• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMPIRAN F: TRANSKRIP WAWANCARA YOGI IKHWAN

Dalam dokumen LAMPIRAN A: FORM BIMBINGAN (Halaman 26-34)

Wawancara kepada Yogi Ikhwan selaku kepala seksi humas dalam Peran Serta Masyarakat Dinas Lingkungan Hidup Jakarta​, ​dilakukan pada tanggal 23 September 2020 pada pukul 13:20 di layanan telpon “Whatsapp”.

N : Narasumber

P : Pewawancara

N : Saya Yogi Ikhwan, kepala seksi humas dan Penyuluhan Dinas Lingkungan hidup Provinsi DKI Jakarta.

P : Baik, saya langsung saja ke pertanyaan ya pak?

N : Boleh, kalau terkait daya, saya sudah kirimkan bahan-bahan, bisa dikutip disitu ya.

P : Baik pak, terima kasih. Pencemaran air apa yang terjadi di Jakarta? dan seberapa parah kondisinya sekarang?

N : Umumnya dari 2 sumber, pertama sumber domestik yang satu lagi sumber industri. Sumber domestik itu dari rumah tangga, itu umumnya deterjen dan macem-macem. Karena kita di rumah masih mencuci dan di rumah tidak ada instalasi IPAL, Instalasi Pengolahan Air Limbah, jadi air itu langsung dibuang ke badan air, akhirnya masuk juga ke sungai. Yang berikutnya dari industri, dimana industri di Jakarta masih banyak, khususnya industri skala kecil, UMKM begitu, pabrik tahu, pabrik tempe yang beroperasi/berproduksi di pinggir-pinggir aliran

xxxxv

sungai dan juga mereka membuang limbahnya ke sungai, tapi kita melakukan pengawasan rutin terhadap pelaku-pelaku usaha yang seperti itu.

P : Oh, sudah ada regulasinya seperti itu ya pak?

N : Betul, sudah ada regulasinya.

P : Untuk kondisi perairan Jakarta untuk sekarang itu seperti apa pak?

N : Kalau data, sudah saya kirimkan (lewat Whatsapp), disitu ada data-datanya terkait sungai. Ya, umumnya cukup tercemar, dari tercemar ringan sampai tercemar cukup berat.

P : Menurut data yang saya temukan di internet, 72,7% polutan air merupakan limbah domestik, 17,3% limbah industri, dan 9,9% merupakan limbah perkantoran. Dari data tersebut, jenis polutannya apa saja pak?

N : Polutannya macam-macam, tapi umumnya itu, kalau dari rumah tangga itu limbah deterjen, hasil cucian yang langsung dibuang ke badan air tanpa melalui pengolahan. Lalu, untuk parameter-parameter apa saja yang bisa kita ukur untuk menilai air di Jakarta, bisa dilihat dari data yang saya kirim ya.

P : Lalu, dampak ke masyarakat sendiri itu apa dari polusi itu pak?

N : Misalnya, ada beberapa parameter yang melebihi baku mutu (air), misalnya bakteri Coli (E.coli), biasanya dari limbah domestik, dari tinja atau dari WC langsung dibuang saja, terus total fosfat dan BOT. Kalau Coli itu seandainya,

air (yang terkontaminasi) itu terminum, air itu dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, atau melalui pengolahan yang tidak baik, bisa menyebabkan diare dan segala macam penyakit pencernaan. Termasuk penyakit kulit, tapi di Jakarta kan juga jarang orang yang mandi menggunakan air sungai. Cuman, umumnya itu mencemari sumber air kita aja. Karena kan, perusahaan air minum di Jakarta kan sumbernya, salah satunya dari kali-kali di Jakarta. Nah, kalo air bakunya tercemar, tentu proses untuk menjadikannya bersih dan layak untuk diminum membutuhkan proses yang lebih berat lagi.

P : Sebelumnya bapak sudah menjelaskan bahwa polutan dari kotoran, atau dari sabun dan deterjen. Kalau sampah sendiri bagaimana pak? terlebih kondisi Jakarta yang sering banjir?

N : Kalau sampah di Jakarta, kita di Dinas Lingkungan Hidup ada unit khusus yang menangani kebersihan badan air, namanya Unit Pengelola Kebersihan Badan Air. Itu petugas/pasukan oranye yang ada di kali melakukan pembersihan. Nah kalau di Jakarta, relatif sampah itu tertangani, kalau di badan-badan air. Pasukan kita disebar di seluruh aliran sungai di Jakarta, nah kalau misalnya musim penghujan, kemarin sampah itu menumpuk di Pintu Air Manggarai, itu umumnya sampah dari hulu. Dari sungai Ciliwung ke Jakarta yang dikirim, karena bentuk umumnya adalah batang-batang kayu/bambu begitu.

P : Berarti untuk polutan padat di Jakarta sudah tertangani ya pak?

xxxxvii

N : Relatif tertangani. Tapi itu kan peran petugas ya, namun yang kita butuhkan itu kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan, terutama ke badan air.

P : Iya, berarti apabila terjadinya banjir itu ada juga sampah yang dari hulu ya pak?

N : Iya, bisa dibilang begitu. Tapi untuk sampah, ada petugas kita di setiap pintu-pintu air supaya sampah itu tidak terhambat yang siap 24 jam di sana melakukan pengangkutan sampah, jika sampah-sampah itu terakumulasi di pintu-pintu air. Jadi potensi menghambatnya itu kita tangani.

P : Untuk polutan seperti deterjen, ada gak cara untuk masyarakat mengolahnya terlebih dahulu agar nantinya dibuang ke badan air lagi?

N : Kalau idealnya, seluruh ​grey water atau air-air kotor dari rumah itu, sebelum dibuang ke badan air harus melalui instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Nah, sekarang ini di Jakarta sistem pengolahan air limbah itu belum mencakup seluruh wilayah Jakarta, jadi ada saja rumah tangga yang masih membuangnya ke badan air. Tapi ke depan, di Jakarta kita sudah punya ​Grand Design ​untuk membangun instalasi pengolahan air limbah. Untuk menjamin air yang dibuang ke badan air itu adalah air yang sudah memenuhi baku mutu.

Nah, juga masyarakat kita terbiasa mencuci dengan deterjen yang banyak busanya, orang berpikir ‘ketika busanya banyak, cuciannya lebih bersih’, padahal itu gak ada korelasinya, itu hanya ​gimmick​aja sebenernya dari produsen-produsen deterjen. Padahal deterjen yang banyak busanya bisa mencemari dan memperburuk badan air kita, merusak ekosistem sungai, dan juga mengganggu habitat hewan-hewan sungai. Kita sih menghimbau agar masyarakat jangan terlampau suka deterjen yang banyak busanya, padahal itu bukan indikator keefektifan mencuci.

P : Kalau untuk skala sederhananya, apa yang bisa dilakukan atau peran masyarakat sendiri untuk mengurangi atau setidaknya mencegah pencemaran air pak?

N : Pertama, ya jangan membuang sampah ke sungai. Kedua, sedapat mungkin limbah air rumah tangga itu jangan langsung dibuang ke sungai. Melalui pengolahan instalasi pengolahan air limbah. Ya, kalau tidak ada sebaiknya juga kita jangan mencuci dengan sabun atau deterjen yang ‘keras’, yang menghasilkan banyak busa. Kemudian kita juga jangan membuang ke badan air itu, minyak goreng bekas, oli atau segala macam yang ada di rumah. Karena itu akan masuk ke badan air dan merusak dan mencemari badan air kita. Terus juga limbah tinja, juga jangan dialirkan ke sungai, kita harus punya ​septic tank​yang sesuai dengan standar, tidak langsung dibuang ke sungai, karena itu akan mencemari air di sungai, terutama parameter bakteri E.Coli.

xxxxix

P : Saya sempat lihat beberapa produk yang ramah lingkungan, misalnya buah lekra (maksudnya biji lerak), nah penggunaan itu sebenarnya efektif gak pak? (dalam mengurangi polusi air)

N : Biji yang mengeluarkan busa untuk mencuci gitu ya? dia (biji lerak) organik gitu, ramah lingkungan?

P : Iya

N : Yang kayak begitu-begitu bagus tuh. Apalagi bahan-bahan organik yang tidak mencemari lingkungan. Gaya hidup seperti itu yang perlu kita biasakan.

P : Ini pertanyaan di akhir wawancara. Saya kan akan membuat sebuah board game untuk tugas akhir saya. Unsur apa yang perlu saya tekankan, terlebih untuk mengedukasi anak-anak di Jakarta mengenai polusi air?

N : Yang pertama, pengenalan, apa saja yang mencemari air. terus apa saja sebagai alternatifnya (bahan ramah lingkungan). Jadi ​Do dan Don’ts​-nya itu diperkenalkan gitu. Selain itu juga, dalam permainan itu bagaimana membangun awareness-​nya anak-anak, bahwa kepedulian kita kita terhadap lingkungan itu penting. Ketika kita peduli terhadap lingkungan itu manfaatnya untuk kita, masa depan kita.

P : Satu lagi pak, ini sebenarnya pertanyaan saya untuk memvalidasi apa yang telah saya cari di internet. Ada muatan lokal bernama PLBJ kan ya pak?

N : Apa tuh?

P : PLBJ, Pendidikan Lingkungan dan Budaya Jakarta.

N : Oh, PLKJ, Pendidikan Lingkungan Kehidupan Jakarta.

P : Oh, PLKJ sekarang ya pak?

N : Iya.

P : Nah, kalau tidak salah di kelas 6 ada pendidikan tentang kali bersih gitu ya pak?

N : Iya ada di muatan lokal itu.

P : Kira-kira kalau ​board game ​ini sebagai media pendukung pembelajaran itu, cocok gak pak?

N : Cocok. Cocok banget, Jadi kita kan ngasih tahunya dengan hal yang lebih bervariasi. Memang kan pendidikan itu ada kognitif, afektif, terus psikomotorik.

Kalau bisa sih ​game ​ini bagaimana bisa mengkolaborasikan 3 pendekatan itu.

Jangan hanya murid-murid tahu tentang teorinya saja, tapi mereka sadar peran mereka apa untuk mewujudkan itu (air bersih). Terus manfaatnya apa, dampak, dan buruknya apa bagi mereka. Bagaimana mereka terpacu untuk melakukan itu dan lama-lama bisa menjadi perilaku, menjadi ​habit.

li

Mungkin kalau games lebih ke sisi kognisi, memberi pengetahuan dan ​awareness, membangun kesadaran untuk peduli​. ​Tapi ada satu lagi, yaitu bagaimana membangun itu menjadi perilaku yang nantinya menjadi kebiasaan. Itu perlu dipikirkan juga.

P : Itu saja sih pak pertanyaan saya, oh iya, saya boleh ​on cam gak pak untuk saya ​screenshot.

N : Saya on-cam video saya ya.

P : Iya, saya ​screenshot ​ya pak.

N : Iya.

P : Baik, sudah.

N : Makasih ya.

P : Iya, nanti saya boleh minta- (terputus)

-di ​Whatsapp Chat​-

P : Terima kasih untuk info dan atas waktunya untuk diwawancara pak.

LAMPIRAN G: TRANSKRIP WAWANCARA BAGUS

Dalam dokumen LAMPIRAN A: FORM BIMBINGAN (Halaman 26-34)

Dokumen terkait