Tabel Hasil Olahan Kuisioner Umpan Balik Tahap II
1. Keberadaan ASEAN Centre memacu perbaikan koordinasi No. Responden Sikap Alasan
1. Anggota DPR 1 S* Asalkan pengendalian lingkungan dilakukan secara bersama pula (tidak sektoral) artinya masalah kebakaran juga harus dikaitkan juga dengan masalah lingkungan yang terkait, seperti illegal logging
2. Anggota DPR 2 S Ya, secara eksplisit tugas ASEAN Center dapat mendorong ke arah sana, selain itu Indonesia juga harus dapat memaksimalkan dan memanfaatkan fungsi ASEAN Center tersebut dengan keberadaannya di Indonesia
3. Departemen Kehutanan
S* Perbaikan koordinasi akan diperoleh asalkan setiap institusi yang berperan mengiringinya dengan niat yang sungguh-sungguh untuk memperbaiki koordinasi, bukan sekedar politis semata
4. Bakornas PBP S Hal ini memang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Agreement tersebut
5. Kementerian Lingkungan Hidup
S Indonesia akan mendapatkan manfaat dari perbaikan koordinasi antar Pihak untuk mengatasi kebakaran, juga akan membantu Indonesia dalam menjaga hubungan baik dengan negara lain untuk mengatasi kebakaran dan dampaknya bersama-sama
6. APHI S AATHP memberikan nilai lebih, dorongan moral dan tanggung jawab yang dapat digunakan untuk perbaikan koordinasi antar institusi terkait di Indonesia maupun di tingkat regional ASEAN. Untuk Indonesia, ”nilai lebih” untuk mendorong perbaikan koordinasi antar institusi terkait ini makin besar mengingat adanya rencana keberadaan pusat koordinasinya di Indonesia
7. WALHI KS Kebakaran terjadi di Indonesia, penyelesaian seharunsya dilakukan dengan lebih meningkatkan koordinasi di tingkat gubernur dan bupati. Indonesia sudah memiliki Pusdalkarhutla (Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan), untuk itu maka Indonesia sebaiknya memperbaiki Pusdakarhutla agar tidak terdapat korupsi dan manipulasi sehingga koordinasi pun dapat lebih ditingkatkan.
8. MPBI KS Koordinasi internal lebih ditentukan oleh komitmen di dalam negeri Indonesia sendiri dan bukan karena adanya AATHP
2. Perbaikan koordinasi di tingkat pusat (nasional)
No. Responden Sikap Alasan
1. Anggota DPR 1 S Perbaikan di tingkat nasional lebih dimungkinkan akibat adanya AATHP karena karena institusi-institusi di tingkat pusat lebih sering berhubungan dengan ”orang luar” dalam menjalankan mekanisme AATHP sehingga ego sektoralnya dapat lebih ditekan
No. Responden Sikap Alasan
2. Anggota DPR 2 S Dapat berimplikasi terhadap perbaikan koordinasi di tingkat nasional, karena AATHP bersifat nasional, sehingga pengaruhnya lebih terasa di tingkat pusat. 3. Departemen
Kehutanan
KS Realitasnya banyak yang belum mempunyai komitmen untuk memperbaiki koordinasi baik di tingkat kebijakan (pusat) maupun operasionalnya (lokal)
4. Bakornas PBP S AATHP adalah kebijakan politis di tingkat pusat yang akan mempengaruhi perbaikan koordinasi terutama di tingkat pusat.
5. Kementerian Lingkungan Hidup
S Perbaikan koordinasi akan lebih terasa di tingkat pusat karena kesiapan daerah dalam usaha pengendalian kebakaran hutan dan lahan masih perlu dibangun, termasuk memperbaiki koordinasi antar insitusinya 6. APHI S Dalam penanganan kebakaran lahan dan hutan di
Indonesia beserta dampaknya salah satu titik lemahnya adalah kurangnya koordinasi antar institusi baik di tataran horizontal maupun di tataran vertikal (hubungan pusat dan daerah), padahal ”lokasi dan dampak” kebakaran lahan dan hutan semuanya terjadi di ”daerah”. Untuk itu AATHP diharapkan dapat memacu perbaikan koordinasi di tingkat pusat (nasional).
7. WALHI S Melalui AATHP, pemerintah, terutama di tingkat pusat akan lebih intensif berkoordinasi dibandingkan institusi di tingkat lokal sehingga pegaruh perbaikan koordinasi lebih terasa di tingkat pusat (nasional) 8. MPBI S AATHP memang hanya berdampak untuk high level
dan regional saja
3. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan peralatan penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan
No. Responden Sikap Alasan
1. Anggota DPR 1 S Setidaknya pada saat penanggulangan bencana dapat menambah sumberdaya baik manusia maupun peralatan
2. Anggota DPR 2 S Meskipun kapasitas sumberdaya negara Asean lainnya sebenarnya tidak lebih baik dan mampu dibandingkan Indonesia
3. Departemen Kehutanan
S Kita (Indonesia) dapat menggunakan peluang yang ada pada Persetujuan (AATHP) tersebut dengan cara menggunakan sumberdaya yang ada dari negara lain yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia serta disesuaikan pula dengan kemampuan negara pemberi bantuan tersebut sehingga mobilisasi sumberdaya tersebut dapat dipergunakan secara efektif dan efisien oleh Indonesia
No. Responden Sikap Alasan
5. Kementerian Lingkungan Hidup
S Sebagai realisasinya Indonesia telah menerima bantuan dari regional ASEAN pada tahun 1997 dan 2005 untuk mengatasi kebakaran
6. APHI S Pemanfaatan mekanisme perbantuan yang terdapat dalam AATHP oleh Indonesia akan lebih bernilai dan bermanfaat apabila juga digunakan untuk upaya pencegahan kebakaran lahan dan hutan, dan tidak hanya dimanfaatkan pada saat bencana kebakaran atau asap sudah tidak dapat ditanggulangi oleh Indonesia
7. WALHI S Bisa juga dilakukan dalam perjanjian bilateral. Selama ini jenis model bantuan seperti itu sudah ada
8. MPBI S Memang demikian, meski untuk upaya pengendalian pada saat bencana kebakaran, Indonesia dapat juga mengerahkan kemampuan dari dalam negeri atau pun pihak lain di luar negara ASEAN, seperti Rusia atau pun Canada
4. Perbaikan pengelolaan informasi dan data kebakaran hutan dan lahan No. Responden Sikap Alasan
1. Anggota DPR 1 S Agreement ini akan memacu ke arah perbaikan
pengelolaan informasi karena Indonesia akan berupaya keras memberikan data yang akurat ke tingkat regional. Oleh karena itu untuk menyiapakan data dan informasi yang akurat tersebut maka akan memacu koordinasi antar instansi baik di pusat dan daerah untuk menyediakan data dan informasi tersebut.
2. Anggota DPR 2 S Ya akan mendorong NMC untuk membangun sistem untuk keperluan tersebut
3. Departemen Kehutanan
KS Sudah ada jaringan informasi yang dibangun untuk hal tersebut dan telah disebarluaskan melalui website serta telah berjalan dan diacu seluruh propinsi rawan kebakaran, meskipun belum sampai di tingkat kabupaten/kota seperti yang telah dilakukan oleh Departemen Kehutanan
4. Bakornas PBP S Tugas dan fungsi yang harus diemban oleh NMC (National Monitoring Centre) telah diatur di dalam Persetujan (AATHP) termasuk melakukan tugas tersebut
5. Kementerian Lingkungan Hidup
S Akan berdampak ke arah perbaikan pengelolaan informasi karena sistem dan komunikasi yang baik akan segera dibangun untuk memenuhi mekanisme pada AATHP tersebut
6. APHI S Mekanisme pemantauan dan pelaporan kejadian beserta respon dan tindak lanjutnya merupakan kunci keberhasilan penanganan kebakaran lahan dan hutan. Penanganan terhadap mekanisme ini akan mendorong perbaikan pengelolaan informasi
No. Responden Sikap Alasan
dalam berbagai bentuk dan berbagai tingkatan. 7. WALHI TS Sudah ada Pusdalkarhutla yang mengelola
informasi tersebut, sebaiknya institusi inilah yang perlu diperbaiki
8. MPBI KS Dikhawatirkan informasi akurat yang diberikan oleh Indonesia kepada ASEAN Centre dapat menjadi bumerang bagi Indonesia di kemudian hari karena tidak dapat megendalikan kebakaran hutan dan lahannya.
5. Penetapan sumber data hotspot di tingkat nasional
No. Responden Sikap Alasan
1. Anggota DPR 1 S Karena untuk pelaporan data dan informasi dari tingkat nasional ke tingkat regional harus di tetapkan satu sumber (institusi) penyedia data atas nama Indonesia
2. Anggota DPR 2 S Dapat berimplikasi kesana, meskipun sebenarnya untuk pengaturan dan penetapan sumber data dan informasi ini pada UU Penanggulangan Bencana juga sudah terakomodasi
3. Departemen Kehutanan
KS Tidak perlu ada penetapan sumber data dan informasi karena justru sumber data hot spot yang berbeda dapat menjadi sumber referensi
4. Bakornas PBP S Indonesia harus menetapkan satu sumber data hot spot guna memenuhi mekanisme pemantauan dan pelaporan informasi kebakaran tersebut
5. Kementerian Lingkungan Hidup
KS Indonesia sebaiknya melakukan penetapan sumber informasi dan data hotspot terlepas dari adanya AATHP karena keperluan kesatuan sumber data dan informasi kebakaran khususnya di tingkat nasional dan lokal.
6. APHI S Terkait dengan mekanisme pemantauan, pelaporan dan upaya respon/tindaklanjutnya, maka AATHP akan mendorong perbaikan dalam pengelolaan informasi kebakaran, misalnya : pemantauan dan pengelolaan data hot spot di berbagai tingkatan. 7. WALHI TS Sudah ada ASMC, Singapura dan NOAA yang
dikelola Departemen Kehutanan sebagai sumber data hotspot dan sudah ada Pusdalkarhutla yang mengelola informasi sampai dengan pencegahannya. Konsep inilah yang sebaiknya diperbaiki agar paling tidak jangan terlalu birokratis untuk mendukung upaya perbaikan pengelolaan informasi kebakaran guna upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, dan bukan semata upaya penetapan sumber data hot spot.
No. Responden Sikap Alasan
karena masih ada ego sektoral yang sangat tinggi. Menurut saya, LAPAN cocok sebagai lembaga resmi karena tidak berdasarkan keproyekan (based
on project) dan mereka memang sudah memiliki
teknologinya, baik receiver-nya, pengolahan data dsb untuk keperluan tersebut.
6. Pembagian peran, tanggung jawab dan kewenangan yang lebih jelas antar institusi dalam upaya penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan No. Responden Sikap Alasan
1. Anggota DPR 1 S Karena lembaga-lemebaga yang ditunjuk tersebut akan melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan sehingga tugas dan fungsinya akan lebih jelas
2. Anggota DPR 2 S Harapannya terhadap institusi-institusi tersebut memang demikian
3. Departemen Kehutanan
S Harapannya seperti itu, yakni NFP (National Focal Point) sebagai koordinator menyampaikan visi dan misi serta program kepada ASEAN dan dalam implementasinya dikembalikan kepada NMC dan CA (Competent Authorities)
4. Bakornas PBP S Oleh karena itu dengan adanya penunjukan tersebut, maka akan ada batasan tugas dan fungsi dari masing-masing institusi yang berperan tersebut 5. Kementerian
Lingkungan Hidup
S NFP harus mengkoordinasikan bahwa penunjukan harus sesuai dengan tupoksi masing-masing Instansi
6. APHI S Dengan adanya penunjukan NFP, NMC dan CA yang akan berdampak terhadap kejelasan peran, tanggungjawab dan pembagian tugas antar institusi terkait sesuai dengan tupoksinya dalam pengendalian kebakaran lahan dan hutan, maka ratifikasi AATHP akan memberikan dampak yang positif sebagaimana yang diharapkan dalam pengendalian kebakaran lahan dan hutan.
7. WALHI S Sesuai dengan pembagian tugas yang ada, memang harapannya demikian
8. MPBI S Penunjukan tersebut diharapkan akan memberikan implikasi ke arah perbaikan pembagain peran dan tanggung jawab yang lebih baik
7. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan No. Responden Sikap Alasan
1. Anggota DPR 1 KS Masih sangat sulit karena pembukaan lahan dengan membakar selama ini banyak yang diinisiasi oleh pelaku illegal logging, yang nota bene merupakan rangkaian panjang dari permasalahan lingkungan di tingkat regional,
No. Responden Sikap Alasan
sehingga untuk memacu ke arah sana masih sangat panjang dan sulit.
2. Anggota DPR 2 TS Upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tersebut juga sudah diatur di dalam UU Penanggulangan Bencana. Selain itu sebaiknya upaya peningkatan kesadaran tersebut jangan bersifat kerjasama bilateral (regional) karena dikhawatirkan filosofinya berbeda
3. Departemen Kehutanan
KS Hal ini tugas kita untuk mendidik bangsa sendiri mengingat pendidikan dan pelatihan melalui pendekatan kultur semestinya kita (Indonesia) yang paling tahu, yang di perlukan adalah komitmennya karena dari segi hukum sudah cukup banyak peraturan yang melarang pembukaan lahan dengan cara membakar
4. Bakornas PBP KS Tidak ada dampak langsung yang dapat diharapkan dari AATHP untuk pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian kebakaran karena sifatnya yang hanya mendorong pemerintah untuk lebih giat lagi melakukan promosi raktek pembukaan lahan tanpa bakar, sedangkan upaya untuk melakukan hal tersebut tetap berpulang kepada bangsa Indonesia sendiri
5. Kementerian Lingkungan Hidup
KS Banyak akar permasalahan yang masih belum terjawab hanya dengan melakukan kegiatan di tingkat regional
6. APHI S Adanya AATHP diharapkan juga dapat merupakan sarana untuk perbaikan pendidikan, kesadaran, cara pandang, perilaku/kebiasaan masyarakat terhadap kebakaran lahan dan hutan melalui kerjasama teknis di tingkat regional maupun internasional dalam pelatihan, pendidikan dan kampanye peningkatan kesadaran terutama yang berkaitan dengan promosi praktek-praktek pembukaan lahan tanpa bakar serta dampak pencemaran asap terhadap kesehatan dan lingkungan
7. WALHI TS Sebenarnya sejak tahun 2001 sudah ada resolusi untuk melakukan penerapan pembukaan lahan tanpa bakar, namun pemerintah tidak serius melaksanakannya, sehingga akan sangat sulit diharapkan dari AATHP akan berdampak ke arah sana. Sebagai contohnya hingga saat ini pemerintah pusat pun belum mengeluarkan pedoman pembukaan lahan tanpa bakar di tingkat nasional yang dapat dijadikan acuan bagi pemerintah daerah untuk mengembangkannya.
8. MPBI KS Kesadaran masyarakat tidak ditentukan oleh bantuan dari luar negeri, tapi oleh kemampuan pemerintah (pusat dan daerah) Indonesia untuk terus berupaya ke arah sana
8. Pengembangan penerapan pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) No. Responden Sikap Alasan
1. Anggota DPR 1 S Melalui Agreement ini diharapkan illegal logging yang merupakan salah satu rangkaian penyebab kebakaran dan menjadi permasalahan di tingkat regional dapat lebih dikendalikan serta pemerintah dapat memberikan alternatif mata pencaharian untuk melangsungkan kehidupan masyarakat sebagai salah satu solusi untuk menekan pembakaran hutan dan lahan
2. Anggota DPR 2 S Indonesia dapat memanfaatkan AATHP tersebut untuk hal tersebut karena untuk meningkatkan partisipasi masyarakat masih memerlukan upaya yang sangat besar
3. Departemen Kehutanan
KS Hal tersebut sebenarnya sudah dilakukan hanya mungkin perlu diperbesar dan diperluas dan untuk itu perlu komitmen semua pihak termasuk Pemerintah Daerah
4. Bakornas PBP KS Persetujuan (AATHP) sebenarnya tidak akan memberikan banyak dampak terhadap upaya pencegahan, misalnya dalam promosi praktek PLTB (Pembukaan Lahan Tanpa Bakar) karena upaya-upaya peningkatan kesadaran tersebut sesungguhnya lebih tergantung dari pemerintah Indonesia sendiri
5. Kementerian Lingkungan Hidup
S AATHP dapat saja digunakan sebagai momentum untuk lebih mengambangkan dan mempromosikan PLTB namun implikasi langsung adalah tergantung dari kemampuan di dalam negeri untuk mewujudkannya
6. APHI S AATHP dapat memberikan implikasi terhadap peningkatan pendidikan, peningkatan kesadaran, perubahan perilaku/kebiasaan dan perubahan cara pandang masyarakat dalam pengendalian kebakaran hutan
7. WALHI S* Dapat saja berimplikasi kesana asalkan pemerintah serius menjalankannya dan juga AATHP jangan hanya untuk mengatur penyadaran masyarakat namun juga perbaikan kebijakan yang mengatur tanggung jawab apabila lahan perusahaan terbakar karena 81.1 persen kebakaran terjadi dikonsesi milik perusahaan perkebunan dan HTI
8. MPBI KS Sulit menerapkan PLTB karena untuk meningkatkan kesadaran tersebut masih ada ”gap” antara pemerintah dan masyarakat, misalnya tentang kebutuhan tenaga kerja serta dampak pembakaran terhadap kesuburan tanah
9. Pembuatan SOP (Standard Operating Procedures) penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan
No. Responden Sikap Alasan
1. Anggota DPR 1 S Koordinasi antar departemen (institusi) yang dijabarkan dalam SOP mutlak dilakukan untuk menanggulangi bencana kebakaran hutan dan lahan 2. Anggota DPR 2 S* AATHP dapat saja memacu pembuatan Standar
Prosedur Pelaksanaan (SOP) Penanggulangan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan di tingkat nasional namun pembuatan SOP ini harus tetap dengan payung Undang-undang Penanggulangan Bencana
3. Departemen Kehutanan
S Indonesia memerlukan SOP tersebut untuk memudahkan berjalannya mekanisme Persetujuan (AATHP)
4. Bakornas PBP S Perlu membuat SOP Penanggulangan Bencana Kebakaran yang lebih terpadu karena hingga saat Indonesia memang belum memilikinya dan diharapkan melalui AATHP dapat memacu pembuatan SOP tersebut
5. Kementerian Lingkungan Hidup
S Penyusunan SOP harus disesuaikan dengan kebutuhan substansi dalam AATHP
6. APHI S* Penekanannya tetap difokuskan terhadap koordinasi lintas sektoral/pihak yang telah membuat Standar Prosedur Pelaksanaan pada sektor atau institusinya masing-masing.
7. WALHI S* Memang SOP tersebut diperlukan dan pembuatan SOP Penanggulangan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan di tingkat nasional tersebut perlu ditindak lanjuti dengan membuat SOP yang bersifat lokal dengan tidak menghilangkan teknik-teknik penanggulangan kebakaran sederhana yang telah lama ada di tingkat masyarakat.
8. MPBI S Sebagai konsekuensi maka Indonesia perlu membuat SOP tersebut
10. Perbaikan Alokasi Dana Penanggulangan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan No. Responden Sikap Alasan
1. Anggota DPR 1 KS Berdsasarkan substansi Persetujuan, maka penyediaan dana akan tergantung kepada APBN dan APBD, seharusnya tergantung kondisi negara-negara donor yang terlibat untuk membantu Indonesia mengatasi kebakaran
2. Anggota DPR 2 S AATHP dapat saja berimplikasi ke arah sana, meskipun tetap tergantung kepada APBN dan APBD
3. Departemen Kehutanan
KS Karena tanpa adanya AATHP pun, misalnya Departemen Kehutanan sudah mendapat alokasi dana yang memadai untuk kegiatannya. Dari tahun
No. Responden Sikap Alasan
perbaikan alokasi dana untuk kegiatannya.
4. Bakornas PBP S Alokasi dana penanggulangan bencana memang sangat tergantung dari APBN dan APBD daerah rawan kebakaran
5. Kementerian Lingkungan Hidup
S Diharapkan melalui AATHP dapat lebih mendorong alokasi dana dalam APBN supaya pengendalian kebakaran menjadi prioritas
6. APHI S Dapat berimplikasi kepada perbaikan alokasi dana, meskipun sebenarnya secara internal Pemerintah Indonesia harus dan wajib mengalokasikan dana yang cukup untuk pencegahan dan penanggulangan kebakaran lahan dan hutan
7. WALHI S Meski sudah ada AATHP, alokasi tersebut tetap sangat tergantung APBN dan APBD
8. MPBI S Karena sudah ada AATHP maka Indonesia terpaksa akan menyediakan dana yang lebih memadai bagi upaya penanggulangan benncana kebakaran hutan dan lahan.
11. Penguatan Kelembagaan Penanggulangan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan di Daerah
No. Responden Sikap Alasan
1. Anggota DPR 1 S Singapura memang berkepantingan membantu Indonesia agar dampaknya tidak mengenai mereka sehingga diharapkan penguatan kapasitas kelembagaan pengendalian kebakaran di tingkat daerah terjadi dan selanjutnya mengurangi terjadinya kebakaran hutan dan lahan
2. Anggota DPR 2 S Diharapkan bantuan yang diberikan dapat memacu penguatan kelembagaan di daerah karena bantuan langsung diberikan kepada pemerintah daerah 3. Departemen
Kehutanan
KS masih sulit mendapatkan kesepakatan lingkup bantuanyang diberikan karena apa yang diinginkan oleh pemerintah Indoensia belum sepenuhnya dapat dipenuhi oleh Singapura sehingga implikasi terhadap penguatan kelembagaan di tingkat pemerintah daerah pun masih sulit diharapkan dari bantuan tersebut
4. Bakornas PBP S Secara eksplisit adanya mekanisme perbantuan (baik teknis maupun non teknis) memang telah diatur di dalam Persetujuan (AATHP) dan jika bantuan tersebut diberikan langsung kepada pemerintah daerah diharapkan dapat memacu penguatan kelembagaan pengendalian kebakaran hutan di daerah
5. Kementerian Lingkungan Hidup
KS Pembahasan masih dapat dilakukan dalam semangat ASEAN dalam kerangka bilateral
6. APHI S Penguatan kelembagaan adalah faktor penting dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran lahan dan hutan secara terintegrasi dan
No. Responden Sikap Alasan
terkoordinasi dari tingkat lokal sampai dengan tingkat regional. Dengan demikian diharapkan AATHP dapat mendorong terjadinya penguatan kelembagaan pencegahan dan pengendaliaan kebakaran hutan dan dampaknya
7. WALHI TS kerjasama sudah ada (dengan Singapura atau Malaysia) kenapa harus ada Agreement. Bantuan bisa melalui kerjasama bilateral
8. MPBI KS Satu atau dua daerah yang dibantu belum jaminan untuk dapat mengembangkan dan memacu penguatan kelembagaan ke seluruh daerah rawan kebakaran lainnya
12. Pembangunan ASEAN Centre memudahkan kerjasama dan koordinasi antar Pihak
No. Responden Sikap Alasan
1. Anggota DPR 1 S Ya, Indonesia berkepentingan karena salah satunya karena luasan hutannya sangat besar 2. Anggota DPR 2 S Diharapkan Indonesia dapat memanfaatkan
ASEAN Centre tersebut untuk kepentingan pengendalian kebakaran yang lebih baik
3. Departemen Kehutanan
S Indonesia dapat memanfaatkan ASEAN Centre tersebut untuk keperluan pengendalian kebakaran di Indonesia
4. Bakornas PBP S ASEAN Centre dapat dipergunakan untuk keperluan atau kepentingan pengendalian kebakaran di Indonesia
5. Kementerian Lingkungan Hidup
S Akan lebih baik bila Indonesia sebagai tuan rumah karena permasalahan kebakaran hutan dan lahan banyak terjadi
6. APHI S Permasalahan kebakaran lahan dan hutan di Indonesia sangat rumit dan sulit diselesaikan secara parsial. Dengan berbagai kondisi yang ada di Indonesia ini, maka apabila Indonesia menjadi tuan rumah ASEAN Centre maka dapat lebih memanfaatkannya secara optimal untuk berbagai keperluan
7. WALHI S Seperti yang disebutkan Indonesia dapat memanfaatkan ASEAN Center untuk kepentingan Indonesia juga
8. MPBI S Adanya ASEAN Centre dapat dimanfaatkan oleh Indonesia untuk berbagai keperluan
Keterangan :
S = Sependapat
S* = Sependapat dengan catatan KS = Kurang Sependapat TS = Tidak Sependapat