• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

1. Kurikulum SD 2013

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka 1. Kurikulum SD 2013 a. Pengertian Kurikulum 2013

Istilah kurikulum digunakan pertama kali pada dunia olahraga zaman Yunani kuno yang berasal dari kata curur dan curere. Kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari atau mengistilahkannya dengan tempat berpacu atau tempat berlari dari mulai start sampai finish (Sanjaya, 2008: 3).

Terdapat dalam pasal 1 butir 19 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional yaitu kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Kurinasih & Sani, 2013: 3).

Kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar belajar (Sukmadinata, 2007: 5). Menteri pendidikan dan kebudayaan, mengatakan bahwa kurikulum 2013 lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa, kurikulum 2013 merupakan seperangkat rencana dan pengaturan dalam kegiatan pendidikan yang lebih menekankan pada aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa, dalam proses pembelajaran.

b. Karakteristik dan Implementasi Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 memiliki beberapa ciri yang paling mendasar (Kurinasih & Sani, 2013: 22) sebagai berikut:

1) Menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang telah mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi.

2) Siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritis.

3) Memiliki tujuan agar terbentuknya generasi produktif, kreatif, inovatif, dan efektif.

4) Khusus untuk tingkat Sekolah Dasar, pendekatakan tematik

integrative member kesempatan siswa untuk mengenal dan

memahami suatu tema dalam berbagai mata pelajaran.

5) Pelajaran IPA dan IPS diajarkan dalam berbagai mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Selain karakteristik kurikulum 2013, juga terdapat empat aspek yang menjadi fokus dalam rencana implementasi dan keterlaksanaan kurikulum 2013 (Kurniasih & Sani, 2013: 22) antara lain:

1) Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar, yang menyangkut metodologi pembelajaran, yang nilainya pada pelaksanaan uji kompetensi uru (UKG) baru mencapai rata-rata 44, 46.

2) Kompetensi akademik di mana guru harus menguasai metode penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa.

3) Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar tidak bertindak sosial kepada siswa dan teman sejawat lainnya.

4) Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena guru sebagai seorang yang akan digugu dan ditiru siswa.

c. Alasan Perubahan Kurikulum 2013

Perubahan kurikulum tidak dapat dirumuskan secara tepat. Ladjid (2005: 7) mengatakan bahwa ada beberapa faktor penyebab terjadinya perubahan kurikulum antara lain: Perluasan dan pemerataan ksempatan belajar, peningkatan mutu pendidikan, relevansi pendidikan dan efektivitas serta efisiensi pendidikan.

d. Elemen Perubahan Kurikulum 2013

Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis serta selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Mendikbud

mengungkapkan bahwa perubahan kurikulum meupakan persoalan yang sangat penting. Perlunya perubahan kurikulum 2013 disorong oleh beberapa hasil studi internasional tentang kemampuan peserta didik indonesia dalam kancah internasional.

Mulyasa (2013: 60) menyatakan bahwa perlu adanya perubahan kurikulum karena adanya beberapa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006 antara lain:

1) Isi dan pesan-pesan kurikulummasih terlalu padat, yang ditunjukan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya meliputi tingkat perkembangan usia anak.

2) Kurikulum belum mengembangakan kompetensi secara utuh sesuai dengan visi, misi dan tujuan pendidikan nasional.

3) Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik (pengetahuan, keterampilan, dan sikap).

4) Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat, seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan, pendekatan dan metode pembelajaran lonstruktifisitik, keseimbangan soft skills and hard skills, serta jiwa kewirausahaan, belum terakomodasi di dalam kurikulum.

5) Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional maupun global.

6) Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

7) Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi, serta belum tegas memberikan layanan remediasi dan pengayaan secara berkala.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa elemen terjadinya perubahan kurikulum 2013 adalah masih banyak kekurangan yang terdapat pada kurikulum sbelumnya yang berkaitan dengan isi pesan-pesan kurikulum, visi, misi, kompetensi serta tenaga pendidik yang belum menguasai berbagai pengetahuan yang berkaitan dengan penilaian dan lainnya.

e. Pendekatan Saintifik dan Tematik Integratif

Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah adalah sebuah pendekatan yang berbasis ilmiah dengan merujuk pada kegiatan menginvestigasi atas sesuatu atau beberapa fenomena, gejala dengan tujuan memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Dalam pendekatan saintifik menekankan kegiatan berbasis metode ilmiah yang meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Pendekatan ilmiah ini mempunyai ciri tertentu yang terdiri dari dimensi pengamatan, penalaran, penemuan,

pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Proses pembelajaran dalam pendekatan saintifik harus dilaksanakan dengan menggunakan nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah (Modul guru Kelas SD,2013).

Barringer (dalam Abidin, 2014: 125) mengemukakan bahwa “pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat. Abidin (2014: 127) juga menjelaskan “pendekatan saintifik pada dasarnya adalah model pembelajaran yang dilandasi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang diorientasikan guna membina kemampuan siswa memecahkan masalah melalui serangkaian aktivitas inkuiri yang menuntut kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan berkomunikasi dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa.

Hosnan (2014: 34) menjelaskan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, nhukum atau prinsip yang ditemukan. Menurut Kemendikbud 2013 kriteria pembelajaran dengan pendekatan saintifik antara lain:

1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika ataua penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran menyimpang dari alur berpikir logis.

3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Selain merujuk pada kriteria pendekatan saintifik yang telah dipaparkan di atas, pembelajaran dengan pendekatan saintifik mempunyai langkah-langkah pembelajaran dengan mengacu pada tiga ranah pengembangan yaitu, sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “mengapa”. Ranah pengetahuan menggamit tranformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “apa”. Ranah keterampilan menggamit tranformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “bagaimana”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan kesimbangan antara kemampuan untuk memnjadi manusia yang baik (soft skill) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard

skill) dari peserta didik yang meliputi kompetensi sikap, keterampilan,

dan pengetahuan (Kemendikbud, 2013).

Adapun langkah-langkah pembelajaran dalam pendekatan saintifik, antara lain:

1) Mengamati

Menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. 2) Menanya

Pada saat kegiatan menanya guru dapat membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan , guru sebenarnya sedang menanamkan sikap kepada siswa agar menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. 3) Menalar

Penalaran yaitu proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan

berupa pengetahuan. Dalam kegiatan ini peserta didik mencoba mengkoneksikan antara pengetahuan baru yang didapat dengan pengetahuan sebelumnya untuk menjadi sebuah temuan pengetahuan, baik untuk mengoreksi atau pun memperoleh pelajaran baru.

4) Mencoba

Dalam kegiatan ini peserta didik mencoba melakukan eksperimen terkait materi pembelajaran untuk menemukan kesimpulan dan mengetahui secara langsung apa yang sedang mereka pelajari. Selama proses ini berlangsung guru ikut membimbing peserta didik yang bertujuan untuk mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.

5) Membentuk jejaring/mengkomunikasikan

Membentuk jejaring merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama untuk memudahkan suatu usaha demi mencapai tujuan bersama.

Sani (2014: 53) juga menjelaskan bahwa pendekatan saintifik (scientifik approach) dalam pembelajaran yang memiliki komponen proses pembelajaran yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan informasi, menalar/asosiasi, dan membentuk jejaring/melakukan komunikasi.

Berdasarkan uraian dan penjelasan para ahli di atas, pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran membantu dan

melatih siswa dalam mengembangkan kemampuan mengamati, mananya, menalar dan membuat siswa belajar untuk mencoba serta berani mengkomunikasikan hasilnya. Melalui langkah-langkah dalam pendekatan saintifik, kegiatan pembelajaran lebih terstrukur dan terarah, serta membantu meningkatkan kemampuan akademik siswa dalam belajar.

f. Perangkat Pembelajaran 1) Silabus

Silabus merupakan garis besar program pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional (2008: 16) mendefenisikan silabus adalah rencana pembelajaran pada satu atau kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Akbar, 2013: 7).

Silabus adalah salah satu produk nyata yang dapat diamati sebagai hasil dari aktivitas pengembangan kurikulum. Atau dengan kata lain, silabus adalah produk dari pengembangan kurikulum (Kurniawan, 2014: 112). Ada beberapa komponen silabus (Akbar, 2013: 8) antara lain:

a) Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran berisi nama sekolah, mata pelajaran/tema, kelas/semester.

b) Standar kompetensi

Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai tingkat atau semester (Chamsiatin dalam Akbar, 2013: 8). Standar kompetensi merupakan seperangkat kompetensi yang dibakukan secara nasional, diwujudkan dengan hasil belajar peserta didik secara minimal.

c) Kompetensi dasar.

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu (Chamsiatin dalam Akbar, 2013: 9). Kompetensi dasar dijabarkan dari standar kompetensi. Pengembang silabus dapat mengambilnya begitu saja dari standar isi yang sudah disusun oleh pemerintah pusat (kemendiknas).

d) Materi pokok

Materi pokok adalah materi pelajaran yang harus dipelajari dan dibangun oleh peserta didik sebagai sarana pencapaian kompetensi dasar. Materi pokok mencakup nilai, pengetahuan, sikap, fakta. Konsep, prinsip, teori, hukum, dan prosedur yang dibangun dengan pola urutan prosedur, hierarkis, atau kombinasi. Materi pelajaran dapat dikembangkan sesuai substansi SK, KD,

dan indikator yang bisa digali, dielaborasi, dan dikonfirmasi dari berbagai sumber belajar.

e) Kegiatan belajar mengajar (KBM)

Substansi KBM sesungguhnya adalah pengalaman belajar peserta didik. Pengalaman belajar dirancang untuk melibatkan proses mental dan fisik peserta didik dengan sesamanya, guru, sumber dan media, juga lingkungan belajar lain demi pencapaian kompetensi (Chamsiatin dalam Akbar, 2008: 10).

f) Indikator pencapaian kompetensi

Indikator pencapaian kompetensi merupakan penanda perubahan nilai, pengetahuan, sikap, keterampilam, dan perilaku yang dapat diukur. Indikator digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan tujuan pembelajaran, substansi materi, sumber dan media, serta alat penilaian.

g) Taksonomi bloom sebagai rujukan pengembangan indikator dan tujuan pembelajaran

Bloom membagi ranah pendidikan menjadi kognitif, afektif, dan psikomotor, secara bertingkat-tingkat dari rendah ke tingkat tinggi.

h) Kata kerja operasional

Selain komponen silabus, terdapat juga prosedur pengembangan silabus (Chamsiatin dalam Akbar, 2008: 28) dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Mengisi kolom identitas b) Mengkaji standar kompetensi c) Mengkaji kompetensi dasar d) Mengkaji materi pokok

Dalam mengkaji materi pokok perlu memperhatikan: (1) tingkat oerkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, spiritual peserta didik, (2) kebermanfaatan bagi peserta didik, (3) struktur keilmuan, (4) kedalaman dan keluasan materi, (5) relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan, (6) alokasi waktu.

e) Mengembangkan pengalaman belajar f) Merumuskan indikator

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) RPP adalah detail rencana aktivitas pembelajaran untuk mencapai satu KD tertentu, atau gabungan KD (Kurniawan, 2014: 122). Waktu dalam RPP lebih singkat dibanding dengan silabus, yaitu satu sampai tiga pertemuan.

RPP adalah rencana pembelajaran yang pengembangannya mengacu pada suatu KD tertentu di dalam kurikulum/silabus.RPP dibuat sebagai pedoman bagi guru dalam mengajar, sehingga pelaksanaannya bisa terarah, sesuai dengan KD yang telah ditetapkan (Kosasi, 2014: 144).

Secara umum komponen RPP sama dengan komponen silabus yaitu: tujuan, materi, metode, media dan alat serta penilaian. Namun dalam silabus cakupan setiap komponennya masih umum dan luas, sedangkan dalam RPP uraian setiap komponennya sudah khusus dan terbatas.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa RPPTH adalah rencana pelaksanaan pembelajaran harian yang dirancang oleh guru berdasarkan komponen-komponennya dalam mempersiapkan kegiatan pembelajaran di kelas agar lebih terarah selama satu hari.

Dalam pengembangan RPP diawali dengan identifikasi silabus, kemudian dikembangkan jejaring tema. Dengan merujuk pada jaring-jaring tema, kemudian mengembangkan RPP.

Dokumen terkait