• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema manusia dan lingkungan mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas lima (V) sekolah dasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema manusia dan lingkungan mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas lima (V) sekolah dasar."

Copied!
348
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LKS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

PADA SUBTEMA MANUSIA DAN LINGKUNGAN MENGACU

KURIKULUM SD 2013 UNTUK SISWA KELAS V (LIMA) SEKOLAH

DASAR

Fransiska Antonia Guna Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh LKS (Lembar Kerja Siswa) berbasis model PBM (Pembelajaran Berbasis Masalah). Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa LKS berbasis model PBM mengacu kurikulum 2013.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembngan LKS berbasis model PBM ini menggunakan model penelitian dan pengembangan hasil modifikasi antara model pengembangan Borg dan Gall dan Sugiyono. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 5 langkah yaitu: (1) analisis masalah, (2) pengumpulan data, (3) pengembangan produk, (4) validasi produk, dan (5) revisi produk, hingga menghasilkan desain produk final berupa LKS berbasis model PBM mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas V Sekolah Dasar. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas V SD N Kalasan I, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas LKS berbasis model PBM oleh dua orang ahli kurikulum SD 2013 dan dua orang guru kelas V Sekola Dasar.

Validasi berpedoman pada 12 aspek LKS seperti 1) Identitas atau judul LKS, 2) Kompetensi Dasar yang akan dicapai, 3) Waktu penyelesaian, 4) Peralatan atau bahan yang dibutuhkan, 5) Informasi singkat, 6) Langkah kerja, 7) Tugas yang harus dilakukan, 8) laporan yang harus dikerjakan, 9) Masalah yang ditampilkan, 10) Aspek yang dikembangkan, 11) Penggunaan EYD, dan 12) Tampilan LKS. Berdasarkan hasil validasi dari keduabelas aspek tersebut diperoleh skor rerata 4,05. Skor tersebut menunjukkan bahwa LKS model PBM mengacu Kurikulum SD 2013 subtema Manusia dan Lingkunga untuk siswa kelas V Sekolah Dasar memiliki kualitas “baik”. Hal ini menunjukkan LKS berbasis model PBM yang dikembangkan sudah layak untuk digunakan atau uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran dalam kegiatan pembelajaran di kelas V Sekolah Dasar.

(2)

TO CURRICULUM 2013 FOR THE V GRADE ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS

Fransiska Antonia Guna

Universitas Sanata Dharma 2016

ABSTRACT

This research is need because there are so manny theacers who has need of the worksheet that is problem based learning model. The alm of this observation is to produce a worksheet based on PBL model that is reter on curriculum 2013.

This observation is development observation. The development of worksheet based on pbm modele use is observation and development that is produce modification model between Borg, Gall and sugiyono. There is 5 procedure that use in this observation such as: 1) analize the problem , 2) colectas the data, 3) product development, 4) product validation, 5) product revise. This procedure the writers used to produce a worksheet based on PBM model that is reter on curriculum 2013 for the V Grade Students. In this observation also use interview to the teacher class V grade students in SDN Kalasan I, Sleman, and the writer also use quesioner . The am of quesioner is to find out the validation of worksheet based on PBM model based on the experts and the teacher.

Validation is onented at 12 aspect of worksheet. 1) identity or title of worksheet, 2) basic target competency, 3) time, 4) tools, 5) briet information, 6) procedure of obserfation, 7) task, 8) evaluation, 9) problem and, 10) aspect development, 11) the use of EYD and 12) validation aspect above, the mean score is 4,05. Based on the result of the test if can be concluded that the use of worksheet based on PBL model that is reter to curriculum 2013 with the title Manusia dan Lingkungan for V grade students have good quality. The result also shown the use of worksheet based on PBL model already have a good criteria to use as a experimend in teaching learning process for the V grade students.

(3)

i

LINGKUNGAN MENGACU KURIKULUM SD 2013 UNTUK SISWA

KELAS LIMA (V) SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh:

Fransiska Antonia Guna

NIM. 121134253

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI (PPGT)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

Karya ini kupersembahan untuk:

1. Dia yang menjadi penyelenggara dan asal dari segala-Nya yang senantiasa selalu hadir menyertai seluruh perjungan dan perjalanan hidup dan kehidupanku.

2. Bapak ANTONIUS YAN dan Mama MARIA KRISTINA SAMA tercinta yang dengan susah payah membesarkan dan selalu memberikan motivasi, dukungan dan yang selalu menyebut namaku dalam setiap do’a mereka untuk keberhasilanku.

3. Yang baik hati Mama kecilku Petra.A.Ina yang dengan setia mendukung dan membantuku dalam perjalanan studiku hingga selesai.

4. Yang tercinta opa dan omaku yang setia menantikan keberhasilanku.

5. Yang baik hati om dan bibiku Anselmus Wely dan Yulita Nona yang juga menantikan keberhasilanku.

6. Kakak-Adik yang tercinta Kakak Kristo Lowo, Kakak Kwintansia, Kakak Alexander, Adik Riana, Adik Bento, dan Adik Yuana yang senantiasa merindukan

keberhasilanku.

7. Kakakku Tersayang Jawarius Praing yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan setia mendampingiku dalam suka maupun duka.

8. Semua pendidik dan penjasa yang dengan caranya sendiri telah mendampingiku hingga meraih gelar sarjana.

9. Semua keluarga, handaitaulan dan rekan-rekan seperjuanganku yang tak dapat kusebutkan satu persatu yang dengan caranya sendiri telah memberikan dukungan bagi penulis baik moril maupun materil sehingga dapat berhasil dalam studi di Universitas Sanata Dharma.

(7)

v

“Barang siapa yang menabur ia pasti akan menuai”

“Jadilah seperti karang dilautan yang selalu kuat meskipun terus

dihantam ombak dan lakukanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan juga orang lain, karena hidup tidak abadi”

“Yakinlah Bahwa setiap Keberhasilan yang Engkau peroleh Merupakan jawaban dari Setiap Doa Orang Tuamu”

“Biarkan cemoohan orang menjadi motivasi bagimu, dan jadikan keberhasilanmu sebagai hadia untuk mereka”

(8)

vi

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 02 Februari 2016

(9)

vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Fransiska Antonia Guna

Nomor Mahasiswa : 121134253

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengembangan LKS Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Subtema Manusia dan Lingkungan Mengacu Kurikulum 2013 Untuk Siswa Kelas Lima (V) Sekolah

Dasar

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 02 Februari 2016

Yang menyatakan

(10)

viii

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MODEL PEMBELAJARAN

BERBASIS MASALAH PADA SUBTEMA MANUSIA DAN

LINGKUNGAN MENGACU KURIKULUM SD 2013 UNTUK SISWA

KELAS V (LIMA) SEKOLAH DASAR

Fransiska Antonia Guna Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis model PBM. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa Lembar Kerja Siswa berbasis model PBM mengacu kurikulum 2013.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembngan LKS berbasis model PBM ini menggunakan model penelitian dan pengembangan hasil mdifikasi antara model pengembangan Borg dan Gall dan Sugiyono. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 5 langkah yaitu: (1) analisis masalah, (2)

pengumpulan data, (3) pengembangan produk, (4) validasi produk, dan (5) revisi produk, hingga menghasilkan desain produk final berupa LKS berbasis model PBM mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas V Sekolah Dasar. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas V SD N Kalasan I, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas LKS berbasis model PBM oleh dua orang ahli kurikulum SD 2013 dan dua orang guru kelas V Sekolah Dasar.

Validasi berpedoman pada 12 aspek LKS seperti 1) Identitas atau judul LKS, 2) Kompetensi Dasar yang akan dicapai, 3) Waktu penyelesaian, 4) Peralatan atau bahan yang dibutuhkan, 5) Informasi singkat, 6) Langkah kerja, 7) Tugas yang harus dilakukan, 8)

laporan yang harus dikerjakan, 9) Masalah yang ditampilkan, 10) Aspek yang dikembangkan, 11) Penggunaan EYD, dan 12) Tampilan LKS. Berdasarkan hasil validasi dari keduabelas aspek tersebut diperoleh skor rerata 4,05. Skor tersebut menunjukkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) model PBM mengacu Kurikulum SD 2013 subtema Manusia dan Lingkunga untuk siswa kelas V Sekolah Dasar memiliki kualitas “baik”. Hal ini menunjukkan LKS berbasis model PBM yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba dalam kegiatan pembelajaran di kelas V Sekolah Dasar.

(11)

ix

REATHER TO CURRICULUM 2013 FOR THE V GRADE ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS

Fransiska Antonia Guna Universitas Sanata Dharma

2016 ABSTRACT

This observation is need because there are so manny theacers who has need of the worksheet that is problem based learning model. The alm of this observation is to produce a worksheet based on PBL model that is reter on curriculum 2013.

This observation is development observation. The development of worksheet based on pbm modele use is observation and development that is produce modification model between Borg, Gall and sugiyono. There is 5 procedure that use in this observation such as: 1) analize the problem , 2) colectas the data, 3) product development, 4) product validation, 5) product revise. This procedure the writers used to produce a worksheet based on PBM model that is reter on curriculum 2013 for the V Grade Students. In this observation also use interview to the teacher class V grade students in SDN Kalasan I, Sleman, and the writer also use quesioner . The am of quesioner is to find out the validation of worksheet based on PBM model based on the experts and the teacher.

Validation is onented at 12 aspect of worksheet. 1) identity or title of worksheet, 2) basic target competency, 3) time, 4) tools, 5) briet information, 6) procedure of obserfation, 7) task, 8) evaluation, 9) problem and, 10) aspect development, 11) the use of EYD and 12) validation aspect above, the mean score is 4,05. Based on the result of the test if can be concluded that the use of worksheet based on PBL model that is reter to curriculum 2013 with the title Manusia dan Lingkungan for V grade students have good quality. The result also shown the use of worksheet based on PBL model already have a good criteria to use as a experimend in teaching learning process for the V grade students.

(12)

x

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang karena atas rahmat dan berkat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan LKS Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Subtema Manusia dan Lingkungan Mengacu Kurikulum 2013 untuk Siswa Kelas Lima (V) Sekolah Dasar dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S. Si., M. Pd selaku Ketua Program Studi PGSD.

3. Drs. Puji Purnomo M. Si, selaku koordinator PPGT Universitas Sanata Dharma yang selalu memberikan motivasi sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. Paulus Wahana, M. Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Para dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik.

6. Brigita Erlita Tri Anggadewi, S., M, Psi selaku validator Pakar Kurikulum SD 2013 yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

7. Sarjono, S.Pd.,SD. selaku kepala sekolah SD Negeri Kalasan 1 yang telah memberikan bantuan selama peneliti melakukan penelitian di sekolah.

8. Uswatun Kazanah selaku guru kelas V SD Kanisius Eksperimental Mangunan yang telah membantu peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian.

9. Etyk setyaningsih, S. Pd selaku guru SDN Kalasan I yang telah membantu peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian.

(13)

xi

12.ke 35 teman seperjuanganku mahasiswa PPGT angkatan 2012 yang selalu setia memberikan dukungan dan motivasi selama berproses hingga pada tahap ini

13.Para pamong asrama dan segenap keluarga besar Student Residence-Sanata Dharma yang memberi rasa nyaman dan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

14.Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk bantuan dan dukungannya selama ini.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan dan kekurangannya, maka peneliti sangat membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhir kata peniliti mengucapkan selamat membaca semoga bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 02 Februari 2016 Peneliti

(14)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Batasan Istilah ... 8

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... ..10

1. Kurikulum SD 2013 ... ..10

a. Pengertian Kurikulum 2013 ... ..10

b. Karakteristik dan Implementasi Kurikulum 2013 ... ..11

c. Alasan Perubahan Kurikulum 2013 ... ..12

d. Elemen Perubahan Kurikulum 2013 ... ..12

e. Pendekatan saintifik dan Tematik Integratif...14

f. Perangkat Pembelajaran...19

(15)

xiii

b. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 28

c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 31

d. Manfaat Model Pembelajaran Berbasis masalah ... 36

e. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 37

f. Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 38

3. Lembar Kerja Siswa ... 38

a. Pengertian Lemar Kerja Siswa ... 38

b. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Lembar Kerja Siswa dalam Pembelajaran ... 39

c. Jenis-jenis Lembar Kerja Siswa ... 40

d. Unsur-unsur Lembar Kerja Siswa ... 42

e. Langkah-langkah Membuat Lembar Kerja Siswa ... 43

B. Penelitian yang Relevan ... 44

C. Kerangka Pikir ... 47

D. Pertanyaan Penelitian ... 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 49

B. Prosedur Pengembangan ... 49

1. Potensi dan Masalah ... 57

2. Pengumpulan Data ... 57

3. Desain Produk ... 58

4. Validasi Desain ... 59

5. Revisi Desain ... 60

C. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 60

D. Validasi Pakar Model PBM ... 61

E. Validasi Guru Kelas V SD ... 61

F. Intrumen Penelitian ... 61

G. Teknik Pengumpulan Data ... 62

H. Teknik Analisis Data ... 67

1. Data Kualitatif ... 68

(16)

xiv

1. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 72

2. Pembahasan Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 77

B. Deskripsi Produk Awal... 77

C. Data Hasil Validasi Ahli Model PBM dan Revisi Produk ... 80

D. Data Hasil Validasi Guru Kelas V SD Pelaksana Kurikulum SD 2013 dan Revisi Produk ... 83

E. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 85

1. Kajian Produk Akhir ... 85

2. Pembahasan ... 87

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 92

B. Keterbatasan Penelitian ... 93

C. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 95

LAMPIRAN ... 97

(17)

xv

Bagan 1: Bagan Kerangka Pikir...47

Bagan 2. Langkah-langkah pengembangan menurut Sugiyono...50

Bagan 3. Langkah-langkah pengembangan Borg dan Gall...53

(18)

xvi

Tabel 1. Sintaksis Problem Based Learning... 33

Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian...60

Tabel 3. Panduan wawancara survei Kebutuhan...62

Table 4. Instrumen Validasi Kualitas LKS Model PBM……….64

Tabel 5. Kuesioner Instrumen validasi kualitas LKS...68

Tabel 6. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif dengan skala Lima...70

Tabel 6. Kriteria Skor Skala Lima...72

Tabel 7: Kesamaan Langkah-langkah pendekatan saintifik & Model...78

Tabel 8. Saran Pakar Kurikulum SD 2013 dan Revisi...81

Tabel 9. Saran Guru SD Kelas V pelaksana Kurikulum SD 2013 dan Revisi...84

Tabel 10. Data mentah Hasil Validasi……… 87

(19)

xvii

Lampiran 1 Surat Ijin Wawancara ... 97

Lampiran 2 Surat Keterangan Melakukan Wawancara ... 98

Lampiran 3 Rangkuman Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 99

Lampiran 4 Surat pengantar Validasi……… 101

Lampiran 5 Data Mentah Skor Validasi Ahli Model PBM ... 102

Lampiran 6 Data Mentah Skor Validasi Guru Kelas V SD Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 108

Lampiran 7 Data Mentah Skor Lampiran 1 Silabus ... 114

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) ... 145

Lampiran 9 Biodata Penulis ... 328

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Undang -undang ini dirumuskan dengan berlandaskan pada dasar falsafah negara yaitu pancasila. Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia menjadi sumber utama dan penentu arah yang akan dicapai dalam kurikulum.

(21)

Dalam perjalanannya sering terjadi pergantian kurikulum di Indonesia. Dari sekian banyak perubahan yang terjadi tentu saja ada cacat dalam pengimplementasian perubahan kurikulum tersebut, hal ini karena kurangnya keterampilan, pengetahuan, serta kemampuan guru dalam memahami tugas yang harus dilaksanakan. Perubahan yang terjadi yaitu dimulai dengan susunan rencana pelajaran 1947, kurikulum rentjana peladjaran terurai 1952, kurikulum rentjana peladjaran 1964, kurikulum 1968, kurikulum berorientasi pencapaian tujuan 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004: kurikulum berbasis kompetensi (KBK), kurikulum 2006: kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kurikulum 2013 (Kurniasi & Sani, 2014: 10-21). Namun demikian, perubahan yang dilakukan tidak asal berubah, akan tetapi dilakukan secara sistematis, terarah dan memiliki visi dan arah yang jelas demi tercapainya pendidikan nasional.

(22)

Salah satu perangkat pembelajaran yang dapat membantu siswa menyelesaikan soal secara mandiri yaitu dengan cara memberikan lembar kerja siswa. Lembar kegiatan siswa merupakan lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan terprogram (Depdikbud, 1995). Lembar kerja siswa merupakan alat belajar siswa yang memuat berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan siswa secara aktif. Kegiatan tersebut dapat berupa pengamatan, eksperimen, dan pengajuan pertanyaan (Trianto, 2009: 212). Lembar kerja siswa juga merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, baik bersifat teoritis atau praktis, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa, dan penggunaannya tergantung dengan bahan ajar lain (Prastowo, 2014: 269).

Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajarannya dapat dilakukan dengan bebrapa model pembelajaran, salah satunya adalah model pembelajaran berbasis masalah. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar (Daryanto, 2014: 29). Model pembelajaran ini juga dapat menjadikan siswa aktif dalam mencari serta menyelesaikan masalah yang ditemukan dalam lembar kerja siswa.

(23)

kelas V, SDN Kalasan I dengan guru U, beliau mengatakan bahwa telah banyak sarana yang disediakan terkait dengan pelaksanaan kurikulum 2013 seperti buku, kurikulum mulai dari standar proses sampai pada standar penilaian. Namun, beliau juga mengatakan bahwa ada beberapa hal yang belum tersedia seperti aplikasi penilaian yang memudahkan untuk merekap nilai rapor, sehingga mereka membutuhkan pendampingan, monitoring, serta buku-buku, dan media pembelajaran. Guru U menjelaskan bahwa beberapa model pembelajaran juga dapat digunakan terkait dengan pelaksanaan kurikulum 2013 yaitu model pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa, atau dengan kata lain lebih banyak melibatkan siswa dan membuat siswa lebih aktif. Model pembelajaran yang dapat membantu mengaktifkan siswa antara lain model berbasis masalah dan model pembelajaran berbasis lingkungan.

(24)

Guru U menjelaskan bahwa di SDN Kalasan I sudah pernah mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Beliau juga mengalami kesulitan dalam menyusun rencana lembar kerja siswa menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, karena harus membutuhkan waktu yang relatif lama. Hal tersebut disebabkan oleh adanya target pokok bahasan per hari dan juga kurang tersedianya contoh rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar kerja siswa. Beliau menyusun lembar kerja tersebut setelah tema-tema pada buku ajar sudah selesai diajarkan kepada siswa. Dalam pelaksanaanya masih sangat dibutuhkan contoh-contoh rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar kerja siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Guru U menjelaskan karakteristik rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar kerja siswa yang baik merupakan lembar kerja siswa yang memenuhi komponen-komponen pada permendiknas, dan beliau menyarankan, agar tematik integratif dalam penyususnan rencana pelksanaan pembelajaran dan lembar kerja siswa dimunculkan dengan jelas pada skenario pembelajaran.

(25)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana langkah-langkah mengembangkan produk berupa LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema Manusia dan Lingkungan untuk siswa kelas V Sekolah dasar?

2. Bagaimana kualitas produk berupa LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema Manusia dan Lingkungan untuk siswa kelas V Sekolah Dasar?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengembangkan produk LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema Manusia dan Lingkungan untuk siswa kelas V Sekolah dasar.

2. Mendeskripsikan kualitas produk prosedur LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema Manusia dan Lingkungan pada siswa kelas V (lima) Sekolah dasar.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi mahasiswa

(26)

2. Bagi guru

Bagi guru dapat memperoleh inspirasi terkait dengan penelitian Research and development (R&D), dan memperoleh contoh LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema Manusia dan Lingkungan untuk siswa kelas V (lima) Sekolah dasar.

3. Bagi siswa

Bagi siswa dapat memperoleh pembelajaran yang lebih baik dan bermakna sehingga dapat memperoleh prestasi belajar yang memuaskan, khususnya dengan pengembangan LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema Manusia Manusia dan Lingkungan untuk siswa kelas V (lima) Sekolah Dasar.

4. Bagi sekolah

Bagi sekolah, dapat memperoleh contoh LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan bahan bacaan tambahan terkait dengan penelitian Research and development (R&D) khususnya dalam upaya pengembangan LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema Manusia dan Lingkungan untuk siswa kelas V (lima) Sekolah Dasar.

5. Bagi Prodi PGSD

(27)

model pembelajaran berbasis masalah pada subtema Manusia dan Lingkungan untuk siswa kelas V (lima) Sekolah Dasar.

E. Batasan Istilah

1. Pendekatan saintifik

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang menggunakan langkah-langkah ilmiah dalam proses pembelajarannya yang dimulai dengan proses mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan.

2. Penilaian otentik

Penilaian otentik merupakan pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai dari memasukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran. Istilah otentik merupakan persamaan kata dari asli, nyata, valid, atau reliabel. 3. Model pembelajaran berbasis masalah

(28)

4. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembaran kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, baik secara mandiri maupun secara berkelompok dan bersifat teoritis maupun praktis yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa.

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Spesifikasi produk yang akan dikembangkan adalah 1. Komponen LKS yang lengkap

2. LKS disusun dengan menggunakan model PBM 3. LKS dilengkapi dengan RPPTH

4. Jumlah LKS disesuaikan dengan pembelajaran

5. Petunjuk kerja pada LKS memuat langkah-langkah model PBM, pendekatan saintifik, dan tematik integratif.

6. LKS menampilkan masalah nyata.

(29)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Kurikulum SD 2013

a. Pengertian Kurikulum 2013

Istilah kurikulum digunakan pertama kali pada dunia olahraga zaman Yunani kuno yang berasal dari kata curur dan curere. Kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari atau mengistilahkannya dengan tempat berpacu atau tempat berlari dari mulai start sampai finish (Sanjaya, 2008: 3).

Terdapat dalam pasal 1 butir 19 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional yaitu kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Kurinasih & Sani, 2013: 3).

(30)

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa, kurikulum 2013 merupakan seperangkat rencana dan pengaturan dalam kegiatan pendidikan yang lebih menekankan pada aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa, dalam proses pembelajaran.

b. Karakteristik dan Implementasi Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 memiliki beberapa ciri yang paling mendasar (Kurinasih & Sani, 2013: 22) sebagai berikut:

1) Menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang telah mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi.

2) Siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritis.

3) Memiliki tujuan agar terbentuknya generasi produktif, kreatif, inovatif, dan efektif.

4) Khusus untuk tingkat Sekolah Dasar, pendekatakan tematik integrative member kesempatan siswa untuk mengenal dan memahami suatu tema dalam berbagai mata pelajaran.

(31)

Selain karakteristik kurikulum 2013, juga terdapat empat aspek yang menjadi fokus dalam rencana implementasi dan keterlaksanaan kurikulum 2013 (Kurniasih & Sani, 2013: 22) antara lain:

1) Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar, yang menyangkut metodologi pembelajaran, yang nilainya pada pelaksanaan uji kompetensi uru (UKG) baru mencapai rata-rata 44, 46.

2) Kompetensi akademik di mana guru harus menguasai metode penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa.

3) Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar tidak bertindak sosial kepada siswa dan teman sejawat lainnya.

4) Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena guru sebagai seorang yang akan digugu dan ditiru siswa.

c. Alasan Perubahan Kurikulum 2013

Perubahan kurikulum tidak dapat dirumuskan secara tepat. Ladjid (2005: 7) mengatakan bahwa ada beberapa faktor penyebab terjadinya perubahan kurikulum antara lain: Perluasan dan pemerataan ksempatan belajar, peningkatan mutu pendidikan, relevansi pendidikan dan efektivitas serta efisiensi pendidikan.

d. Elemen Perubahan Kurikulum 2013

(32)

mengungkapkan bahwa perubahan kurikulum meupakan persoalan yang sangat penting. Perlunya perubahan kurikulum 2013 disorong oleh beberapa hasil studi internasional tentang kemampuan peserta didik indonesia dalam kancah internasional.

Mulyasa (2013: 60) menyatakan bahwa perlu adanya perubahan kurikulum karena adanya beberapa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006 antara lain:

1) Isi dan pesan-pesan kurikulummasih terlalu padat, yang ditunjukan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya meliputi tingkat perkembangan usia anak.

2) Kurikulum belum mengembangakan kompetensi secara utuh sesuai dengan visi, misi dan tujuan pendidikan nasional.

3) Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik (pengetahuan, keterampilan, dan sikap).

4) Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat, seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan, pendekatan dan metode pembelajaran lonstruktifisitik, keseimbangan soft skills and hard skills, serta jiwa kewirausahaan, belum terakomodasi di dalam kurikulum.

(33)

6) Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

7) Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi, serta belum tegas memberikan layanan remediasi dan pengayaan secara berkala.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa elemen terjadinya perubahan kurikulum 2013 adalah masih banyak kekurangan yang terdapat pada kurikulum sbelumnya yang berkaitan dengan isi pesan-pesan kurikulum, visi, misi, kompetensi serta tenaga pendidik yang belum menguasai berbagai pengetahuan yang berkaitan dengan penilaian dan lainnya.

e. Pendekatan Saintifik dan Tematik Integratif

(34)

pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Proses pembelajaran dalam pendekatan saintifik harus dilaksanakan dengan menggunakan nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah (Modul guru Kelas SD,2013).

Barringer (dalam Abidin, 2014: 125) mengemukakan bahwa “pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang menuntut

siswa berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat. Abidin (2014: 127) juga menjelaskan “pendekatan saintifik pada dasarnya adalah

model pembelajaran yang dilandasi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang diorientasikan guna membina kemampuan siswa memecahkan masalah melalui serangkaian aktivitas inkuiri yang menuntut kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan berkomunikasi dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa.

(35)

1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika ataua penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran menyimpang dari alur berpikir logis.

3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

(36)

Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “mengapa”. Ranah pengetahuan menggamit tranformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “apa”. Ranah keterampilan menggamit tranformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “bagaimana”. Hasil

akhirnya adalah peningkatan dan kesimbangan antara kemampuan untuk memnjadi manusia yang baik (soft skill) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skill) dari peserta didik yang meliputi kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Kemendikbud, 2013).

Adapun langkah-langkah pembelajaran dalam pendekatan saintifik, antara lain:

1) Mengamati

Menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. 2) Menanya

Pada saat kegiatan menanya guru dapat membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan , guru sebenarnya sedang menanamkan sikap kepada siswa agar menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. 3) Menalar

(37)

berupa pengetahuan. Dalam kegiatan ini peserta didik mencoba mengkoneksikan antara pengetahuan baru yang didapat dengan pengetahuan sebelumnya untuk menjadi sebuah temuan pengetahuan, baik untuk mengoreksi atau pun memperoleh pelajaran baru.

4) Mencoba

Dalam kegiatan ini peserta didik mencoba melakukan eksperimen terkait materi pembelajaran untuk menemukan kesimpulan dan mengetahui secara langsung apa yang sedang mereka pelajari. Selama proses ini berlangsung guru ikut membimbing peserta didik yang bertujuan untuk mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.

5) Membentuk jejaring/mengkomunikasikan

Membentuk jejaring merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama untuk memudahkan suatu usaha demi mencapai tujuan bersama.

Sani (2014: 53) juga menjelaskan bahwa pendekatan saintifik (scientifik approach) dalam pembelajaran yang memiliki komponen proses pembelajaran yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan informasi, menalar/asosiasi, dan membentuk jejaring/melakukan komunikasi.

(38)

melatih siswa dalam mengembangkan kemampuan mengamati, mananya, menalar dan membuat siswa belajar untuk mencoba serta berani mengkomunikasikan hasilnya. Melalui langkah-langkah dalam pendekatan saintifik, kegiatan pembelajaran lebih terstrukur dan terarah, serta membantu meningkatkan kemampuan akademik siswa dalam belajar.

f. Perangkat Pembelajaran

1) Silabus

Silabus merupakan garis besar program pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional (2008: 16) mendefenisikan silabus adalah rencana pembelajaran pada satu atau kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Akbar, 2013: 7).

Silabus adalah salah satu produk nyata yang dapat diamati sebagai hasil dari aktivitas pengembangan kurikulum. Atau dengan kata lain, silabus adalah produk dari pengembangan kurikulum (Kurniawan, 2014: 112). Ada beberapa komponen silabus (Akbar, 2013: 8) antara lain:

a) Identitas mata pelajaran

(39)

b) Standar kompetensi

Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai tingkat atau semester (Chamsiatin dalam Akbar, 2013: 8). Standar kompetensi merupakan seperangkat kompetensi yang dibakukan secara nasional, diwujudkan dengan hasil belajar peserta didik secara minimal.

c) Kompetensi dasar.

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu (Chamsiatin dalam Akbar, 2013: 9). Kompetensi dasar dijabarkan dari standar kompetensi. Pengembang silabus dapat mengambilnya begitu saja dari standar isi yang sudah disusun oleh pemerintah pusat (kemendiknas).

d) Materi pokok

(40)

dan indikator yang bisa digali, dielaborasi, dan dikonfirmasi dari berbagai sumber belajar.

e) Kegiatan belajar mengajar (KBM)

Substansi KBM sesungguhnya adalah pengalaman belajar peserta didik. Pengalaman belajar dirancang untuk melibatkan proses mental dan fisik peserta didik dengan sesamanya, guru, sumber dan media, juga lingkungan belajar lain demi pencapaian kompetensi (Chamsiatin dalam Akbar, 2008: 10).

f) Indikator pencapaian kompetensi

Indikator pencapaian kompetensi merupakan penanda perubahan nilai, pengetahuan, sikap, keterampilam, dan perilaku yang dapat diukur. Indikator digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan tujuan pembelajaran, substansi materi, sumber dan media, serta alat penilaian.

g) Taksonomi bloom sebagai rujukan pengembangan indikator dan tujuan pembelajaran

Bloom membagi ranah pendidikan menjadi kognitif, afektif, dan psikomotor, secara bertingkat-tingkat dari rendah ke tingkat tinggi.

h) Kata kerja operasional

(41)

a) Mengisi kolom identitas b) Mengkaji standar kompetensi c) Mengkaji kompetensi dasar d) Mengkaji materi pokok

Dalam mengkaji materi pokok perlu memperhatikan: (1) tingkat oerkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, spiritual peserta didik, (2) kebermanfaatan bagi peserta didik, (3) struktur keilmuan, (4) kedalaman dan keluasan materi, (5) relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan, (6) alokasi waktu.

e) Mengembangkan pengalaman belajar f) Merumuskan indikator

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) RPP adalah detail rencana aktivitas pembelajaran untuk mencapai satu KD tertentu, atau gabungan KD (Kurniawan, 2014: 122). Waktu dalam RPP lebih singkat dibanding dengan silabus, yaitu satu sampai tiga pertemuan.

(42)

Secara umum komponen RPP sama dengan komponen silabus yaitu: tujuan, materi, metode, media dan alat serta penilaian. Namun dalam silabus cakupan setiap komponennya masih umum dan luas, sedangkan dalam RPP uraian setiap komponennya sudah khusus dan terbatas.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa RPPTH adalah rencana pelaksanaan pembelajaran harian yang dirancang oleh guru berdasarkan komponen-komponennya dalam mempersiapkan kegiatan pembelajaran di kelas agar lebih terarah selama satu hari.

Dalam pengembangan RPP diawali dengan identifikasi silabus, kemudian dikembangkan jejaring tema. Dengan merujuk pada jaring-jaring tema, kemudian mengembangkan RPP.

3) Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa (Panduan pengembangan bahan ajar). LKS bukan merupakan lembar kegiatan siswa, akan tetapi lembar kerja siswa. LKS merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri.

(43)

bersifat teoritis atau praktis, yang mengacu kepada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa dan penggunaannya tergantung dengan bahan ajar lain (Prastowo, 2014: 69).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan lembaran tugas berisi soal-soal latihan yang telah disiapkan oleh guru yang membantu siswa dalam memahami setiap materi yang diajarkan dan digunakan sebagai latihan bagi siswa. 4) Instrumen Penilaian

Secara fungsional kegunaan instrumen penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah mengumpulkan informasi dilapangan (Sukardi, 2003:75). Ada empat media untuk mengumpulkan data dalam proses penelitian. Keempat media pengumpulan data tersebut diantaranya adalah kuesioner, observasi, wawancara dan dokumentasi.

Namun, dalam penelitian ini peneliti hanya menggunkan dua jenis media pengumpulan data yaitu kuesioner dan wawancara. kuesioner digunakan peneliti untuk memvalidasi produk, sedangkan wawancara digunakan untuk melakukan analisis kebutuhan atau mengumpulkan data.

g. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013

(44)

1) Keunggulan kurikulum 2013

(a) Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah. (b) Adanya penilaian dari semua aspek.

(c) Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi.

(d) Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

(e) Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

(f) Banyak sekali kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan seperti pendidika karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan.

(g) Sangat tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial.

(h) Standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara proporsional.

(i) Mengharuskan adanya remidiasi secara berkala.

(45)

(l) Meningkatkan motivasi mengajar dan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal.

(m) Buku, dan kelengkapan dokumen disipakan lengkap sehingga memicu dan memacu guru untuk membaca dan menerapkan budaya literasi, dan membuat guru memiliki keterampilan membuat RPP, dan menerapkan pendekatan scientific secara benar.

2) Kekurangan kurikulum 2013

(a) Guru banyak salah kaprah, karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari guru.

(b) Banyak sekali guru-guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013.

(c) Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan scientific.

(d) Kurangnya keterampilan guru merancang RPP.

(e) Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik.

(46)

(g) Tidak pernahnya guru dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013, karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama.

(h) Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013 karena UN masih menjadi faktor penghambat.

(i) Terlalu banyaknya materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi bisa tersampaikan dengan baik.

(j) Beban belajar siswa termasuk guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasi proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar (Sani, 2013: 89).

Model pembelajaran meupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Nurulwati dalam Trianto, 2009: 22).

(47)

belajar mengajar, yang bertujuan agar kegiatan pembelajaran dapat terorganisasi dan dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan.

a. Hakikat Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning) merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBM adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah, sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut, sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Ward dalam Ngalimun, 2012: 89).

PBM merupakan model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan (Duch dalam Shoimin, 2014: 130).

PBM merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk mengkonfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitasnya yang ada (Tan dalam Rusman, 2012: 232).

b. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(48)

1) Learning is student-centered (Pembelajaran yang berpusat pada siswa)

Proses pembelajaran dalam PBM lebih menitikberatkan kepada siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBM didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.

2) Authentic problems form the organizing through self-directed learning (Masalah Autentik Membentuk Fokus Pengorganisasian untuk Belajar. )

Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti. 3) New information is acquired through self-directed learning

(Informasi baru diperoleh melalui pembelajaran mandiri).

Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.

4) Learning accurs in small groups (Pembelajaran terjadi dalam kelompok kecil)

(49)

dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan tujuan yang jelas.

5) Teachers act as facilitators (Guru berperan sebagai fasilitator) Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Meskipun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong mereka agar mencapai target yang hendak dicapai.

Sedangkan karakteristik pembelajaran berbasis masalah (Rusman, 2013: 232) adalah sebagai berikut:

1) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.

2) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata dan tidak terstruktur.

3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective)

4) Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.

5) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.

6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya dan evaluasi sumber informasi merupakan proses esensial dalam PBM.

(50)

8) Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan.

9) Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.

10) PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

Berdasarkan kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik model PBM adalah mengutamakan masalah dalam kegiatan pembelajaran, permasalahan yang ditampilkan adalah permasalahan yang sering dialami siswa terkait dengan kehidupan sehari-hari, pemecahan masalah dilakukan secara individu maupun kerja sama dalam kelompok kecil.

c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Proses PBM akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan (masalah, formulir pelengkap, dan lain-lain). Pemelajar pun harus sudah memahami prosesnya, dan telah membentuk kelompok-kelompok kecil, dan setiap kelompok kecil menjalankan proses (Amir, 2008: 24). Proses tujuh langkah itu antara lain:

1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

(51)

tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah. 2) Merumuskan masalah

Kejadian yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi di antara kejadian itu. kadang ada hubungan yang masih belum nyata antara kejadiannya atau ada yang sub-submasalah yang harus diperjelas dahulu.

3) Menganalisis masalah

Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual (yang tercantum pada masalah), dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota. Brainstorming (curah gagasan) dilakuan dalam tahap ini. Anggota kelompok mendapatkan kesempatan melatih bagaimana menjelaskan, melihat alternatif atau hipotesis yang terkait dengan masalah.

4) Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain, dikelompokkan; mana yang menunjang, mana yang bertentangan dan lainnya. Analisis adalah upaya memilah-milah sesuatu menjadi bagian-bagian yang membentuknya.

5) Memformulasikan tujuan pembelajaran

(52)

mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat.

6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok).

Kelompok mencari informasi tambahan, menentukan di mana hendak dicari, mengatur jadwal dan menentukan sumber informasi. 7) Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan

membuat laporan untuk dosen/ kelas.

Semua laporan individu maupun kelompok dipresentasikan dihadapan kelompok lain. Anggota kelompok lain akan mendapatkan informasi-informasi baru.

Selain itu jga ada lima langkah yang diperlukan untuk mengimplementasikan PBM (Ngalimun, 2012: 94). Langkah-langkahnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Sintaksis Problem Based Learning

Fase Aktivitas guru

Fase 1:

Mengorientasikan siswa pada masalah

Menjelaskan tujuan

pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. Fase 2:

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Membantu siswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Fase 3:

Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan.

(53)

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

dan menyiapakan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Fase 5:

Menganalisis dan menevaluai proses pemecahan masalah

Membantu siswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses yang digunakan selama berlangsungnya pemecahan.

Adapun Variasi Langkah-langkah PBM yang dikembangkan oleh Moust dan kawan-kawan (Sani, 2013: 142) antara lain:

1) Mengklarifikasi konsep yang belum jelas 2) Mendefisikan permasalahan.

3) Menganalisis permasalahan 4) Diskusi

5) Merumuskan tujuan belajar 6) Belajar mandiri

7) Evaluasi

Hamdatama (2004:211) mengemukakan enam langkah Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu:

1) Merumuskan masalah: siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.

2) Menganalisis masalah: siswa meninjau masalah dari berbagai sudut pandang.

(54)

4) Mengumpulkan data: siswa mencari informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

5) Pengujian hipotesis: siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah: siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengajuan hipotesis dan rumusan kesimpulan. Berdasarkan beberapa model yang dijelaskan di atas maka, peneliti menggabungkan beberapa langkah model Pembelajaran Berbasis Masalah yang akan digunakan dalam menyusun LKS.Langkah yang digunakan adalah gabungan dari langkah-langkah Model PBM menurut Amir (2008: 24) dan Hamdatama (2014: 211) adalah sebagai berikut:

1)Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas 2)Merumuskan masalah

3)Menganalisis masalah 4)Merumuskan hipotesis 5)Mengumpulkan data 6)Pengujian hipotesis

(55)

d. Manfaat Model Pembelajaran Berbasis Masalah

PBM mempunyai berbagai potensi manfaat (Amir, 2008: 26) antara lain:

1) Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi ajar.

Dengan konteks yang ekat, dan sekaligus melakukan deep learning (karena banyak mengajukan pertanyaan menyelidik) bukan surface learning (yang sekadar hafal saja), maka pemelajar akan lebih memahami materi.

2) Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan

Dengan kemampuan pendidik membangun masalah yang sarat dengan konteks praktik, pemelajar bisa “merasakan” lebih baik

konteks operasinya di lapangan. 3) Mendorong untuk berpikir.

Dengan proses yang mendorong pemelajar untuk mempertanyakan, kritis dan kreatif, pemelajar dianjurkan untuk tidak terburu-buru menyimpulkan, mencoba menemukan landasan atas argumennya, dan fakta-fakta yang mendukung alasan.

4) Membangun kerja tim, kepemimpinn, dan keterampilan sosial. Karena PBM dikerjakan dalam kelompok-kelompok kecil, maka dapat mendorong terjadinya pengembangan kecakapan kerja tim, dan kecakapan sosial.

(56)

Dengan struktur masalah yang agak mengambang, merumuskannya, serta dengan tuntutan mencari sendiri pengetahuan yang relevan akan melatih mereka untuk manfaat ini. 6) Memotivasi belajar.

Dengan PBM kita punya peluang untuk membangkitkan minat dari pemelajar, karena kita menciptakan masalah dengan konteks pekerjaan. Dengan masalah yang menantang, siswa akan senang dan bersemangat untuk menyelesaikannya.

e. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

PBM juga mempunyai kelebihannya dalam proses pembelajarannya (Shoimin, 2014: 132) antara lain:

1) Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata.

2) Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar.

3) Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi.

4) Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.

5) Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi.

(57)

7) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka. 8) Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui

kerja kelompok dalam bentuk peer teaching.

f. Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Selain kelebihan, ada juga kekurangan dari model pembelajaran PBM. Kekurangan-kekurangan tersebut (Shoimin, 2014: 132) antara lain:

1) PBM tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBM lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah.

2) Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.

3. Lembar Kerja Siswa

a. Pengertian Lembar Kerja Siswa

(58)

LKS merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, baik bersifat teoritis atau praktis, yang mengacu kepada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa dan penggunaannya tergantung dengan bahan ajar lain (Prastowo, 2014: 69).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan lembaran tugas berisi soal-soal latihan yang telah disiapkan oleh guru yang membantu siswa dalam memahami setiap materi yang diajarkan dan digunakan sebagai latihan bagi siswa.

b. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Lembar Kerja Siswa dalam

Pembelajaran

1) Fungsi Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS Juga mempunyai fungsi dalam kegiatan pembelajaran, keempat fungsi tersebut (Prastowo, 2014: 270) antara lain:

a) LKS sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan siswa.

b) LKS sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan.

c) LKS sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih.

(59)

Selain mempunyai manfaat, LKS juga mempunyai 3 poin penting yang menjadi tujuan penyusunan LKS (Prastowo, 2014: 270) antara lain:

a) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan.

b) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan.

c) Melatih kemandirian belajar siswa.

d) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada siswa. 3) Manfaat Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS memiliki banyak manfaat bagi pembelajaran tematik (Prastowo, 2014:270) diantaranya adalah:

a) Mendapatkan kesempatan untuk memancing siswa agar secara aktif terlibat dengan materi yang dibahas.

c. Jenis-jenis Lembar Kerja Siswa

Ada lima jenis LKS yang umum digunakan oleh siswa (Prastowo,2014: 272), yaitu:

1) LKS yang penemuan (Membantu siswa menemukan suatu konsep) LKS ini memuat apa yang harus dilakukan siswa, meliputi: melakukan, mengamati, dan menganalisis.

(60)

LKS ini melatih siswa untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

3) LKS yang penuntun (berfungsi sebagai penuntun belajar).

LKS penuntun berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku. Siswa dapat mengerjakan LKS tersebut jika ia membaca buku, sehingga fungsi utama LKS ialah membantu siswa mencari, menghafal, dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku. LKS ini cocok untuk keperluan remidial. 4) LKS yang penguatan (Berfungsi sebagai penguatan).

LKS penguatan diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu. Materi pembelajaran yang dikemas di dalam LKS penguatan lebih menekankan dan mengarahkan kepada pendalaman dan penerapan materi pembelajaranbyang terdapat di dalam buku ajar. LKS ini juga cocok untuk pengayaan.

5) LKS yang praktikum (Berfungsi sebagai petunjuk praktikum)

Alih-alih memisahkan petunjuk praktikum ke dalam buku tersendiri, kita dapat menggabungkan petunjuk praktikum ke dalam kumpulan LKS. Dengan demikian, dalam bentuk LKS ini, petunjuk praktikum merupakan salah satu konten dari LKS.

(61)

dilakukan siswa, meliputi: melakukan, mengamati, dan menganalisis. LKS yang yang akan dikembangkan oleh peneliti memuat langkah-langkah model PBM yang dipadukan dengan langkah pendekatan saintifik seperti yang dijelaskan sebelumnya, sehingga LKS jenis ini yang akan dipilih dan akan dikembangkan.

d. Unsur-unsur Lembar Kerja Siswa

Dilihat dari strukturnya, LKS terdiri dari enam unsur utama (Prastowo, 2014: 273) yang meliputi:

1) Judul

2) Petunjuk belajar

3) Kompetensi dasar atau materi pokok 4) Informasi pendukung

5) Tugas atau langkah kerja 6) Penilaian

Namun demikian, beliau menjelaskan secara lebih spesifik, format LKS meliputi delapan unsur, yaitu:

1) Judul

2) Kompetensi dasar yang akan dicapai 3) Waktu penyelesaian

4) Peralatan atau bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas

(62)

7) Tugas yang harus dilakukan 8) Laporan yang harus dikerjakan

e. Langkah-langkah Membuat Lembar Kerja Siswa

Dalam menyusun LKS juga harus diperhatikan langkah-langkahnya. Ada empat langkah penyusunan LKS (Prastowo, 2014: 275) sebagai berikut:

1) Lakukan analisis kurikulum tematik

Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi pokok dan pengalaman belaja manakah yang membutuhkan bahan ajar berbentuk LKS.

2) Menyusun peta kebutuhan LKS

Peta ini sangat diperlukan untuk mengetahui materi apa saja yang harus ditulis dalam LKS. Peta ini juga bisa untuk melihat sekuensi atau urutan materi dalam LKS. Sekuens LKS ini sangat dibutuhkan dalam menentukan prioritas penulisan materi.

3) Menentukan judul LKS

Judul LKS tematik ditentukan atas dasar tema sentral dan pokok bahasannya diperoleh dari hasil pemetaan kompetensi dasar, materi pokok atau pengalaman belajar antar mata pelajaran di SD/ MI. 4) Penulisan LKS

Untuk menulis LKS, langkah-langkah yang peru dilaksanakan, yaitu: a) Merumuskan indikator atau pengalaman belajar antar mata

(63)

b) Menentukan alat penilaian. c) Menyusun materi.

d) Menyusun materi berdasarkan struktur LKS 5) Mengembangkan LKS bermakna

LKS yang bermakna dijadikan sebagai bahan ajar yang menarik bagi siswa. Hal ini mendorong siswa agar lebih tertarik dan belajar lebih giat. beberapa langkah pengembangan LKS, yaitu:

a) Menentukan tujuan pembelajaran yang akan dimasukan ke dalam LKS

b) Mengumpulkan materi

c) Menyusun elemen atau unsur-unsur-unsur LKS d) Pemeriksaan dan penyempurnaan

Pada tahap ini, guru mengecek kembali LKS yang sudahdikembangkan. Hal-ha yang harus diperhatikan adalah: kesesuaian desain dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian unsur atau elemen LKS dengan tujuan pembelajaran, dan kejelasan penyampaian (kemudahan dalam membaca dan mengerjakan LKS).

B. Penelitian yang Relevan

(64)

menggunakan sumber lain yang hampir sama dengan penelitian pengembangan Lembar Kerja Siswa. Berikut ini adalah tiga penelitian relevan yang hampir sama dengan penelitian pengembangan Lembar Kerja Siswa.

Pertama, penelitian pengembangan yang dilakukan oleh Erna Wahyudi (2012) dengan judul Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Matematika SMP berbasis kontekstual untuk memfasilitasi pencapaian kemampuan memecahkan masalah. Penelitian ini menghasilkan produk berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) dan kualitas LKS Matematika SMP Berbasis Kontekstual tergolong dalam kategori baik dengan persentase keidealan 79, 12 % . Respon siswa terhadap LKS tergolong dalam kategori yang sangat tinggi dengan skor 40, 69 dari skor maksimal ideal 45 dan persentase keidealan respon 90,42. Setelah menggunakan LKS Matematika SMP berbasis kontekstual, kemampuan pemecahan masalah lebih besar dari pada nilai KKM yang berlaku di sekolah.

(65)

Berdasarkan kedua penelitian dapat dilihat kesamaan dan perbedaannya. Penelitian yang dilakukan oleh Erna Wahyudi berkaitan dengan pengembangan Lembar Kerja Siswa menggunakan moel kontekstual untuk siswa SMP. Sedangkan peneliti kedua oleh Dwi Mei Ari Wulandari berkaitan dengan pengembangan Lembar Kerja Siswa menggunakan model PBM. Kedua jenis penelitian ini sama-sama mengembangkan LKS, namun model pembelajran yang digunakanberbeda, serta jenjang atau tingkat pendidikan yang menjadi objek penelitiannyapun berbeda pula.

(66)

C. Kerangka Pikir

Bagan 1: Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menyusun kerangka pikir

Bagan 1: Kerangka Pikir Pengembangan LKS Berbasis PBM

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menyusun kerangka pikir tentang pengembangan LKS subtema Manusia dan Lingkungan mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas V SD. Perubahan kurikulum 2013 dibuat dengan menggunakan pendekatan saintifik bertujuan untuk memudahkan

LKS yang Menggunakan Model PBM

1. LKS (Pengertian LKS, fungsi, tujuan, dan manfaat LKS dalam pembelajaran, jenis-Jenis LKS, unsur-unsur LKS, langkah-langkah membuat LKS)

2. Model PBM (Hakikat Model PBM, karakteristik Model PBM, langkah-Langkah Model PBM, manfaat Model PBM, kelebihan Model PBM, kekurangan Model PBM)

Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

1. Komponen LKS disusun lengkap

2. LKS menampilkan masalah nyata sehingga menuntut partisipasi aktif siswa

3. LKS tidak hanya difokuskan pada pengembangan kemampuan berpikir (kognitif) tetapi juga mencakup aspek afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan)

4. LKS disusun dengan memperhatikan ketentuan penggunaan EYD 5. Tampilan LKS didesain dengan warna yang indah dan menarik.

Kurikulum 2013

1. Hakikat Kurikulum 2013

2. Rasional perubahan Kurikulum 2013

3. Elemen perubahan Kurikulum 2013

4. Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013

5. Penilaian Autentik

6. Perangkat Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

Gambar

Tabel 1. Sintaksis Problem Based Learning
Tabel 2. Jadwal pelaksanaan Penelitian
Tabel 3. Panduan Wawancara Survei Kebutuhan
Tabel 4. Instrumen Validasi Kualitas LKS Menggunakan Model PBM
+7

Referensi

Dokumen terkait

This war was motivated by the struggle for territory between the Kauravas (descendants of King Dhritarashtra) and the Pandavas (descendants of Pandu).. According to Javanese

Hasil uji ANOVA pada taraf signifikan 95% menunjukkan tidak berbeda nyata Berdasarkan hasil pengamatan panjang akar yang diperoleh, tanaman dengan perlakuan P0 (tanpa

[r]

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa proses filtrasi dapat meningkatkan pH air limbah, dimana filter kombinasi (karbon aktif-pasir- coco fiber -kerikil) jauh lebih efektif

sekolah harus signifikan bagi siswa, serta berguna dan berlaku untuk skenario kehidupan nyata dan dengan perspektif masa depan, - tidak hanya akumulasi pengetahuan

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kepuasan pelanggan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dan mengetahui atribut layanan yang diprioritaskan untuk

Perbaikan tanah dasar menggunakan preloading yang dikombinasikan dengan Pre-fabricated Vertical Drain (PVD) digunakan untuk Zona 3, 4, dan 5, dan perkuatan lereng

Pemegang Saham dengan Kepemilikan < 5% Shares Ownership < 5% Bulan ini This Month Total sampai dengan Bulan ini Total up to this Month Dasar (Jumlah Saham)