• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.3. Hubungan rendemen minyak dengan produksi optimal daun

5.4.2. Model produktivitas daun

5.4.2.4. Kurva prokduktivitas biomassa, cabang dan daun

Bentuk persamaan kurva biomassa, kurva cabang dan kurva DKP di bawah ini adalah polinomial derajat 2 atau lebih dikenal dengan model kuadratik. Adapun Nilai koefisien, Se danR2disajikan pada Tabel 20.

Tabel 20. Nilai koefisien, Se danR2kurva model polinomial hubungan biomassa, cabang dan daun dengan umur tegakan

Persamaan a b c Se R2 r

Biomassa 3.8979874 1.1274811 -0.02831747 1.63 85.38 % 0.924 Daun 2.6969293 0.60697511 -0.01544286 1.75 61.15 % 0.782 Cabang 0.12157258 0.60493607 -0.01383264 1.19 70.39 % 0.839

Umur Tegakan (tahun) Produktivitas Biomasa (ton/ha/tahun)

0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 45.0 0.00 4.00 8.00 12.00 16.00 20.00 Y = a+bA+cA2+dA3

Gambar 13. Kurva model polinomial derajat dua hubungan biomassa, cabang dan daun dengan umur tegakan

Korelasi antara produksi biomassa dan umur tanaman berdasarkan persamaan regresi berhubungan sangat kuat, baik pada tegakan maupun individu pohon. Hal ini menunjukan bahwa model produksi biomassa pada hutan tanaman sistem pemanenan pangkas tunas di BKPH Sukun sangat dipengaruhi oleh umur tanaman. Demikian juga korelasi antara produksi DKP dengan umur tanaman mempunyai hubungan yang nyata, walaupun kurvanya lebih landai dibanding dengan kurva produksi biomassa.

Pada umur tanaman 25-an tahun mulai terjadi penurunan produksi. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain, pangkas perdana yang kurang baik dan tidak tepat, kebakaran dan pengambilan biomassa yang dilakukan terus menerus yang berdampak pada menurunnya tingkat kesuburan tanah. Pemangkasan perdana, yaitu pemotongan pohon setinggi ± 110 cm dari permukaan tanah yang dilakukan saat tanaman berumur 4 tahun setelah tanam. Pemotongan yang tidak tepat mengakibatkan lubang atau celah pada batang kering atau menjadi sarang semut dan rayap. Kebakaran tegakan juga memberi

Umur tegakan (tahun)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Total biomassa DKP Cabang Produktivitas (ton/ha/tahun)

andil terjadinya penurunan produktivitas biomassa pohon mulai tua karena bentuk batang tidak sempurna lagi.

Terjadinya kebakaran tegakan, pengambilan biomassa yang terus menerus juga menurunkan produktivitas biomassa. Asupan nutrisi pada tegakan tidak sebanding dengan biomassa yang diambil juga mempengaruhi menurunnya produktivitas biomassa. Kesuburan tanah hutan yang rendah tersebut dan sistem pemangkasan yang diterapkan pada hutan kayu putih menimbulkan dampak yang kurang baik terhadap kelestarian kesuburan tanah. Dengan sistem pangkas daur hara tertutup yang seharusnya ada menjadi terputus karena terjadi penggangkutan keluar biomassa tanaman kayu putih yang berupa daun dan ranting kecil ke pabrik dan cabang lainnya digunakan penduduk sebagai kayu bakar, sehingga hampir tidak ada biomassa yang kembali ke tanaman. Akibat lain dari cara ini adalah proses dekomposisi serasah di permukaan tanah sangat sedikit, padahal proses ini yang memperkaya unsur hara ke tanah. Apabila keadaan ini dibiarkan terus dalam jangka waktu lama akan menyebabkan produktivitas daun kayu putih menurun.

Hal ini diperkuat hasil analisis tanah yang dilakukan Sukirno (1994) bahwa tanah hutan BKPH Sukun termasuk tanah kurang subur. Adapun hasil analisis tersebut berdasarkan pada kriteria Lembaga Penelitian Tanah Bogor bahwa pH di lokasi penelitian, BKPH Sukun umumnya adalah agak masam sampai netral (6,10 - 6,80). Sedangkan unsur hara makro antara lain nitrogen, kalsium, pospor dan bahan organik adalah sebagai berikut: C-tersedia sangat rendah sampai rendah (0,67 % - 5,02 %), N-total sangat rendah sampai rendah (0,06 % - 0,10 %), Ptersedia kurang (0,23 ppm 2,19 ppm), KPtersedia rendah sampai tinggi (0,18 -0,62) sedangkan bahan organik sangat rendah sampai rendah (1,15 % - 5,47%). Oleh karena itu, untuk mempertahankan kelestarian kesuburan tanah perlu dilakukan penambahan unsur hara ke dalam tanah yang berupa pupuk atau bahan ornanik lainnya. Sedangkan untuk memulihkan daur hara yang terputus akibat penggangkutan biomassa ke pabrik dan ke rumah penduduk dilakukan melalui pengembalian sisa pabrik yang berupa afval daun kembali ke lahan hutan. Kegiatan lain yang mendukung kegiatan di atas adalah penanaman tanaman sela dan tumbuhan bawah diantara tanaman kayu putih serta pembuatan angelan untuk mengurangi erosi.

Produktivitas tinggi apabila kerapatan tegakan juga tinggi. Kerapatan tegakan mempunyai korelasi positif dengan produktivitas biomassa apabila dikombinasikan dengan umur tanaman. Hal ini senada dengan hasil kajian Budiadi (2005), bahwa umur tanaman lebih kuat korelasinya dengan produktivitas baik dikombinasikan maupun tidak tidak dikombinasikan dengan kerapatan tegakan. Selanjutnya Budiadi (2005) mengilustrasikan, bahwa tegakan muda dengan kerapatan tinggi di KPH Madiun produksi biomassanya tidak lebih tinggi dibanding dengan tegakan tua, sebaliknya tegakan umur 21 tahun di KPH Indramayu, produksi biomassa lebih besar daripada tegakan umur 31 tahun walaupun kerapatan tegakan lebih kecil.

Secara umum, produksi biomassa meningkat seiring dengan bertambahnya umur tegakan. Periode perubahan produktivitas tegakan berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: Periode naik, periode tegakan stabil dan periode tegakan turun. Pada periode naik, tanaman masih muda, batang tanman relatif kecil dan cabang relatif sedikit, sehingga produksi juga rendah.

Selain hal tersebut di atas, produksi daun kayu putih juga dipengaruhi oleh umur tanaman dan diameter batang. Umumnya kayu putih dengan diameter besar akan memproduksi daun yang tinggi pula, kecuali pada pohon yang sudah tua (lebih dari 30 tahun). Sedangkan produksi daun optimal terjadi pada umur 15 tahun, yaitu 2,3 kg/pohon (Perum Perhutani, 2000a),

Pada periode stabil, produksi maksimum terjadi pada umur tegakan 17 s/d 22 tahun atau Kelompok Umur IV s/d Kelompok Umur V, dengan produktivitas 15.812 s/d 16.673 kg/ha/tahun. Periode produksi maksimum berhubungan erat dengan cara pemanenan atau pemangkasan tunas. Tunas biasanya dipotong 10 cm di atas batas tumbuh tunas. Jika cara memangkas tunasnya benar, tajuk dapat tumbuh membesar dengan bertambahnya umur tanaman dan biomassa yang dihasilkan juga akan lebih besar (Faculty of Forestry, 1987, Budiadi et al., 2005).

Sedangkan pada periode tegakan turun, Tegakan mulai tua dan produksi biomassa mulai menurun. Hal ini terjadi karena menurunnya kemampuan untuk memproduksi biomassa seiring dengan menurunnya kerapatan tegakan. Seperti telah disebutkan pada paragraf sebelumnya produktivitas turun kemungkinan

disebabkan oleh sering terjadinya kebakaran, kematian pohon, penurunan kualitas tanah akibat pemanenan yang dilakukan terus menerus dan terjadi kompetisi antara tanaman kayu putih dengan tanaman tumpangsari dan gulma. Namun alasan terakhir ini perlu kajian yang lebih mendalam, karena tumpangsari juga bisa memberi efek positif ketika petani memupuk tanamannya.

Berdasarkan uraian di atas, untuk mempertahankan kelestarian produksi daun atau biomassa kayu putih, maka tegakan yang telah berumur lebih dari 25 tahun segera diganti dengan tanaman baru.

5.4.3. Kurva laju pertumbuhan

CAI menunjukkan laju pertumbuhan tanaman setiap tahun, sedangkan MAI menunjukkan pertumbuhan rata-rata dalam waktu tertentu, yang dihitung berdasarkan data terakhir dibagi dengan umur. Akumulasi pertumbuhan, CAI dan MAI digambarkan dalam bentuk grafik untuk menentukan daur tanaman. Namun demikian, pada kasus ini kurva CAI dan MAI yang diperoleh tidak bisa digunakan karena pada penelitian ini hanya dilakukan pengukuran satu kali saja dan kurva tidak sigmoid.

6.1. KESIMPULAN

1. Persamaan matematika untuk kurva pertumbuhan daun tegakan kayu putih yang dipungut dengan sistem pemanenan pangkas tunas dalam satu rotasi panen berbentuk sigmoid, dengan bentuk penduga persamaan sebagai berikut:

Y = (-1,9398*43,1035+115,5357*A2,1950) / (43,1035+A2,1950) (R2= 98%). 2. Berdasarkan persamaan matematika untuk kurva produksi daun tersebut

pada angka 1, dapat diketahui bahwa rotasi pemangkasan tunas adalah 7 bulan dihitung dari saat pemangkasan sebelumnya. Akan tetapi apabila umur tajuk tegakan ditentukan dengan kadar minyak tertinggi, maka rotasi pemangkasan daun kayu putih adalah 12 bulan.

3. Persamaan matematika untuk kurva produktivitas daun tegakan kayu putih yang dipanen dengan sistem pemanenan pangkas tunas dalam beberapa rotasi pemangkasan daun merupakan fungsi polinomial dengan bentuk penduga persamaan sebagai berikut:

Y = 0,84 + 1,90 A - 0,07 A2+ 0,0006 A3 (R2= 94%).

4. Berdasarkan penduga persamaan matematika untuk kurva produksi daun tegakan kayu putih tersebut pada angka 3, maka daur silvikultur untuk tegakan kayu putih adalah 25 tahun.

6.2. SARAN

Ketelitian dan ketepatan persamaan untuk penduga model pertumbuhan daun kayu putih sangat tergantung kepada ketelitian dan kecukupan data yang dipergunakan untuk menduga model tersebut. Untuk mendapatkan data dengan kualitas seperti itu, diperlukan adanya petak ukur permanen-PUP (permanent sample plot-PSP). Untuk keperluan ini, maka disarankan

pada lokasi penelitian perlu dibuat PUP untuk memperoleh data pertumbuhan tegakan dari waktu ke waktu, sehingga akan dapat diperoleh data pertumbuhan yang teliti dan lengkap..

Alder, D. 1980. Forest Volume Estimation and Yield Prediction. FAO. Rome. Baskorowati, L., R. Umiyati, N. Kartikawati, A. Rimbawanto, M. Susanto. 2008.

Pembungaan dan pembuiahan Melaleuca cajuputi subsp. Cajupti Powell di Kebun Benih Semai Paliyan, Gunung Kidul, Yogyakarta. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. 2 (2): 189-202. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta.

Bettinger P, Boston K, Siry J.P, Grebner D.L. 2009. Forest Management and Planning. Academic Press – Elsevier.

Bidwell, G.S. 1979. Plant Physiology. Second Edition. Collier Macmillan International Edition, New York.

[BPS dan Bappeda]. Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2010. Kabupaten Ponorogo Dalam Angka Tahun 2010. Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo. Ponorogo.

Brophy, J.J, Doran, J.C. 1996. Essential oils of tropical asteromyrtus in Melaleuca species: In search of interesting oils with commercial potential, ACIAR Monograph No. 40.

Budiadi, Y. Kanazawa, H.T. Ishii, MS Sabarnurnin, P.Suryanto. 2005. Productivity of Kayu Putih (Melaleuca leucadendron LINN) tree plantation managed in non-timber forest production system in Java, Indonesia. Agroforestry System (2005) 64: 143-155.

Clutter J.L., Forston J.C., Pienaar L.V., Bristen G.H., Bailey R.C., 1983. Timber Management: a quantitative approach. John Willey & Sons. NewYork. Pp 233.

Colbert J.J, M. Schuckers , D. Fekedulegn. 2003. Comparing model for growth and management of forest tracts. CAB International. Modeling Forest Systems. 335- 346.

Craven, L.A. , Barlow, B.A. 1997. New taxa and new combination in Melaleuca (Myrtaceae). Novon. 7(2): 113-119.

Daniel, T.W., J.A. Helm , F.S. Baker. 1979. Principles of Silviculture. The McGraw-Hill Companies, Inc. New York.

Davis, T.W. 1966. Forest Management: Regulation and Valuation. McGraw-Hill Book Company, New York. 519p

Davis, L.S., K.N. Johnson, P.S. Bettinger, T.E. Howard.. 2001. Forest Management: To Sustain Ecological, Economic, and Social Value: Fourth Edition. . McGraw-Hill Book Company, New York.

Davis, L.S., K.N. Johnson. 1987. Forest Management. Third Edition. McGraw-Hill Book Company, New York.

Djumantoro, S. 1973. Tinjauan pengaruh bermacam-macam mulching terhadap pertumbuhan anakan Melaleuca leucadendron di Wana Gama I. Sarjana Fakultas Kehutana UGM. Yogyakarta. Tidak Diterbitkan.

[DSN-Dewan Standarisasi Nasional]. 1995. Standar Nasional Indonesia. Minyak Kayu Putih. SNI 06-3954-1995.

Doran, J.C. 1999. Cajuput Oil. In Southwell, I , Lowe, R.(eds.) Tea Tree: the Genus Melaleuca (Medical and Aromatic Plant: Industrial Profiles). Harwood Academic Publisher, pp 221-233.

Doran, J.C, Turbull, J.W. 1997. Australian Trees and Shrubs: Species for Land Rehabilitation and Farm Planting in the Tropic. ACIAR Monograph No. 24. Australian Centre for International Agriculturean Research. Canberra.

Draper N.R., H. Smith, 1981. Applied Regression Analisys. Jhon Wiley and Sons, New York.

Faculty of Fotestry. 1987. ‘Acacia auriculiformis, Melaleuca leucadendron’ Development Section, Faculty of Forestry, Gadjah Mada University, Yogyakarta.

Fekedulegn, D., Mairitin, P Mac S, Jim J.C. 1999. Parameter estimation of nonlinear growth models in forestry. Silva Fennica 33 (4) 327-336

Fries, J. 1974. Growth model for tree and stand simulation. IUFRO Working Party S4, 01 – 4. Proceedings of Meeting 1973. Skogshogskolan Royak College of Forestry, Stockholm.

Gunn, B., McDonald, M, Lea D. 1996. Seed and Leaf Colelections of Melalleuca cajuputil Powell in Indonesia and Nothern Australia. Australian Tree Seed Centre, CSIRO Forest and Forest Product, Canberra, ACT.

Hakkila, P. 1994. The development of small-log harvesting for the Indonesian pulp and paper industries. Enso Forest Development Ltd. Imatra. Finland. 72p.

Harbagung. 2010. Teknik dan perangkat pengaturan hasil: Sintesa hasil penelitian kuantifikasi pertumbuhan dan hasil tegakan hutan tanaman. Pusat penelitian dan pengembangan peningkatan produktivitas hutan. Bogor.

Harbagung. 2009. Penentuan Ukuran Optimal Petak Ukur Permanent Untuk Hutan Tanaman Agathis (Agathis laronthifolia Salisb.). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 6 No.2: 81-97.

Helms, J.A. 1998. The dictionary of Forestry. The Society of American Forester and CABI Publishing, Walingford.210p.

Kasmudjo. 1992. Hasil minyak kayu putih harus diambil secara bertahap. Duta Rimba 17 (14). Jakarta.

Ketaren, S, 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. PN Balai Pustaka. Jakarta Ketaren, S , Djatmiko, B. 1978. Minyak Atsiri Bersumber dari Daun.

Departemen Teknologi Hasil pertanian. Fatemeta IPB. Bogor.

Khamis, A., Z. Ismail,K. Haron, A.T. Muhammed. 2005. Nonlinear growth models for modeling oil palm yield growth. Journal of Mathematics and Statistics 1 (3): 225-233

Krisnawati, H . 2007. Modelling stand growth and yield for optimising management of Acacia mangium Willd. Plantations in Indonesia. Submitted in total fulfilment of the requirements of the degree of Doctor of Philosophy School of Forest and Ecosystem Science The University of Melbourne. Melbourne. Unpublish. 315p

Krisnawati, H . 2001. Pengaturan hasil hutan tidak seumur dengan pendekatan dinamika struktur tegakan (Kasus Hutan Alam Bekas Tebangan). Thesis Program Pascasarjana S-2 Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Diterbitkan.

Kuncahyo, B. 2006. Model simulasi pengaturan hasil lestari yang berbasis kebutuhan masyarakat desa hutan. Disertasi Doktor pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan.

Labetubun MS. 2004. Metode pengaturan hasil hutan tidak seumur melalui pendekatan model dinamika sistem. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan

Manan, S. 1976. Silvikultur. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Morgan, P.H, L.P. Mercer, N.W. Flodin. 1975. General model for nutrional response of higher organisms, Proc.Nat.Acad.Sci. USA. 72:4327-4331. Mulyadi, T. 2005. Studi pengelolaan kayu putih Melaleuca leucadendron LINN

Program Pascasarjana S-2 Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Tidak Diterbitkan.

Munez, P.S. 1981. Growth, yield and economic cutting cycle of natural Mindoro Pine (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) stand. IUFRO Meetring, UPLB College of Forestry, Los Banos, The Philippines.

Myer, R.H. 1986. Clasical and modern regression with applications. Duxubury Press, Boston. 359p.

Nair, P.K.R. 1993. An Introduction to Agroforestry. Kluwer Academic Publiser Dordrwecht. The Netherlands.

Navar J. 2009. Allomatric equation for tree species and carbon stocks for forests of Northwestern Mexico. Forest Ecology ang Management 257: 427-434. Nelder, J.A. 1961. The fitting of a generalizatiomn of the logistic curve.

Biometrics 13: 89-110.

Nyland RD. 1996. Silviculture. Concept and Applications. The McGraw-Hill Companies, Inc. New York-Toronto.

Oliver, F.R. 1964. Methode of estimating the logistic function. Applied Satatistics 13:57-66.

Palahi M, Pukkala, T., Miina, J., Montero, G. 2003. Individual-tree growth and mortality models for Scots pine (Pinus sylvestris L.) in north-east Spain. Annals of Forest Science 60:1–10.

Parera, E. 2005. Nilai ekonomi total hutan kayu putih kasus desa Piru, Kabupaten Seram Bagian Barat, Propinsi Maluku. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan

[Perum Perhutani]. 2010a. Cayuput Oil. http://www.perhutaniproducts.com [2 Pebruari 2010]

[Perum Perhutani]. 2010b. Rencana Pengaturan Kelestaraian Hutan Kelas Perusahaan Kayu Putih dari KPH Madiun Bagian Hutan: Sukun BKPH Sukun Jangka Perusahaan 1 Januari 2011 s/d 31 Desember 2015. Seksi Perencanaan Hutan II Madiun, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

[Perum Perhutani]. 2008. Standard Operational Procedure (SOP) Pengujian Minyak Kayu Putih. Perum Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

[Perum Perhutani]. 2005. Rencana Pengaturan Kelestaraian Hutan Kelas Perusahaan Kayu Putih dari KPH Madiun Bagian Hutan: Sukun BKPH Sukun Jangka Perusahaan 1 Januari 2006 s/d 31 Desember 2010. Seksi Perencanaan Hutan II Madiun, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

[Perum Perhutani]. 2000a. Tarif Volume Lokal (TVL) Daun Kayu Putih KPH Madiun . Seksi Perencanaan Hutan II Madiun. Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

[Perum Perhutani]. 2000b. Rencana Pengaturan Kelestaraian Hutan Kelas Perusahaan Kayu Putih dari KPH Madiun Bagian Hutan Ponorogo Timur Jangka Perusahaan 1 Januari 2001 s/d 31 Desember 2005. Seksi Perencanaan Hutan II Madiun. Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

[Perum Perhutani]. 1985. Pedoman Pengelolaan Kelas Perusahaan Kayu Putih. Direksi Perum Perhutani. Jakarta.

[Perum Perhutani]. 1984. Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan Kelas Perusahaan Kayu Putih dari KPH Madiun Bagian Hutan: Sukun BKPH Sukun Jangka Perusahaan 1 Januari 1984s/d 31 Desember 1988. Seksi Perencanaan Hutan II Madiun, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

Priyadi, H, P. Gunarso, M. Kanninen. 2006. Workshop Summary. In Priyadi, H, P. Gunarso, and M. Kanninen, (End). Permanent Sample Plot:More than Just Forest Data. Centre for International Forestry Research pp: xvi-xviii.

Prodan, M. 1968. Forest Biometrics, Translation in Engilsh by S.H. Gardier. Pergamon Press, Oxford.

Ratkowsky, D.A. 1983. Nonlinear Regression Modeling. Marcel Dekker. New York. 276p

Revilla, A.V. Jr. 1974. Yield Prediction in Forest Plantation. Phillippenes Forest Research Symposium on Industrial Forest Plantation. Garcia Memorial Hall, Manila.

Ricards, F.J. 1959. A flexible growth fuction for empirical use. Journal of Experimental Botany 10: 290-300.

Rimbawanto, A, NK Kartikawati, L. Baskorowati, M, Susanto, Prastyono. 2009. Status terkini pemuliaan Melaleuca cajuputi. Prosiding Hasil-hasil Penelitian Hal. 148-157. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. . Yogyakarta.

Schreuder F.S., W.L. Hafley. 1977. A useful bivariate distributions for describing stand structure tree heights and diameters. Biometrics 33: 471-477.

Schnute, J. 1981. A versatile growth model with statistically stable parameters. Can.J. Fish.Aquat. Sci. 38: 11-28.

Seber, G.A.F. , C.J. Wild. 1989. Nonlinear Regression. John Wiley and Sons. New York.

Simon, H. 1994. Merencanakan Pembangunan Hutan untuk Strategi Kehutanan Sosial. Aditya Media. Yogyakarta.

Soetrisno, E. 1990. Prospek Pabrik Penyulingfan Minyak Kayu Putih Ditinjau dari Segi Potensi Daun di BKPH Jatimunggul, KPH Indramayu. ATK Propinsi Jawa Barat. Bandung.

Spurr, N.H. 1952. Forest Inventory. The Ronald Press Company. New York. Suhendang, E. 1990. Hubungan antara dimensi tegakan hutan tanaman dengan

faktor tempat tumbuh dan tindakan silvikultur pada hutan tanaman Pinus Merkusii Jungh. Et De Vriese di Pulau Jawa. Disertasi Doktor pada. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan.

Sukirno, D.P. 1994. Kajian Penaksiran Biomas Tanaman Melaleuca leucadendron Linn Umur 6 Tahun di RPH Tambaksari, BKPH Sukun, KPH Madiun. Thesis S-2 Program PPS UGM. Yogyakarta. Tidak Diterbitkan. Susanto, M. A. Rimbawanto, Prastyono, N.K. Kartikawati. 2008. Peningkatam

genetika pada pemuliaan Melaleuca cajuputi subsp. cajuputi. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan 2(2): 231- 241. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta.

Susanto, M, J.C. Doran, R. Arnold, A. Rimbawanto. 2003. Genetic variation in growth and oil characteristcs of Melaleuca cajuputi subsp. cajupti and Potential for Genetic Improvement. Journal of Tropical Forest Science 15(3): 469-482.

Sukirno, D.P. 1994. Kajian penaksiran biomas tanaman melaleuca leucadendron linn umur 6 tahun di rph tambaksari, BKPH Sukun, KPH Madiun. Thesis S-2 Program PPS UGM. Yogyakarta. Tidak Diterbitkan.

Suriatna, S. 1992. Pupuk dan Pemupukan. PT. Melton Putra. Jakarta.

Tsoularis, A, J. Wallace. 2002. Analysis of logistic growth models. Math. Biosci. 179: 21-55.

Utomo, P.M. 2001. Rekayasa pengelolaan hutan kayu putih dalam perspektif sosial, ekonomi dan lingkungan. Thesis Program Pascasarjana S-2 Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Tidak Diterbitkan.

Vanclay, J.K. 1994. Growth model for tropical forest. CAB International, Wilingford, UK. 380p.

Vanclay, J.K. 1995. Growth model for tropical forest: A synthesis of models and methods, Forest Science 41 (1): 7 – 42.

Van Laar A., Akça A., 1997. Forest Mensuration .Cuvillier Verlag. Gottingen. 418p.

Widodo, P.P. 1989. Model penduga pertumbuhan dan hasil tegakan hutan tanaman seumur Pinus Merkusii Jungh. Et De Vriese di Pulau Jawa. Disertasi Doktor pada. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan.

Wiroatmodjo, P. 1984. Model perhitungan pertumbuhan dan hasil kayu bulat tanaman Pinus merkusii di Jawa. Disertasi Doktor pada Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan.

Lampiran 1. Data Curah Hujan Tahun 1998 s/d 2007 Stasiun Penakar Curah Hujan Pulung Ponorogo Sub Das Madiun

Tahun

Bulan 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH

(hari) (mm) (hari) (mm) (hari) (mm) (hari) (mm) (hari) (mm) (hari) (mm) (hari) (mm) (hari) (mm) (hari) (mm) (hari) (mm)

Januari 10 218 22 286 15 189 15 336 20 407 19 250 14 329 13 204 20 310 12 257 Februari 17 449 20 274 16 208 15 202 18 295 19 300 15 288 14 142 23 272 20 512 Maret 23 391 12 302 23 340 18 254 18 381 14 329 17 249 16 273 16 192 16 354 April 19 408 8 153 17 278 15 218 15 328 10 119 9 122 15 318 21 382 20 361 Mei 13 220 6 121 3 20 4 46 3 20 6 120 5 68 2 6 11 219 8 122 Juni 15 323 1 36 2 12 8 22 0 0 4 32 3 20 5 92 0 0 5 151 Juli 12 125 0 0 0 0 5 28 0 0 0 0 3 11 4 98 0 0 0 0 Agustus 1 51 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 September 7 105 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 66 0 0 0 0 Oktober 17 314 10 141 8 300 16 143 0 0 1 8 1 4 5 61 0 0 4 52 November 14 266 18 274 16 487 12 233 9 312 17 231 13 104 8 81 6 28 15 514 Desember 14 390 18 275 0 0 13 132 24 398 17 535 18 414 24 611 20 224 23 789 Jumlah 162 3260 116 1867 100 1834 121 1614 107 2141 107 1924 99 1610 107 1952 117 1627 123 3112 BB 11 8 6 7 6 7 6 5 6 8 BL 0 0 0 0 0 0 1 5 0 0 BK 1 4 6 5 6 5 5 2 6 4

Lampiran 2. Uji keterandalan model produksi daun kayu putih

Persamaan Se S2 R2 R2

Adj RMSE Bias Χ2

hit Χ2

tabel

Model MMF 0,53 0,51 0,98 0,96 0,26 0,094 0,83 4,57

Lampiran 3a. Hasil pengukuran biomasa, cabang dan DKP per hektar tanaman kayu putih umur tunas 1 s/d 12 bulan

Umur tunas (bulan) Plot ukur sementara Jumlah pohon Per hektar Kerapatan (%)

Berat per hektar (kg/ha) Biomasa Cabang DKP 1 1 1584 0,99 130,56 0,00 130,56 2 1552 0,97 113,60 0,00 113,60 3 1600 1,00 154,56 0,00 154,56 Rata-rata 1578 0,99 132,91 0,00 132,91 2 1 1600 1,00 532,00 0,00 532,00 2 1600 1,00 560,00 0,00 560,00 3 1568 0,98 592,32 0,00 592,32 Rata-rata 1589 0,99 561,44 0 561,44 3 1 1584 0,99 1655,04 0,00 1655,04 2 1568 0,98 1993,60 0,00 1993,60 3 1600 1,00 1707,2 0,00 1707,2 Rata-rata 1584 0,99 1785,28 0,00 1785,28 4 1 1600 1,00 3573,12 280,16 3292,96 2 1552 0,97 4883,84 362,88 4520,96 3 1600 1,00 4729,6 359,68 4369,92 Rata-rata 1584 0.99 4395,52 334,24 4061,28 5 1 1600 1,00 4997,92 823,2 4174,72 2 1584 0,99 5530,56 876,48 4654,08 3 1600 1,00 5341,6 923,36 4418,24 Rata-rata 1595 1,00 5290,027 874,35 4415,68 6 1 1584 0,99 5214,88 593,28 4621,6 2 1600 1,00 6008,96 1184,32 4824,64 3 1568 0,98 5998,56 1247,52 4751,04 Rata-rata 1584 0,99 5740,8 1008,37 4732,43 7 1 1584 0,99 7245,6 1866,88 5378,72 2 1568 0,98 7170,88 1942,08 5228,80 3 1584 0,99 7521,76 2168,16 5350,24 Rata-rata 1578 0,99 7312,747 1992,37 5319,25 8 1 1568 0,98 7690,24 2285,28 5404,96 2 1600 1,00 7716,16 2206,4 5509,76 3 1600 1,00 7756 2267,36 5488,64 Rata-rata 1589 0,99 7720,8 2253,01 5467,79 Lanjutan…

Tabel 3a. Hasil pengukuran biomasa, cabang dan DKP per hektar tanaman kayu putih umur tunas 1 s/d 12 bulan

Umur tunas (bulan) Plot ukur sementara Jumlah pohon Per hektar Kerapatan (%)

Berat per hektar (kg/ha) Biomasa Cabang DKP 9 1 1584 0,99 8126,40 2666,40 5460,00 2 1600 1,00 8160,64 2537,44 5623,20 3 1568 0,98 8244,80 2620,48 5624,32 Rata-rata 1584 0,99 8177,28 2608,11 5569,17 10 1 1568 0,98 9330,40 3442,24 5888,16 2 1600 1,00 9492,64 3772,64 5720,00 3 1552 0,97 9680,16 3764,64 5915,52 Rata-rata 1573 0,98 9501,067 3659,84 5841,23 11 1 1584 0,99 10120,96 3832 6288,96 2 1600 1,00 11031,52 3962,40 7069,12 3 1584 0,99 9243,84 3372,48 5871,36 Rata-rata 1589 0,99 10132,11 3722,29 6409,81 12 1 1584 0,99 9410,24 3710,88 5699,36 2 1600 1,00 9826,72 3862,72 5964 3 1568 0,98 8931,68 3470,56 5461,12 Rata-rata 1584 0,99 9389,547 3681,387 5708,16

Lampiran 3b. Hasil pengukuran biomasa, cabang dan DKP per pohon tanaman kayu putih umur tunas 1 s/d 12 bulan

Umur tunas (bulan) Plot ukur sementara Jumlah pohon Per hektar Kerapatan (%)

Berat per pohon (kg/ha) Biomasa Cabang DKP 1 1 1584 0,99 0,08 0,00 0,08 2 1552 0,97 0,07 0,00 0,07 3 1600 1,00 0,10 0,00 0,10 Rata-rata 1578 0,99 0,08 0,00 0,08 2 1 1600 1,00 0,33 0,00 0,33 2 1600 1,00 0,35 0,00 0,35 3 1568 0,98 0,38 0,00 0,38 Rata-rata 1589 0,99 0,35 0,00 0,35 3 1 1584 0,99 1,04 0,00 1,04 2 1568 0,98 1,27 0,00 1,27 3 1600 1,00 1,07 0,00 1,07 Rata-rata 1584 0,99 1,13 0,00 1,13 4 1 1600 1,00 2,23 0,18 2,06 2 1552 0,97 3,15 0,23 2,91 3 1600 1,00 2,96 0,22 2,73 Rata-rata 1584 0.99 2,78 0,21 2,57 5 1 1600 1,00 3,12 0,51 2,61 2 1584 0,99 3,49 0,55 2,94 3 1600 1,00 3,34 0,58 2,76 Rata-rata 1595 1,00 3,32 0,55 2,77 6 1 1584 0,99 3,29 0,38 2,92 2 1600 1,00 3,76 0,74 3,02 3 1568 0,98 3,83 0,80 3,03 Rata-rata 1584 0,99 3,62 0,64 2,99 7 1 1584 0,99 4,57 1,18 3,40 2 1568 0,98 4,57 1,24 3,33 3 1584 0,99 4,75 1,37 3,38 Rata-rata 1578 0,99 4,63 1,26 3,37 8 1 1568 0,98 4,90 1,46 3,45 2 1600 1,00 4,82 1,38 3,44 3 1600 1,00 4,85 1,42 3,43 Rata-rata 1589 0,99 4,86 1,42 3,44

Lanjutan…

Lampiran 3b. Hasil pengukuran biomasa, cabang dan DKP per pohon tanaman kayu putih umur tunas 1 s/d 12 bulan

Umur tunas (bulan)

Plot ukur

sementara Jumlah pohon Per hektar

Kerapatan

(%) Berat per pohon (kg/ha)

Biomasa Cabang DKP 9 1 1584 0,99 5,13 1,68 3,45 2 1600 1,00 5,10 1,59 3,51 3 1568 0,98 5,26 1,67 3,59 Rata-rata 1584 0,99 5,16 1,65 3,52 10 1 1568 0,98 5,95 2,20 3,76 2 1600 1,00 5,93 2,36 3,58 3 1552 0,97 6,24 2,43 3,81 Rata-rata 1573 0,98 6,04 2,33 3,71 11 1 1584 0,99 6,39 2,42 3,97 2 1600 1,00 6,89 2,48 4,42 3 1584 0,99 5,84 2,13 3,71 Rata-rata 1589 0,99 6,37 2,34 4,03 12 1 1584 0,99 5,94 2,34 3,60 2 1600 1,00 6,14 2,41 3,73 3 1568 0,98 5,70 2,21 3,48 Rata-rata 1584 0,99 5,93 2,32 3,60

Lampiran 3c. Hasil pengukuran biomasa, cabang dan DKP per plot ukur tanaman kayu putih umur tunas 1 s/d 12 bulan

Umur tunas (bulan) Plot ukur sementara Jumlah pohon Per hektar Kerapatan (%)

Berat per plot ukur (kg/ha) Biomasa Cabang DKP 1 1 1584 0,99 8,16 0,00 8,16 2 1552 0,97 7,10 0,00 7,10 3 1600 1,00 9,66 0,00 9,66 Rata-rata 1578 0,99 8,31 0,00 8,31 2 1 1600 1,00 33,25 0,00 33,25 2 1600 1,00 35,00 0,00 35,00 3 1568 0,98 37,02 0,00 37,02 Rata-rata 1589 0,99 35,09 0,00 35,09 3 1 1584 0,99 103,44 0,00 103,44 2 1568 0,98 124,60 0,00 124,60 3 1600 1,00 106,70 0,00 106,70 Rata-rata 1584 0,99 111,58 0,00 111,58 4 1 1600 1,00 223,32 17,51 205,81 2 1552 0,97 305,24 22,68 282,56 3 1600 1,00 295,60 22,48 273,12 Rata-rata 1584 0.99 274,72 20,89 253,83 5 1 1600 1,00 312,37 51,45 260,92 2 1584 0,99 345,66 54,78 290,88 3 1600 1,00 333,85 57,71 276,14 Rata-rata 1595 1,00 330,63 54,65 275,98 6 1 1584 0,99 325,93 37,08 288,85 2 1600 1,00 375,56 74,02 301,54 3 1568 0,98 374,91 77,97 296,94 Rata-rata 1584 0,99 358,80 63,02 295,78 7 1 1584 0,99 452,85 116,68 336,17 2 1568 0,98 448,18 121,38 326,80 3 1584 0,99 470,11 135,51 334,39 Rata-rata 1578 0,99 457,05 124,52 332,45 8 1 1568 0,98 480,64 142,83 337,81 2 1600 1,00 482,26 137,90 344,36 3 1600 1,00 484,75 141,71 343,04 Rata-rata 1589 0,99 482,55 140,81 341,74

Lanjutan…

Lampiran 3c. Hasil pengukuran biomasa, cabang dan DKP per plot ukur tanaman kayu putih umur tunas 1 s/d 12 bulan

Umur tunas (bulan) Plot ukur sementara Jumlah pohon Per hektar Kerapatan (%)

Berat per plot ukur (kg/ha) Biomasa Cabang DKP 9 1 1584 0,99 507,90 166,65 341,25 2 1600 1,00 510,04 158,59 351,45 3 1568 0,98 515,30 163,78 351,52 Rata-rata 1584 0,99 511,08 163,01 348,07 10 1 1568 0,98 583,15 215,14 368,01 2 1600 1,00 593,29 235,79 357,50 3 1552 0,97 605,01 235,29 369,72 Rata-rata 1573 0,98 593,82 228,74 365,08 11 1 1584 0,99 632,56 239,50 393,06 2 1600 1,00 689,47 247,65 441,82 3 1584 0,99 577,74 210,78 366,96 Rata-rata 1589 0,99 633,26 232,64 400,61 12 1 1584 0,99 588,14 231,93 356,21 2 1600 1,00 614,17 241,42 372,75 3 1568 0,98 558,23 216,91 341,32 Rata-rata 1584 0,99 586,85 230,09 356,76

Lampiran 4. Rekapitulasi hasil pengukuran biomasa tegakan kayu putih di BKPH Sukun

No Kelompok umur tegakan

Umur

tegakan Kerapatan tegakan (%)

Berat per plot ukur

(kg) Berat per pohon(kg)

Biomasa

(kg) Cabang(kg) DKP(kg) Biomasa(kg) Cabang(kg) DKP(kg)

1 I 5 0,98 8623,15 3417,01 5206,13 5,56 2,20 3,35 2 II 8 0,94 11068,37 4576,85 6491,52 7,36 3,04 4,31 3 III 13 0,69 12184,64 4263,25 7921,39 5,53 1,94 3,59 4 IV 17 0,77 16673,44 5609,653 11063,79 6,77 2,28 4,49 5 V 22 0,45 15812,80 6830,03 8982,77 7,07 3,05 4,02 6 VI 26 0,33 12726,56 6690,83 6035,73 7,45 3,91 3,54 7 VII 34 0,35 11543,52 4204,21 7339,31 6,65 2,43 4,22 8 VIII 38 0,52 6931,15 2023,41 4907,73 2,69 0,78 1,91

Lampiran 5a. Hasil pengukuran biomasa, cabang dan DKP per plot ukur tanaman kayu putih kelompok umur tunas I s/d VIII

Kelompok Umur Plot ukur sementara Jumlah pohon Per plot Kerapatan (%)

Berat per plot ukur (kg/ha) Biomasa Cabang DKP I 1 96 0,96 514,04 202,57 311,47 2 97 0,97 567,50 224,82 342,68 3 98 0,98 535,30 213,30 322,00 Rata-rata 97 0,97 538,95 213,56 325,38 II 1 95 0,95 767,87 303,53 464,34 2 94 0,94 630,48 258,83 371,65 3 93 0,93 676,97 295,80 381,17 Rata-rata 94 0,94 691,77 286,05 405,72 III 1 134 0,67 898,32 351,79 546,53 2 137 0,69 741,44 237,35 504,09 3 144 0,72 644,86 210,22 434,64 Rata-rata 138 0,69 761,54 266,45 495,09 IV 1 157 0,79 1032,23 353,87 678,36 2 153 0,76 1111,64 370,51 741,13 3 152 0,76 982,40 327,43 654,97 Rata-rata 154 0,77 1042,09 350,60 691,49 V 1 137 0,44 848,56 363,21 485,35 2 142 0,46 972,63 441,91 530,72 3 140 0,45 1143,71 475,51 668,20 Rata-rata 140 0,45 988,30 426,88 561,42 VI 1 112 0,36 779,08 440,77 338,31 2 105 0,33 774,02 389,01 385,01 3 104 0,33 833,13 424,75 408,38 Rata-rata 107 0,34 795,41 418,18 377,23 VII 1 108 0,35 922,73 327,37 595,36 2 101 0,32 504,84 209,66 295,18 3 115 0,37 736,84 251,26 485,58 Rata-rata 108 0,35 523,02 352,09 260,25 VIII 1 159 0,51 418,97 102,67 316,30 2 161 0,52 464,49 145,94 318,55 3 163 0,52 416,13 130,78 285,35 Rata-rata 161 0,52 433,20 126,46 306,73

Lampiran 5b. Hasil pengukuran biomasa, cabang dan DKP per hektar tanaman kayu putih kelompok umur tunas I s/d VIII

Dokumen terkait