• Tidak ada hasil yang ditemukan

Letak Geografis

Desa Kota Datar memiliki luas wilayah 1981.31Ha, suhu rata-rata 32 ºC dan berada pada ketinggian 1,5 meter di atas permukaan laut. Jarak ke Ibukota Kecamatan 13 Km dengan waktu tempuh 30 menit, Jarak ke Ibukota Kabupaten (Deli Serdang) adalah 47 Km dengan waktu tempuh 120 menit dan Jarak ke Ibukota Provinsi 37 Km dengan waktu tempuh 60 menit.

Secara administrative Desa Kota Datar mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Telaga Tujuh

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Perkebunan PTPN II Bulu Cina  Sebalah Barat berbatasan dengan Desa Tandem Hilir II

 Sebalah Timur berbatasan dengan Desa Paluhmanan Penggunaan Lahan

Luas wilayah Desa Kota Datar menurut jenis penggunaan lahan dibagi atas: pemukiman, bangunan dan pertanian. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2 . Penggunaan Lahan di Desa Kota Datar.

No Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%) 1 Pemukiman - Pemukiman umum 280 14. 1320 2 Bangunan - Perkantoran - Sekolah 0.11 2

- Pasar

- Tempat beribadah (Mesjid dan Gereja)

- Kuburan/Makam - Lapangan sepak bola

1 1 3 1 0.4093 3 Pertanian - Sawah

- Darat dan perkebunan rakyat

1045.7 647.5

85.4586

Jumlah 1981.31 100

Sumber : Profil Desa Kota Datar, 2010

Dari tabel di atas terlihat bahwa penggunaan lahan untuk pemukiman sebesar 14. 1320 %, untuk bangunan sebesar 0.4093 % dan untuk pertanian sebesar 85.4586 %, penggunaan lahan terbesar adalah untuk pertanian.

Kondisi Demografis

Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Desa Kota Datar seluruhnya sebanyak 5.398 jiwa, yang terdiri dari 1.557 kepala keluarga, untuk lebih rinci disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Tahun 2010.

No Golongan Umur Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase

(%) Laki-laki Perempuan 1 0-15 917 924 1841 34.10 2 15-60 1630 1.692 3322 61.54 3 > 61 116 119 235 4.35 Jumlah 2663 2735 5398 100

umber: Profil Desa Kota Datar, 2010

Dari Tabel dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Desa Kota Datar adalah 5.398 jiwa. Penduduk yang berusia 0–15 tahun sebanyak 1.841 jiwa (34,10%), penduduk dengan usia 16–60 tahun sebanyak 3.322 jiwa (61,54%) dan penduduk dengan usia diatas 60 tahun sebanyak 235 jiwa (4,35%). Dengan demikian dapat

diketahui bahwa sebagian besar penduduk Desa Kota Datar merupakan penduduk dalam usia produktif.

Keadaan penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Jumlah penduduk Desa Kota Datar berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2010.

No. Jenis Tingkat Pendidikan Jumlah(jiwa) Persentase (%)

1. Tidak Tamat SD 2104 38,98 2. Tamat SD 2379 44,07 3. Tamat SLTP 506 9,38 4. Tamat SLTA 175 3,24 5. Tamat Akademi (D1, D3) 120 2,22 6. Tamat Sarjana 114 2,11 Jumlah 5398 100

Sumber: Profil Desa Kota Datar, 2010

Dari Tabel dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Desa Kota Datar yang tidak tamat SD sebanyak 2104 jiwa (38,98 %), tamat SD sebanyak 2379 (44,07%), tamat SLTP sebanyak 506 jiwa (9,38%), tamat sarjana sebanyak 114 jiwa (2,11%). Dengan demikian dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Desa Kota Datar menamatkan tingkat pendidikan tertinggi pada tingkat SD.

Pengaruh Kegiatan Penunjang Agribisnis ( Subsidi Pupuk, Kredit Usaha Tani Dalam PUAP dan Penyuluhan) Terhadap Produksi Padi

Dalam hipotesis dinyatakan bahwa kegiatan penunjang agribisnis (subsidi pupuk, kredit usahatani dalam PUAP dan frekuensi mengikuti penyuluhan) memiliki pengaruh terhadap produksi padi. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan penunjang agribisnis terhadap produksi padi , dilakukan pengujian dengan analisis regresi linier berganda.

Untuk mengetahui pengaruh kegiatan penunjang agribisnis (Subsidi Pupuk, Kredit Usaha Tani Dalam PUAP, dan Penyuluhan) terhadap produksi padi secara lebih jelas, variabel diuji secara serempak dan parsial. Dari hasil pengujian serempak, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Ý= -0,048 + 0,016 X1 – 0,0000002485 X2 + 0,039 X3 Dimana:

Ý = Produksi padi (Ton) X1 = Subsidi pupuk (Kg)

X2 = Kredit usahatani dalam PUAP (Rp)

X3 = Frekuensi mengikuti penyuluhan (kali/MT)

F-hitung yang diperoleh dari analisis regresi linier berganda adalah sebesar 144,622. Nilai F-hitung ini lebih besar dari F-tabel pada a = 5% yaitu sebesar 2.95 Maka H0 tidak diterima H1 diterima. Hal ini menunjukan bahwa Kegiatan penunjang agribisnis memiliki pengaruh yang nyata terhadap produksi padi petani sampel sacara serempak.

Hal ini terjadi karena kegiatan penunjang agribisnis yaitu : subsidi pupuk, kredit usahatani dalam PUAP dan frekuensi mengikuti penyuluhan merupakan modal dalam usahatani dan bisa dikatakan variabel yang saling mendukung antar variabel itu sendiri. Dengan kata lain, subsidi bertujuan untuk pengurangan modal usahatani melalui pemotongan harga sehingga kebutuhan pupuk terpenuhi, kredit usahatani dalam PUAP digunakan oleh petani untuk membeli pupuk subsidi, pestisida dan perawatan dan penyuluhan sebagai ilmu untuk memanajemen usaha baik dalam pengambilan keputusan, penerapan teknologi dan lain-lain sehingga berpengaruh ke produksi.

Untuk lebih jelasnya, variabel-variabel kegiatan penunjang agribisnis diuji secara parsial terhadap produksi padi.

Pengaruh Subsidi Pupuk Terhadap Produksi Padi

Untuk mendapatkan pupuk subsidi dari pemerintah, petani beserta kelompok tani harus membuat rencana defenitif kebutuhan kelompok (RDKK) dengan didampingi oleh penyuluh pertanian yang kemudian diajukan kepada pemerintah, yang kemudian akan ditebus oleh penyalur resmi yang ditunjuk di tingkat desa atau kecamatan. Pupuk yang di subsidi di daerah penelitian adalah Urea, SP-18, ZA dan NPK. Dengan harga eceran tertinggi (HET) :

- Pupuk Urea = Rp.1.600 per kg - Pupuk SP-18 = Rp.2.000 per kg - Pupuk ZA = Rp.1.400 per kg - Pupuk NPK = Rp.2.300 per kg

Terdapat beberapa kemasan yang disalurkan di daerah penelitian oleh penyalur resmi yang harus dibayar secara tunai oleh petani antara lain :

- Pupuk Urea = 50 kg - Pupuk SP-36 = 50 kg - Pupuk ZA = 50 kg

- Pupuk NPK = 50 kg atau 20 kg

Tujuan subsidi dimaksudkan untuk pemberian pupuk bagi tanaman sesuai dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman untuk mencapai produktivitas yang optimal dan berkelanjutan (pemupukan berimbang) dan membantu petani dalam pemenuhan dan pemotongan harga. Penggunaan pupuk yang tidak sesuai dengan anjuran akan menyebabkan produksi menurun. Mengingat harga pupuk yang semakin mahal, kebanyakan petani tidak bisa memenuhi kebutuhan pupuk bagi tanaman atas dasar itu pemerintah membuat kebijakan memberi pemotongan harga/subsidi pupuk untuk membantu petani dalam permodalan dalam usahataninya.

Tabel 5. Penggunaan Pupuk Subsidi Oleh Petani.

No Klasifikasi Penggunaan Pupuk (Kg) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 0-100 2 6,25 2 101-200 8 25 3 201-300 3 9,375 4 301-400 14 43,75 5 >400 5 15,625 Jumlah 32 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Dari tabel di atas terlihat bahwa penggunaan pupuk subsidi oleh petani dengan total sampel 32 orang terbesar pada kelompok 301-400 yaitu sebanyak 14

orang atau 43,75 %, dan yang paling sedikit berada pada kelompok 0-100 yaitu sebanyak 2 orang atau sebesar 6,25 %.

Dalam hipotesis dinyatakan bahwa subsidi pupuk memiliki pengaruh terhadap produksi padi. Untuk mengetahui pengaruh subsidi pupuk terhadap produksi padi dilakukan analisis regresi sederhana. Dari hasil analisis regresi sederhana diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :

Ý= 0,008 + 0,15X Dimana :

Ý = Produksi padi (Ton) X = Subsidi pupuk (Kg)

Dari hasil regresi diperoleh nilai t-hitung sebesar 20,632. T-hitung yang diperoleh lebih besar dari t-tabel pada a = 5% yaitu 2,042, artinya secara parsial subsidi pupuk memiliki pengaruh nyata terhadap produksi padi.

Hal ini disebabkan karena subsidi pupuk membantu petani dalam pengurangan harga, sehingga petani mampu memenuhi pupuk yang dibutuhkan tanaman dan akhirnya berpengaruh pada produksi.

Pengaruh Kredit Usahatani Dalam PUAP Terhadap Produksi Padi

Program usaha agribisnis perdesaan (PUAP) merupakan bentuk fasilitas bantuan modal untuk petani anggota gabungan kelompok tani (GAPOKTAN), di daerah penelitian bantuan modal yang diberi pemerintah dikelola oleh gabungan kelompok tani dengan membentuk lembaga keuangan mikro agribisnis perdesaan (LKMA). Untuk mendapatkan PUAP, petani harus membuat rencana usaha anggota

(RUA) yang disusun oleh masing-masing petani dan kemudian membuat rencana usaha bersama (RUB) yang disusun bersama kelompok tani.

Di daerah penelitian PUAP ditujukan untuk petani yang ketika melakukan usahatani kekurangan modal baik untuk membeli pupuk, pestisida maupun perawatan. Sebelum adanya PUAP petani meminjam kepada bank, dan para pemilik modal di desa itu dengan perjanjian pengembalian berbeda-beda, ada yang bayar ketika panen, dan ada juga hasil panen harus dijual kepada orang yang meminjamkan uang.

Tabel 6. Penyaluran Kredit Usahatani Dalam PUAP. No Klasifikasi Penyaluran PUAP

(Rp) Jumlah (orang) Persentase (%) 1 300000-700000 6 18.75 2 700001-1100000 18 56.25 3 1100001-1500000 6 18.75 4 >1500000 2 6.25 Jumlah 32 100

Sumber : Data diolah dari Lampiran 2

Dari tabel di atas terlihat bahwa penyaluran PUAP terbesar berada pada kelompok 700001-1100000 (Rp) yaitu sebesar 18 orang atau 56.25 % dan yang terkecil pada kelompok >1500000 (Rp) yaitu sebesar 2 orang atau 6.25 %.

Dalam hipotesis dinyatakan bahwa kredit usahatani dalam PUAP memiliki pengaruh terhadap produksi padi. Untuk mengetahui pengaruh kredit usahatani dalam PUAP terhadap produksi padi dilakukan analisis regresi sederhana. Dari hasil analisis regresi sederhana diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :

Ý= 3,419 + 0,000001356X Dimana :

Ý = Produksi padi (Ton)

X = Kredit usahatani dalam PUAP (Rp)

Dari hasil regresi diperoleh nilai t-hitung sebesar 0,343. T-hitung yang diperoleh lebih kecil dari t-tabel pada a = 5% yaitu 2,042, artinya secara parsial kredit usahatani dalam PUAP tidak memiliki pengaruh nyata terhadap produksi padi.

Hal ini disebabkan sebelum ada kredit usahatani dalam PUAP petani meminjam modal usaha dari berbagai tempat misalnya dari bank, dari agen dan kepada orang pemilik modal di sekitar desa dalam memenuhi input produksi.

Pengaruh Frekuensi Mengikuti Penyuluhan Terhadap Produksi Padi

Di daerah penelitian penyuluh memberi penyuluhan dalam satu bulan sebanyak dua kali pertemuan kepada masing-masing kelompok tani dan dalam satu musim tanam sebanyak enam kali pertemuan kepada masing-masing kelompok tani, namun tidak semua petani dapat hadir mengikuti penyuluhan disebabkan karena waktu dan kesibukan masing-masing petani. Disamping pertemuan yang dijadwalkan oleh penyuluh di atas sewaktu-waktu juga dapat diadakan penyuluhan jika ada masalah mendadak seperti serangan hama, banjir dan lain-lain yang dianggap serius yang dapat menyebabkan gagal panen. Penyuluh juga bisa mengadakan pertemuan mendadak ketika ada program-program dari pemerintah dengan tujuan mensosialisasikannya kepada petani.

Tabel 7 . Frekuensi Mengikuti Penyuluhan/ Musim Tanam di Desa Kota Datar. No Klasifikasi Frekuensi Mengikuti

Penyuluhan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 ≤ 2 5 15.625 2 3-5 11 34.375 3 ≥ 6 16 50 Jumlah 32 100

Sumber : Data diolah dari Lampiran 3

Dari tabel di atas terlihat petani yang mengikuti penyuluhan terbesar pada kelompok ≥ 6 sebanyak 16 orang atau 50 % dan petani yang paling sedikit mengikuti penyuluhan terdapat pada kelompok ≤ 2 yaitu sebanyak 5 orang atau 15.625 %.

Dalam hipotesis dinyatakan bahwa frekuensi mengikuti penyuluhan memiliki pengaruh terhadap produksi padi. Untuk mengetahui pengaruh frekuensi mengikuti penyuluhan terhadap produksi padi dilakukan analisis regresi sederhana. Dari hasil analisis regresi sederhana diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :

Ý= 4,595 + 0,021X Dimana :

Ý = Produksi padi (Ton)

X = Frekuensi mengikuti penyuluhan (kali/MT)

Dari hasil regresi diperoleh nilai t-hitung sebesar 0,021. T-hitung yang diperoleh lebih kecil dari t-tabel pada a = 5% yaitu 2,042, artinya secara parsial Frekuensi mengikuti penyuluhan tidak memiliki pengaruh nyata terhadap produksi padi.

Hal ini disebabkan penyuluhan bukanlah faktor produksi, akan tetapi penyuluhan akan mempengaruhi perubahan sikap, sehingga dengan sadar atau tidak, individu yang dipengaruhi akan berubah sikapnya terhadap teknologi, apresiasi petani

terhadap teknologi mendorong penerapan teknologi sesuai anjuran dan kemudian akan berpengaruh dengan produksi.

Hubungan Karakteristik Petani (Umur, Lama Berusahatani dan Luas Lahan) Dengan Produksi Padi

Dalam hipotesis dinyatakan bahwa terdapat hubungan karakteristik petani (umur, lama berusahatani dan luas lahan) dengan produksi padi. Dapat dilihat pada tabel tabel 14.

Tabel 8. Hasil Korelasi Hubungan Karakteristik Petani Dengan Produksi Padi.

No Uraian

r

s-SPSS17 Sig.

1 Umur (X1) 0,07 0,705

2 Lama berusahatani (X3) -0,116 0,527

3 Luas lahan (X4) 0,984 0,00

Sumber : diolah dari lampiran 6 Keterangan :

r

s-SPSS17 : Hasil korelasi Rank Spearman dengan software SPSS 17.

t

-

tabel : a = 5%

Sig : Hubungan nyata atau tidak. Hubungan Umur Dengan Produksi Padi

Dalam hal ini umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan kemampuan petani dalam mengubah usahataninya. Semakin tua umur petani kemampuan kerja cenderung semakin menurun, yang akhirnya dapat mempengaruhi jumlah produksi, keadaan rata-rata umur petani di daerah penelitian adalah 43.6875 tahun, dengan interval antara 29-65 tahun.

Adapun keadaan umur petani sampel di daerah penelitian dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 9. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Kelompok Umur.

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 < 30 2 6.25 2 30-34 6 18.75 3 35-39 3 9.375 4 40-44 5 15.625 5 45-49 6 18.75 6 50-54 6 18.75 7 55 4 12.5 Jumlah 32 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 4

Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah petani sampel yang terbesar berada pada kelompok umur 30-34, 45-49, dan 50-54 tahun. Dengan jumlah 6 orang atau 18.75% dan yang terkecil pada kelompok umur ≤ 30 tahun dengan jumlah 2 orang atau 6.25%.

Dari Output SPSS17, diketahui bahwa koefisien korelasi Rank Spearman sebesar 0,07, diperoleh nilai Sig sebesar 0,705. Dapat disimpulkan bahwa nilai Sig lebih besar dari a = 5% yang berarti bahwa tidak ada hubungan nyata umur petani dengan produksi padi.

Umur adalah usia petani yang dihitung dari tanggal lahirnya yang dinyatakan dalam satuan tahun. Umur juga merupakan faktor apakah seseorang itu produktif atau tidak. Seseorang dikatakan produktif ketika berumur 15-59 tahun, rata-rata umur petani sampel adalah 43,6 tahun.

Dari hasil output SPSS17, Umur petani tidak mempengaruhi produksi padi. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan umur petani dengan produksi padi.

Hubungan Lama Bertani Dengan produksi Padi

Lamanya berusahatani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi. Semakin tinggi tingkat lamanya berusahatani maka semakin baik pula pengelolaan usahataninya dan bertambah jumlah produksinya. Rata-rata lama berusahatani petani sampel adalah sebesar 23.04 tahun dengan interval 9-41 tahun. Berikut tabel lama berusahatani petani sampel di daerah penelitian:

Tabel 10. Distribusi Petani sampel berdasarkan Lama Berusahatani.

No Lama Berusahatani (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) 1 < 10 1 3.125 2 10-14 5 15.625 3 15-19 7 21.875 4 20-24 4 12.5 5 25-29 5 15.625 6 30-34 4 12.5 7 35-39 4 12.5 8 ≥ 40 2 6.25 Jumlah 32 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 4

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah petani yang mempunyai pengalaman berusahatani terbesar ialah pada kelompok 15-19 tahun sebanyak 7 orang atau 21.875% dari jumlah keseluruhan petani sampel yang berada pada daerah penelitian, sedang untuk pengalaman berusahatani terkecil pada kelompok ≤ 10 yaitu sebanyak 1 orang atau 3.1 %.

Dari Output SPSS17, diketahui bahwa koefisien korelasi Rank Spearman sebesar 0,116, diperoleh nilai Sig sebesar 0,527. Dapat disimpulkan bahwa nilai Sig lebih besar dari a = 5% yang berarti bahwa tidak ada hubungan nyata lama bertani dengan produksi padi.

Lama berusaha tani adalah lama petani bekerja dan bermata pencaharian sebagai petani (tahun). Lama berusahatani tiap petani berbeda-beda, oleh karena itu lama berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal-hal yang baik untuk-waktu berikutnya. Rata-rata lama berusahatani petani sampel adalah 23,03 tahun, hal ini menunjukan bahwa petani memiliki pengalaman bertani yang cukup lama dalam berusahatani.

Dari output SPSS17, lama berusahatani tidak mempengaruhi produksi padi. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan lama berusahatani dengan produksi padi.

Hubungan Luas Lahan Dengan Produksi Padi

Luas lahan di daerah penelitian merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi. Semakin luas lahan yang dimiliki petani maka jumlah produksi semakin tinggi. Rata-rata luas lahan petani sampel 0.86 Ha dalam interval 0.2-2 Ha. Berikut tabel luas lahan di daerah penelitian.

Tabel 11. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Luas Lahan.

No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 < 1 14 43.75 2 ≥ 1 18 56.25 Jumlah 32 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 4.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kelompok yang mempunyai luas lahan terluas berada pada kelompok ≥ 1 Ha sebanyak 18 orang atau 56. 25 % dari jumlah keseluruhan petani sampel.

Dari Output SPSS17, diketahui bahwa koefisien korelasi Rank Spearman sebesar 0,984, diperoleh nilai Sig sebesar 0,00. Dapat disimpulkan bahwa nilai Sig lebih kecil dari a = 5% yang berarti bahwa ada hubungan nyata luas lahan dengan produksi padi.

Luas lahan adalah keseluruhan lahan yang dimiliki petani dalam usahataninya (Ha), rata-rata luas lahan yang dimiliki petani di Desa Kota Datar adalah 0,89 Ha.

Dari output SPSS17, luas lahan mempengaruhi produksi padi. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan luas lahan dengan produksi padi. Karena semakin luas lahan yang dimiliki petani untuk usahatani, maka semakin besar pula luas panen, sehingga produksi semakin besar dibandingkan dengan petani yang memiliki luas sempit.

Masalah-masalah Yang Dihadapi Petani Padi Sawah di Desa Kota Datar

Masalah adalah kesenjangan antara kenyataan dengan yang diharapkan. Dari hasil penelitian bahwa masalah yang dihadapi petani di Desa Kota Datar adalah :

1. Memiliki sawah tadah hujan sehingga harus menunggu hujan datang untuk bisa menanam padi, sehingga menyebabkan jadwal tanam tidak serempak. 2. Sulit untuk mendapatkan modal untuk usahatani.

Upaya-upaya Yang Dilakukan Untuk Menanggulangi Masalah Yang Dihadapi Petani

Upaya merupakan alternatif untuk memecahkan masalah atau langkah-langkah yang ditempuh untuk mencari jalan keluar agar dapat mengatasi dan memecahkan masalah yang dihadapi sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

1. Alternatif untuk mengatasi sawah tadah hujan sebagian petani menggunakan pompa air untuk mengairi lahan sawah yang dimiliki, tetapi sebagian petani hanya menunggu hujan baru mulai tanam. Dalam waktu dekat ini petani meminta bantuan kepada pemerintah untuk membuat/membangun saluran/kubangan air untuk mengairi lahan masing-masing petani.

2. Modal adalah faktor penting dalam usahatani, dalam mendapatkan modal upaya petani meminjam kepada LKMA (lembaga keuangan mikro agribisnis) yang mengelola keuangan pertanian di tingkat desa, LKMA berdiri dibawah garis koordinasi Gapoktan yang dikelola oleh petani anggota gapoktan, untuk mendapatkan pinjaman petani harus bergabung menjadi anggota Gapoktan. dan sebagian petani juga meminjam modal kepada pemilik modal baik di dalam desa maupun di luar desa.

Dokumen terkait