• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan instrumen penilaian integratif dalam pembelajaran menulis siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 1 Wates tahun ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan instrumen penilaian integratif dalam pembelajaran menulis siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 1 Wates tahun ajaran 2012/2013."

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

Rusiana Arumsari, Fransiska. 2013. Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita Menggunakan Metode Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada Siswa Kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2013. Skripsi S1. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan menyimak berita pada siswa kelas VIII C setelah mengalami proses pembelajaran menggunakan metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions

(STAD).Disamping itu, peneliti juga mendeskripsikan peningkatan keterlibatan siswa.

Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus meliputi empat tahap, yaitu: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan (observasi), dan (4) refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang berjumlah 44 orang.Data diperoleh dari hasil tes menyimak, jurnal siswa dan guru, serta observasi.Analisis data kuantitatif dilakukan dengan mencarimean, standar deviasi, dan menguji perbedaaan dua rata-rata menggunakan uji-t.Analisis data kualitatif dilakukan dengan mencermati aspek hasil pengamatan yang berupa keberanian mengungkapkan pendapat, keaktifan/peran serta dalam proses pembelajaran, menghargai pendapat teman, kerjasama dalam kelompok, dan kemampuan memecahkan masalah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor menyimak siswa sebelum diadakan tindakan sebesar 76,40, pada siklus I meningkat menjadi 80,49, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 93,31. Hasil uji-t menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara kondisi awaldengansiklus I dan antara siklus I dengan siklus II.Siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada kondisi awal hanya 24 atau 54%, pada siklus I meningkat menjadi32 atau 80%, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 40 atau 100% siswa yang tuntas. Berdasarkan observasi, diperoleh data bahwa sebagian besar siswa telah aktif selama proses pembelajaran. Pada siklus I hanya 70% siswa yang terlibat aktif, dan pada siklus II meningkat menjadi 77,5% siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode kooperatif tipe STAD sangat efektif digunakan untuk meningkatkan keterampilan serta keaktifan siswa dalam pembelajaran menyimak.

(2)

ix ABSTRACT

Rusiana Arumsari, Fransiska. 2013. The Improvement of Listening Skills in Reading News Using Student Teams Achievement Division (STAD) the type of Cooperative Method In Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Junior High School Grade VIII C Academic Year 2011/2012.Thesis S1. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD.

This research aims to describe the improvement oflistening skills in reading news student of grade VIII C after experiencing the cooperative learning methods type Student Teams Achievement Divisions (STAD). In addition, the researchers also describe the improvement student engagement.

This classroom action researchwas conducted in two cycles. Each cycle consists of four stages, namely: (1) planning, (2) act, (3) observations, and (4) reflection. The subject of this research were 44 VIIIC students of Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Junior High School. Data collection was gathered from the listening test, the students and teacher journals, and observations. The quantitative analyze is searching mean, standart of deviation, and subject to a test of two average using t-test. The qualitative analyze was meticulousedfrom some aspect namely: the express courage assumption, the activity/participation in learning process, respect the opinion of friends, cooperation within the group, the ability to solve problems.

The result shows that the average score of the students listening before treathment was 76.40 increase into 80.49 on cycle I and increaseinto 93.31 on cycle II. Based on the t-test, it shows that there are significant diferrent of average between first condition with first cycle and between first cycle and last cycle. Students who accomplishedcomplete learning in the pre-test were only 24 or 54%. In cycle I it’s became 32 or 80%. In the cycle II the numbers increased to 40 or 100%. Based on the observations data, many students have been active during the learning process. In the first cycle only 70% of students who are actively involve and on the second cycle increase 77.5% students were actively involved. Therefore, it can be concluded that the use of cooperative method type STAD can increase skill and student activity.

(3)

TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS VIII C SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Fransiska Rusiana Arumsari 081224029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF

TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS VIII C SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh:

Fransiska Rusiana Arumsari 081224029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus.

(8)

v MOTO

 Masa depan adalah milik mereka yang percaya pada indahnya mimpi-mimpi mereka.

(Eleanon Rosevelt)

 Jika Anda dapat memimpikannya, Anda dapat melakukannya.

(Peter F. Drucker)

 Keberhasilan bukanlah hasil pembakaran spontan. Kita harus membakar diri sendiri.

(9)
(10)
(11)

viii ABSTRAK

Rusiana Arumsari, Fransiska. 2013. Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita Menggunakan Metode Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada Siswa Kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2013. Skripsi S1. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan menyimak berita pada siswa kelas VIII C setelah mengalami proses pembelajaran menggunakan metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions

(STAD).Disamping itu, peneliti juga mendeskripsikan peningkatan keterlibatan siswa.

Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus meliputi empat tahap, yaitu: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan (observasi), dan (4) refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang berjumlah 44 orang.Data diperoleh dari hasil tes menyimak, jurnal siswa dan guru, serta observasi.Analisis data kuantitatif dilakukan dengan mencarimean, standar deviasi, dan menguji perbedaaan dua rata-rata menggunakan uji-t.Analisis data kualitatif dilakukan dengan mencermati aspek hasil pengamatan yang berupa keberanian mengungkapkan pendapat, keaktifan/peran serta dalam proses pembelajaran, menghargai pendapat teman, kerjasama dalam kelompok, dan kemampuan memecahkan masalah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor menyimak siswa sebelum diadakan tindakan sebesar 76,40, pada siklus I meningkat menjadi 80,49, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 93,31. Hasil uji-t menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara kondisi awaldengansiklus I dan antara siklus I dengan siklus II.Siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada kondisi awal hanya 24 atau 54%, pada siklus I meningkat menjadi32 atau 80%, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 40 atau 100% siswa yang tuntas. Berdasarkan observasi, diperoleh data bahwa sebagian besar siswa telah aktif selama proses pembelajaran. Pada siklus I hanya 70% siswa yang terlibat aktif, dan pada siklus II meningkat menjadi 77,5% siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode kooperatif tipe STAD sangat efektif digunakan untuk meningkatkan keterampilan serta keaktifan siswa dalam pembelajaran menyimak.

(12)

ix ABSTRACT

Rusiana Arumsari, Fransiska. 2013. The Improvement of Listening Skills in Reading News Using Student Teams Achievement Division (STAD) the type of Cooperative Method In Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Junior High School Grade VIII C Academic Year 2011/2012.Thesis S1. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD.

This research aims to describe the improvement oflistening skills in reading news student of grade VIII C after experiencing the cooperative learning methods type Student Teams Achievement Divisions (STAD). In addition, the researchers also describe the improvement student engagement.

This classroom action researchwas conducted in two cycles. Each cycle consists of four stages, namely: (1) planning, (2) act, (3) observations, and (4) reflection. The subject of this research were 44 VIIIC students of Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Junior High School. Data collection was gathered from the listening test, the students and teacher journals, and observations. The quantitative analyze is searching mean, standart of deviation, and subject to a test of two average using t-test. The qualitative analyze was meticulousedfrom some aspect namely: the express courage assumption, the activity/participation in learning process, respect the opinion of friends, cooperation within the group, the ability to solve problems.

The result shows that the average score of the students listening before treathment was 76.40 increase into 80.49 on cycle I and increaseinto 93.31 on cycle II. Based on the t-test, it shows that there are significant diferrent of average between first condition with first cycle and between first cycle and last cycle. Students who accomplishedcomplete learning in the pre-test were only 24 or 54%. In cycle I it’s became 32 or 80%. In the cycle II the numbers increased to 40 or 100%. Based on the observations data, many students have been active during the learning process. In the first cycle only 70% of students who are actively involve and on the second cycle increase 77.5% students were actively involved. Therefore, it can be concluded that the use of cooperative method type STAD can increase skill and student activity.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang telah melimpahkan berkat serta rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita Menggunakan Metode Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada Siswa Kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/ 2012” dengan baik dan lancar.Penyusunanskripsi ini sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini dapat terwujud karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Kaprodi PBSID Universitas Sanata DharmaYogyakarta yang selalu memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

2. Dr. Y. Karmin M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar telah membimbing penulis dan memberikan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

3. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah membimbing penulis dan memberikan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen PBSID yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama kuliah.

5. J.A Retno Widyastuti, S.Pd. selaku guru bahasa Indonesia di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang telah bersedia mendampingi penulis dalam penelitian di sekolah.

(14)
(15)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. ii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………... iv

MOTO……… v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….. vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……… vii

ABSTRAK………. viii

ABSTRACT……… ix

KATA PENGANTAR……….. x

DAFTAR ISI………... xii

DAFTAR TABEL………... xv

DAFTAR BAGAN……… xvi

DAFTAR DIAGRAM………... xvii

DAFTAR GAMBAR……… xviii

DAFTAR LAMPIRAN ……… xviiii

BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1 Latar Belakang Masalah………... 1

1.2 Rumusan Masalah……….... 4

1.3 Tujuan Penelitian………... 4

1.4 Manfaat Penelitian……… 4

1.5 Batasan Istilah……….. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….. 8

2.1 Penelitian yang Relevan………... 8

2.2 Kajian Teori……….. 10

(16)

xiii

2.2.1.1 Pengertian Menyimak………... 11

2.2.1.2 Tujuan Menyimak………... 11

2.2.1.3 Jenis-Jenis Menyimak………... 12

2.2.2 Berita………... 16

2.2.2.1 Pengertian Berita………. 16

2.2.2.2 Macam-Macam Berita………... 17

2.2.2.3Unsur-Unsur Berita……….. 19

2.2.3Kurikulum Pembelajaran Menyimak BSI Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP)……….. 20

2.2.3.1 Pengertian Kurikulum……….. 20

2.2.2.3.2 Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)……… 21

2.2.3.3 Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)……. 22

2.2.3.4 Komponen KTSP pada pembelajaran BSI Dalam Pembelajaran Menyimak BSI Kelas VIII SMP……….. 23

2.2.4 Metode Kooperatif Tipe STAD………... 25

2.2.4.1 Pengertian Metode Kooperatif………. 25

2.2.4.2 Karakteristik Metode Kooperatif………. 26

2.2.4.3 Langkah-langkah Pembelajaran Menggunakan Metode Kooperatif………. 27

2.2.4.4 Kelebihan dan Kelemahan Metode Kooperatif………... 29

2.2.4.5 Jenis Model Pembelajaran Kooperatif……… 31

2.2.4.6Student Teams Achievement Division (STAD)……… 34

2.3 Kerangka Berpikir……… 38

2.4 Hipotesis Tindakan……….. 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….. 41

3.1 Jenis Penelitian………... 41

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian………... 41

3.3 Subjek Penelitian………... 41

(17)

xiv

3.5 Tahap-Tahap Penelitian………... 43

3.6 Prosedur Tindakan Pada Siklus I………. 46

3.7 Prosedur Tindakan Pada Siklus II……… 50

3.8 Teknik Pengumpulan Data………... 52

3.9 Instrumen Penelitian………... 55

3.10 Teknik Analisis Data……….. 55

3.11 Indikator Keberhasilan……….. 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 58

4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian………... 58

4.2 Hasil Penelitian………. 71

4.3 Pembahasan……….. 86

BAB V PENUTUP……… 93

5.1 Kesimpulan………... 93

5.2 Saran……… 94

DAFTAR PUSTAKA………... 95

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia

Kelas VIII……….. 25

Tabel 2.2 Kriteria Skor Kuis dan Poin Kemajuan………. 37 Tabel 2.3 Kriteria Penghargaan Kuis dan Kelompok……… 37 Tabel 3.1 Presentase Target Ketercapaian Penerapan Tindakan Pada

Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun

Ajaran 2011/ 2012………. 57

(19)

xvi

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penggunaan Metode Kooperatif Tipe

STAD Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan

(20)

xvii

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 4.1 Hasil Kuis Siklus I………. 71

Diagram 4.2 Hasil Kuis Siklus II………... 73

Diagram 4.3 Keterlibatan siswa Siklus I……… 74

Diagram 4.4 Keterlibatan Siswa Siklus II……….. 75

Diagram 4.5 Hasil nilai rata-rata menyimak………. 87

(21)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Mc . Taggart………. 42

Gambar 4.1 Guru Memberikan Materi Siklus I………. 85

Gambar 4.2 Suasana Saat Diskusi Kelompok Siklus I……….. 85

Gambar 4.3 Suasana Saat Kuis Siklus I………. 85

Gambar 4.4 Guru Memberikan Penjelasan Materi Siklus II………….. 86

Gambar 4.5 Suasana Saat Diskusi Kelompok Siklus II………. 86

(22)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Silabus Pembelajaran………... 98 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I…… 99 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II…... 106 Lampiran 4 Lembar Soal Siklus I……… 112 Lampiran 5 Lembar Soal Siklus II……….. 114 Lampiran 6 Kunci Jawaban Siklus I……… 116 Lampiran 7 Kunci Jawaban Siklus II……….. 119 Lampiran 8 Transkrip Berita Siklus I……….. 121 Lampiran 9 Transkrip Berita Siklus II………. 124 Lampiran 10 Pedoman Jurnal Siswa Siklus I dan II……….. 127 Lampiran 11 Pedoman Jurnal Guru Siklus I dan II………... 128 Lampiran 12 Daftar Nilai Siswa VIIIC SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta (data awal)……… 129 Lampiran 13 Pedoman Wawancara Guru Bahasa Indonesia SMP

Pangudi Luhur 1 Yogyakarta………... 131 Lampiran 14 Daftar Hadir Siswa Kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta ……….. 132

Lampiran 15 Nilai Siswa Siklus I……….. 133 Lampiran 16 Nilai Siswa Siklus II……… 135 Lampiran 17 Nilai Kuis Siklus I……… 137 Lampiran 18 Nilai Kuis Siklus II……….. 139 Lampiran 19 Penentuan Kelompok Bintang Siklus I……… 141 Lampiran 20 Penentuan Kelompok Bintang Siklus II……….. 142 Lampiran 21 Penilaian Aspek Keterlibatan Siswa Siklus I…………... 143 Lampiran 22 Penilaian Aspek Keterlibatan Siswa Siklus II………….. 145 Lampiran 23 Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian di SMP Pangudi

Luhur 1 Yogyakarta………. 147

(23)

xx

Lampiran 25 Contoh Hasil Diskusi Kelompok Siswa Siklus II……… 149 Lampiran 26 Contoh Hasil Kuis Siklus I………... 150 Lampiran 27 Contoh Hasil Kuis Siklus II………. 151 Lampiran 28 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I……….. 152 Lampiran 29 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II……… 154 Lampiran 30 Contoh Hasil Jurnal Guru Siklus I………... 156 Lampiran 31 Contoh Hasil Jurnal Guru Siklus II……….. 157 Lampiran 32 Hasil Uji T Sampel Berpasangan I... 158 Lampiran 33 Hasil Uji T Sampel Berpasangan II... 159 Lampiran 34 Lembar Observasi Keterlibatan Siswa Siklus I 160 Lampiran 35 Lembar Observasi Keterlibatan Siswa Siklus II 162 Lampiran 36 Catatan Observasi Terbuka untuk Mengobservasi Siswa

dan Guru

164

(24)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Jenis keterampilan berbahasa ada empat, yaitu: keterampilan menyimak

(listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca

(reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Manusia dengan kondisi fisik yang sempurna membutuhkan empat keterampilan itu dalam kehidupan sehari-hari. Setiap keterampilan itu saling berkaitan satu dengan yang lain. Keterampilan berbahasa itu dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara praktik dan banyak latihan. Setiap keterampilan itu erat kaitannya dengan proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin cerah dan jelas pikiran seseorang, semakin terampil pula dalam berbahasa. Melatih keterampilan berbahasa berarti melatih pula keterampilan berpikir (Tarigan, 2008:2—3).

(25)

yang dilakukan oleh Paul T.Rankin (1929, Tarigan,2008:139) bahwa kebanyakan orang dari berbagai pekerjaan dan jabatan menggunakan waktu untuk menyimak sebanyak 45%, untuk berbicara 30%, untuk membaca 16% dan untuk menulis 9%. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kegiatan menyimak mempunyai peran yang penting dalam kehidupan manusia di masyarakat.

(26)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru, rendahnya hasil pembelajaran menyimak berita pada siswa kelas VIII C disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) jumlah siswa dalam satu kelas yang terlalu banyak, (2) bahan ajar yang berupa materi simakan yang dimiliki guru terbatas, (3) metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum inovatif. Berdasarkan faktor-faktor tersebut,timbul pemikiran peneliti untuk berupaya meningkatkan keterampilan menyimak siswa dengan menerapkan metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam pembelajaran. Peneliti mengambil objek keterampilan menyimak berita karena guru mengeluhkan bahwa menyimak berita masih rendah khususnya aspek bagaimana.

(27)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut. “Bagaimanakah peningkatan keterampilan menyimak berita pada siswa kelas VIII C menggunakan metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) ?”

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan menyimak berita pada siswa kelas VIII C setelah mengalami proses pembelajaran menggunakan metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD).

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. Adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut.

a. Manfaat Teoretis

(28)

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi siswa, guru, sekolah, dan peneliti lain.

1. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa mengatasi kesulitan dalam memahami unsur-unsur berita, khususnya aspek “bagaimana”. Hasil belajar siswa pada pembelajaran menyimak khususnya menyimak berita diharapkan meningkat dengan menerapkan metode pembelajaran yang lebih inovatif, yaitu menggunakan metode kooperatif tipe STAD.

2. Bagi Guru

Penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif upaya meningkatkan keterampilan menyimak berita siswa. Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk memperbaiki metode dan teknik mengajar yang selama ini telah digunakan sehingga tercipta pembelajaran yang menarik.

3. Bagi Sekolah

(29)

4. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat memperkaya wawasan mengenai penerapan metode kooperatif tipe STAD sebagai upaya meningkatkan keterampilan menyimak siswa. Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan bahan perbandingan dan relevansi terhadap penelitian yang relevan.

1.5Batasan Istilah

Ada beberapa istilah dalam penelitian ini yang perlu diberi batasan, yaitu sebagai berikut.

1. Keterampilan Menyimak

Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 2008:31).

2. Berita

(30)

3. Metode Kooperatif

Metode kooperatif adalah metode pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010:37).

4. Tipe STAD

Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah metode pembelajaran kooperatif untuk pengelompokan kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggungjawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota (Suyatno, 2009:52).

5. Penelitian Tindakan Kelas

(31)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yang peneliti temukan ada tiga, yaitu: Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh Sutrisnani (2001), Suci Rahmawati (2007), dan Leni Wijayanti (2011).

Penelitian Sutrisnani (2001) berjudul “Penggunaan Metode STAD dalam Meningkatkan Pembelajaran bahasa Indonesia pada Siswa SMK Negeri 1

Surabaya”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan

pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa SMK N 1 Surabaya dengan menerapkan metode STAD. Penelitian ini dilakukan melalui dua siklus.Hasil penelitian menunjukkan peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I nilai rata-rata siswa 71,37 dengan nilai terendah 64 dan pada siklus ke II nilai rata-rata siswa 76,32 dengan nilai terendah 70. Adapun batas nilai ketuntasan yang ditetapkan oleh guru adalah 65. Penelitian yang dilakukan oleh Sutrisnani relevan dengan penelitian ini dalam hal metode yang digunakan yaitu menggunakan STAD. Perbedaannya terletak pada subjek penelitian. Subjek penelitian yang diteliti oleh Sutrisnani adalah siswa SMK, sedangkan subjek penelitian ini adalah siswa SMP.

(32)

an ini untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan menyimak berita menggunakan media audiovisual dan teknik dengar-jawab. Penelitian ini bermanfaat membantu siswa mengatasi kesulitan pembelajaran khususnya menyimak berita, memotivasi siswa untuk belajar, dan melatih siswa melakukan kegiatan menyimak secara intensif dan efektif.

Penelitian ini terdiri atas dua siklus.Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pada setiap siklus.Pada pratindakan siklus I dan siklus II terlihat adanya peningkatan nilai rata-rata sebesar 62,9%. Selain itu, terjadi peningkatan perubahan perilaku siswa ke arah positif. Hal itu terlihat pada keaktifan siswa dan keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran menyimak berita. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu pada bidang kajian yang berupa keterampilan menyimak berita. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah pada metode yang digunakan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode dengar-jawab serta memanfaatkan media audiovisual.

Penelitian Leni Wijayanti (2011) berjudul “Peningkatan Keterampilan

(33)

media audiovisual, mendeskripsikan peningkatan keterampilan menyimak berita siswa dengan metode integratif dan teknik permainan ingatan menggunakan media audiovisual, dan mendeskripsikan perubahan tingkah laku siswa.

Penelitian ini terdiri atas tiga siklus, yaitu: prasiklus, siklus I, dan siklus II. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pada setiap siklus. Nilai rata-rata kumulatif pada saat prasiklus mencapai 49,56 dengan kategori kurang. Nilai rata-rata kumulatif siklus I mengalami peningkatan mencapai 66,43 dengan kategori cukup. Pada siklus II, nilai rata-rata kumulatif mengalami peningkatan menjadi 77,13 dengan kategori baik. Hal ini berarti terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 10,7 poin atau 16,19%. Selain itu, peningkatan perilaku siswa ke arah positif juga ditunjukkan dari setiap siklus.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti kali ini berjudul “Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita Menggunakan Metode Kooperatif Tipe Student Teams Achievent Divisions (STAD)” masih relevan untuk diteliti.Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sebelumnya. Metode STAD mengutamakan kemampuan siswa dalam kelompok untuk saling membantu dan mengarahkan jika ada anggota kelompok yang belum mengerti akan materi yang sedang dibahas. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas kelompoknya, karena prestasi kelompok ditentukan dari hasil kuis.

2.2Kajian Teori

(34)

VIII SMP, metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions

(STAD).Paparan mengenai teori-teori tersebut adalah sebagai berikut.

2.2.1 Keterampilan Menyimak

Keterampilan berbahasa terdiri atas keterampilan menyimak (listening skills), berbicara (speaking skills), membaca (reading skills), dan menulis (writing skills).Keterampilan menyimak dimiliki manusia sejak kecil. Keterampilan menyimak dimiliki manusia jika manusia dilahirkan tidak dalam keadaaan disfungsional alat pendengaran. Berikut ini akan dipaparkan mengenai pengertian menyimak, tujuan menyimak dan ragam menyimak.

2.2.1.1Pengertian Menyimak

Menyimak adalah suatu proses atau kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan untuk memperoleh informasi, menanggapi isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi seseorang melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 2008). Dengan demikian, menyimak adalah suatu keterampilan berbahasa yang diperoleh dengan cara mendengarkan lambang-lambang bunyi atau ujaran seseorang agar diperoleh informasi serta dapat menangkap maksud atau makna dari sebuah komunikasi atau ujaran.

2.2.1.2Tujuan Menyimak

(35)

simakan, (3) agar dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, ataupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat, (4) agar dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat, (5) untuk menikmati, (6) agar dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, (7) untuk meyakinkan, dan (8) untuk belajar” (Tarigan, 2008:59).

Kegiatan menyimak memiliki tujuan umum dan khusus. Tujuan umum menyimak adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan pembicara melalui ujaran. Selain terdapat tujuan umum, terdapat pula tujuan khusus menyimak yang dapat menyebabkan aneka ragam menyimak (Tarigan, 2008). Tarigan (2008:37) dalam bukunya “Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa”, menyimak dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu: menyimak ekstensif (extensive listening) dan menyimak intensif (intensive listening). Adapun penjelasan dari menyimak ektensif dan menyimak intensif dibahas dalam subbab selanjutnya.

2.2.1.3Jenis-Jenis Menyimak

(36)

menyimak dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) participatory and passive listening,

(2) surface and depth listening serta (3) activeand inactive listening. Hermawan (2012: 43—47) dalam bukunya yang berjudul “Menyimak Keterampilan Berkomunikasi yang Terabaikan” mengklasifikasikan menyimak menjadi tiga,

yaitu: (1) menyimak secara pasif, (2) kritis, dan (3) aktif.Tarigan, (2008: 37—59) mengklasifikasikan menyimak menjadi dua jenis, yaitu menyimak ekstensif dan menyimak intensif. Menyimak ekstensif ialah kegiatan menyimak yang tidak memerlukan perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak hanya memahami seluruh secara garis besarnya saja. Macam menyimak ekstensif adalah sebagai berikut.

a) Menyimak sosial

Menyimak sosial (social listening) adalah menyimak yang terjadi dalam situasi-situasi sosial secara sopan santun dengan suatu maksud (Tarigan, 2008).

b) Menyimak sekunder

Menyimak sekunder (secondary listening) adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan (casual listening) dan secara ekstensif (extensive listening) (Tarigan, 2008).

c) Menyimak estetik

Menyimak estetik (aesthetic listening) atau menyimak apresiatif

(37)

d) Menyimak pasif

Menyimak pasif (passive listening) adalah menyimak tanpa sengaja suatu percakapan atau obrolan yang biasanya menandai pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai suatu bahasa (Tarigan, 2008).

Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam.Macam menyimak intensif adalah sebagai berikut.

a) Menyimak kritis

Menyimak kritis (critical listening) adalah menyimak yang berupa pencarian kesalahan atau kekeliruan, atau butir-butir baik dan benar dari ujaan seorang pembicara dengan alasan kuat yang dapat diterima oleh akal sehat (Tarigan, 2008:46).

b)Menyimak konsentratif

Menyimak konsentratif (concentrative listening) atau sering disebuta study-type listening atau menyimak sejenis telaah, menurut Anderson (dalam Tarigan, 2008).

c) Menyimak kreatif

(38)

d)Menyimak eksploratif

Menyimak eksploratif (explorative listening) adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit (Tarigan, 2008:51).

e) Menyimak interogatif

Menyimak interogatif (interrogative learning) adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara karena penyimak akan mengajukan banyak pertanyaan (Tarigan, 2008:52).

f) Menyimak selektif.

Menyimak selektif merupakan kegiatan menyimak untuk melengkapi menyimak pasif. Menyimak selektif biasanya digunakan untuk mempelajari unsur ketatabahasaan (Tarigan,2008).

(39)

rekaman berita. Kegiatan ini termasuk menyimak aktif karena dalam menyimak aktif, penyimak harus memahami dan mengingat apa yang didengar untuk dapat memberikan kesan positif terhadap hal apa yang telah didengar.

2.2.2 Berita

Suatu wacana dapat dikatakan sebagai berita apabila terdapat unsur 5W+1H, yaitu: What (apa), Who (siapa), Where (di mana), When (kapan), Why

(mengapa), dan How (bagaimana). Unsur 5W+1H harus melekat dalam setiap penulisan berita, tujuannya agar penyajian suatu informasi menjadi lengkap dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para pembaca atau pendengar atau pemirsa televisi (Iskandar, 2003:56). Berita ada beragam jenis/macamnya. Adapun pengertian, jenis/macam berita, dan unsur berita akan dibahas sebagai berikut.

2.2.2.1Pengertian Berita

(40)

terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui surat kabar, radio, televisi, atau media online internet (Sumadiria, 2008).

“Berita adalah laporan peristiwa yang di dalamnya terkandung empat hal (cepat atau aktual, nyata atau faktual, penting dan menarik), karena tidak semua berita layak untuk dilaporkan” (M. Romli, 2006:6). “Berita adalah suatu laporan yang hangat, padat, akurat, mengenai suatu kejadian atau peristiwa, bukan peristiwa atau kejadiannya itu sendiri” (Wiharyanto, 2005:3). “Berita adalah laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang menarik perhatian orang banyak” (Suhandang, 2004:103). “Berita adalah laporan informasi penting yang baru/telah terjadi dan menarik perhatian publik yang mencerminkan hasil kerja wartawan dan tugas jurnalistik” (Yunus, 2010:47).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas tentang pengertian berita, peneliti menyimpulkan bahwa berita adalah laporan peristiwa yang hangat, aktual, faktual, menarik, dan penting bagi orang lain baik melalui media cetak maupun melalui media online.

2.2.2.2Macam-Macam Berita

Berita ada beraneka ragam jenisnya. Macam-macam berita antara lain dibedakan berdasarkan sifat kejadian dan berdasarkan soal atau masalah yang dicakupinya (Wiharyanto, 2005) .

a. Macam berita berdasarkan sifat kejadian

(41)

1) Berita yang diduga, yakni berita-berita yang sudah diduga akan terjadi. Misalnya: berita mengenai perayaan hari nasional atau hari internasional (HUT Kemerdekaan, hari PBB, dan lain-lain).

2) Berita yang tidak diduga, yakni berita yang kejadiannya tidak terduga sama sekali, yang terjadi secara sekonyong-konyong. Misalnya: kebakaran, kecelakaan, gempa bumi, gelombang tsunami, pembunuhan misterius, atau pembunuhan terhadap orang terkenal.

b. Macam berita berdasarkan soal atau masalah yang dicakupnya

Berdasarkan soal atau masalah yang dicakupnya, macam berita dibedakan menjadi tujuh, yaitu sebagai berikut.

1) Berita politik, yakni berita yang mengulas masalah kenegaraan, sejak dari diplomasi internasional, pemilihan umum, dan krisis-krisis kabinet, serta masalah-masalah politik yang timbul di daerah, seperti: masalah pilkadal (pemilihan kepala daerah secara langsung).

2) Berita ekonomi, yakni berita yang mengulas masalah perdagangan, perindustrian, perbankan, perburuhan, catatan harga pasar, bursa, dll. 3) Berita kejahatan, yakni berita yang mengulas segala kejadian yang

melanggar peraturan dan undang-undang negara. Misalnya: pembunuhan, penodongan, pencopetan, pencurian, perampokan, perkosaan, dll.

(42)

5) Berita olahraga, yakni berita yang mengulas seluruh kejadian olah raga, misalnya: berita sepak bola, atletik, renang, senam, polo air, dll.

6) Berita militer, yakni berita yang mengulas peristiwa perang atau pemberontakan atau kegawatan yang dialami suatu negara.

7) Berita ilmiah, yakni berita yang mengulas segala kemajuan ilmu pengetahuan, baik berupa penemuan-penemuan baru, teori-teori baru, perbaikan cara kerja baru, hasil riset, hasil survei, pertemuan-pertemuan ahli-ahli ilmu pengetahuan, simposium, dan lain sebagainya.

Berita yang digunakan dalam penelitian ini adalah berita kebakaran, berita kejahatan, berita yang tidak di duga, berita yang diduga.Jumlah berita yang digunakan untuk kegiatan menyimak dalam penelitian ini ada tujuh.

2.2.2.3Unsur-Unsur Berita

Suatu wacana dapat dikatakan sebagai berita apabila terdapat unsur 5W+1H, yaitu: What (apa), Who (siapa), Where (dimana), When (kapan), Why

(mengapa) dan How (bagaimana). Unsur 5W+1H harus melekat dalam setiap penulisan berita, tujuannya agar penyajian suatu informasi menjadi lengkap dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pembaca atau pendengar atau pemirsa televisi (Iskandar, 2003:56). Unsur berita ada lima, biasa disebut 5W+1H yaitu:

What (apa), Who (siapa), Where (dimana), When (kapan), Why (mengapa) dan

(43)

a. Who (siapa): berita harus mengandung unsur “siapa”. Berita harus mengandung sumber yang jelas. “Siapa” bisa mengacu pada individu,

kelompok, atau lembaga.

b. What (apa): berita harus mengandung hal yang menjadi topik berita tersebut. Jika menyangkut suatu peristiwa atau kejadian, yang menjadi “apa” adalah kejadian atau peristiwa itu.

c. Where (di mana): berita harus menunjuk tempat kejadian; “di mana”

terjadinya kejadian atau fakta itu.

d. When(kapan): “kapan” terjadinya peristiwa tersebut.

e. Why (mengapa): kelengkapan unsur berita harus dapat menjelaskan “mengapa” peristiwa itu sampai terjadi. Hal ini bertujuan untuk memenuhi

rasa ingin tahu pembaca.

f. How (bagaimana): “bagaimana” terjadinya suatu peristiwa.

2.2.3 Kurikulum Pembelajaran Menyimak BSI Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP)

2.2.3.1Pengertian Kurikulum

Pengertian kurikulum yang terdapat dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 19, bahwa kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Muslich, 2007:1).

(44)

penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah (Muslich, 2010:10). Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) “KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan” (Sanjaya, 2009:128).

KTSP disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Muslich, 2010: 1).

Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2006/2007 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah, sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), (BSNP, 2006). Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri.

2.2.3.2Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki karakteristik. Karakteristik KTSP ada empat, yaitu sebagai berikut.

(45)

kemampuan siswa menguasai materi pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari sistem kelulusan yang ditentukan oleh standar minimal penguasaan isi pelajaran seperti yang diukur dari hasil Ujian Nasional.

b. KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan individu. Hal ini dapat dilihat dari prinsip-prinsip pembelajaran dalam KTSP yang menekankan pada aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran melalui berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran yang disarankan, misalnya melalui CTL, inquiri, pembelajaran portofolio, dan lain sebagainya.

c. KTSP adalah kurikulum yang mengakses kepentingan daerah. Hal ini tampak pada salah satu prinsip KTSP, yakni berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, KTSP adalah kurikulum yang dikembangkan oleh daerah. d. KTSP merupakan kurikulum teknologis. Hal ini dapat dilihat dari adanya

standar kompetensi, kompetensi dasar, kemudian dijabarkan menjadi indikator hasil belajar, yakni sejumlah perilaku yang terukur sebagai bahan penilaian (Sanjaya, 2009).

2.2.3.3Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

(46)

kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan “(Sanjaya, 2009:132). Adapun tujuan khusus ditetapkan KTSP menurut adalah sebagai berikut.

a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.

b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antarsatuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai (Sanjaya, 2009:132).

2.2.3.4Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dalam Pembelajaran Menyimak BSI Kelas VIII SMP

“KTSP memiliki komponen, yaitu: tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)” (Muslich, 2010:12). “Pelaksanaan KTSP mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan 23 Tahun 2006 tentang pelaksanaan SI dan SKL” (Muslich, 2010:9).

(47)

hanya dua dari delapan standar yang telah disahkan oleh Mendiknas, yaitu standar isi dan standar kompetensi lulusan (Mulyasa, 2007).

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu (Mulyasa, 2007:45).

“Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal, dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar Isi memuat kerangka dasar, struktur kurikulum, beban belajar, KTSP, dan kalender pendidikan atau akademik” (Mulyasa, 2007:45).

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan (Mulyasa, 2007: 91).

Untuk mencapai SKL suatu mata pelajaran dapat dilihat melalui sebaran materi pelajaran yang dijabarkan berdasarkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP maupun di SMA diarahkan agar siswa menguasai dengan baik aspek keterampilan berbahasa yang diintegrasikan dengan kemampuan kebahasaan dan bersastra (Nurbaya, Siti dan Nurhadi, 2011).

(48)
[image:48.595.103.508.293.583.2]

menyimak aspek kemampuan bersastra. Kemudian dari 12 standar kompetensi tersebut, dijabarkan ke dalam 24 kompetensi dasar aspek kemampuan berbahasa dan 24 kompetensi dasar aspek kemampuan bersastra. Pada penelitian ini peneliti akan mengembangkan aspek menyimak dengan mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar kelas VIII SMP. Berikut ini adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar aspek menyimak kelas VIII semester 2 jenjang pendidikan SMP/MTs yang digunakan peneliti dalam penelitian.

Tabel 2.1 Kriteria Standar Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia Kelas VIII Kelas VIII, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 9. Memahami isi berita dari radio/

televisi.

9.1 Menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana) yang didengar dan atau ditonton melalui radio/televisi.

(Kurikulum 2006) 2.2.4 Metode KooperatifTipe Student Teams Achievement Divisions(STAD) 2.2.4.1 Pengertian Metode Kooperatif

(49)

Pembuatan kelompok-kelompok kecil dalam belajar juga merupakan suatu cara untuk membuat siswa lebih komunikatif dengan siswa lain di dalam kelompok.Siswa dapat saling membantu antar anggota kelompoknya.

2.2.4.2 Karakteristik Metode Kooperatif

Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif ada empat menurut yaitu: (a) pembelajaran secara tim, (b) didasarkan pada manajemen kooperatif, (c) kemauan untuk bekerja sama, dan (d) keterampilan bekerja sama (Rusman, 2011). Penjelasan mengenai karakteristik metode kooperatif adalah sebagai berikut.

(a) Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

(b) Didasarkan pada manajemen kooperatif

Manajemen dalam pembelajaran kooperatif memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai berikut.

(50)

kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran menggunakan metode kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.

(c) Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran menggunakan metode kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh karena itu, prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

(d) Keterampilan bekerja sama

Pembelajaran kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerja sama dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah. Pembelajaran menggunakan metode kooperatif memiliki ciri, yaitu struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong dan atau dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasi usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.

(51)

a. Penjelasan materi

Pada tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.

b. Belajar kelompok

Tahap ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi.Siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

c. Penilaian

Penilaian dalam pembelajaran menggunakan metode kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu maupun kelompok.

d. Pengakuan tim

Pengakuan timadalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim yang paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi menjadi lebih baik lagi (Rusman, 2011).

Menurut Suyatno (2009:51—52), langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode kooperatif adalah sebagai berikut.

a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. b. Menyajikan informasi.

c. Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar. d. Membimbing kelompok belajar dan bekerja.

(52)

f. Memberikan penghargaan.

Dari kedua pendapat itu, penulis menyimpulkan langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode kooperatif sebenarnya ada empat, yaitu sebagai berikut.

(1) Penjelasan materi berupa penyampaian informasi mengenai tujuan pembelajaran serta memotivasi siswa.

(2) Mengorganisasi siswa membentuk kelompok. (3) Penilaian.

(4) Pemberian penghargaan.

2.2.4.4 Kelebihan dan Kelemahan Metode Kooperatif

Ada beberapa kelebihan dan kelemahan metode kooperatif. Penjelasan kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.

Ada delapan kelebihan pembelajaran menggunakan metode kooperatif, yaitu sebagai berikut.

1. Siswa tidak terlalu bergantung kepada guru, melainkan dapat menumbuhkan kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa lain.

2. Siswa dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan idea tau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide orang lain. 3. Metode ini dapat membantu anak untuk peduli terhadap orang lain dan

(53)

4. Metode ini dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

5. Metode ini merupakan strategi yang ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage

waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.

6. Melalui metode ini, dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

7. Metode ini dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

Selain metode kooperatif ini memiliki kelebihan, metode ini juga memiliki kelemahan. Ada lima kelemahan metode kooperatif, yaitu sebagai berikut.

1. Memerlukan waktu untuk memahami metode kooperatif ini.

(54)

3. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran menggunakan metode kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok.

4. Keberhasilan penggunaan metode kooperatif ini memerlukan waktu yang cukup panjang.

5. Sulitnya membangun rasa percaya diri dan bekerja sama dalam pembelajaran menggunakan metode kooperatif masih susah (Sanjaya, 2008).

2.2.4.5 Jenis Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif ada beberapa jenis model.Menurut Rusman, (2011) ada enam model pembelajaran kooperatif, yaitu (1) model STAD, (2) jigsaw, (3) Investigasi Kelompok (GI), (4) model Make a Match (Membuat Pasangan), (5) TGT (Teams Games Turnaments), (6) model struktural.Adapun penjelasan dari masing-masing model kooperatif tersebut adalah sebagai berikut.

(1) Model STAD

(55)

(2) Jigsaw

Pembelajaran kooperatif model jigsaw, yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama. Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil.Selanjutnya, guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.Masing-masing dalam kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang.

Dalam model kooperatif jigsaw ini, siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompokknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain.

(3) Investigasi Kelompok(Group Investigation)

(56)

laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe GI adalah sebagai berikut.

a. Membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 5 siswa.

b. Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis.

c. Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.

(4) Model Make a Match (Membuat Pasangan)

Model Make a Match (membuat pasangan) dikembangkan oleh Lorna Curran. Keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.Adapun langkah-langkah pembelajaran menggunakan model ini adalah sebagai berikut.

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban).

b. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

c. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban).

(57)

e. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

f.Kesimpulan.

(5) Model TGT (Teams Games Tournaments)

Menurut Slavin, pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri atas lima tahap, yaitu: (a) tahap penyajian kelas (class presentation), (b) belajar dalam kelompok

(teams), (c) permainan (games), (d) pertandingan (tournament), dan (e) penghargaan kelompok (team recognition). Adapun ciri-ciri model kooperatif

tipe TGT adalah siswa bekerja dalam kelompok kecil, games tournament, dan penghargaan kelompok.

(6) Model Struktural

Ada beberapa pendapat yang mengemukakan komponen dalam pembelajaran kooperatif model structural. (Spencer dan Miguel Kagan (2009) dalam Rusman), mengemukakan bahwa ada enam komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe pendekatan struktural, yaitu: (a) struktur dan konstruk yang berkaitan, (b) prinsip-prinsip dasar, (c) pembentukan kelompok dan pembentukan kelas, (d) kelompok, (e) tata kelola, dan (f) keterampilan sosial.

2.2.4.6 Student Teams Achievement Divisions (STAD)

(58)

pendidikan, mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi. STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif (Slavin, 2009).

Strategi atau siklus pelaksanaan STAD ada beberapa tahap. Menurut Suyatno (2009:52), strategi atau siklus pelaksanaan STAD yaitu sebagai berikut. (1) Mengarahkan siswa untuk bergabung ke dalam kelompok.

(2) Membuat kelompok heterogen (4—5 orang).

(3) Mendiskusikan bahan belajar/LKS/modul secara kolaboratif.

(4) Mempresentasikan hasil kerja kelompok sehingga terjadi diskusi kelas. (5) Mengadakan kuis individual dan membuat skor perkembangan tiap siswa

atau kelompok.

(6) Mengumumkan rekor tim dan individual. (7) Memberikan penghargaan.

Menurut Slavin (2005:143—146), STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu: presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.

(1) Presentasi kelas

(59)

presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka dalam mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.

(2) Tim

Tim terdiri atas empat atau lima siswa yang heterogen. Fungsi utama tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk tiap anggotanya.

(3) Kuis

Siswa mengerjakan kuis individual sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim. Siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Oleh karena itu, setiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya

(4) Skor kemajuan individual

(60)

kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.

(5) Rekognisi tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

[image:60.595.101.519.319.599.2]

Adapun langkah membuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok adalah dengan cara menghitung skor individu dan skor kelompok. Skor individu diperoleh bagi siswa berdasarkan hasil kuis mereka (presentase yang benar) melampaui skor awal mereka (Slavin, 2008).

Tabel 2.2 Kriteria Skor Kuis dan Poin Kemajuan

No. Skor kuis Poin Kemajuan

1. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

2. 10—1 poin di bawah skor awal 10

3. Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20

4. Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

5. Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30

(61)

(1) Catatlah tiap poin kemajuan semua anggota tim pada lembar rangkuman tim dan bagilah jumlah total poin kemajuan seluruh anggota tim dengan jumlah anggota tim yang hadir.

[image:61.595.98.518.245.590.2]

(2) Bulatkan semua pecahan.

Tabel 2.3 Skor tim atau kelompok

No. Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan

1. 15 Tim Baik

2. 16 Tim Sangat Baik

3. 17 Tim Super

2.3Kerangka Berpikir

Menyimak merupakan keterampilan berbahasa dengan mendengarkan lambang-lambang bunyi agar diperoleh informasi serta dapat menangkap maksud serta makna dari sebuah komunikasi atau ujaran. Kegiatan menyimak terkadang dianggap hal yang biasa oleh siswa karena keterampilan menyimak sudah ada dalam diri setiap siswa sejak kecil. Oleh karena itu, pembelajaan menyimak di sekolah banyak mengalami kendala dan keprihatinan karena hasil belajar siswa yang rendah.

(62)

kemampuan kebahasaan dan bersastra. Ada 12 standar kompetensi keterampilan menyimak yang ditetapkan (Standar Isi KTSP, 2006). Ke-12 standar kompetensi itu harus dikuasai siswa dalam kemampuan berbahasa dan bersastra. Subaspek kemampuan menyimak terbagi dalam 6 standar kompetensi aspek kemampuan berbahasa dan 6 standar kompetensi aspek kemampuan bersastra. Dari 12 standar kompetensi dijabarkan ke dalam 24 kompetensi dasar kemampuan menyimak aspek kemampuan berbahasa dikembangkan demikian halnya ada 24 kompetensi dasar aspek kemampuan bersastra.

Pembelajaran yang inovatif kiranya dapat meningkatkan kemampuan menyimak siswa. Metode yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan menyimak adalah metode kooperatif.

Metode kooperatif dimaknai sebagai serangkaian aktivitas pembelajaran yangdiorganisasikan sedemikian rupa sehingga pembelajaran tersebut difokuskan pada pertukaran informasi terstruktur antarpembelajar dalam grup yang bersifat sosial dan masing-masing pembelajar bertanggung jawab penuh atas pembelajaran yang mereka jalani (Kagan dalam Widharyanto, dkk. 2003:20).

(63)

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penggunaan Metode Kooperatif Tipe STAD Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Menyimak

2.4Hipotesis Tindakan

“Hipotesis tindakan merupakan suatu jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi, sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui PTK” (Mulyasa, 2009:63).mHipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Penggunaan metode kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keterampilan

menyimak berita pada siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012”.

Jenis Model Metode Kooperatif Jenis-Jenis Menyimak

Tipe STSD.

Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita Menggunakan Metode Kooperatif Tipe STAD

Kurikulum Pembelajaran Menyimak BSI Kelas VIII SMP

Keterampilan Menyimak Metode Kooperatif

Pengertian Berita, Macam, dan Unsurnya

(64)

41 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

“Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu penelitian

tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran

di kelas” (Kusnandar, 2008:45). PTK termasuk penelitian kualitatif meskipun data yang dikumpulkan bisa bersifat kuantitatif, di mana uraiannya bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata, peneliti merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data, proses sama pentingnya dengan produk. “Perhatian peneliti diarahkan kepada pemahaman bagaimana berlangsungnya suatu kejadian atau efek dari suatu tindakan”Rochiati (dalam Kusnandar, 2008:46).

3.2Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Jl. Timoho II/29 Yogyakarta. Waktu pelaksanaannya, yaitu tanggal 4 Mei 2012, 11 Mei 2012, 18 Mei 2012, dan 21 Mei 2012. Adapun penulisan hasil laporan penelitian dilakukan selama semester genap tahun ajaran 2011/2012.

3.3 SubyekPenelitian

(65)

3.4Desain Penelitian

[image:65.595.102.500.269.717.2]

Penelitian ini menerapkan model Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian ini, setiap siklus terdiri atas empat komponen atau tahap.“Keempat komponen itu, yaitu: (1) perencanaan, (2) aksi/tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Sesudah satu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian dilakukan perbaikan perencanaan pada siklus berikutnya, demikian seterusnya, atau dengan beberapa kali siklus” (Taniredja, 2011:23). Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Mc. Taggart

siklus 1

siklus 2 Refleksi

P

ere

nc

an

aa

n

Observasi

P

erba

ikanPer

enc

an

a

an

Tindakan

Refleksi

Observasi

(66)

3.5Tahap-Tahap Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan dua siklus. Namun, jika tujuan penelitian masih belum bisa tercapai, tentu saja perlu dilakukan tindakan-tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Tiap siklus terdiri atas empat komponen atau empat tahapan, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

1. Perencanaan

(67)

2.Tindakan

Tindakan penelitian adalah pelaksanaan dari rencana yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan yang dilakukan adalah pembelajaran menyimak berita menggunakan metode kooperatif tipe STAD. Tindakan dilakukan dalam tiga kegiatan, yaitu: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Kegiatan awal adalah kegiatan untuk memancing pengetahuan siswa tentang keterampilan menyimak berita dengan memberi pertanyaan seputar berita yang sedang hangat diberitakan akhir-akhir ini. Selain itu, guru juga menyajikan presentasi mengenai metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran menyimak berita kali ini, yaitu metode kooperatif tipe STAD yang merupakan hal baru bagi siswa.

Kegiatan inti adalah kegiatan pelaksanaan pembelajaran menyimak berita.Selama kegiatan berlangsung, siswa diminta untuk membentuk kelompok yang terdiri atas 4—5 orang, kemudian siswa diminta untuk menyimak berita dengan baik. Setelah itu, mereka diminta untuk menjawab pertanyaan 5W+1H dalam kelompok. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab terhadap kemajuan kelompoknya, karena setelah diadakan diskusi kelompok, pada akhirnya guru akan mengadakan kuis. Saat mengerjakan kuis, siswa tidak boleh saling menyontek. Hasil kuis tiap siswa menentukan prestasi kelompok nantinya.

(68)

kelebihan apa yang ditemukan selama proses pembelajaran menyimak berita berlangsung.

3. Observasi

Pada tahap observasi ini, peneliti mengamati kegiatan siswa selama pembelajaran menyimak berlangsung. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar pedoman observasi siswa. Aspek-aspek yang diobservasi meliputi: (1) keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat, (2) keaktifan/peran serta dalam proses pembelajaran, (3) menghargai pendapat teman, (4) kerjasama dalam kelompok, (5) kemampuan memecahkan masalah. Dalam praktik observasi ini, peneliti memberikan tanda check list ( √ ) pada pedoman observasi yang telah

disiapkan.

(69)

4.Refleksi

Setelah pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi, yaitu analisis terhadap hasil tes, hasil observasi, dan hasil jurnal. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, kelebihan dan kekurangan materi menyimak berita, tindakan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dan tindakan-tindakan yang dilakukan peneliti selama proses pembelajaran. Refleksi yang dilakukan pada siklus I digunakan untuk menentukan langkah tindakan yang harus diambil pada siklus II.

3.6 Prosedur Tindakan Pada Siklus I

Prosedur tindakan pada penelitian siklus I terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini, peneliti mempersiapkan proses pembelajaran menyimak berita yang dilakukan menggunakan metode kooperatif tipe STAD. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti bersama guru bahasa Indonesia sebelum pelaksanaan tindakan di kelas antara lain adalah: (1) menyusun RPP, (2) menyiapkan bahan materi si

Gambar

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia
Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Mc . Taggart…………………. 42
Tabel 2.1 Kriteria Standar Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia Kelas VIII
Tabel 2.2  Kriteria Skor Kuis dan Poin Kemajuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

DISAMPIKAN PADA HOSPITAL EXPO INDONESIA, 21 OKTOBER 2016 2... PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia/Indonesian Hospital Association) established in April

Tahzi>b al-Tahzi>b adalah salah satu karangan yang disusun sendiri oleh Ibnu Hajar al-Asqala>ni> yang secara khusus membahas tentang biografi periwayat hadis

Divisi dari Partai Liberal yang pada dasarnya mendapat dukungan dari iuran keanggotaan, yaitu dari 8000 anggota di seluruh Australia. Divisi ini

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Seperti kita ketahui bersama bahwa generasi teknologi Telekomunikasi terakihr yang dapat kita gunakan atau rasakan sebagai warga di Indonesia baru hanya sebatas

3) Mengetahui pengaruh pengetahuan ibu mengenai penyakit diare terhadap prevalensi diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sukawama. 4) Mengetahlu pengaruh sikap ibu dalam

(1) fasilitasi, koordinasi, pembinaan dan pengawasan, serta monitoring dan evaluasi pengembangan sarana dan prasarana pelayanan umum pemerintahan di wilayah perbatasan negaraa.