BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
V.1.7 Kutipan Wawancara
A. Kutipan Wawancara dengan Kepala Sub Bagian Penyusunan
Program Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan
1. Apa saja bentuk-bentuk penyuluhan yang dilakukan oleh Dinas
mengenai pentingnya akta kelahiran/akta kematian kepada masyarakat?
“Bentuk penyuluhan atau sosialisasi yang dilakukan dinas biasanya berupa kegiatan tatap muka langsung, tatap muka langsung dengan masyarakat, melalui brosur-brosur, pamlet, spanduk. Kalau yang tatap muka itu dilakukan di suatu tempat, kita mengundang masyarakat, bukan semua masyarakat tapi perwakilan dari masing-masing kelurahan biasanya lurah atau masing-masing kepala lingkungan dan kegiatannya dilakukan setahun sekali.”
2. Apa yang mendasari dilakukannya penyuluhan tersebut?
“Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, kalau di Medan Perda Nomor 1 Tahun 2010 tentang Penyelanggaraan Administrasi Kependudukan”
3. Apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan penyuluhan
tersebut?
“Yang menjadi kendala ya antusias peserta kurang, masyarakat masih belum memahami arti penting akta itu sendiri, kalau mereka ga perlu yang ga diurus tapi kalu ada perlunya akta itu ya baru mereka ngurus aktanya”
4. Bagaimana peran Dinas dalam menetapkan sistem dan prosedur
pelayanan pengurusan akta kelahiran dan akta kematian?
“Peran dinas itu ya menerbitkan akta catatan sipil seperti akta kelahiran dan akta kematian, kalau masalah sistem dan prosedur ya masalah SOP, untuk sekarang SOP ya adanya masalah memberitau
Untuk ngurus akta kelahiran ada 4 loket dan untuk akta kematian hanya 1 loket karena kita tau sendiri yang ngurus akta kematian itu sedikit, biasanya yang ngurus akta kematian itu kebanyak orang Tionghoa, mereka yang paling sering ngurus, kalau orang pribumi kaya’ kita-kita ini masih belum banyak yang ngurus, kecuali kalo punya harta warisan yang sampe milyaran atau warisannya di Bank, jadi kan bank itu ga mau kalo cuma surat keterangan kematian dari lurah, mereka sekarang minta syarat akta kematian”
5. Bagaimana penentuan sistem dan prosedur pelayanan dalam
pengurusan akta kelahiran/kematian?
“Penentuannya ya masalah SOP-nya, bisa diliat sendiri bagaimana prosedurnya dari loket ke loket, intinya prosedurnya jelas lah.’
6. Menurut anda apakah sistem dan prosedur pelayanan dalam
pengurusan akta kelahiran dan akta kematian sudah mudah dimengerti oleh masyarakat?
“Mudah, kalo kita lihat sendiri ya mudah dan kita buat gampang, tapi kalo kita ikut aturan presiden soal prosedurnya ya jadi sulit. Ngurusnya semuanya gampang asal semua persyaratannya dilengkapi.”
7. Apa yang menjadi kendala dalam penerapan sistem dan prosedur
pelayanan tersebut?
“Kendalanya ya masalah SDM, sarana prasaranya untuk memberikan pelayanan. Seharusnya ada pendidikan dan pelatihan SDM buat mengatasi masalah SDM. Satu lagi ya masalah masyarakat itu sendiri yang kadang pengen cepat-cepat siap kalo ngurus akta”
8. Bagaimana peran dinas dalam menetapkan jangka waktu dan biaya
pelayanan dalam pengurusan akta kelahiran dan kematian?
“Kalau di Undang-undang itu 30 hari, tapi kalo dari dinas seminggu sudah siap, tapi kita buat rata-rata siap 10 hari, akta kelahiran 10 hari, akta kematian juga 10 hari.
Biaya untuk ngurus akta kelahiran itu sebenarnya gratis, kalau waktu mengurus akta kelahiran itu umur anaknya belum sampe 60 hari, tapi kalau sudah lewat 60 hari kena denda, dendanya ya Cuma10 ribu. Kalau ngurus akta kematian itu biayanya hanya 5 ribu ”
9. Apa saja masalah yang timbul dalam penerapan jangka waktu
ataupun besarnya biaya pelayanan? “Tidak ada, ga ada masalah”
10. Bagaimana peran dinas dalam menerapkan sanksi administrastif
jika ada keterlambatan ataupun tidak mengurus akta kelahiran/akta kematian?
“Kalau masalah sanksi administratif di sini kita sebut dengan denda keterlambatan. Semua ada diatur dalam Perda Kota Medan tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan. Kalau berdasarkan UU denda maksimalnya itu 1 juta, tapi kalo kita buat dendanya hanya 10 ribu, itu didasarkan dengan bagaimana kondisi masyarakat Medan sendiri. ”
11. Apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan penerapan
sanksi administratif?
“Kalau masalah kendala tidak ada, karena denda keterlambatan itu sudah langsung kita kenakan apabila memang masyarakat terlambat ngurus, jadi mereka langsung membayar sesuai dengan besarnya denda yang sudah ditetapkan pas mereka ngurusnya. Sebenarnya saya lebih setuju kalau denda keterlambatan itu dinaikkan, misalnya menjadi 100 ribu atau 2 ratus ribus, jadi masyarakat bisa berpikir dan mempertimbangkan biar cepat-cepat ngurus aktanya dan engga terlambat-terlambat lagi, kan jadinya bisa meningkatkan kesadaran masyarakat untuk ngurus akta. ”
12. Bagaimana peran dinas dalam hal penangangan pengaduan, saran
dan masukan?
“Peran masalah pengaduan, saran kita ada membuat seperti kotak saran, membuat tempat bagian informasi dimana masyaraka bisa Tanya-tanya kalo ada yang tidak dimengerti, di situ pegawainya ada 2 orang, Kemudian kita juga ada membuat macam tempat pengaduan
gitu di harian SUMUT POS, disitu masyarakat bisa tanya-tanya atau ngasih saran, pasti tetap kita balas nanti. ”
13. Apa yang menjadi kendala dalam penerapan masalah penanganan
pengaduan, saran dan masukan? “Tidak ada kendala sampai saat ini.”
B. Kutipan Wawancara dengan Sekretaris Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kota Medan
1. Apa saja bentuk-bentuk penyuluhan yang dilakukan oleh Dinas
mengenai pentingnya akta kelahiran/akta kematian kepada masyarakat?
“Sosialisasi atau penyuluhan kepada camat, lurah, kepala lingkungan serta KUA yang kemudian disampaikan kepada masyarakat. Kita kumpulkan mereka dalam suatu hotel atau suatu tempat. Kemudian kita datangkan narasumber dari Adminduk Jakarta untuk menyampaikan sosialisasi tentang pentingnya akta kelahiran, akta kematian, serta akta catatan sipil lainnya. Selain itu kita juga memasang spanduk-spanduk di 21 kecamatan yang ada di Kota Medan pada tempat-tempat yang strategis serta kami juga menyiapkan bagian informasi dimana masyarakat bisa bertanya-tanya di Dinas.” 2. Apa yang mendasari dilakukannya penyuluhan tersebut?
“Supaya setiap anak punya Akta Kelahiran, serta punya Akta Kematian karena semenjak di berlakukan UU No 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Akta Kematian sangat penting dalam masalah pembagian warisan, saham, serta pengurusan asuransi. Saat ini Akta Kematian dari Dinas yang berlaku dari pada untuk surat keterangan kematian dari kelurahan. Selain itu juga supaya masyarakat mempunyai akta-akta catatan sipil lainnya. ”
“Tidak ada, tidak ada kendala pelaksanaannya. Anggaran kita ada, kita buat surat undangan resmi ke kecamatan, lurah serta kepala lingkungan, jadi mereka yang datang”
4. Bagaimana peran Dinas dalam menetapkan sistem dan prosedur
pelayanan pengurusan akta kelahiran dan akta kematian?
“Kalau masalah SOP, kita masih dalam penyusunan SOP, untuk secara tertulis yang kita pajang atau kita tampilkan itu belum ada, khusus Dinas belum ada SOP, jadi dalam proses pengurusannya kita masih melalui loket saja, loket satu ke loket lainnya. Datang langsung ambil nomor antrian dan ikuti prosedurnya.
Kita juga masih pake sistem front office dan back office ada pegawai yang melayani di depan dan ada juga yang kerja di belakang. Dalam waktu dekat akan segera dibuat. Masalah transparansi juga kita sudah tampilkan daftar biaya pengurusannya.”
5. Menurut anda apakah sistem dan prosedur pelayanan dalam
pengurusan akta kelahiran dan akta kematian sudah mudah dimengerti oleh masyarakat?
“Sudah.”
6. Apa yang menjadi kendala dalam penerapan sistem dan prosedur
pelayanan tersebut?
“Sebenarnya bukan kendala yang buat kita belum ada SOP tertulisnya tapi kita masih menunggu SOP tertulisnya dari Pemko. Mereka mengeluarkan SOP-nya dulu baru nanti Dinas menyusun berdasarkan SOP tersebut. Sementara SOP dari Pemko baru tahun ini keluar. Secara tertulis kita belum ada SOP tapi secara tidak tertulisnya kita sudah ada.”
7. Bagaimana peran dinas dalam menetapkan jangka waktu dan biaya
pelayanan dalam pengurusan akta kelahiran dan kematian?
“Untuk pengurusan akta catatan sipil jangka waktu penyelesainnya 5 hari, kalau misalnya ada kendala atau kerusakan misalnya kerusakan komputernya itu bisa lebih dari 5 hari. Biaya pengurusan atau yang dikatakan retribusi bisa kita lihat dalam Perda No.1 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan dan bisa kita lihat di pengumuman yang kita pajang di depan. ”
8. Bagaimana peran dinas dalam menerapkan sanksi administrastif jika ada keterlambatan ataupun tidak mengurus akta kelahiran/akta kematian?
“Sanksi administratif dari Dinas ya berupa denda keterlambatan kalau misalnya terlambat mengurus Akta Kelahiran lebih dari 1 tahun maka harus ada penetapan dari pengadilan negeri. Prosesnya jadi lebih ribet kalau harus ke pengadilan. Kita juga tidak bisa menetapkan sanksi seperti sanksi bagi orang yang tidak bayar pajak. Kita ini sifatnya menunggu, kalau masyarakat mau mengurus ya mereka datang kemari, kita juga tidak bisa memaksakan mereka untuk mengurus.”
9. Bagaimana peran dinas dalam hal penangangan pengaduan, saran
dan masukan?
“Kita ada membuat kotak saran, masyarakat bisa menyampaikan pengaduan atau sarannya ke kota saran, kemudian nanti akan dibuka dan dibacar oleh Kasubbag Umum, kemudian disampaikan ke saya dan saya menyampaikan kepada Kepala Dinas.
Selain itu ada juga dari infokom, dari website Pemko Medan ada tempat menerima kritik dan saran khusus untuk SKPD-SKPD yang ada di Kota Medan. Kalau masalah pengaduan melalui Harian Sumut Pos, itu nanti Kepala Dinas yang menjawab pengaduannya.”
10. Bagaimana usaha yang dilakukan untuk menangani masalah
pengaduan, saran dan masukan secara cepat?
“Kita langsung tindak lanjuti. Tapi selama ini belum ada kritik ataupun saran yang terlalu ekstrim begitu jadi masih bisa kita langsung tindak lanjuti. Misalnya keluhan dari masyarakat melalui kotak saran paling hanya mereka menulis dalam selembar kertas mengenai pelayanan dari pegawai yang tidak menyenangkan dan masalah-masalah lain yang bisa langsung yang masih bisa langsung kita tindak lanjuti seperti member teguran kepada pegawai yang dimaksud.”
11. Apa yang menjadi kendala dalam penerapan masalah penanganan
“Tidak ada.”
C. Kutipan Wawancara dengan masyarakat
1. Apa anda pernah mengetahui program penyuluhan/sosialisasi
tentang akta kelahiran/kematian dari dinas ? “Tidak ada”
2. Apa harapan anda terhadap dinas dalam melakukan penyuluhan
ataupun sosialisasi?
“Ya pengennya ada dari mereka ngasih tau gimana ngurus akta, cara-caranya ngurusnya, syarat-syaratnya apa aja, Jadi tau kita.”
3. Bagaimana tata cara atau prosedur pengurusan akta
kelahiran/kematian di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ? “Ribet ngurusnya, susah, bolak-balik kesana-sini.
Kemaren pas daftar ke loket, dibilangnya syaratnya kurang, harus ke pengadilan dulu katanya.
Pergi ke pengadilan, sampe ke pengadilan disuruh lagi ke kantor pos, di kantor pos minta leges, beli lagi materai, itu kemaren di kantor Pos Pusat, kan capek bolak-balik kesana kemari. Kalo ngurus disini (dinas) asal syaratnya lengkap gampang tapi kalo ga lengkap ya susah.”
4. Apakah ada sistem dan prosedur yang membingungkan anda?
“Informasinya kurang”
5. Apa yang menjadi kendala dalam tata cara atau prosedur
pengurusan akta kelahiran/kematian?
“Ya banyak ngeluarin duit, capek kesana kemari.”
6. Menurut anda apakah ada persayaratan yang dianggap sulit untuk
“Susah ngurus surat kelahirannya, surat keterangan lahir dari bidan, terus kalo anaknya lahir di Tebing, kan ngurus surat lahirnya susah, itu pun kalo bisannya masih hidup, kalo udah mati gimana? Kita kan ga tau jadinya. Terus ngurus surat ke pengadilan ribet, belum lagi minta duit buat ini itu, beli materai 6 ribu enam lembar, hiung aja berapa enam lembar itu dah berapa duit coba. Minta leges lagi.. ribet.” 7. Berapa lama waktu pengurusan akta kelahiran/akta kematian?
“Sekarang belum tau, kalo dulu satu minggu siap”
8. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk mengurus akta kelahiran/akta kematian?
“Bayarnya Rp. 10.000, Tapi kalo denger-denger di luar pake perantara gitu bisa sampe 150 ribu. Tapi kalo dihitung-hitung biaya ke pengadilan, beli materai, biaya leges lagi, ya jadi mahal juga.”
9. Bagaimana pendapat anda mengenai lama waktu dan besarnya
biaya yang ditentukan dalam mengurus akta kelahiran/kematian? “Ya kalo bisa cepat siapnya, dah capek soalnya bolak-balik kesana-kemari”
10. Apakah jangka waktu penyelesaian tepat waktu?
“Kalo masalah itu belum tau, siapnya tepat waktu atau ga”
11. Apakah biaya pegurusan yang anda keluarkan sesuai dengan biaya yang telah ditetapkan?
“Ya biaya yang dikeluarkan di sini Cuma Rp. 10.000, tapi biaya ngurus ini ngurus itu kaya ke kantor pos minta leges, terus beli materai 6 ribu enam lembar belum lagi ke pengadilan bayar Rp. 25.000, belum lagi ongkos bolak-balik sani sini kan jadi mahal.”
12. Apakah anda mengetahui tentang sanksi administratif jika
terlambat mengurus akta? “Ga tau, enggak tau soal itu.”
13. Apa harapan anda terhadap dinas dalam menerapkan sanksi administratif?
“Ya kalo ada sanksi itu ya harusnya di kasih tau ke masyarakat biar masyarakat pada ngerti.”
14. Apakah anda mengetahui tempat penanganan pengaduan, saran dan
masukan yang ada di dinas?
“Saya tau, ada tempat informasi tapi tadi waktu pertama datang bingung juga mau nanya kemana soalnya bagian informasinya di tengah, bukan pas di dekat pintu masuk, jadi ya pertamanya nanya dulu ke pegawai yang pertama nampak.”
15. Bagaimana pelayanan pegawai dalam menangani pengaduan, saran
dan masukan yang ada di dinas?
“Mereka jawab pertanyaan yang kita tanya, apa yang kita enggak tau kita tanya ke mereka. ”
16. Apa yang anda keluhkan dalam melakukan pengaduan, saran dan
masukan di dinas?
“Ya kalo bisa mereka itu ada ditempat terus, jadi kita bisa tanya-tanya, kadang pas kita mau tanya ada yang enggak tau, pegawainya entah kemana, enggak ada di tempat.”