• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAHAN PERTANIAN DAN KONVERSINYA

Dalam dokumen Ulfa (Halaman 38-47)

Letak Geografis Kelurahan Situgede

Kelurahan Situgede merupakan desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Desa ini memiliki luas Wilayah sebesar 237.47 Ha dengan luas pemukiman sebesar 68 Ha dan Luas sarana umum lainnya adalah 1347 Ha. Kondisi fisik Kelurahan Situgede secara tofografi mempunyai kemiringan / slove 0-2% dan 3-15% yang merupakan lahan yang baik untuk mendukung kegiatan perkotaan seperti pemukiman, perkantoran, pariwisata, pertanian dan lain-lain. Secara administratif Kelurahan Situgede memiliki batas- batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah U : Berbatasan dengan sungai Cisadane

Sebelah T : Berbatasan dengan Kelurahan Bubulak

Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor

Sebelah S : Berbatasan dengan Kelurahan Balumbang

Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor

Sebelah B : Berbatasan dengan Desa Cikarawang

Kecamatan Cikarawang Kabupaten Bogor

Jarak Kelurahan Situgede dari pusat Kecamatan Bogor Barat adalah tujuh kilometer dengan waktu tempuh 40 menit menggunakan kendaraan bermotor. Jarak Kelurahan Situgede dari Kota Bogor sekitar 14 kilometer dengan waktu tempuh satu setengah jam dengan kendaraan bermotor. Untuk menuju kelurahan ini bisa menggunakan kendaraan pribadi. Akses kendaraan umum seperti angkotan kota hanya mencapai Kecamatan Dramaga. Selanjutnya, jika ingin mencapai desa bisa menggunakan ojek karena tidak ada angkotan umum yang bisa digunakan.

Demografi Kelurahan Situgede Penduduk

Menurut Profil wilayah Kelurahan Situgede tahun 2014 kelurahan ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 8 428 jiwa dengan 2 297 Kepala Keluarga (KK), 34 Rukun Tetangga (RT), dan 10 Rukun Warga (RW). Penduduk kelurahan situgede tergolong cukup padat. Penduduk Kelurahan Situgede menurut jenis kelamin hampir seimbang antara laki-laki dan perempuan. Komposisi jumlah penduduk laki-laki sebanyak 4 325 jiwa atau sekitar 51 persen dan perempuan sebanyak 4 103 jiwa atau sekitar 49 persen. Menurut kelompok usia, usia penduduk Kelurahan Situgede ini sangat beragam. Keberagaman usia penduduk dapat dilihat dalam Tabel 2 di bawah ini :

Tabel 2. Jumlah penduduk Kelurahan Situgede berdasarkan kelompok usia

Kelompok Usia Jumlah Jiwa

0-4 748 5-9 755 10-14 820 15-19 744 20-24 746 25-29 813 30-34 845 35-39 551 40-44 45-49 50-60 >60 579 558 475 574 Jumlah 8 428

Sumber: Data Monografi Kelurahan Situgede 2014

Berdasarkan Tabel 2, dari keseluruhan kelompok usia, kelompok usia 30 sampai 35 tahun jumlah penduduknya lebih besar dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang berumur produktif lebih besar dibandingkan dengan umur non produktif. Kelompok usia 50 sampai 60 tahun sangat sedikit jumlah penduduknya yaitu hanya 475 orang.

Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan dalam konteks ini lebih diartikan sebagai pekerjaan apa yang dilakukan oleh penduduk Kelurahan Situgede sebagai sumber mata pencaharian utama bagi keluarganya. Beragam mata pencaharian yang dilakukan oleh penduduk ini untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Mata pencaharian tersebut di antaranya yaitu PNS, TNI, POLRI, swasta/BUMN/BUMD, wiraswata, tani pertukangan, pensiunan, dan lain-lain. Berikut data mata pencaharian warga Kelurahan Situgede disajikan pada gambar di bawah ini

Gambar 3. Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Situgede Tahun 2014

Sumber: Data Monografi Kelurahan Situgede 2014

0 200 400 600 800 1000

Pegawai Negeri Sipil TNI POLRI Swasta/ BUMN/BUMD Wiraswasta Tani Pertukangan Pensiunan Lain-lain 105 9 10 8 250 750 38 929

Berdasarkan Gambar 3, mayoritas mata pencaharian penduduk Kelurahan Situgede bergerak di bidang lainya seperti pertanian, dagang dan lainnya yaitu sebanyak 929 orang. Pada posisi kedua terdapat 750 orang yang bekerja di bidang tani pertukangan. Sedangkan bidang swasta/ BUMN/ BUMD merupakan mata pencaharian yang paling sedikit dimiliki oleh penduduk Kelurahan Situgede yaitu hanya delapan orang.

Pendidikan

Selain memiliki beragam mata pencaharian, penduduk desa ini pun beragam dalam tingkat pendidikannya. Mulai dari yang belum sekolah, tidak tamat SD/sederajat, tamat SD/sederajat, tamat SLTP/sederajat, tamat SLTA/sederajat, tamat akademi/sederajat, dan tamat Perguruan Tinggi/sederajat. Penduduk Kelurahan Situgede memiliki latar belakang pendidikan yang masih rendah, hanya sedikit yang memiliki pendidikan tinggi. Hal ini disebabkan salah satunya oleh ekonomi keluarga. Lebih lanjut mengenai penjelasan pendidikan Kelurahan Situgdede dapat dilihat pada gambar di bawah ini yaitu sebagai berikut:

Gambar 4. Tingkat Pendidikan Penduduk Kelurahan Situgede Tahun 2014

Sumber: Data Monografi Kelurahan Situgede 2014i

Berdasarkan Gambar 4, jumlah penduduk dengan pendidikan akhir tamat SD/sederajat merupakan jumlah penduduk yang paling banyak sebanyak 1503 orang. Jumlah penduduk yang belum sekolah yaitu sebanyak 6 orang, tamat SLTP/sederajat sebanyak 820 orang, tamat SLTA/sederajat sebanyak 724 orang, tamat D1 sebanyak 10 orang, tamat D2 sebanyak 12 orang, tamat D3 sebanyak 124 orang, tamat S1 sebanyak 593 orang, tamat S2 sebanyak 88 orang, dan tamat S3 sebanyak 34 orang. Dapat disimpulkan bahwa penduduk Desa Klaces pendidikannya rata-rata hingga SD/sederajat walaupun ada beberapa yang lulusan pendidikan hingga perguruan tinggi. Hal ini karena pentingnya pendidikan belum disadari oleh masyarakat dan tidak adanya dana untuk sekolah menjadi halangan bagi masyarakat desa untuk mengenyam pendidikan padahal sarana pendidikan di kelurahan ini sudah cukup baik.

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 6 1503 820 724 10 12 124 593 88 34

Religi

Mayoritas penduduk di Kelurahan Situgede beragama Islam, namun ada pula yang beragama Kristen Khatolik. Penduduk desa ini memiliki tingkat spiritual yang cukup tinggi. Hal ini dapat terlihat pada kegiatan rutin pengajian yang dilakukan oleh penduduk. Toleransi beragama di kelurahan pun ini cukup baik, dalam melakukan kegiatan keagamaan mereka saling membantu jika memang diperlukan. Sebanyak 8 417 orang atau hampir 100 persen, namun ada pula yang beragama Kristen Khatolik sebanyak 11 orang. Tidak ada penduduk yang menganut agama Protestan, Budha dan Hindu. Pada data monografi tercatat mayoritas penduduk Desa Klaces menganut agama Islam. Penduduk Kelurahan Situgede masih melestarikan kebudayaan Sunda dan Jawa di setiap acara besar yang diselenggarakan oleh masyarakat maupun pemerintahan desa. Ikatan kekerabatan antar penduduk masih tergolong kuat satu sama lain. Hal ini dapat dilihat dari silsilah keluarga yang masih memiliki ikatan kekeluargaan antar penduduk yang bermukim di Kelurahan Situgede.

Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian mengenai struktur penguasaan lahan dan kesejahteraan rumah tangga ini berjumlah 31 orang. Responden merupakan rumah tangga yang pernah atau masih memiliki lahan pertanian dan pernah menjual seluruh atau sebagian lahan pertanian tersebut. Responden dalam penelitian memiliki karakteristik yaitu luas lahan, jenis kelamin, pendidikan, dan usia. Penjelasan masing-masing karakteristik tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

Luas Lahan

Luas lahan merupakan ukuran besar kecilnya lahan responden dalam satuan

meter (m2). Responden dibagi menjadi tiga kategori sesuai dengan luas lahan yang

mereka kuasai. Pembagian responden dikelompokkan menjadi responden golongan

A (yang menguasai lahan ≥ 2 973 m), golongan B (yang menguasai lahan 1 982-2

972 m), dan responden golongan C (responden yang menguasai lahan ≤ 1 981 m)

Pembagian responden dengan kategori ini sejalan dengan pandangan subjektif warga mengenai stratifikasi sosial di kelurahan ini. Golongan A dikategorikan sebagai golongan menengah atas, dikategorikan sebagai golongan menengah-kecukupan, dan golongan C dikategorikan sebagai golongan menengah- bawah. Pembagian responden tersebut digolongkan berdasarkan diskusi dengan para responden yang memiliki lahan pertanian tersebut. Secara jelas pembagian responden menurut luas lahan yang dikuasai dapat dilihat pada Gambar 5.

Berdasarkan Gambar 5, mayoritas responden memiliki luas lahan pada kategori menengah atas yaitu sebanyak 13 responden atau sekitar 42 persen, pada kategori menengah kecukupan terdapat delapan orang responden atau 25.8 persen, sedangkan pada kategori menengah bawah terdapat 10 orang responden atau 32.2 peren. Data luasan lahan pertanian tersebut, dapat dilihat tidak memiliki ketimpangan yang cukup signifikan. Luas lahan responden yang hampir merata ini dikarenakan mayoritas pemilik lahan pertanian di Kelurahan Situgede memiliki hubungan kekerabatan.

Gambar 5. Luas lahan dikuasi responden Kelurahan Situgede Tahun 2015

Sumber: Data Primer 2015 diolah

Jenis Kelamin

Jumlah Responden didominasi oleh laki-laki sebesar 84 persen atau sebanyak 26 orang, sedangkan responden perempuan sebesar 16 persen atau sebanyak lima orang. Secara jelas pembagian responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.

Gambar 6. Jenis Kelamin Responden 2015

Sumber: Data Primer 2015 diolah

Pendidikan

Selain itu jika dilihat dari segi pendidikan responden dalam peneletian ini didominasi oleh tingkat pendidikan setingkat Sekolah Dasar (SD). Namun kondisi tersebut terbagi lagi menjadi tingkatan tidak sekolah, tingkatan Sekolah Mengengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Gambar merupakan presentase tingkat pendidikan responden.

Pada Gambar 7, terlihat bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini hanya berhasil menamatkan pendidikan setingkat sekolah dasar (SD). Sekitar 64 persen (20 orang) responden tamat sekolah dasar (SD), sekitar 42 persen (7 orang) responden tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP), kemudian sekitar 10 persen (3 orang) responden tidak tamat sekolah, dan sisanya tiga persen (1 orang)

13 8 10 0 5 10 15 20 25 30 Ju m lah R esp o n d en

Luas Lahan Dikuasai

menengah atas menengah-kecukupan menengah-bawah

Laki-laki 84% Perempuan

responden tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA). Tingkat pendidikan yang rendah diakui oleh beberapa responden akibat dari kondisi ekonomi keluarga di masa lalu yang kurang baik sehingga mereka tidak memprioritaskan pendidikan.

Gambar 7. Tingkat Pendidikan Responden

Sumber: Data primer 2015 diolah

Usia

Berdasarkan kelompok usia, usia responden Kelurahan Situgede ini sangat beragam gambar dibawah ini menunjukkan sebarak usia responden

Gambar 8. Usia Responden

Sumber: Data Primer 2015 diolah

Berdasarkan data responden pada Gambar 8, mayoritas responden berada pada kelompok usia 60 sampai 64 tahun yaitu sebesar 29 persen dari 31 orang responden. Sedangkan untuk kelompok usia terendah terdapat pada kelompok usia 65 sampai 69 tahun dan 80 sampai 84 tahun. Hal ini disebabkan oleh responden yang memiliki lahan pertanian dan pernah menjual lahan tersebut rata-rata dimiliki oleh penduduk dengan usia lanjut.

10%

64% 23%

3%

Tidak Sekolah SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat

40-44 7% 45-49 10% 50-54 13% 55-59 16% 60-64 29% 65-69 3% 70-74 13% 75-79 6% 80-84 3% 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79

Kisah Lahan Pertanian

Gambar 9. Alih fungsi lahan pertanian Kelurahan situgede

Sekitar tahun 1980 dimana sawah masih terlihat membentang hijau dengan cantiknya pemandangan di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Para petani masih sibuk dengan rutin mengelola lahan garapannya. Tidak hanya menjadi penggarap, beberapa dari responden ada pula yan memiliki pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan rumahtangganya. Walaunpun memiliki luas lahan yang berbeda-beda, akan tetapi keadaan mereka saat itu bercukupan.

Saat itu, mereka merasakan kesejahteraan yang cukup dalam kehidupan dan mensyukuri yang telah mereka peroleh. Menjadi penggarap adalah anugrah dan cita-cita sejak kecil bagi mereka, karena sebagian lahan garapan adalah warisan dari orang tua yang juga berprofesi sebagai seorang petani. Hanya beberapa saja yang memiliki pekerjaan sampingan di bidang non pertanian seperti menjadi buruh bangunan, dan usaha dagang. Memiliki profesi yang sama sebagi petani membuat mereka memiliki waktu untuk saling berilahturahmi dengan para petani atau tetangga lainnya. Kualitas hubungan sosial antar mereka terjalin dangan baik. Hal ini dibuktikan dari ketika ada warga yang memerlukan pertolongan mereka saling membantu.

Lahan yang menjadi sumber mata pencaharian seiring berjalannya waktu mulai tidak dapat diandalkan. Kebutuhan sehari-hari yang semakin meningkat yang disebabkan oleh tingginya harga bahan bakar. Hasil dari lahan pertanian yang dulunya dapat mencukupi kebutuhan tersebut, dirasakan tidak dapat memenuhi lagi. Berdatangannya para aktor yang ingin membeli lahan pertanian mereka dengan cukup tinggi, ditambah lagi dengan kebutuhan-kebutuhan mendesak yang dialami dalam hal pendidikan anak dan lainnya. Membuat para petani dan pemilik lahan pertanian tergiur, dan rela melepaskan lahan mereka. Para pemilik lahan pertanian mulai menjual lahan pertanian mereka sekitar tahun 1999-2015. Faktor ekonomi merupakan alasan yang cukup kuat bagi para petani pemilik lahan pertanian untuk

melepaskan kepemilikan mereka atas lahan pertanian tersebut. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh salah seorang petani sebagai berikut:

“Saya menjual lahan terpaksa, terpaksa kenapa ya karena saya itu

petani tidak punya sawah sama tidak sepenuhnya menjadi petani. Saya punya lahan 3000 meter tetapi hasil yang dapat dari padi kecil, kalau berapanya tidak tentu, cukupnya untuk makan saja. Saya punya anak tiga orang yang satunya mau masuk SMK, mahal sekali biayanya saya tidak ada simpanan. Saya memang petani tetapi ketika lagi menunggu hasil panen saya jualan juga, di hutung-hitung hasil dagang sama panen sama saja. Anak butuh uang untuk sekolah, ada orang dari kota menawarkan untuk membeli lahan saya ya saya jual sawahnya. Berat menjualnya kalau tanya, tetapi keluarga lagi membutuhkan uang. -(Bapak Ajuk, 60 Tahun).

Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan di Kelurahan Situgede sejalan dengan faktor konversi lahan yang terjadi di Tomohon yaitu faktor ekonomi. Dari aspek ekonomi, tingkat pendapatan petani, kegiatan ekonomi dan harga tanah berpengaruh cukup tinggi pada konversi lahan. Pendapatan petani yang tidak terlalu tinggi menyebabkan petani lebih memilih untuk menjual tanahnya. Selain itu, pengembangan kegiatan ekonomi membutuhkan area yang lebih luas. Lebih spesifik faktor yang mempengaruhi konversi lahan di Kelurahan Situgede sejalan yang dikemukakan oleh Sihaloho (2004) yaitu faktor pada aras mikro: meliputi pola nafkah rumah tangga (struktur ekonomi rumah tangga), kesejahteraan rumah tangga (orientasi nilai ekonomi rumah tangga), strategi bertahan hidup rumah tangga (tindakan ekonomi rumah tangga). Faktor sosial yang turut melatarbelakangi konversi lahan adalah aturan warisan, petani mewariskan harta berupa lahan sawah kepada anak-anak mereka. Namun, sebagian dari anak-anak mereka tidak memiliki pekerjaan utama sebagai petani hal ini berdampak pada lahan pertanian yang tidak terurus.

“Tanah yang ini dulunya sawah, iya rumah ini dulunya sawah, ini

warisan dari orang tua yang dulunya petani di bagi tiga sama kakak-kakak saya ini rumah kakak saya disebalah kiri dan kanan saya. Kakak saya dua- duanya perempuan jadi tidak mengikuti pekerjaan orang tua, kalau saya dari awal sudah jadi satpam. Kita tidak ada bakat sepertinya jadi petani, dan saya sudah menikah masa numpang di rumah mertua terus. Mau beli rumah sama tanah sekarang mahal, kalau sudah punya lahan berartikan tinggal biaya untuk bangun rumah saja. Akhirnya saya dan kakak saya sepakat sawah yang empat petak ini dibangun rumah, kenapa tidak besar- besar soalnya kiri kanannya bukan sawah kita tetapi punya orang lain.” - (Bapak Yayat, 46 Tahun).

Menurut Sumaryanto dan Sudaryanto (2005) konversi lahan sawah tidak dapat dihindarkan. Hal ini dikarenakan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan struktur perekonomian dari tahun ke tahun. Sawah bukan sekedar sebagai faktor produksi dalam proses produksi pangan, namun merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari eksistensi petani. Oleh karena itu, konversi lahan bukan sekedar berkurangnya luas lahan sawah, tetapi juga

merupakan degradasi agroekosistem. Beberapa penelitian yang dilakukan di lapangan, menjelaskan bahwa konversi yang terjadi merupakan konversi atau alih fungsi dari lahan pertanian ke non-pertanian. Sangat langka sekali terjadi konversi lahan non-pertanian menjadi lahan pertanian, oleh karena itu luas lahan pertanian dari tahun ke tahun semakin berkurang.

PEMBENTUKAN STRUKTUR PENGUASAAN LAHAN

Dalam dokumen Ulfa (Halaman 38-47)