• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan

4. Kurikulum 2013

a. Landasan Teori Kurikulum 2013

Pendidikan merupakan salah satu dari berbagai aspek penting yang dikelola dan dikembangkan oleh sistem pemerintahan, sehingga dapat diketahui bahwa pendidikan sangat dbutuhkan oleh suatu negara. Negara Indonesia terus bekerja keras untuk memajukan setiap aspek-aspek penting di lingkungan masyarakat Indonesia demi mewujudkan kehidupan bangsa yang makmur, adil dan sejahtera. Salah satu dari berbagai aspek kehidupan yang terus diperbaiki adalah sistem pendidikan indonesia. Hal ini seperti yang telah diketahui bahwa berbagai usaha telah dilakukan agar sistem pendidikan dapat terus bergerak maju seiring perkembangan ilmu terknologi, dan kemajuan zaman. Kurikulum merupakan salah satu penentu berjalannya sistem pendidikan yang modern, oleh sebab itu berbagai hal telah dilakukan untuk menciptakan sebuah kurikulum yang sempurna. Fadillah (2014: 13) menjelaskan

bahwa kurikulum merupakan sebuah wadah yang akan menentukan arah pendidikan. Berhasil dan tidaknya sebuah pendidikan sangat bergantung dari kurikulum yang digunakan. Kurikulum adalah ujung tombak bagi terlaksananya pendidikan. Maka dalam rangka memajukan dan menyukseskan pendidikan, kurikulum sangat diperlukan. Seperti yang telah diketahui bahwa Kemendikbud berusaha sekuat tenaga untuk menyusun, mengembangkan, dan menetapkan sebuah kurikulum yang dicetuskan pada tahun 2013/2014. Sampai saat ini kurikulum ini dikenal dengan sebutan kurikulum 2013. Mulyasa (2014: 66) menjelaskan kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pernah diujicobakan pada tahun 2004. Kurikulum KBK dijadikan acuan karena pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.

Fadillah (2014: 16) mengatakan bahwa kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skills dan hard skills yang berupa sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dalam konteks ini juga dijelaskan bahwa kurikulum 2013 berusaha untuk lebih menanam nilai-nilai baik yang tercermin pada sikap dapat berbanding lurus dengan keterampilan yang

37

diperoleh peserta didik. Atau dengan kata lain antara soft skills dan hard skills dapat berkembang secara seimbang, berdampingan, dan mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal yang serupa juga diungkapkan Majid dan Rochman (2014: 9) bahwa kurikulum 2013 diorientasikan agar terjadi peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge). Jadi dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2013 merupakan penyederhanaan dari kurikulum sebelumnya yang dimana pada Kurikulum 2013 diharapkan siswa mampu belajar secara mandiri. Dimana dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung mampu memabantu siswa untuk bersikap kreatif, inovatif, dan produkif sehingga dan intinya mereka dapat menghadapi berbagai persoalan dan tantangan.

b. Rasional elemen perubahan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dimaksudkan untuk melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Dengan kata lain hard skills dan soft skills berjalan secara seimbang dan berjalan secara integratif.

Adapun perubahan-perubahan yang ada dalam Kurikulum 2013 dari kurikulum sebelumnya antara lain adalah

Penyempurnaan standar kompetensi lulusan memperhatikan pengembangan nilai, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu dengan fokus pada pencapaian kompetensi. Pada jenjang pendikan, rumusan empat kompetensi inti (penghayataan dan pengalaman agama, sikap, keterampilan, dan pengetahuan) menjadi landasan pengembangan kompetensi dasar.

2) Perubahan Standar Isi

Perubahan standar isi dari kurikulum sebelumnya yang mengembangkan kompetensi dari mata pelajaran menjadi fokus pada kompetensi yang dikembangkan menjadi mata pelajaran melalui pendekatan tematik- integratif (standar proses).

3) Perubahan Standar proses

Perubahan pada Standar Proses berarti perubahan strategi pembelajaran. Pada standar ini guru diwajibkan merancang dan mengelola proses pembelajaran aktif yang menyenangkan. Peserta didik difasilitasi untuk mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan menciptakan.

4) Peubahan Standar Evaluasi

Penilaian yang mengukur penilaian otentik yang mengukur kompetensi sikap, keterampilan, serta pengetahuan berdasarkan hasil dan proses.

39

c. Prinsip pengembangan Kurikulum 2013

Fadillah (2014: 26) menjelaskan bahwa sebagaimana yang telah disebutkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 815 tahun 2013 tentang implementasi Kurikulum 2013, sebagai berikut.

1) Peningkatan iman, takwa, dan akhlak mulia

Iman, takwa dan akhlak mulia menjadi dasar pembentukkan kepribadian peserta didik secara utuh. 2) Kebutuhan kompetensi masa depan

Kemampuan peserta didik yang diperlukan, yaitu antara lain kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis, dan kreatif dengan mepertimbangkan nilai dan moral Pancasila agar menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab, toleran dalam keberagaman, mampu hidup dalam masyarakat global, memiliki minat luas dalam kehidupan dan kesiapan untuk bekerja, kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya, dan peduli terhadap lingkungan.

3) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserrta didik. Pendidikan merupakan poses sistematik untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Oleh sebab itu kurikulum

disusun sejalan dengan itu, kurikulum memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, spiritual, dan kinestetik peserta didik.

4) Keberagaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan

Daerah memiliki keberagaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan karakteristik lingkungan. Hal ini disebabkan karena dilihat berdasarkan kebutuhan dan potensi dari setiap daerah berbeda. Oleh karena itu, kurikulum perlu memuat keberagaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan daerah.

5) Tuntutan bangunan daerah dan nasional

Dalam era otonomi dan desentralisasi, kurikulum adalah salah satu media pengikat dan pengembang keutuhan bangsa yang dapat mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional.

6) Tuntutan dunia kerja

Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu kurikulum harus memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja.

41

7) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni Seiring berkembangnya zaman kemajuan IPTEKS pun semakin maju sehingga dunia pendikan juga harus melakukan adaptasi dan penyesuaian perkembangan IPTEKS sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu, kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

8) Agama

Kurikulum dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman, takwa, serta akhlak mulia dan tetap memelihara toleransi dan kerukunan umat beragama. Oleh karena itu, muatan kurikulum semua mata pelajaran ikut mendukung peningkatan iman, takwa, dan akhlak mulia.

9) Dinamika perkembangan global

Kurikulum menciptakan kemandirian, baik pada individu maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia digerakkan oleh pasar bebas.

10) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

Kurikulum diharapkan mampu membangun karakter dan wawasan kebangsaan peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI). Oleh karena itu, kurikulum harus menumbuhkembangkan wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI.

11) Kondisi sosial budaya masyarakat setempat

Kurikulum diperhatikan dengan memerhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keberagaman budaya. Penghayatan dan apresiasi setempat dipelajari lebih dahulu sebelum, siswa diperkenalkan dengan kebudayaan daerah lain. 12) Kesetaraan gender

Kurikulum diarahkan kepada pengembangan sikap dan perilaku yang berkeadilan dengan memerhatikan kesetaraan gender.

13) Karakteristik satuan pendidikan

Kuurikulum dikembangkan sesuai dengan kondisi dan ciri khas satuan pendidik.

d. Pendekatan saintifik

1) Pengertian pendekatan saintifik

Fadillah (2014: 175) menjelaskan bahwa pendekatan saintifik ialah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran tersebut dilakukan melalui proses ilmiah. Hal yang agak berbeda diungkapkan Hosnan (2014: 34) bahwa pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran

43

yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemuhkan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta dalam mengenal dan memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, dimana informasi belajar bisa berasal dari mana saja, kapan saja, dan tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Konsep mengenai pendekatan saintifik atau ilmiah ini semakin diperkuat dengan peraturan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipadu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik atau ilmiah dalam (Kurniasih & Sani, 2014: 141). Maka dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan pendekatan sebuah pendekatan ilmiah yang telah terstukur, dimana dari sebuah dinamika belajar siswa dapat memperoleh pengetahuan dari berbagai cara atau teknik baik secara tertuntun atau pun mandiri.

Penerapan pendekatan saintifik atau ilmiah digunakan agar apa yang dipelajari dan diperoleh peserta dilakukan dengan indra dan pikiran sendiri sehingga mereka mengalami secara langsung dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan. Melalui pendekatan ilmiah ini juga peserta didik diharapkan mampu menghadapi dan memecahkan sendiri masalah yang dihadapi.

2) Karakteristik pendekatan saintifik

Sama halnya dengan manusia, pendekatan saintifik memiliki karakter yang perlu diketahui oleh penggunanya. Hosnan (2014: 36) mengungkapkan karakter dari motode saintifik sebagai berikut.

a) Berpusat pada siswa.

b) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip.

c) Melibat proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

d) Dapat mengembangkan karakter siswa.

Selain Hosnan, pendapat lain tentang karakteristik pembelajaran tematik juga diungkapkan oleh Majid dan Rochman (2014: 111) sebagai berikut ini (a) Berpusat pada siswa; (b) Memberikan pengalaman langsung; (c)

45

Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas; (d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran; (e) Bersifat fleksibel/menarik; (f) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik menurut TIM pengembang PGSD, Hesty (dalam Majid dan Rochman, 2014: 112) sebagai berikut .

(a) Holistik, suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus, tidak dari sudat pandang yang berbeda-beda.

(b) Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek, memungkinkan terbentuknya hubungan antar skema yang dimiliki oleh siswa, sehingga saatnya nanti dapat bermanfaat bagi siswa. (c) Autentik, pembelajaran tematik memungkinkan

siswa memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari.

(d) Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan berdasar pada pendekaan discovery inquiri dimana siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Berbagai karakater dapat ditemukan dalam berbagai aktivitas pembelajaran, sama hal dengan pembelajaran tematik yang memiliki karateristik dalam penerapannya.

Seperti yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik memiliki titik pusat perhatian yaitu pada peserta didik. Dimana setiap proses penerapannya dikaji berdasarkan objek nyata yang dapat dipahami oleh peserta didik.

3) Langkah-langkah pembelajaran saintifik

Langkah-langkah pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik) meliputi mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. Seperti diketahui setiap kurikulum mempunyai aplikasi pendekatan berbeda-beda, demikian pada Kurikulum 2013.

Hosnan (2014: 39) mengungkapkan bahwa pendekatan saintifik ialah pembelajaran yang dilakukan melalui proses.

(a) Mengamati (observing),

Metode observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Pada metode observasi yang diutamakan adalah pengamatan langsung pada objek yang akan dipelajari sehingga

47

siswa mendapatkan fakta berbentuk data yang objektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat perkembangan siswa. Metode ini sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.

(b) Menanya (Questioning)

Langkah kedua pendekatan ilmiah adalah questioning (menanya). Metode menanya adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara pengajuan-pengajuan pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk memahami materi pelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan menanya dapat dilakukan pada saat guru mengajukan pertanyaan dan kemudian siswa menjawab, ketika itulah siswa telah didorong untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Hal diharapkan dapat menimbulkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis sehingga dapat menimbulkan kehidupan yang cerdas proses belajar sepanjang hayat.

Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan untuk menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Hal ini dilakukan ntuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau tepat. Proses ini dikembangkan agar siswa dapat melakukan berbagai eksperimen atau uji coba untuk mengembangkan suatu pokok masalah dengan mengembangkan berrbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

(d) Mengasosiasikan/Mengolah informasi/Menalar (Associating)

Langkah berikut adalah associating (menalar/mengolah informasi). Istilah menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut oleh Kurikulum 2013 merupakan istilah dimana dalam aktivitas pembelajaran siswa mampu mengasosiasikan beragam ide dan peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi pengalaman yang bermakna. Dimana hasil dari pemikiran yang diungkap dapat menjadi sebuah ide yang bermanfaat dan inovatif.

49

(e) Mengomunikasikan Pembelajaran

Pada tahapan ini diharapkan peserta didik dapat mengomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama ataupun secara individu hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Seperti yang telah disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil alisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

e. Pendekatan Temantik Integratif 1) Pengertian tematik integratif

Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran integratif yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individu atau pun kelompok aktif mencari tahu dan menemukan konsep serta prinsip ilmu pengetahuan secara holistik, bermakna, dan autentik. Disesuaikan dengan kurikulum yang dijalankan saat ini yaitu Kurikulum 2013 yang mana kurikulum ini menerapkan pendekatan tematik integratif disetiap jenjang Sekolah Dasar/MI. Seperti yang diketahui pendekatatan tematik integratif merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.

Pengertian tema secara luas merupakan suatu alat atau wadah untuk mengenalkan berbagi konsep. Dalam proses pembelajaran tema digunakan untuk menyatukan beberapa topik materi pembelajaran yang saling berkaitan hingga membentuk satu kesatuan yang utuh. Penggunaan tema ini diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami suatu konsep pembelajaran. Sekaligus memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Seperti yang telah dijelaskan maka berikut adalah pendapat mengenai tematik integratif. Mulyasa (2014: 170) mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis tematik integratif yang diterapkan pada pendidikan dasar ini menyuguhkan proses belajar berdasarkan tema untuk kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran lainnya. Pendapat yang hampir sama diungkapkan Majid dan Rochmad (2014:108) pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu, dalam pembahasannya tema ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Oleh karena itu sesui dengan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan tematik integratif adalah proses pembelajaran yang dilakukan secara bertema. Srategi pembelajaran bertema ini juga diciptakan agar mampu memadukan beberapa

51

konsep pembelajaran, dan juga mampu membangun konsep belajar yang nyata dalam pemahaman siswa. 2) Kelebihan dan kelemahan pembelajaran tematik

Kelebihan dari pengunaan pembelajaran tematik integratif adalah,

a) Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan anak didik;

b) Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik;

c) Hasil belajar dapar bertahan lama, karena lebih berkesan dan bermakna;

d) Mengembangkan keterampilan berpikir anak didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi;

e) Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama;

f) Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain;

g) Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.

Selain kelebihan yang telah disebutkan di atas, pembelajaran tematik integratif memiliki keterbatasan, terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perancangan

dan pelaksanaan evaluasi yang banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses. Berikut adalah keterbatasan dari pembelajaran tematik yang diidentifikasi Puskur, Balitbang Diknas :

a) Aspek guru, secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran integratif akan sulit terwujud.

b) Aspek peserta didik, pembelajaran sangat menuntut kemampuan peserta didik yang sangat baik baik dari segi akademik ataupun kreativitas. Seperti yang telah diketahui terdapat lima tahapan pembelajaran yang mewajibkan siswa untuk dapat belajar secara mandiri. Namun tidak jarang kelima tahap ini didapat dilakukan oleh siswa, maka model pembelajaran ini belum dapat dilaksanakan dengan baik.

c) Aspek sarana dan sumber pembelajaran, pembelajaran ini membutuhkan banyak buku teks, atau sumber informasi lain yang cukup bervariasi atau mungkin internet. Tetapi jika hal ini tidak dapat

53

dipenuhi maka penerapan pembelajaran ini akan terhambat.

d) Aspek kurikulum, kurikulum harus luwes berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada target pencapaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan peserta didik.

e) Aspek penilaian, pembelajaran ini membutuhkan teknik penilaian yang menyeluruh. Maka dalam kaitan ini, selain guru dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajarandari guru yang berbeda.

f)

3) Karakteristik pembelajaran tematik

Menurut Majid (2014: 89) terdapat enam karakteristik dalam pembelajaran tematik, yaitu sebagai berikut:

a) Berpusat pada peserta didik (student centered), hal ini disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru berperan

sebagai fasilitator yaitu memberi kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

b) Memberikan pengalaman langsung (direct experiences), pengalaman ini siswa dihadapkan langsung pada sesuatu yang nyata (kongkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. c) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, hal ini

karena fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

e) Bersifat fleksibel atau luwes, hal ini dikatakan karena guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain, bahkan mengaitkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana siswa dan sekolah berada.

f) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Penerapan pembelajaran tematik dikaitkan dengan peraturan yang mendukung penggunaan Kurikulum 2013

55

disetiap jenjang sekolah. Salah satu harus diperhatikan secara utuh adalah karakter dari pembelajaran tematik itu sendiri. Maka dari pendapat yang telah dijelaskan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran tematik ialah model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Penggunaan bahan ajar juga disesuaikan dengan masa perkembangan dan disesuaikan dengan objek nyata peserta didik.

4) Prinsip pembelajaran tematik

Majid dan Rochman (2014: 110) mengatakan ada beberapa prinsip yang berkenaan dengan tematik integratif sebagai berikut.

a) Pembelajaran tematik memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran.

b) Pembelajaran tematik integratif perlu memilih beberapa mata pelajaran yang mungkin saling terkait. Dengan demikian, materi-materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna. c) Pembelajaran tematik integratif tidak boleh

bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif

harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum.

d) Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kamapuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.

e) Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan, artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan tidak perlu dipadukan.

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di atas maka dapat diketahui bahwa pembelajaran tematik integratif merupakan prosedur pembelajaran yang dilakukan dengan memadukan beberapa mata pelajaran yang memiliki pokok pembahasan materi yang saling berkaitan. Hal ini sengaja dikenalkan pada peserta didik agar dapat menerima berbagai konsep pembelajaran secara utuh dalam satu kesatuan dan menciptakan proses pembelajaran yang lebih bermakna.

Dokumen terkait