• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan penerapan pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) No. Responden Sikap Alasan

LAMPIRAN E HASIL OLAHAN KUISIONER TAHAP III

8. Pengembangan penerapan pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) No. Responden Sikap Alasan

peningkatan atau pengembangan pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian kebakaran (misalnya dalam PLTB)

5. Kementerian Lingkungan Hidup

KS Banyak akar permasalahan yang masih belum terjawab hanya dengan melakukan kegiatan di tingkat regional

6. APHI S Pasti ada manfaat yang dapat dipetik dari AATHP meskipun tidak signifikan, misalnya dalam peningkatan pendidikan dan kesadaran masyarakat melalui kerjasama teknis di tingkat regional maupun internasional dalam pelatihan, pendidikan dan kampanye peningkatan kesadaran terutama yang berkaitan dengan promosi praktek-praktek pembukaan lahan tanpa bakar serta dampak pencemaran asap terhadap kesehatan dan lingkungan 7. WALHI TS Meskipun ada upaya promosi terhadap masyarakat

ataupun kerjasama di tingkat regional tidak akan memberikan banyak implikasi mengurangi kejadian kebakaran karena yang dilakukan seharusnya adalah upaya yang lebih represif kepada perusahaan dan bukan masyarakat karena kejadian kebakaran sebagian besar terjadi di lahan perusahaan

8. MPBI KS Kesadaran masyarakat tidak ditentukan oleh bantuan atau kerjasama dari luar negeri, tapi oleh kemampuan pemerintah (pusat dan daerah) Indonesia untuk terus berupaya ke arah sana

8. Pengembangan penerapan pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) No. Responden Sikap Alasan

1. Anggota DPR 1 S Diharapkan Agreement ini dapat digunakan untuk memutus siklus ”illegal logging” dan pembakaran hutan secara luas

2. Anggota DPR 2 S Indonesia dapat memanfaatkan AATHP sebagai kerangka hukum untuk hal tersebut karena untuk meningkatkan partisipasi masyarakat masih memerlukan upaya yang sangat besar

3. Departemen Kehutanan

KS Indonesia sebenarnya sudak melaksanakan promosi dan penerapan praktek-praktek pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) namun hanya kurang komitmennya, kurangnya pengawasan dan penegakan hukum yang lemah

4. Bakornas PBP KS Upaya-upaya pengembangan PLTB tersebut sesungguhnya lebih tergantung dari pemerintah Indonesia sendiri selain sesungguhnya telah ada peraturan di dalam negeri yang telah mengakomodasi penerapan PLTB tersebut

5. Kementerian Lingkungan

S Dapat mengambil praktek-praktek pembukaan lahan tanpa bakar dari negara lain, meskipun demikian

No. Responden Sikap Alasan

dalam negeri untuk mewujudkannya

6. APHI S AATHP dapat memberikan implikasi terhadap peningkatan pendidikan, peningkatan kesadaran, perubahan perilaku/kebiasaan dan perubahan cara pandang masyarakat dalam pengendalian kebakaran hutan

7. WALHI S* Asalkan AATHP jangan hanya untuk mengatur penyadaran masyarakat namun juga perbaikan kebijakan yang mengatur tanggung jawab apabila lahan perusahaan terbakar karena 81.1 persen kebakaran terjadi di konsesi milik perusahaan perkebunan dan HTI

8. MPBI KS Meski ada AATHP namun masih sangat sulit untuk mewujudkannya karena untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tersebut masih ada ”gap” antara pemerintah dan masyarakat di dalam melaksanakan PLTB (pembukaan lahan tanpa bakar), misalnya tentang kebutuhan tenaga kerja serta dampak pembakaran terhadap kesuburan tanah

9. Pembuatan SOP (Standard Operating Procedures) penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan

No. Responden Sikap Alasan

1. Anggota DPR 1 S Koordinasi antar departemen (institusi) yang dijabarkan melalui SOP mutlak dilakukan untuk menanggulangi bencana kebakaran hutan dan lahan yang berguna juga untuk menjalankan mekanisme AATHP

2. Anggota DPR 2 S* AATHP dapat saja memacu pembuatan Standar Prosedur Pelaksanaan (SOP) Penanggulangan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan di tingkat nasional namun pembuatan SOP ini harus tetap dengan payung Undang-undang Penanggulangan Bencana

3. Departemen Kehutanan

S Sebagai bagian dari konsekuensi AATHP, Indonesia memerlukan SOP tersebut untuk memudahkan berjalannya mekanisme Persetujuan (AATHP)

4. Bakornas PBP S Perlu membuat SOP Penanggulangan Bencana Kebakaran yang lebih terpadu karena hingga saat Indonesia memang belum memilikinya dan diharapkan melalui AATHP dapat memacu pembuatan SOP tersebut

5. Kementerian Lingkungan Hidup

S AATHP dapat memacu pembuatan SOP meskipun demikian permasalahan penyusunan SOP tidak hanya terbatas pada bagaimana penyusunan SOP namun pada kelemahan koordinasi antar pihak di dalam menyusun SOP tersebut

No. Responden Sikap Alasan

6. APHI S* Penekanannya tetap difokuskan terhadap koordinasi lintas sektoral/pihak yang telah membuat Standar Prosedur Pelaksanaan pada sektor atau institusinya masing-masing.

7. WALHI S* Memang SOP tersebut diperlukan dan pembuatan SOP Penanggulangan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan di tingkat nasional tersebut perlu ditindak lanjuti dengan membuat SOP yang bersifat lokal dengan tidak menghilangkan teknik-teknik penanggulangan kebakaran sederhana yang telah lama ada di tingkat masyarakat.

8. MPBI S Sebagai konsekuensi untuk menjalankan mekanisme AATHP maka Indonesia perlu membuat SOP tersebut

10. Perbaikan Alokasi Dana Penanggulangan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan No. Responden Sikap Alasan

1. Anggota DPR 1 S AATHP akan menguatkan penjaminan adanya alokasi anggaran (politik anggaran) yang memadai untuk penanggulangan kebakaran hutan dan lahan selain yang telah dijaminkan dalam UU Penanggulangan Bencana

2. Anggota DPR 2 S AATHP dapat saja berimplikasi ke arah sana, meskipun tetap tergantung kepada APBN dan APBD

3. Departemen Kehutanan

KS Tanpa adanya AATHP, misalnya Departemen Kehutanan sudah mendapat alokasi dana yang memadai untuk membiayai kegiatannya

4. Bakornas PBP S Meskipun alokasi dana penanggulangan bencana tetap tergantung dari besaran dana yang ada pada APBN dan APBD daerah rawan kebakaran 5. Kementerian

Lingkungan Hidup

S Masih perlu mendorong alokasi dana dalam APBN dan APBD, misalnya melalui AATHP supaya upaya pengendalian kebakaran menjadi prioritas

6. APHI S Dapat berimplikasi kepada perbaikan alokasi dana, meskipun sebenarnya secara internal Pemerintah Indonesia harus dan wajib mengalokasikan dana yang cukup untuk pencegahan dan penanggulangan kebakaran lahan dan hutan

7. WALHI S Meski sudah ada AATHP yang dapat menyebabkan implikasi Indonesia harus menyediakan dana yang memadai, namun alokasi tersebut tetap sangat tergantung APBN dan APBD

No. Responden Sikap Alasan

memadai bagi upaya penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan.

11. Penguatan Kelembagaan Penanggulangan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan di Daerah

No. Responden Sikap Alasan

1. Anggota DPR 1 S Singapura atau negara ASEAN lain memiliki kepentingan yang sangat besar agar dampak asap tidak sampai ke negara mereka yang sangat dekat dengan Indonesia sehingga diharapkan melalui bantuan tersebut terjadi penguatan kelembagaan pengendalian kebakaran di tingkat daerah dan selanjutnya mengurangi kejadian kebakaran hutan dan lahan

2. Anggota DPR 2 S Diharapkan bantuan yang diberikan dapat memacu penguatan kelembagaan di daerah karena bantuan langsung diberikan kepada pemerintah daerah

3. Departemen Kehutanan

KS Meski ada komitmen untuk memberikan bantuan dari negara ASEAN lainnya, namun dalam pelaksanaannya masih sangat sulit karena apa yang diinginkan oleh pemerintah Indoensia belum sepenuhnya dapat dipenuhi oleh negara ASEAN lain yang ingin membantu sehingga sulit mengharapkan penguatan kelembagaan di daerah dengan mengharapkan bantuan dari negara ASEAN tersebut

4. Bakornas PBP S Secara eksplisit adanya mekanisme perbantuan (baik teknis maupun non teknis) memang telah diatur di dalam Persetujuan (AATHP) dan jika bantuan tersebut diberikan langsung kepada pemerintah daerah diharapkan dapat memacu penguatan kelembagaan pengendalian kebakaran hutan di daerah

5. Kementerian Lingkungan Hidup

KS Pembahasan masih dapat dilakukan dalam semangat ASEAN dalam kerangka bilateral 6. APHI S Penguatan kelembagaan adalah faktor penting

dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran lahan dan hutan secara terintegrasi dan terkoordinasi dari tingkat lokal sampai dengan tingkat regional. Dengan demikian diharapkan adanya AATHP dapat mendorong terjadinya penguatan kelembagaan pencegahan dan pengendaliaan kebakaran hutan dan dampaknya 7. WALHI TS kerjasama sudah ada (dengan Singapura atau

Malaysia) kenapa harus ada Agreement. Bantuan bisa melalui kerjasama bilateral

8. MPBI KS Satu atau dua daerah yang dibantu belum jaminan untuk dapat mengembangkan dan

No. Responden Sikap Alasan

memacu penguatan kelembagaan ke seluruh daerah rawan kebakaran lainnya

12. Pembangunan ASEAN Centre memudahkan kerjasama dan koordinasi antar

Dokumen terkait