• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN

4. Lahan kritis

Melalui program-program urusan kehutanan yang dilaksanakan, Pemerintah Kabupaten Kulonprogo dapat menurunkan luas lahan kritis sebesar 2,84 %, sehingga luas lahan kritis pada tahun 2014 sebesar 5.107,52 Ha yang sebelumnya tahun 2013 sebesar 5.257,00 Ha. Salah satu program tersebut adalah OBIT (One Billion Indonesian Trees) dan yang paling penting adalah pemberdayaan masyarakat. Penurunan luas lahan kritis disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.4.

Luas Lahan Kritis Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 – 2014

No. Kecamatan Luas Lahan Kritis (Ha)

Tahun 2013 Tahun 2014 Perubahan (%)

1. Temon 756,56 743,38 (1,74) 2. Wates 296,87 292,64 (1,42) 3. Panjatan 663,50 655,45 (1,21) 4. Galur 727,45 704,50 (3,15) 5. Lendah 170,75 168,27 (1,45) 6. Sentolo 471,67 461,36 (2,18) 7. Pengasih 267,72 256,75 (4,09) 8. Kokap 197,12 185,68 (5,80) 9. Nanggulan 118,50 107,56 (9,23) 10. Girimulyo 484,96 470,35 (3,01) 11. Samigaluh 478,00 460,01 (3,76) 12. Kalibawang 623,90 601,57 (3,57) Jumlah 5.257,00 5.107,52 (2,84)

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, 2014

Disamping itu untuk mengetahui penurunan luas lahan kritis di Kabupaten Kulonprogo tahun 2012 – 2014, serta lokasi lahan kritis dapat dilihat pada gambar berikut :

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-16

Gambar 2.15.

Grafik Penurunan Luas Lahan Kritis di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2012-2014

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-17

Gambar 2.16. Peta Lahan Kritis dan Penghijauan di Kabupaten Kulonprogo

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-18

Kabupaten Kulonprogo terdiri atas empat ekosistem dataran tinggi, dataran rendah, pantai berpasir, dan ekosistem karst / bukit kapur. Wilayah Kabupaten Kulonprogo didominasi oleh ekosistem dataran tinggi seluas 33.815,8 Ha. Keanekaragaman hayati tersebar pada wilayah-wilayah ekosistem dataran tinggi seperti Kecamatan Kalibawang (koordinat UTM : 416955 - 418738 mT), Kecamatan Samigaluh (409365 - 411741 mT), dan Kecamatan Kokap (402698 – 405008 mT). Penggunaan lahan yang masih alami memberikan dampak terhadap tingkat keanekaragaman hayati di daerah tersebut. Menurut Peta Kemelimpahan Flora dan Fauna Kabupaten Kulonprogo yang dikeluarkan oleh BLH Provinsi DIY, Kecamatan Samigaluh memiliki jumlah familia flora terbanyak yaitu ± 40 familia, antara lain : durian, manggis, jati, beringin, randu alas, klayu, gedoya, aren dll, sedangkan fauna ± 25 familia antara lain burung pemakan serangga dan buah seperti : trocokan (Pycnonotus goavier), kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan pentet (Lanius schah), juga jenis burung yang dilindungi yaitu gelatik jawa (Padda oryzivora), karena masih mempunyai kawasan hutan atau hutan masyarakat yang cukup luas sehingga masih mampu menyediakan daya dukung bagi konservasi satwa liar. Di lokasi dataran tinggi lain yaitu di Kecamatan Girimulyo terdapat penangkaran rusa (Cervus timorensis).

Pada ekosistem dataran tinggi juga terdapat ekosistem karst/bukit kapur yang memiliki karakter yang spesifik baik flora maupun faunanya. Ekosistem karst menempati wilayah terkecil hanya 673,35 Ha (1,2%) yang terdiri atas Formasi Jonggrangan yang mengandung batuan gamping. Karena luas ekosistem karst ini hanya relatif kecil maka ekosistem yang berkembangpun kecil terutama ekosistem yang terdapat di luar gua, antara lain flora : pule, beringin, jati, dll. Sedangkan fauna antara lain : kera ekor panjang (Macaca fascicularis) yang jumlahnya cukup banyak dan dirasakan oleh masyarakat sebagai hama, karena sering mengganggu dan merusak tanaman budidaya (terutama pada musim kemarau karena persediaan makanan di habitatnya sangat sedikit/habis).

Sedangkan pada ekosistem pantai berpasir juga terdapat keanekaragaman hayati yang terletak di Pantai Glagah dan Congot (Temon), serta Trisik (Galur). Ekosistem ini

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-19

sangat menguntungkan masyarakat setempat karena dapat difungsikan sebagai lahan pertanian kering (cabe, semangka, melon) sehingga memberikan dampak positif bagi keanekaragaman hayati. Disamping itu juga terdapat tanaman mangrove, waru laut, pandan dan cemara udang. Sedangkan untuk fauna yang terdapat di ekosistem pantai ini antara lain adalah penyu yang dikonservasi oleh masyarakat setempat.

Gambar 2.17.

Keanekaragaman Hayati di Pantai Selatan Kulonprogo

Waduk Sermo sebenarnya merupakan suatu ekosistem perairan tawar. Hal ini disebabkan pada daerah tersebut hanya memiliki fauna saja sedangkan floranya adalah fitoplankton, dengan keanekaragaman yang rendah (± 15 genus) yang berfungsi sebagai produsen.

Di perairan Waduk Sermo, Kabupaten Kulonprogo hanya ditemukan 18 genus zooplankton; 4 genus bentos dan hanya 6 spesies ikan (ikan air tawar). Angka yang

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-20

diperoleh menunjukkan kekayaan jenis yang sangat terbatas/sedikit. Untuk jenis ikan yang hidup di perairan waduk Sermo dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.5. Jenis Ikan di Waduk Sermo

No. Nama Lokal Spesies Familia Populasi

1. Sepat Tricogaster sp. Cycliidae +++

2. Nila Oreochromis niloticus Cycliidae ++++

3. Mujair Oreochromis mossambicus Cycliidae +++

4. Sidat Anguilla +

5. Udang Galah Macrobrachium rossenbergii +++

6. Udang Metapenaeus ++

7. Tombro Cyprinus carpio Cyprinidae ++++

Sumber : Atlas Kehati DIY, Tahun 2009

Ekosistem dataran rendah di Kabupaten Kulonprogo menempati daerah selatan dan sedikit wilayah barat tepatnya di Kecamatan Sentolo. Ekosistem dataran rendah yang berada di sebelah timur Kabupaten Kulonprogo merupakan rangkaian perbukitan lipatan antiklinal dan sinklinal yang telah mengalami pengikisan. Penggunaan lahan pada ekosistem ini mulai beragam dari kegiatan pertanian (sawah, tegalan, kebun campur) hingga permukiman. Berkembangnya Kecamatan Wates dan Pengasih sebagai wilayah Perkotaan Wates dan Sentolo sebagai kawasan peruntukan industri serta Temon sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) menuntut adanya perkembangan infrastruktur yang kemudian menggeser penggunaan lahan alami dan mengurangi tingkat keanekaragaman hayati di wilayah Kabupaten Kulonprogo. Jumlah dan jenis flora dan fauna yang diketahui dan dilindungi di Kabupaten Kulonprogo harus menjadi perhatian dari berbagai pihak agar ketersediaan flora dan fauna tersebut tetap lestari.

Tabel 2.6.

Persentase Luas Ekosistem di Kabupaten Kulonprogo

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-21

1. Ekosistem dataran tinggi 58,2

2. Ekosistem dataran rendah 37,0

3. Ekosistem pantai berpasir 3,7

4. Ekosistem karst 1,2

Sumber : Atlas Kehati Provinsi DIY, tahun 2009

C.

Air

Wilayah Kabupaten Kulonprogo menjadi bagian dari beberapa wilayah DAS, meskipun tidak ada DAS yang utuh di dalam wilayah Kabupaten Kulonprogo. DAS yang

melewati wilayah Kabupaten Kulonprogo adalah DAS Bogowonto, DAS Serang dan DAS Progo. DAS Progo merupakan DAS yang paling luas, yaitu meliputi 31.163,774 Ha atau

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-22

53,16% dari luas Kabupaten Kulonprogo yang sekaligus mengindikasikan sebagai DAS yang paling banyak menjadi mensuplai air, baik itu ke dalam bentuk air permukaan maupun air tanah. Luas DAS Serang lebih kecil, namun tetap saja kontribusinya terhadap sumber air di wilayah Kabupaten Kulonprogo sangat penting, karena luasannya mencakup 24.152,86 Ha atau 41,20% dari total luas Kabupaten Kulonprogo. DAS Bogowonto hanya mencakup 3.310,878 Ha atau 5,65% saja, selain itu keluaran dari air yang masuk ke DAS Bogowonto ini berada diluar wilayah Kabupaten Kulonprogo.

Tabel 2.7.

Luas Daerah Aliran Sungai di Kulonprogo

DAS Luas (Ha) %

DAS Serang 24.152,86 41,20%

DAS Bogowonto 3.310,878 5,65%

DAS Progo 31.163,774 53,16%

Total 58.627,512 100,00%

Sumber : Buku Neraca Sumber Daya Alam Daerah Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-23

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-24

Dokumen terkait