• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Kajian Teori

2.2.3 Kurikulum Pembelajaran Menyimak BSI Kelas VIII Sekolah

2.2.3.1Pengertian Kurikulum

Pengertian kurikulum yang terdapat dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 19, bahwa kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Muslich, 2007:1).

Kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran menyimak BSI kelas VIII SMP adalah KTSP. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan

penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah (Muslich, 2010:10). Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) “KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan” (Sanjaya, 2009:128).

KTSP disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Muslich, 2010: 1).

Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2006/2007 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah, sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), (BSNP, 2006). Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri.

2.2.3.2Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki karakteristik. Karakteristik KTSP ada empat, yaitu sebagai berikut.

a. Dilihat dari desainnya, KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari dua segi, pertama struktur program KTSP yang memuat sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. Kedua, kriteria keberhasilan KTSP lebih banyak diukur dari

kemampuan siswa menguasai materi pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari sistem kelulusan yang ditentukan oleh standar minimal penguasaan isi pelajaran seperti yang diukur dari hasil Ujian Nasional.

b. KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan individu. Hal ini dapat dilihat dari prinsip-prinsip pembelajaran dalam KTSP yang menekankan pada aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran melalui berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran yang disarankan, misalnya melalui CTL, inquiri, pembelajaran portofolio, dan lain sebagainya.

c. KTSP adalah kurikulum yang mengakses kepentingan daerah. Hal ini tampak pada salah satu prinsip KTSP, yakni berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, KTSP adalah kurikulum yang dikembangkan oleh daerah. d. KTSP merupakan kurikulum teknologis. Hal ini dapat dilihat dari adanya

standar kompetensi, kompetensi dasar, kemudian dijabarkan menjadi indikator hasil belajar, yakni sejumlah perilaku yang terukur sebagai bahan penilaian (Sanjaya, 2009).

2.2.3.3Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dapat dibedakan secara umum dan khusus. “Tujuan umum ditetapkan KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian

kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan “(Sanjaya, 2009:132). Adapun tujuan khusus ditetapkan KTSP menurut adalah sebagai berikut.

a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.

b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antarsatuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai (Sanjaya, 2009:132).

2.2.3.4Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dalam Pembelajaran Menyimak BSI Kelas VIII SMP

“KTSP memiliki komponen, yaitu: tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)” (Muslich, 2010:12). “Pelaksanaan KTSP mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan 23 Tahun 2006 tentang pelaksanaan SI dan SKL” (Muslich, 2010:9).

Upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan diantaranya dengan menetapkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai acuan pelaksanaan pendidikan di Indonesia. SNP yang telah ditetapkan pemerintah mencakup standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiyayaan, dan standar penilaian pendidikan. Namun,

hanya dua dari delapan standar yang telah disahkan oleh Mendiknas, yaitu standar isi dan standar kompetensi lulusan (Mulyasa, 2007).

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu (Mulyasa, 2007:45).

“Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal, dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar Isi memuat kerangka dasar, struktur kurikulum, beban belajar, KTSP, dan kalender pendidikan atau akademik” (Mulyasa, 2007:45).

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan (Mulyasa, 2007: 91).

Untuk mencapai SKL suatu mata pelajaran dapat dilihat melalui sebaran materi pelajaran yang dijabarkan berdasarkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP maupun di SMA diarahkan agar siswa menguasai dengan baik aspek keterampilan berbahasa yang diintegrasikan dengan kemampuan kebahasaan dan bersastra (Nurbaya, Siti dan Nurhadi, 2011).

Terdapat dua belas SK keterampilan menyimak yang telah ditetapkan (Standar Isi KTSP, 2006). Siswa harus menguasai ke-12 standar kompetensi tersebut dalam kemampuan berbahasa dan bersastra. Ke-12 standar kompetensi keterampilan menyimak terbagi dalam 6 standar kompetensi kemampuan menyimak aspek kemampuan berbahasa dan 6 standar kompetensi kemampuan

menyimak aspek kemampuan bersastra. Kemudian dari 12 standar kompetensi tersebut, dijabarkan ke dalam 24 kompetensi dasar aspek kemampuan berbahasa dan 24 kompetensi dasar aspek kemampuan bersastra. Pada penelitian ini peneliti akan mengembangkan aspek menyimak dengan mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar kelas VIII SMP. Berikut ini adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar aspek menyimak kelas VIII semester 2 jenjang pendidikan SMP/MTs yang digunakan peneliti dalam penelitian.

Tabel 2.1 Kriteria Standar Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia Kelas VIII Kelas VIII, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 9. Memahami isi berita dari radio/

televisi.

9.1 Menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana) yang didengar dan atau ditonton melalui radio/televisi.

(Kurikulum 2006) 2.2.4 Metode KooperatifTipe Student Teams Achievement Divisions(STAD) 2.2.4.1 Pengertian Metode Kooperatif

Menurut pendapatRusman, (2011), metode kooperatif merupakan metode pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang dilakukan secara kolaboratif beranggotakan 4—6 orang yang heterogen. Dalam kelompok-kelompok kecil yang dibuat itu, diharapkan dapat membantu mengatasi kesulitan siswa dalam memahami suatu pelajaran, berkaitan dengan penelitian ini adalah kesulitan siswa dalam memahami unsur 5W+1H khususnya aspek “bagaimana”.

Pembuatan kelompok-kelompok kecil dalam belajar juga merupakan suatu cara untuk membuat siswa lebih komunikatif dengan siswa lain di dalam kelompok.Siswa dapat saling membantu antar anggota kelompoknya.

2.2.4.2 Karakteristik Metode Kooperatif

Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif ada empat menurut yaitu: (a) pembelajaran secara tim, (b) didasarkan pada manajemen kooperatif, (c) kemauan untuk bekerja sama, dan (d) keterampilan bekerja sama (Rusman, 2011). Penjelasan mengenai karakteristik metode kooperatif adalah sebagai berikut.

(a) Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

(b) Didasarkan pada manajemen kooperatif

Manajemen dalam pembelajaran kooperatif memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai berikut.

Pertama, fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan metode kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan.Kedua, fungsi manajemen sebagai organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan metode kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Ketiga, fungsi manajemen sebagai

kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran menggunakan metode kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.

(c) Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran menggunakan metode kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh karena itu, prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

(d) Keterampilan bekerja sama

Pembelajaran kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerja sama dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah. Pembelajaran menggunakan metode kooperatif memiliki ciri, yaitu struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong dan atau dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasi usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.

2.2.4.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan Metode Kooperatif Langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode kooperatif adalah sebagai berikut.

a. Penjelasan materi

Pada tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.

b. Belajar kelompok

Tahap ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi.Siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

c. Penilaian

Penilaian dalam pembelajaran menggunakan metode kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu maupun kelompok.

d. Pengakuan tim

Pengakuan timadalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim yang paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi menjadi lebih baik lagi (Rusman, 2011).

Menurut Suyatno (2009:51—52), langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode kooperatif adalah sebagai berikut.

a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. b. Menyajikan informasi.

c. Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar. d. Membimbing kelompok belajar dan bekerja.

f. Memberikan penghargaan.

Dari kedua pendapat itu, penulis menyimpulkan langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode kooperatif sebenarnya ada empat, yaitu sebagai berikut.

(1) Penjelasan materi berupa penyampaian informasi mengenai tujuan pembelajaran serta memotivasi siswa.

(2) Mengorganisasi siswa membentuk kelompok. (3) Penilaian.

(4) Pemberian penghargaan.

2.2.4.4 Kelebihan dan Kelemahan Metode Kooperatif

Ada beberapa kelebihan dan kelemahan metode kooperatif. Penjelasan kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.

Ada delapan kelebihan pembelajaran menggunakan metode kooperatif, yaitu sebagai berikut.

1. Siswa tidak terlalu bergantung kepada guru, melainkan dapat menumbuhkan kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa lain.

2. Siswa dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan idea tau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide orang lain. 3. Metode ini dapat membantu anak untuk peduli terhadap orang lain dan

4. Metode ini dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

5. Metode ini merupakan strategi yang ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage

waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.

6. Melalui metode ini, dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

7. Metode ini dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

Selain metode kooperatif ini memiliki kelebihan, metode ini juga memiliki kelemahan. Ada lima kelemahan metode kooperatif, yaitu sebagai berikut.

1. Memerlukan waktu untuk memahami metode kooperatif ini.

2. Terdapat kemungkinan apa yang seharusnya dicapai dan dipahami oleh siswa tetapi tidak dapat terwujud karena ciri pembelajaran kooperatif adalah saling membelajarkan (antarsiswa dalam kelompok).

3. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran menggunakan metode kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok.

4. Keberhasilan penggunaan metode kooperatif ini memerlukan waktu yang cukup panjang.

5. Sulitnya membangun rasa percaya diri dan bekerja sama dalam pembelajaran menggunakan metode kooperatif masih susah (Sanjaya, 2008).

2.2.4.5 Jenis Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif ada beberapa jenis model.Menurut Rusman, (2011) ada enam model pembelajaran kooperatif, yaitu (1) model STAD, (2) jigsaw, (3) Investigasi Kelompok (GI), (4) model Make a Match (Membuat Pasangan), (5) TGT (Teams Games Turnaments), (6) model struktural.Adapun penjelasan dari masing-masing model kooperatif tersebut adalah sebagai berikut.

(1) Model STAD

“STAD adalah metode pembelajaran kooperatif untuk pengelompokkan kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota” (Suyatno, 2009).Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin. STAD merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti dan sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam pembelajaran matematika, IPA, IPS, bahasa Inggris, teknik, dan lain-lain pada tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi.

(2) Jigsaw

Pembelajaran kooperatif model jigsaw, yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama. Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil.Selanjutnya, guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.Masing-masing dalam kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang.

Dalam model kooperatif jigsaw ini, siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompokknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain.

(3) Investigasi Kelompok(Group Investigation)

Strategi pembelajaran GI dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Secara umum, perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2—6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan atau memamerkan

laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe GI adalah sebagai berikut.

a. Membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 5 siswa.

b. Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis.

c. Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.

(4) Model Make a Match (Membuat Pasangan)

Model Make a Match (membuat pasangan) dikembangkan oleh Lorna Curran. Keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.Adapun langkah-langkah pembelajaran menggunakan model ini adalah sebagai berikut.

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban).

b. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

c. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban).

e. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

f.Kesimpulan.

(5) Model TGT (Teams Games Tournaments)

Menurut Slavin, pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri atas lima tahap, yaitu: (a) tahap penyajian kelas (class presentation), (b) belajar dalam kelompok

(teams), (c) permainan (games), (d) pertandingan (tournament), dan (e) penghargaan kelompok (team recognition). Adapun ciri-ciri model kooperatif

tipe TGT adalah siswa bekerja dalam kelompok kecil, games tournament, dan penghargaan kelompok.

(6) Model Struktural

Ada beberapa pendapat yang mengemukakan komponen dalam pembelajaran kooperatif model structural. (Spencer dan Miguel Kagan (2009) dalam Rusman), mengemukakan bahwa ada enam komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe pendekatan struktural, yaitu: (a) struktur dan konstruk yang berkaitan, (b) prinsip-prinsip dasar, (c) pembentukan kelompok dan pembentukan kelas, (d) kelompok, (e) tata kelola, dan (f) keterampilan sosial.

2.2.4.6 Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Pengertian STAD seperti yang telah dipaparkan di atas, STAD merupakan salah satu dari tipe pembelajaran kooperatif yang paling tua dan paling banyak diteliti.STAD juga merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling banyak diaplikasikan dalam beberapa mata pelajaran dan tingkatan atau jenjang

pendidikan, mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi. STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif (Slavin, 2009).

Strategi atau siklus pelaksanaan STAD ada beberapa tahap. Menurut Suyatno (2009:52), strategi atau siklus pelaksanaan STAD yaitu sebagai berikut. (1) Mengarahkan siswa untuk bergabung ke dalam kelompok.

(2) Membuat kelompok heterogen (4—5 orang).

(3) Mendiskusikan bahan belajar/LKS/modul secara kolaboratif.

(4) Mempresentasikan hasil kerja kelompok sehingga terjadi diskusi kelas. (5) Mengadakan kuis individual dan membuat skor perkembangan tiap siswa

atau kelompok.

(6) Mengumumkan rekor tim dan individual. (7) Memberikan penghargaan.

Menurut Slavin (2005:143—146), STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu: presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.

(1) Presentasi kelas

Materi STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di kelas. Presentasi kelas sebenarnya sama seperti pembelajaran biasanya yang dipimpin oleh guru secara langsung, hanya perbedaannya yaitu presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar member perhatian penuh selama

presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka dalam mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.

(2) Tim

Tim terdiri atas empat atau lima siswa yang heterogen. Fungsi utama tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk tiap anggotanya.

(3) Kuis

Siswa mengerjakan kuis individual sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim. Siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Oleh karena itu, setiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya

(4) Skor kemajuan individual

Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan “skor awal”, yang diperoleh dari rata-rata

kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.

(5) Rekognisi tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

Adapun langkah membuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok adalah dengan cara menghitung skor individu dan skor kelompok. Skor individu diperoleh bagi siswa berdasarkan hasil kuis mereka (presentase yang benar) melampaui skor awal mereka (Slavin, 2008).

Tabel 2.2 Kriteria Skor Kuis dan Poin Kemajuan

No. Skor kuis Poin Kemajuan

1. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

2. 10—1 poin di bawah skor awal 10

3. Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20

4. Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

5. Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30

Adapun tujuan dibuatnya skor awal dan poin kemajuan adalah untuk memungkinkan semua siswa memberikan poin maksimum bagi kelompok mereka, berapapun tingkat kinerja mereka sebelumnya (Slavin, 2008).Langkah untuk menghitung skor tim adalah sebagai berikut.

(1) Catatlah tiap poin kemajuan semua anggota tim pada lembar rangkuman tim dan bagilah jumlah total poin kemajuan seluruh anggota tim dengan jumlah anggota tim yang hadir.

(2) Bulatkan semua pecahan.

Tabel 2.3 Skor tim atau kelompok

No. Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan

1. 15 Tim Baik

2. 16 Tim Sangat Baik

3. 17 Tim Super

Dokumen terkait