

c. Pembuatan Kriteria

Kriteria merupakan pernyataan yang menggambarkan tingkat capaian dan bukti-bukti nyata capaian belajar subjek belajar dengan kualitas tertentu ang diinginkan. Kriteria lazimnya juga telah dirumuskan sebelum pelaksanaan pembelajaran. Selain itu pembuatan kriteria haruslah mengacu pada ketentuan-ketentuan yang selama ini dinyatakan baik, baik dalam arti efektif untuk keperluan penilaian hasil belajar. Ketentuan-ketentuan itu antara lain i) tugas harus drumuskan secara jelas, ii) singkat padat, iii0 dapat diukur, iv) menunjuk pada tingkah laku hasil belajar, v) ditulis dalam bahasa yang dipahami oleh subjek didik.

d. Pembuatan rubrik

Rubrik dapat dipahami sebagai sebuah skala penyekoran yang dipergunakan untuk menilai subyek didik untuk tiap kriteria terhadap tugas- tugas tertentu. Rubric dipergunakan untuk menentukan tinggi rendahnya capaian kinerja peserta didik. Dalam sebuah rubrik terdapat dua hal pokok yang harus dibuat yaitu kriteria dan tingkat capaian tiap kriteria. Kriteria berisi hal-hal esensial yang ingin diukur tingkat capaian kinerjanya yang secara esensian dan konkret mewakili kompetensi yang diukur capaiannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

2. Macam Penilaian Otentik

Depdiknas (2006) menunjukkan sejumlah jenis penilaian otentik yang dapat dilakukan, yaitu penilaian kinerja, observasi sitematik, pertanyaan tebuka, portofolio, penilaian pribadi, dan jurnal. Di pihak lain, O’Malley dan pierce (Callison, 2009) dalam Nurgiyantoro (2011:34) mengemukakan berbagai jenis penilaian otentik adalah wawancara lisan, menceritakan kembali teks atau cerita, contoh karya tulis, proyek, eksperimen/demonstrasi, pertanyaan terbuka dan menjawab soal dengan uraian, pengamatan oleh guru, dan portofolio.

a. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja dimaksudkan untuk menguji kemampuan peserta didik dalam mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan, menguji apa yang mereka ketahui dan dapat dilakukan, sebagaimana ditemukan dalam situasi nyata dan konteks tertentu.

b. Wawancara lisan.

Wawancara lisan dapat juga disebut sebagai penilaian kinerja kebahasaan. Sesuai dengan namanya, dalam aktivitas ini terjadi Tanya jawab antara pihak yang diwawancarai (peserta didik) dengn pewawancara (guru) tentang apa saja yang diinginkan informasinya oleh pewawancara. Namun dalam konteks penilaian hasil pembelajaran bahasa tujuan utama kegiatan itu adalah untuk menilai kompetensi peserta didik membahasakan secara lisan informasi yang ditanyakan pewawancara dengan benar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

c. Pertanyaan terbuka

Penilaian dilakukan dengan memberikan pertanyaan (stimulus) atau tugas yang harus dijawab atau dilakukan oleh siswa secara tertulis atau lisan.pertanyaan bukan hanya sekedar pertanyaan yang hanya membutuhkan jawaban singkat dengan satu atau beberapa kata atau ya/tidak. Pertanyaan haruslah yang memaksa peserta didik untuk mengreasikan jawaban yang sekaligus mencerminkan penguasaannya terhadap pengetahuan tertentu.

d. Menceritakan kembali Teks atau Cerita

Pemberian tugas menceritakan kembali biasanya dilakukan untuk mengukur pemahaman wacana yang didengar atau dibaca secara lisan atau tertulis. Pada prinsipnya terjadi integrasi antara beberapa kemampuan berbahasa.

e. Portofolio

Portofolio merupakan kmpulan karya peserta didik yang dikumpulkan secara sengaja , terencana dan sistematik yang kemudian dianalisis secara cermat untuk menunjukkan perkembangan dan kemajuan mereka setiap waktu.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian tidak hanya merupakan hasil produk akhir siswa saja melainkan proses dalam mengerjakan segala sesuatu turut serta untuk dinilai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

Dokumen terkait