• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUTIPAN KETENTUAN TAMBAHAN

BAB V. KETENTUAN LAINNYA (PASAL 41 – PASAL 46)

KUTIPAN KETENTUAN TAMBAHAN

(Tanggal Pelaksanaan)

Pasal 1 Undang-Undang ini berlaku sejak tanggal diberlakukannya Undang-Undang Perencanaan Kota (14 Juni 1969).

(Penghapusan Surat keputusan dan Ordonansi)

Pasal 2 Surat Keputusan dan Ordonansi yang akan dihapus:

(1) Tata Laksana Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota (Surat keputusan No.482 Tahun 1920);

(2) Undang-Undang Perencanaan Kota dan Eksepsi Tata Laksana Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota (Keputusan No.941 Tahun 1943)

(3) Undang-Undang Mengenai Proyek-Proyek Pembuatan Lahan Pemukiman, dan Tata Laksana Pelaksanaannya (Ordonansi No.314 Tahun 1964).

Pasal 3 Dihapus Pasal 4 Dihapus

(Undang-Undang Peralihan Mengenai Dokumen Perencanaan Kota)

Pasal 5 Mengenai rencana perencanaan kota yang dianggap akan dilakukan berdasarkan ketentuan hukum berdasarkan Pasal 2 Tata Laksana Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota, selama periode pelaksanaan yang ditetapkan dalam Undang-Undang tersebut hingga ada notifikasi atau pengiriman salinan dokumen-dokumen berdasarkan Pasal 20 Ayat 1 Undang-Undang tersebut setelah revisi pertama rencana perencanaan kota tersebut, dokumen yang harus diletakkan pada papan pengumuan umum berdasarkan Pasal 20 Ayat 2 Undang-Undang tersebut adalah dokumen yang disebutkan pada Pasal 3 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota yang lama (Undang-Undang No.36 Tahun 1920).

(Undang-Undang Peralihan Mengenai Larangan dalam Perencanaan Kota)

Pasal 6 Ijin yang berdasarkan Pasal 5-3 Ayat 1 Undang-Undang mengenai Pembangunan Kantor-Kantor Pemerintah dan Kantor Publik Lainnya (Undang-Undang No.181 Tahun 1951) (kecuali ijin mengenai aktivitas yang ditetapkan dalam ketentuan Pasal 53 Ayat 1) sebelum adanya revisi berdasarkan Pasal 11-2 hingga Pasal 11-4 Tata Laksana Pelaksanaan Perencanaan Kota Lama dan Pasal 32 Undang-Undang Pelaksanaan, disebut sebagai ijin berdasarkan Pasal 53 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota. Namun, mengenai pelanggaran terhadap persyaratkan yang harus dilampirkan atas ijin tersebut seperti yang ditetapkan dalam Butir berikutnya pada Pasal 79 Undang-Undang Perencanaan Kota, akan terjadi kehilangan ijin untuk batasan pelanggaran.

2 Orang yang menerima konfirmasi berdasarkan Pasal 6 Ayat 1 Undang-Undang Standar Bangunan (Undang-Undang No.201 Tahun 1950) mengenai bangunan yang ditetapkan dalam Pasal 44 Ayat 2 Standard Undang-Undang Standar Bangunan sebelum ada perubahan berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang Pelaksanaan, dan orang yang menerima pengumuman berdasarkan Pasal 18 Ayat 4 Undang-Undang yang sama (kecuali jika konfirmasi atau pengumuman tersebut berlaku terhadap aktivitas yang ditetapkan dalam ketentuan Pasal 53 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota), tidak membutuhkan ijin berdasarkan Pasal 53 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota dengan mengacu pada pembangunan bangunan sementara.

3 Mengenai tindakan untuk memperbaiki pelanggaran (kecuali yang ditetpkan dalam ketentuan yang disebutkan pada Pasal 53 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota) dengan mengacu pada orang yang melanggar persyaratan yang berlaku berdasarkan Pasal 11-2 hingga Pasal 11-4 dan Pasal 12 Tata Laksana Pelaksanaan Perencanaan Kota Lama, and orang-orang yang melanggar persyaratan yang berlaku Pasal 5-3 Ayat 1 atau Ayat 3 Undang-Undang mengenai Pembangunan Kantor-Kantor Pemerintah dan Kantor-Kantor Publik Lainnya sebelum adanya perubahan berdasarkan Pasal 32 Undang-Undang Pelaksanaan, maka akan mengikuti perlakuan secara konvensional .

4 Mengenai batasan tentang pembangunan bangunan pada pelaksanaan proyek-proyek penyesuaian kembali lahan kawasan yang berkenaan dengan rencana perencanaan kota berdasarkan ketentuan hukum yang mengacu pada Pasal 2 Undang-Undang Pelaksanaan dan pelaksanaan kawasan untuk permohonan otorisasi berdasarkan Pasal 4, Pasal 14, Pasal 52 dan

Pasal 35 Undang-Undang Pelaksanaan terhadap pelaksanaan (Undang-Undang No.119 Tahun 1954, selanjutnya disebut Undang-Undang Penyesuaian Kembali Lahan Lama) dan Pasal 36 Ayat 1 Undang-Undang Perusahaan Umum Perumahan Jepang (Undang-Undang No.53 Tahun 1955) sebelum dirubah berdasarkan Pasal 39 Undang-Undang Pelaksanaan, istilah “pengumuman berdasarkan Pasal 65 Ayat 1” pada Pasal 53 Ayat 3 Undang-Undang Perencanaan Kota dibaca sebagai “pengumuman resmi seperti yang disebutkan dalam tiap bagian dari Pasal 76 Ayat 1 Undang-Undang Penyesuaian Kembali Lahan, yang dilaksanakan berdasarkan ketentuan pada Undang-Undang ini sebelum adanya perubahan berdasarkan Pasal 35 Undang-Undang Pelaksanaan Perencanaan Kota (Undang-Undang No.101 Tahun 1968) berdasarkan Pasal 36 Undang-Undang tersebut”, dan “pengumuman terkait” dibaca “pengumuman resmi terkait”.

(Undang-Undang Peralihan Mengenai Proyek-Proyek Perencanaan Kota)

Pasal 7 Proyek-proyek perencanaan kota yang dilakukan oleh Gubernur Propinsi atau Walikota Kotamadya pada saat pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota disebut sebagai proyek-proyek yang dilaksanakan oleh propinsi atau kotamadya berdasarkan Pasal 59 Ayat 2 atau Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota, proyek-proyek yang dilakukan oleh Perusahaan Umum Perumahan Jepang akan disebut sebagai proyek-proyek Badan Pembangunan Prasarana Kota yang dianggap sebagai Badan Negara berdasarkan Pasal 59 Ayat 3 Undang-Undang Perencanaan Kota yang berlaku sesuai dengan Pasal 31 Buti 12 Tata Laksana Pelaksanaan Perusahaan Umum Pembangunan Prasarana Kota (Ordonansi 254 Tahun 1999).

(Undang-Undang Peralihan Mengenai Proyek-Proyek Penyesuaian Kembali Lahan )

Pasal 8 Mengenai pemberlakuan Undang-Undang Penyesuaian Kembali Lahan mengikuti perubahan pada Pasal 35 Undang-Undang Pelaksanaan (selanjutnya disebut Undang-Undang Penyesuaian Kembali Lahan yang Baru) dengan mengacu pada proyek-proyek pengembangan kembali lahan yang dilaksanakan sebagai proyek perencanaan kota (kecuali proyek-proyek yang dilakukan oleh Perum Perumahan Jepang berdasarkan Pasal 3-2 Ayat 1 Undang-Undang Penyesuaian Kembali Lahan yang Lama; hal yang sama berlaku di keseluruhan Pasal ini) pada saat pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota, penyelesaian Tahun akhir proyek-proyek penyesuaian kembali lahan disebut sebagai periode pelaksanaan proyek pada saat diberlakukannya Undang-Undang Perencanaan Kota, dan bahwa periode pelaksanaan proyek akan dianggap diumumkan kepada publik berdasarkan Pasal 55 Ayat 9 (termasuk hal-hal yang berlaku sesuai Pasal 55 Ayat 13) dan Pasal 69 Ayat 9 (termasuk hal-hal yang berlaku sesuai Pasal 69 Ayat 13 dan Ayat 16) Undang-Undang Penyesuaian Kembali Lahan yang Baru.

2 Mengenai proyek-proyek penyesuaian kembali lahan yang ditetapkan sebagai proyek perencanaan kota pada saat pemberlakuan Undang-Undang Perencanaan Kota dan penerapan Pasal 52, Pasal 66 atau Pasal 122 Ayat 2 Undang-Undang Penyesuaian Kembali Lahan yang Lama: dengan mengacu pada proyek-proyek yang dilaksanakan oleh kotamadya atau walikota kotamadya, penerepan kewenangan rencana kota harus disebut sebagai penerapan kewenangan skema desain seperti yang ditetapkan dalam Pasal 52 Ayat 1 atau Pasal 66 Ayat 1

Undang-Undang Penyesuaian Kembali Lahan yang Baru, dan dengan mengacu pada proyek-proyek yang dilaksanakan oleh propinsi atau gubernur propinsi penerepan kewenangan rencana kota harus disebut sebagai penerapan kewenangan skema desain seperti yang ditetapkan dalam Pasal 52 Ayat 1 atau Pasal 66 Ayat 1 Undang-Undang Penyesuaian Kembali Lahan Baru. 3 Mengenai penerapan Undang-Undang Penyesuaian Kembali Lahan Baru dengan mengacu pada proyek-proyek penyesuaian kembali lahan yang disebutkan pada Ayat sebelumnya, tahun terakhir penyelesaian proyek penyesuaian kembali lahan disebut sebagai periode pelaksanaan proyek pada saat diberlakukannya Undang-Undang Perencanaan Kota, dan periode pelaksanaan proyek diatur dalam rencana perencanaan kota mengenai proyek-proyek penyesuaian kembali lahan tersebut berdasarkan Pasal 6 Ayat 1 Undang-Undang Penyesuaian Kembali Lahan Baru yang sesuai dengan Pasal 54 dan Pasal 68 Undang-Undang yang sama. 4 Ketentuan pada Ayat 2 harus berlaku pada proyek-proyek penyesuaian lahan kembali yang dilaksanakan sebagai proyek perencanaan kota pada saat pemberlakuan Undang-Undang Perencanaan Kota, dan bagi yang sudah melakukan memberlakukan kewenangan untuk perubahan berdasarkan Undang-Undang Penyesuaian Kembali Lahan yang Lama (kecuali kasus yang tidak memerlukan perubahan skema desain, dan kasus yang terdiri dari hal-hal yang ditetapkan dalam Pasal 4-2 Tata Laksana Pelaksanaan Undang-Undang Penyesuaian Lahan yang direvisi berdasarkan Pasal 24 Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.47 Tahun 1955).

5 Mengenai pemberlakuan Pasal 76 Ayat 1 Undang-Undang Penyesuaian Kembali Lahan Baru dengan mengacu pada proyek-proyek penyesuaian kembali lahan yang dilaksanakan sebagai proyek perencanaan kota pada saat diberlakukannya Undang-Undang Perencanaan Kota, pengumuman mengenai kewenangan atau kewenangan untuk merevisi berdasarkan Pasal 55 Ayat 7 (termasuk hal-hal yang berlaku sesuai Pasal 55 Ayat 10) dan Pasal 69 Ayat 7 (termasuk hal-hal yang berlaku sesuai Pasal 55 Ayat 10) Undang-Undang Penyesuaian Kembali Lahan yang Lama disebut sebagai pengumuman mengenai keputusan atau pengumuman mengenai perubahan berdasarkan Pasal 55 Ayat 9 (termasuk hal-hal yang berlaku sesuai dengan Pasal 55 Ayat 13) dan Pasal 69 Ayat 9 (termasuk hal-hal yang berlaku sesuai dengan Pasal 55 Ayat 10) Undang-Undang Penyesuaian Kembali Lahan Baru.

Pasal 9 Mengenai Undang-Undang Peralihan dengan mengacu pada proyek-proyek penyesuaian lahan kembali yang ditetapkan sebagai proyek perencanaan kota pada saat diberlakukannya Undang-Undang Perencanaan Kota dan yang dilaksanakan oleh Perum Perumahan Jepang, contoh-contoh yang ditetapkan pada Pasal sebelumnya harus diikuti.

(Undang-Undang Peralihan mengenai Proyek Reorganisasi Kota)

Pasal 10 Mengenai pemberlakuan Pasal 62 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota yang baru dengan mengacu pada proyek-proyek reorganisasi kota pada saat pemberlakuan Undang-Undang Perencanaan Kota, selain dokumen-dokumen yang ditetapkan dalam Pasal 3 Ayat 2 bagian 2 Undang-Undang Pelaksanaan, rencana proyek yang ditetapkan berdasarkan Pasal 18 Ayat 1 Undang-Undang Reorganisasi Kota yang lama pada saat diberlakukannya Undang-Undang Perencanaan Kota, dan proyek-proyek yang ditetapkan berdasarkan contoh yang diberikan pada Pasal 18 Reorganization Undang-Undang Reorganisasi Kota yang lama

Namun, mengenai rencana proyek yang mengikuti revisi pertama berdasarkan Pasal 63 Ayat 1 setelah diberlakukannya Undang-Undang Perencanaan Kota, hal ini tidak berlaku bagi pengiriman dokumen berdasarkan Pasal 62 Ayat 1 yang berlaku sesuai Pasal 63 Ayat 2 Undang-Undang yang sama.

(Undang-Undang Peralihan Lainnya)

Pasal 11 Mengenai Undang-Undang Peralihan yang menyertai perubahan parsial Undang-Undang Mengenai Konservasi Kawasan Hijau di Daerah Pinggiran Kota di Wilayah Ibukota Nasional (Undang-Undang No.101 Tahun 1966) berdasarkan Pasal 62 Undang-Undang Pelaksanaan, perubahan parsial Undang-Undang mengenai Konservasi Daerah Cagar Alam di Wilayah Kinki (Undang-Undang No.103 Tahun 1967) berdasarkan Pasal 68 Undang-Undang Pelaksanaan, dan perubahan parsial Undang-Undang Mengenai Reorganisasi Daerah Kota yang Terkait dengan Pembangunan Fasilitas Umum berdasarkan Pasal 72 Undang-Undang Pelaksanaan, contoh yang diberikan dalam Pasal 46 Undang-Undang Pelaksanaan harus diikuti. 2 Mengenai tindakan untuk memperbaiki pelanggaran dengan mengacu pada orang yang melanggar persyaratan (kecuali orang-orang yang dikenakan tindakan untuk memperbaiki pelanggaran) yang berlaku berdasarkan Pasal 14 Ayat 1 atau Ayat 3 Undang-Undang Mengenai Pengembangan Daerah Pinggiran Kota di Wilayah Ibukota Nasional (Undang-Undang No.98 Tahun 1958) sebelum revisi berdasarkan Pasal 45 Undang-Undang Pelaksanaan pada saat diberlakukan Undang-Undang Perencanaan Kota, persyaratan diberlakukan berdasarkan Pasal 13 Ayat 1 Undang-Undang Pembangunan Kota Perumahan yang Baru (Undang-Undang No.134 Tahun 1963) sebelum direvisi berdasarkan Pasal 56 Undang-Undang Pelaksanaan, persyaratan diberlakukan berdasarkan Pasal 16 Ayat 1 atau Pasal 16 Ayat 3 Undang-Undang mengenai Pengembangan Daerah Pinggiran Kota dan Daerah Pengembangan Kota di Daerah Kinki (Undang-Undang No.145 Tahun 1964) sebelum direvisi berdasarkan Pasal 58 Undang-Undang Pelaksanaan, berlaku syarat-syarat pada Pasal 17 Ayat 1 oatau Pasal 17 Ayat 3 Undang-Undang mengenai Pembangunan Pusat Distribusi Fisik di Daerah Perkotaan (Undang-Undang No.110 Tahun 1966) sebelum dirubah berdasarkan Pasal 63 Undang-Undang Pelaksanaan, dan berlaku persyaratan pada Pasal 13 Ayat 1 atau Pasal 13 Ayat 3 Undang-Undang Reorganisasi Kota yang Lama,ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Perencanaan Kota harus diterapkan kepada orang-orang tersebut dengan asusmsi mereka termasuk dalam ketentuan-ketentuan yang disebutkan pada Pasal 81 Ayat 1 bagian 1 atau bagian 3 Undang-Undang Perencanaan Kota. 3 Mengenai pemberlakuan Pasal 4, Pasal 5, Pasal 7 dan Pasal 73 Undang-Undang Lahan Pertanian (Undang-Undang No.229 Tahun 1942) pada kawasan yang konsultasi bedasarkan Pasal 44 Ayat 1 Undang-Undang Pembangunan Kota dan Perumahan yang baru sebelum direvisi berdasarkan Pasal 56 Undang-Undang Pelaksanaan pada saat diberlakukan Undang-Undang Perencanaan Kota, dan yang telah ditetapkan berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Pembangunan Kota dan Perumahan yang baru, praktek konvensional harus diikuti walaupun ketentuan-ketentuan ini mengikuti perubahan berdasarkan Ayat 9 Ketentuan Tambahan Undang-Undang Perencanaan Kota.

(Undang-Undang Peralihan Mengenai Koefisien Dasar Bangunan (KDB))

Pasal 12 Mengenai kawasan pemukiman kategori 1, kawasan pemukiman kategori 2, kawasan kuasi pemukiman, kawasan perdagangan di sekitarnya, kawasan kuasi industri atau kawasan industri yang benar-benar ditunjuk ketika Undang-Undang Standar Bangunan (Undang-Undang No. 85 Tahun 2002) yang Dirubah Secara Parsial mulai berlaku, sejak saat Undang-Undang tersebut diberlakukan hingga penetapan KDB pada rencana kota mengenai wilayah ini, dianggap besarnya enam persepuluh untuk kawasan pemukiman kategori 1, kawasan pemukiman kategori 2, kawasan kuasi pemukiman, kawasan perdagangan di sekitarnya, kawasan kuasi industri dan kawasan industri, dan delapan persepuluh untuk kawasan perdagangan di sekitarnya.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.206 tanggal 31 Juli 1969), Kutipan

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

1 Ordonansi ini mulai diberlakukan sejak tanggal ditetapkannya Undang-Undang Perencanaan Kota (1 August 1969).

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.258 tanggal 30 September 1969), Kutipan

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

Pasal 1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Oktober 1969.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.300 tanggal 9 Oktober 1970), Kutipan

1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak ditetapkannya (12 Oktober 1970) Undang-Undang yang merubah sebagian dari Undang-Undang Penggunaan Gas (Undang-Undang No.18 Tahun 1970).

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.333 tanggal 2 Desember 1970), Kutipan

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak ditetapkannya (1 Januari 1971) Undang-Undang yang merubah sebahagian Undang-Undang Standar Bangunan (Undang-Undang No.109 Tahun 1970).

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.203 tanggal 23 Juni 1971), Kutipan

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak ditetapkannya (24 Juni 1971) Undang-Undang yang merubah sebahagian Undang-Undang mengenai Bangunan Pembuang (Undang-Undang No.141 Tahun 1970).

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.221 tanggal 30 Juni 1971), Kutipan

1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak ditetapkannya Undang-Undang Perencanaan Kota (1 Juli 1971).

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.300 tanggal 23 September 1971), Kutipan

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

Pasal 1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak 24 September 1971.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.437 tanggal 21 Desember 1972), Kutipan

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak 25 Desember 1972.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.3 tanggal 10 Januari 1974), Kutipan

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak 1 Pebruari 1974.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.56 tanggal 18 Maret 1974), Kutipan

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak ditetapkannya (19 Maret 1974) Undang-Undang yang merubah sebahagian Undang-Undang Reklamasi Badan Air milik Publik.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.203 tanggal 10 Juni 1974), Kutipan

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

Pasal 1 Ordonansi mulai berlaku sejak hari diumumkannya ketentuan. Namun, ketentuan yang dirubah dengan menghapus Pasal 209-7 hingga Pasal 209-12, ketentuan yang merevisi Pasal 210 hingga Pasal 210-9 dan Pasal 210-13 Ayat 1, perubahan ketentuan mengenai Pasal 210-19 dan Pasal 210-20, perubahan ketentuan pada Pasal 4 dan Pasal 5 Ketentuan Tambahan, perubahan Ketentuan Tambahan dari Pasal berikutnya hingga Pasal 22 (selanjutnya disebut sebagai ‘ketentuan revisi mengenai kawasan khusus’) mulai diberlakukan sejak 1 April 1975.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.2 tanggal 9 Januari 1975), Kutipan

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya (1 April 11975) Undang-Undang yang merevisi sebagian Undang-Undang Perencanaan Kota dan Undang-Undang Standar Bangunan (Undang-Undang No.67 Tahun 1974).

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.293 tanggal 30 September 1975)

Ordonansi ini berlaku sejak 1 Oktober 1975.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.304 tanggal 24 Oktober 1975), Kutipan

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya (1 Nopember 1975) Undang-Undang yang merevisi sebagian Undang-Undang Pembangunan Kembali Kota (Undang-Undang No.66 Tahun 1975).

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.306 tanggal 24 Oktober 1975), Kutipan

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

Pasal 1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya Undang-Undang Perencanaan Kota (1 Nopember 1975).

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.381 tanggal 27 Desember 1975)

Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya (11 Januari 1976) Undang-Undang yang merevisi sebagian Undang-Undang Pendidikan Sekolah.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.123 tanggal 7 April 1978), Kutipan

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal 23 Juni 1978. Namun, perubahan ketentuan pada Pasal 7 mulai berlaku tanggal 1 Mei 1978.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.321 tanggal 5 September 1978), Kutipan

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

Pasal 1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Oktober 1978. Namun, ketentuan yang disebutkan di bawah ini berlaku sejak tanggal yang ditunjukkan pada tiap bagian:

(1) Ketentuan Pasal 1 (terbatas pada ketentuan revisi yang ditunjukkan pada tabel yang terpisah mengenai Tata Laksana Pelaksanaan Undang-Undang Pelatihan Kejuruan): hari diumumkannya; dan

(2) Ketentuan Pasal 1 (terbatas pada ketentuan revisi Pasal 4 Ayat 1 Tata Laksana Pelaksanaan Undang-Undang Pelatihan Kejuruan), ketentuan Pasal 2, ketentuan Pasal 7, ketentuan Pasal 8 (kecuali ketentuan revisi dalam Tata Tertib Organisasi Kementrian Tenaga Kerja Pasal 35-3 bagian 2), ketentuan-ketentuan Pasal berikutnya, dan ketentuan pada Ketentuan Tambahan Pasal 3: 1 April 1975.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.208 tanggal 1 Agustus 1980), Kutipan

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal diumumkannya ketentuan di atas.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.245 tanggal 29 September 1980), Kutipan

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

Pasal 1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak 1 Oktober 1980.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.273 tanggal 24 Oktober 1980)

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

Pasal 1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya Undang-Undang Perencanaan Kota (25 Oktober 1980).

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.144 tanggal 24 April 1981), Kutipan

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya (25 April 1981) Undang-Undang yang merubah sebagian Undang-Undang Perencanaan Kota dan Undang-Undang Standar Bangunan (Undang-Undang No.35 Tahun 1980).

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.5 tanggal 19 Januari 1983)

Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal 1 April 1983.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.102 tanggal 13 Mei 1983)

Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Juli 1983.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.176 tanggal 6 Juni 1984), Kutipan

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

Pasal 1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Juli 1984.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.24 tanggal 5 Maret 1985), Kutipan

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

Pasal 1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal 1 April 1985.

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

Pasal 1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal 1 April 1985.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.51 tanggal 29 Maret 1985)

Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal diumumkannya.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.246 tanggal 2 Agustus 1985)

Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya (1 Oktober 1985) Undang-Undang mengenai Tangki Septik.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.269 tanggal 27 September 1985)

Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya (1 Oktober 1985) Undang-Undang yang merubah sebagian Undang-Undang Pelatihan Kejuruan.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.54 tanggal 20 Maret 1987), Kutipan

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

Pasal 1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal 1 April 1987.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.25 tanggal 23 Pebruari 1988), Kutipan

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

Pasal 1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya Undang-Undang Perencanaan Kota (1 Maret 1988).

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.183 tanggal 10 Maret 1988)

Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal diumumkannya.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.277 tanggal September 24, 1988)

Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya (1 Oktober 1988) Undang-Undang Mengenai Pengembangan suatu Penelitian dan Pengembangan Tehnologi Industri.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.309 tanggal November 21, 1989), Kutipan

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya (22 Nopember 1989) Undang-Undang yang merubah sebagian dari Undang-Undang Jalan Raya, dsb

Undang-Undang yang merubah sebagian dari Undang-Undang mengenai Sarana Perawatan Binatang yang Sudah Mati, dsb

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.211 tanggal 10 Juli 1990)

Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya (1 Desember 1990) Undang-Undang Layanan Penanganan and Transportasi Angkutan Barang.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.214 tanggal 10 Juli 1990)

Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya (1 Desember 1990) Undang-Undang Layanan Penanganan and Transportasi Kenderaan Angkutan Barang

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.323 tanggal 9 Nopember 1990)

Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya (20 Nopember 1990) Undang-Undang yang merevisi sebagian Undang-Undang Perencanaan Kota dan Undang-Undang Standar Bangunan.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.325 tanggal 9 Nopember 1990), Kutipan

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya (20 Nopember 1990) Undang-Undang yang merevisi sebagian dari Undang-Undang Khusus Mengenai Peningkatan Suplai Lahan Perumahan dan Pemukiman pada Daerah Perkotaan Utama (Undang-Undang No.62 Tahun 1990).

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.228 tanggal 28 Juni 1991), Kutipan

1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya (1 Mei 1990) Undang-Undang yang merevisi sebagian dari Undang-Undang Mengenai Pengembangan suatu Penelitian dan Pengembangan Tehnologi Industri (Undang-Undang No.64 Tahun 1991).

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.342 tanggal 15 Nopember 1991)

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal 20 Nopember 1991. (Undang-Undang Peralihan)

2 Keputusan dan revisi rencana kota yang mengenai daerah konservasi kawasan hijau, proyek pembangunan kembali kota kategori 1, proyek pembangunan blok-blok perumahan, taman, kawasan hijau atau alun-alun yang ditetapkan harus ditentukan atau direvisi oleh kotamadya berdasarkan ketetapan dalam Tata Laksana Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota yang sudah direvisi (selanjutnya disebut ‘Tata Tertib yang Baru), mengenai

prosedur yang dilakukan oleh gubernur propinsi berdasarkan Undang-Undang Perencanaan Kota pada saat diundangkannya Ordonansi ini dan yang diumumkan kepada publik berdasarkan Pasal 17 Ayat 1 (termasuk hal-hal yang berlaku sesuai Pasal 21 Ayat 2 Undang-Undang yang sama) Undang-Undang yang sama sebelum diundangkannya Ordonansi ini, harus diikuti pelaksanaan secara konvensional.

3 Rencana kota yang mengenai daerah konservasi kawasan hijau, proyek pembangunan kembali kota kategori 1, proyek pembangunan blok-blok perumahan, taman, kawasan hijau atau alun-alun yang ditetapkan atau direvisi oleh kotamadya berdasarkan ketetapan Tata Tertib yang Baru, yang ditetapkan atau direvisi oleh gubernur propinsi berdasarkan ketetapan dalam Tata Laksana Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota sebelum dirubah dan Ayat di atas disebut sebagai rencana kota yang telah ditetapkan atau dirubah oleh kotamadya berdasarkan Tata Tertib yang Baru.

4 Mengenai pemberlakuan ketetapan mengenai tindakan hukum terhadap aktivitas yang dilaksanakan sebelum diberlakukannya Ordonansi ini dan aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan setelah diberlakukannya Ordonansi ini untuk kasus-kasus yang dikelola secara konvensional harus yang dilkerjakan secara konvensional berdasarkan Ayat 2 Ketentuan Tambahan.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.278 tanggal 12 Agustus 1992), Kutipan

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

Pasal 1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya (1 Oktober 1992) Undang-Undang yang merevisi sebagian dari Undang-Undang Badan Pencegahan Polusi (Undang-Undang No.39 Tahun 1992).

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.54 tanggal 24 Maret 1993)

Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal 1 April 1993.

Ketentuan Tambahan (Ordonansi No.170 tanggal 12 Mei 1993), Kutipan

(Tanggal Pelaksanaan, dsb)

Pasal 1 Ordonansi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya (25 Juni 1993) Undang-Undang yang merevisi sebagian dari Undang-Undang Perencanaan Kota dan Undang-Undang Standar Bangunan (selanjutnya disebut sebagai Perubahan Undang-Undang). (Undang-Undang Peralihan Mengenai Tata Guna Kawasan)

Pasal 2 Mengenai penerapan ketentuan yang disebutkan pada Pasal 38-7 bagian 3 Tata Laksana Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota yang mengalami perubahan (selanjutnya disebut sebagai Tata Laksana Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota yang Baru) berdasarkan Pasal 1 yang berlaku selama tiga Tahun sejak diberlakukannya Ordonansi ini (ketika rencana kota mengenai tata guna kawasan ditetapkan pada daerah perencanaan kota tersebut berdasarkan ketentuan pada Bab 2 Undang-Undang Perencanaan Kota yang baru berdasarkan Pasal 1 Perubahan Undang-Undang sebelum tanggal diumumkan kepada publik berdasarkan ketentuan dari Pasal 20 Ayat 1 (termasuk hal-hal yang kasus yang dibaca sebagai Pasal 22 Ayat 1 pada Undang-Undang yang sama) mengenai tata guna kawasan

Kota sebelum direvisi berdasarkan Pasal 1 Perubahan Undang-Undang (selanjutnya disebut sebagai ‘Undang-Undang Perencanaan Kota yang Lama) pada saat diundangkannya Ordonansi ini: pada bagian “Undang-Undang yang sama berdasarkan Pasal 68-3 Ayat 3 Undang-Undang yang sama” pada bagian yang sama sub-bagian a. dibaca “Undang-Undang Standar Bangunan berdasarkan Pasal 68-3 Undang-Undang Standar Bangunan sebelum direvisi berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang yang merubah sebagian dari Undang-Undang Perencanaan Kota dan Undang-Undang Standar Bangunan (Undang-Undang No.82 Tahun 1992)”; “kawasan pemukiman ekslusif bertingkat rendah kategori 1, kawasan pemukiman ekslusif bertingkat rendah kategori 2, kawasan pemukiman ekslusif bertingkat sedang kategori 1, dan kawasan pemukiman ekslusif bertingkat sedang kategori 2” pada bagian yang sama sub-bagian b. dibaca “kawasan pemukiman ekslusif kategori 1 dan kawasan pemukiman ekslusif kategori 2”, dan “kawasan pemukiman ekslusif bertingkat rendah kategori 1 atau kawasan pemukiman ekslusif bertingkat rendah kategori 2” dibaca ‘’kawasan pemukiman ekslusif kategori 1”.

Pasal 3 Mengenai bangunan, lokasi bangunan atau bagian-bagian bangunan atau lokasi bangunan aktual yang ada pada saat diberlakukannya Ordonansi ini pada daerah perencanaan kota berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Perencanaan Kota yang lama, selama periode tiga Tahun sejak tanggal diberlakukannya Ordonansi ini, ketentuan pada Tata Laksana Pelaksanaan Undang-Undang Standar Bangunan yang telah dirubah berdasarkan ketentuan Pasal 2 (selanjutnya disebut sebagai Tata Laksana Pelaksanaan Undang-Undang Standar Bangunan yang Baru) dalam Pasal 20 Ayat 1 bagian 1, Pasal 130-2 hingga Pasal 130-10, Pasal 135-4-3, Pasal 135-5, Pasal 136 Ayat 3, Pasal 137, Pasal 137-4, Pasal 137-9-2, Pasal 137-10 Ayat 1 dan Ayat 2, Pasal 138 Ayat 3 (kecuali bagian 5), Pasal 144-2 Ayat 1 dan Pasal 149 Ayat 1 bagian 4

Dokumen terkait