• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMPIRAN A: FORM BIMBINGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAMPIRAN A: FORM BIMBINGAN"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN A: FORM BIMBINGAN

(2)

xxi

(3)

LAMPIRAN B: KUESIONER ​ALPHA TEST

(4)

xxiii

(5)
(6)

xxv

(7)
(8)

xxvii

(9)

LAMPIRAN C: KUESIONER DAN DOKUMENTASI ​BETA

TEST

(10)

xxix

(11)
(12)

xxxi

(13)
(14)

xxxiii

(15)
(16)

xxxv

(17)
(18)

xxxvii

(19)

LAMPIRAN D: LEMBAR ​PLAYTEST

Nama: ​Ivan Christian Surya NIM: ​00000020857

Perancangan ​Board Game​ mengenai Polusi Air kepada Anak Usia 9-12 Tahun di Jakarta

Garis besar permainan:

Permainan bertema polusi air yang terjadi di kota Jakarta. Para pemain akan menjadi pihak-pihak yang bertanggung jawab atas polusi dan limbah yang dikeluarkan ke aliran air di papan permainan. Tujuan dari permainan adalah untuk mengumpulkan semua poin pencegahan dan penanganan polusi yang ada pada kartu profil menggunakan uang yang diberikan kepada pemain setiap awal ronde permainan. Pemain juga harus bekerjasama dalam menangani limbah dan polusi di aliran air agar tidak mencapai petak nomor 30 dan poin limbah tidak berjumlah 5 pada 1 petak aliran air.

Komponen permainan:

- 4 Kartu Profil Pemain: Perumahan, Pabrik, Perkantoran, dan Pemerintahan - 5 Bidak Pemain: 2 bidak perumahan, 1 bidak pabrik, 1 bidak perkantoran, dan 1

bidak pemerintahan

- 28 Kartu Kondisi dan 17 Kartu Kondisi Perusak

- 15 Token Hijau (Centang) dan 20 Token Merah (Silang) - 100 Lembar Uang

- 25 poin limbah padat dan 25 poin limbah cair - 1 Papan Permainan

Objektif permainan: ​Mengumpulkan semua poin pencegahan dan melindungi aliran air dari limbah

Kondisi menang: ​Semua pemain sudah mendapatkan semua poin pencegahan di ronde 10 dan tidak mendapat kartu kondisi perusak di ronde penentu (ronde 11)

Kondisi Kalah: ​5 poin limbah pada 1 petak aliran air atau poin limbah mencapai nomor 30

(20)

xxxix

Setup:​ Papan berada di tengah dan setiap pemain meletakkan kartu profil beserta ornamen permainan lain di sekitarnya.

Aturan permainan:

1. Meletakkan papan permainan di tengah pemain lainnya 2. Membagikan kartu profil secara acak

3. Permainan berlangsung 10 ronde dan 1 ronde penentu

4. Ronde pertama dikeluarkan 2 kartu kondisi secara bergilir (mengeluarkan semua limbah di 1 kartu kondisi, mengalirkannya ke 1 petak di depannya, lalu mengeluarkan 1 kartu kondisi dan limbahnya lagi)

5. Awal ronde pemain akan dibagikan uang sesuai dengan profilnya

6. Pemain akan melakukan aksi secara bergilir dan jumlah aksi hanya bisa dilakukan sesuai dengan jumlah bidak yang dimiliki (1 bidak 1 aksi)

7. Aksi yang dilakukan adalah antara membersihkan limbah (1 poin limbah 1 uang) atau membeli poin pencegahan

8. Setelah semua giliran selesai, lalu pemain akan melakukan aksi yang sudah direncanakan

9. Jika semua aksi sudah dilakukan, permainan berlanjut ke ronde berikutnya 10. Setelah 10 ronde sudah selesai dan pemain sudah mengumpulkan semua poin

pencegahan, maka akan keluar 1 ronde penentu yang menentukan apakah permainan akan berlanjut lagi (Jika pemain mendapat kondisi perusak, maka limbah yang ada pada kartu tersebut akan keluar dan poin pencegahan yang dirusak mempengaruhi pemain dengan token “rusak”. Apabila hanya kartu kondisi normal, maka permainan akan berakhir dan dimenangkan oleh para pemain.

11. Semua pemain akan mengalami kekalahan apabila ada 1 petak yang memiliki 5 poin limbah atau poin polutan mencapai nomor 30.

(21)

Peraturan Profil Perumahan:

1. Hanya bisa membersihkan 1 limbah padat oleh 1 bidak 2. Mempunyai 2 bidak yang bisa digerakkan secara bebas 3. Mendapatkan 4 uang setiap awal ronde

Peraturan Profil Pabrik:

1. Bisa membersihkan limbah padat atau limbah cair (1-3 limbah/bidak) 2. Mendapatkan 6 uang setiap awal ronde

Peraturan Profil Perkantoran:

1. Bisa membersihkan limbah padat (1-3 limbah/bidak) 2. Mendapatkan 6 uang setiap awal ronde

Peraturan Profil Pemerintahan:

1. Bisa membersihkan limbah padat atau limbah cair (1-3 limbah/bidak) 2. Mendapatkan 8 uang setiap awal ronde

No. Tangg al

Jml . Pe mai

n Du rasi

Hasil

What worked What didn’t work What can be improved

1.0 28 Oktobe r 2020

1 20- 30’

-Jumlah uang mencukupi.

-Jumlah token polusi

mencukupi.

-Jalur mencukupi.

-Permainan masih terlalu mudah.

-Belum menggunakan kartu pemicu polutan.

-Belum ada visual.

-Harus memperjelas peraturan dan batasan-batasan dari setiap profil pemain.

-Ancaman dibuat lebih tinggi sehingga pemain bisa lebih baik dan bijak

(22)

xxxxi

memikirkan konsekuensi aksinya.

1.1 30 Oktobe r 2020

4 20- 30’

-Pengubahan pencegahan dan solusi polusi air sudah teknis -Mekanis mudah dipahami

-Mekanis sudah mempersulit permainan sedikit

-Jumlah uang kurang balance -Belum

menggunakan kartu pemicu polutan

-Belum ada visual -Waktu bermain cukup lama -Jenis polutan terlalu rumit

-Jumlah uang harus diperdetail -Menjelaskan peran profil pada kartu pemain -Overall dificulty -Playtime

dipersingkat -Jenis sampah diringkas jadi padat dan cair saja

MAJOR CHANGE

2.0 4

Novem ber 2020

4 20- 30’

-Visual lengkapi -Game bits mudah dimengerti -Flow dan mekanis secara umum

-Kondisi spesial

-Game Bits masih kurang, saat sampah menumpuk.

-Permainan kurang challenging -Jumlah uang masih kurang -Permainan kurang terasa challenging.

-Membuat visual untuk uang -Menambahkan pencegahan untuk

membersihkan limbah

-Melakukan balancing untuk kuantitas uang yang dipakai.

(23)

-2 kartu kondisi di ronde pertama meningkatkan polutan -10 ronde pertama dengan 1 kartu kondisi penentu di akhirnya -Bila semua pencegahan sudah

mendapatkan token hijau, maka 3 ronde lagi untuk memenangkan permainan -Menggeser sampah sebelum menempatkan polutan.

-Penjelasan kartu pencegahan dan efeknya masih tidak jelas.

-Membuat game bits: Pintu Air -Menambah challenge pada permainan.

-Mengurangi slot polutan pada akhir permainan menjadi 1-3 saja.

-Profil hanya bisa membersihkan sampah padat atau cair dalam satu kondisi.

-Tidak bisa menempatkan pintu air pada nomor 30.

-Menambahkan kartu kondisi spesial.

-Menambahkan token ‘tercemar’

untuk menutupi slot polutan.

2.1 6

Novem

4 20- 30’

-Mekanis berjalan dengan baik dan cukup

-Mekanis ada yang susah dipahami

-Mengganti bahasa yang lebih user friendly

(24)

xxxxiii ber

2020

mudah dimengerti -secara keseluruhan mekanis sama dengan sebelumnya -permainan terasa lebih menantang dengan

mengurangi slot polutan badan air utama menjadi 1.

karena kurangnya informasi.

-Poin pencegahan kurang

memberikan informasi

mengenai deskripsi penggunaan dan efeknya dalam permainan.

-Visual pada papan permainan perlu dilengkapi lagi -Membutuhkan buku panduan

untuk anak usia 7-12 tahun di sekolah dasar.

-Merubah visual kartu kondisi supaya lebih unity ​dengan lainnya.

-Merubah bentuk kartu profil pemain agar bisa memuat

informasi dengan lebih jelas.

-Membuat kartu poin pencegahan yang bisa

menjelaskan penggunaan dan efek

pencegahannya.

-Membuat buku panduan yang menjelaskan secara lengkap.

(25)

LAMPIRAN E: WAWANCARA ADHICIPTA R. WIRAWAN

(26)

LAMPIRAN F: TRANSKRIP WAWANCARA YOGI IKHWAN

Wawancara kepada Yogi Ikhwan selaku kepala seksi humas dalam Peran Serta Masyarakat Dinas Lingkungan Hidup Jakarta​, ​dilakukan pada tanggal 23 September 2020 pada pukul 13:20 di layanan telpon “Whatsapp”.

N : Narasumber

P : Pewawancara

N : Saya Yogi Ikhwan, kepala seksi humas dan Penyuluhan Dinas Lingkungan hidup Provinsi DKI Jakarta.

P : Baik, saya langsung saja ke pertanyaan ya pak?

N : Boleh, kalau terkait daya, saya sudah kirimkan bahan-bahan, bisa dikutip disitu ya.

P : Baik pak, terima kasih. Pencemaran air apa yang terjadi di Jakarta? dan seberapa parah kondisinya sekarang?

N : Umumnya dari 2 sumber, pertama sumber domestik yang satu lagi sumber industri. Sumber domestik itu dari rumah tangga, itu umumnya deterjen dan macem-macem. Karena kita di rumah masih mencuci dan di rumah tidak ada instalasi IPAL, Instalasi Pengolahan Air Limbah, jadi air itu langsung dibuang ke badan air, akhirnya masuk juga ke sungai. Yang berikutnya dari industri, dimana industri di Jakarta masih banyak, khususnya industri skala kecil, UMKM begitu, pabrik tahu, pabrik tempe yang beroperasi/berproduksi di pinggir-pinggir aliran

xxxxv

(27)

sungai dan juga mereka membuang limbahnya ke sungai, tapi kita melakukan pengawasan rutin terhadap pelaku-pelaku usaha yang seperti itu.

P : Oh, sudah ada regulasinya seperti itu ya pak?

N : Betul, sudah ada regulasinya.

P : Untuk kondisi perairan Jakarta untuk sekarang itu seperti apa pak?

N : Kalau data, sudah saya kirimkan (lewat Whatsapp), disitu ada data-datanya terkait sungai. Ya, umumnya cukup tercemar, dari tercemar ringan sampai tercemar cukup berat.

P : Menurut data yang saya temukan di internet, 72,7% polutan air merupakan limbah domestik, 17,3% limbah industri, dan 9,9% merupakan limbah perkantoran. Dari data tersebut, jenis polutannya apa saja pak?

N : Polutannya macam-macam, tapi umumnya itu, kalau dari rumah tangga itu limbah deterjen, hasil cucian yang langsung dibuang ke badan air tanpa melalui pengolahan. Lalu, untuk parameter-parameter apa saja yang bisa kita ukur untuk menilai air di Jakarta, bisa dilihat dari data yang saya kirim ya.

P : Lalu, dampak ke masyarakat sendiri itu apa dari polusi itu pak?

N : Misalnya, ada beberapa parameter yang melebihi baku mutu (air), misalnya bakteri Coli (E.coli), biasanya dari limbah domestik, dari tinja atau dari WC langsung dibuang saja, terus total fosfat dan BOT. Kalau Coli itu seandainya,

(28)

air (yang terkontaminasi) itu terminum, air itu dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, atau melalui pengolahan yang tidak baik, bisa menyebabkan diare dan segala macam penyakit pencernaan. Termasuk penyakit kulit, tapi di Jakarta kan juga jarang orang yang mandi menggunakan air sungai. Cuman, umumnya itu mencemari sumber air kita aja. Karena kan, perusahaan air minum di Jakarta kan sumbernya, salah satunya dari kali-kali di Jakarta. Nah, kalo air bakunya tercemar, tentu proses untuk menjadikannya bersih dan layak untuk diminum membutuhkan proses yang lebih berat lagi.

P : Sebelumnya bapak sudah menjelaskan bahwa polutan dari kotoran, atau dari sabun dan deterjen. Kalau sampah sendiri bagaimana pak? terlebih kondisi Jakarta yang sering banjir?

N : Kalau sampah di Jakarta, kita di Dinas Lingkungan Hidup ada unit khusus yang menangani kebersihan badan air, namanya Unit Pengelola Kebersihan Badan Air. Itu petugas/pasukan oranye yang ada di kali melakukan pembersihan. Nah kalau di Jakarta, relatif sampah itu tertangani, kalau di badan-badan air. Pasukan kita disebar di seluruh aliran sungai di Jakarta, nah kalau misalnya musim penghujan, kemarin sampah itu menumpuk di Pintu Air Manggarai, itu umumnya sampah dari hulu. Dari sungai Ciliwung ke Jakarta yang dikirim, karena bentuk umumnya adalah batang-batang kayu/bambu begitu.

P : Berarti untuk polutan padat di Jakarta sudah tertangani ya pak?

xxxxvii

(29)

N : Relatif tertangani. Tapi itu kan peran petugas ya, namun yang kita butuhkan itu kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan, terutama ke badan air.

P : Iya, berarti apabila terjadinya banjir itu ada juga sampah yang dari hulu ya pak?

N : Iya, bisa dibilang begitu. Tapi untuk sampah, ada petugas kita di setiap pintu-pintu air supaya sampah itu tidak terhambat yang siap 24 jam di sana melakukan pengangkutan sampah, jika sampah-sampah itu terakumulasi di pintu-pintu air. Jadi potensi menghambatnya itu kita tangani.

P : Untuk polutan seperti deterjen, ada gak cara untuk masyarakat mengolahnya terlebih dahulu agar nantinya dibuang ke badan air lagi?

N : Kalau idealnya, seluruh ​grey water atau air-air kotor dari rumah itu, sebelum dibuang ke badan air harus melalui instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Nah, sekarang ini di Jakarta sistem pengolahan air limbah itu belum mencakup seluruh wilayah Jakarta, jadi ada saja rumah tangga yang masih membuangnya ke badan air. Tapi ke depan, di Jakarta kita sudah punya ​Grand Design ​untuk membangun instalasi pengolahan air limbah. Untuk menjamin air yang dibuang ke badan air itu adalah air yang sudah memenuhi baku mutu.

(30)

Nah, juga masyarakat kita terbiasa mencuci dengan deterjen yang banyak busanya, orang berpikir ‘ketika busanya banyak, cuciannya lebih bersih’, padahal itu gak ada korelasinya, itu hanya ​gimmick​aja sebenernya dari produsen-produsen deterjen. Padahal deterjen yang banyak busanya bisa mencemari dan memperburuk badan air kita, merusak ekosistem sungai, dan juga mengganggu habitat hewan-hewan sungai. Kita sih menghimbau agar masyarakat jangan terlampau suka deterjen yang banyak busanya, padahal itu bukan indikator keefektifan mencuci.

P : Kalau untuk skala sederhananya, apa yang bisa dilakukan atau peran masyarakat sendiri untuk mengurangi atau setidaknya mencegah pencemaran air pak?

N : Pertama, ya jangan membuang sampah ke sungai. Kedua, sedapat mungkin limbah air rumah tangga itu jangan langsung dibuang ke sungai. Melalui pengolahan instalasi pengolahan air limbah. Ya, kalau tidak ada sebaiknya juga kita jangan mencuci dengan sabun atau deterjen yang ‘keras’, yang menghasilkan banyak busa. Kemudian kita juga jangan membuang ke badan air itu, minyak goreng bekas, oli atau segala macam yang ada di rumah. Karena itu akan masuk ke badan air dan merusak dan mencemari badan air kita. Terus juga limbah tinja, juga jangan dialirkan ke sungai, kita harus punya ​septic tank​yang sesuai dengan standar, tidak langsung dibuang ke sungai, karena itu akan mencemari air di sungai, terutama parameter bakteri E.Coli.

xxxxix

(31)

P : Saya sempat lihat beberapa produk yang ramah lingkungan, misalnya buah lekra (maksudnya biji lerak), nah penggunaan itu sebenarnya efektif gak pak? (dalam mengurangi polusi air)

N : Biji yang mengeluarkan busa untuk mencuci gitu ya? dia (biji lerak) organik gitu, ramah lingkungan?

P : Iya

N : Yang kayak begitu-begitu bagus tuh. Apalagi bahan-bahan organik yang tidak mencemari lingkungan. Gaya hidup seperti itu yang perlu kita biasakan.

P : Ini pertanyaan di akhir wawancara. Saya kan akan membuat sebuah board game untuk tugas akhir saya. Unsur apa yang perlu saya tekankan, terlebih untuk mengedukasi anak-anak di Jakarta mengenai polusi air?

N : Yang pertama, pengenalan, apa saja yang mencemari air. terus apa saja sebagai alternatifnya (bahan ramah lingkungan). Jadi ​Do dan Don’ts​-nya itu diperkenalkan gitu. Selain itu juga, dalam permainan itu bagaimana membangun awareness-​nya anak-anak, bahwa kepedulian kita kita terhadap lingkungan itu penting. Ketika kita peduli terhadap lingkungan itu manfaatnya untuk kita, masa depan kita.

(32)

P : Satu lagi pak, ini sebenarnya pertanyaan saya untuk memvalidasi apa yang telah saya cari di internet. Ada muatan lokal bernama PLBJ kan ya pak?

N : Apa tuh?

P : PLBJ, Pendidikan Lingkungan dan Budaya Jakarta.

N : Oh, PLKJ, Pendidikan Lingkungan Kehidupan Jakarta.

P : Oh, PLKJ sekarang ya pak?

N : Iya.

P : Nah, kalau tidak salah di kelas 6 ada pendidikan tentang kali bersih gitu ya pak?

N : Iya ada di muatan lokal itu.

P : Kira-kira kalau ​board game ​ini sebagai media pendukung pembelajaran itu, cocok gak pak?

N : Cocok. Cocok banget, Jadi kita kan ngasih tahunya dengan hal yang lebih bervariasi. Memang kan pendidikan itu ada kognitif, afektif, terus psikomotorik.

Kalau bisa sih ​game ​ini bagaimana bisa mengkolaborasikan 3 pendekatan itu.

Jangan hanya murid-murid tahu tentang teorinya saja, tapi mereka sadar peran mereka apa untuk mewujudkan itu (air bersih). Terus manfaatnya apa, dampak, dan buruknya apa bagi mereka. Bagaimana mereka terpacu untuk melakukan itu dan lama-lama bisa menjadi perilaku, menjadi ​habit.

li

(33)

Mungkin kalau games lebih ke sisi kognisi, memberi pengetahuan dan ​awareness, membangun kesadaran untuk peduli​. ​Tapi ada satu lagi, yaitu bagaimana membangun itu menjadi perilaku yang nantinya menjadi kebiasaan. Itu perlu dipikirkan juga.

P : Itu saja sih pak pertanyaan saya, oh iya, saya boleh ​on cam gak pak untuk saya ​screenshot.

N : Saya on-cam video saya ya.

P : Iya, saya ​screenshot ​ya pak.

N : Iya.

P : Baik, sudah.

N : Makasih ya.

P : Iya, nanti saya boleh minta- (terputus)

-di ​Whatsapp Chat​-

P : Terima kasih untuk info dan atas waktunya untuk diwawancara pak.

(34)

LAMPIRAN G: TRANSKRIP WAWANCARA BAGUS PARAMANANDANA

Wawancara kepada Bagus Paramanandana selaku ​Project Coordinator Ocean Clean Up Indonesia dari PT Royal Haskoning​, ​dilakukan pada tanggal 26 September 2020 pada pukul 10:00 di layanan telpon “Whatsapp”.

N : Narasumber

P : Pewawancara

P : Menurut mas Bagus, Apa itu pencemaran air?

N : Kalau menurut saya, pencemaran air itu ketika ada satu bahan tambahan atau polutan yang masuk ke badan air yang tidak bisa terdegradasi di air itu sendiri, dan biasanya pencemaran air itu umumnya dibagi 2, ada pencemaran dari solid (padat) seperti sampah yang berbahan padat, dan berbentuk cair atau​liquid​.

Makanya, pencemaran air itu tergantung kita mau lihatnya dari mana nih. Dari tinjauan ​solid waste ​atau nggak ​liquid waste. ​Sementara kalau misalkan kita bilang sedimentasi, itu tidak termasuk dalam pencemaran air, itu masuk ke siklus alam yang berbeda lagi. Pencemaran air sendiri artinya di badan air itu kemasukan suatu badan tambahan yang tidak bisa terdegradasi di lingkungan.

P : Tadi apa mas yang tidak termasuk, sedimentasi?

N : Nah, sedimentasi itu kan kayak lumpur yang terbawa dari hulu ke hilir.

Nah, ketika orang awam melihat “wah ini lumpur, sungainya jadi keruh nih, jadi

liii

(35)

kotor nih, berarti tercemar nih airnya” gitu. Belum tentu, karena sedimentasi sendiri kan proses alam yang terbawa dari hulu ke hilir, dan kebanyakan itu lumpur, tanah. Seperti itu. Jadi, itu menurut saya bukan termasuk dalam kategori pencemaran air. Kecuali, kalau sedimennya itu berupa bahan berbahaya, contohnya ya misalkan tanah buangan atau bekas yang berbahaya untuk alam, itu kan bisa termasuk ke dalam pencemaran. Tanah tersebut kan jadi masuk ke ​solid waste ​/ sampah solid.

P : Menurut mas sendiri, kenapa pencemaran air itu bisa terjadi pada badan air?

N : Faktornya sebetulnya ada banyak ya. Kita lihat dulu dari faktor lingkungannya sendiri dulu. Misalnya lingkungannya itu ada di pinggiran atau bantaran sungai, terus abis itu ada danau, atau misalnya waduk itu termasuk dalam badan air. Nah, kenapa pencemaran air itu sendiri bisa masuk ke situ, pertama, satu, biasanya penanganan sampah- nah ini kita bicara soal limbah padat dan limbah cair. Nah, kalau limbah cair kan kalau misalkan kalau di waduk itu kan banyak pabrik-pabrik kain, bikin-bikin bahan kain itu kan akan mengeluarkan limbah cair, makanya sungainya jadi berwarna-warni. Sementara-biasanya bisa terjadi seperti itu, karena penanganan di daratnya sendiri tidak tertangani dengan baik. Baik limbah cair, maupun limbah padat.

(36)

Kalau limbah cair itu kan, aturannya sudah cukup jelas, ketika memang ada suatu industri/pabrik ingin membuang limbah cairnya ke badan air, itu mereka harus melalui suatu proses pengelolaan airnya itu sendiri, mengembalikannya lagi itu harus dalam kondisi yang sama (dengan badan air). Limbah cairnya itu diolah di darat, nanti dikembalikan ke sungai. Sementara kalau limbah padat, seperti yang kita tahu, kalau ada sampah di selokan atau misalkan di jalan, yang habis itu tidak tertangani dengan baik. Habis itu kena hujan, itu akan mengalir masuk ke sungai.

Atau pun memang ada juga kebiasaan manusia yang masih membuang sampah sembarangan langsung ke sungai. Karena, kalau kita melihat ​history-​nya sendiri, sungai itu kan sebetulnya sungai itu mempunyai sifat sebagai tempat

‘pembuangan’. Nah, mungkin pada zaman dulu, ketika berbicara tentang pembuangan, ya orang belum berbicara tentang plastik atau bahan kimia dan lain-lainnya. Jadi, kalau kita disitu ngomongin saluran pembuangan ya akhirnya akan terdegradasi lagi. Karena misalkan dulu kita makan pake daun pisang. Daun pisang sendiri kan lama-lama bisa dikomposkan, bisa jadi kembali ke alam. Nah, seiring berjalannya waktu, produk pembungkus makanannya pun sudah berubah bentuknya, terus habis itu alamnya sendiri kan tidak berubah, nah sifat manusianya sendiri juga tidak berubah, tapi bahannya berubah, jadi mengotori lingkungan. Dipikirnyakan ketika dia (manusia) buang, nah terus dia (sampah) akan terdegradasi sendiri di lingkungan. Ternyata tidak.

P : Oh, jadi walaupun bahan yang dipakai berubah, tapi kebiasaan manusianya tetap sama ya mas?

lv

(37)

N : Iya, dan kebiasaan itu sebetulnya harus ada edukasi atau sosialisasi, karena kan semakin ke sini- kita bicaranya sekarang lebih makro atau lebih global, mungkin pada zaman dulu penanganan sampah masih ​level-​nya/​scope​-nya kecil gitu. Misalnya level perumahan, tapi sekarang ketika itu jadi semakin banyak berarti kan haru ditangani sampai ​level​kota atau kan ​level ​daerah. Itu kan butuh penanganan yang lebih kompleks lagi dan di situ kan juga dimasukkan faktor, ya itu ada sosialisasi, ada edukasi juga ke masyarakat dan segala macamnya.

Mungkin masih ada masyarakat yang percaya kalau ini (buang limbah di sungai) gak apa-apa lah kalau di buang ke luar, tapi kan yang nyata kan dampaknya itu bisa berbahaya buat lingkungan.

P : Bagaimana polutan tersebut bisa mencemari air, menurut mas Bagus?

N : Gimana bisa mencemari itu sebetulnya seperti yang tadi saya bilang di awal sih. Ketika dia tidak bisa terdegradasi, itu akan mencemari sendiri kan. Dari produk limbahnya sendiri kan dia tentu akan berbahaya kan, misalkan limbah cair, gitu. Seharusnya di sungai kan bisa buat hidup biota sungai, cuman karena ada tambahan konsentrasi limbah cair yang berlebihan, jadinya kan malah berbahaya buat biota disitu kan, jadi akhirnya mencemari. Harusnya, kadar oksigennya masih cukup, tapi dengan adanya limbah cair ini akan jadi perusak dan lain-lainnya.

(38)

Kalau, misalkan limbah padat, misalnya ​styrofoam, ​gitu. ​Styrofoam ​kan juga berbahaya gitu kan, nah ketika dia masuk setelah sekian lama, bahannya bisa mengeluarkan produk kimia yang lainnya yang bisa mencemari air.

P : Menurut mas Bagus, apa dampak dari polusi air itu ke masyarakat dan lingkungan? baik yang dekat dengan badan air atau jauh dari badan air?

N : Okei, dampak yang paling nyata itu, jelas kesehatan ya. Karena itu kan langsung terpapar (dengan air yang tercemar). Ya, kita semua tahu lah 70% dari tubuh manusia itu kan terdiri dari air, dan ketika air yang masuk itu tidak bersih/tidak sehat, tentu itu akan berpengaruh terhadap kesehatan manusia itu. Jadi dampak langsungnya sih itu. Kalau dampak lingkungannya sendiri, tentu ketika tadi yang saya bilang; limbah cair dan biota sungainya jadi berkurang; dan biota di sungai sendiri sebenarnya bertransformasi, lho. Artinya, misalnya dulu waktu sungai masih bersih, itu mungkin lebih bervariasi biotanya, tapi akhirnya sekarang yang bertahan tinggal beberapa biota, dan biota yang bertahan hidup sendiri itu pun bisa jadi tubuhnya sudah menyerap zat kimia yang banyak, jadi yang tadinya itu sehat dan bisa dikonsumsi, tapi sekarang jadi tidak bisa dikonsumsi. Atau mungkin karena himpitan ekonomi, ya tetap dikonsumsi, tapi yang dikonsumsi itu sudah tercemar. Itu dampak langsungnya sih. Lalu, dampak tidak langsungnya itu impact-​nya banyak ya. Karena ketika bicara pemanfaatan sungai sendiri bisa macam-macam juga. Kayak, misalnya sumber airnya bisa dipakai untuk mencuci baju, bisa buat kebutuhan sehari-hari. Nah, ketika sungai atau sumber air dari sungai itu tercemari, tentu proses akan lebih kompleks, lebih rumit, lebih panjang,

lvii

(39)

lebih mahal. Nah, ketika lebih mahal kan tentu akan dibebankan juga ke pengguna. Pengguna juga akan kena ​charge ​tambahan lagi kan. Terus, habis itu kalau misalkan tidak diolah dengan baik sumber airnya, akhirnya kan yang masuk ke masyarakat bukan kualitas air yang memenuhi standar. Misalkan, mas Ivan pergi ke Jakarta Utara, mungkin di daerah yang padat penduduk, mereka bisa jadi belom tersentuh dengan jaringan air atau PAM, berarti kan mereka ambilnya dari sumber air tanah, ketika air tanahnya sendiri sudah tercemar, jadi sehari-hari pakai itu. Jadi air lebih payau, lebih bau. Nah itu kan dampak tidak langsungnya yang panjang (berjangka).

P : Menurut mas Bagus, dari pemerintah ada regulasi yang sudah nyata dan dirasakan oleh masyarakat gak mas?

N : Regulasinya sudah banyak, sudah cukup bisa ​mengcover, ​katakanlah, kemungkinan-kemungkinan yang ada di masa depan. Artinya kayak edukasi tentang pengelolaan air di limbah cair itu sudah ada, cuman ya yang jadi tantangan itu implementasinya, jadi penerapannya di lapangan. Itu memang sulit, karena itu kan butuh proses ya. Contoh sederhana nih, misalnya regulasi ke luar (buang sampah). Misalnya mas Ivan punya pabrik, masih pakai teknologi yang lama, ternyata standar airnya harus lebih tinggi lagi, kan mas Ivan butuh proses lagi nih buat pengadaan alat baru, pengadaan buat teknologinya, proses dari produksinya mas Ivan juga harus disesuaikan. Nah itu kan bagian dari implementasi dari regulasi yang ada.

(40)

Namun, memang itu butuh proses, tapi memang pemerintah sudah mencanangkan,

‘Oke, tahun ini kita akan tetapkan regulasinya’, nah itu kan ada beberapa tahun setelah itu di mana proses untuk penerapannya. Nah, kalau terkait dengan kegiatan yang pernah saya jalani sendiri, itu lebih ke regulasi mengurangi sampah plastik yang masuk ke laut. Nah, nanti mas Ivan bisa ​googling​perpres pengurangan 70%

sampah plastik yang masuk ke laut di tahun 2025. Jadi dari perpres itu sebetulnya kegiatan yang saya pernah terlibat. Tapi, kalau untuk regulasi yang lain terkait dengan pengelolaan air dan pencemaran itu banyak sekali.

P : Dari pengalaman mas Bagus, ada gak cerita atau fakta menarik mengenai mengatasi polusi air atau mengurangi polusi air?

N : Ini secara ​general ya, kalau untuk cara mencegah polusi air itu banyak banget. Kita lihat dari skalanya, bisa dari individu, bisa dari skala kecil misalnya perumahan atau daerah ataupun industri dan skala global sekalipun. Ketika mas Ivan bilang ini polusi atau pencemaran air, ini luas banget. Nah kalau dari individu, yang gampang ketika kita-jangan membuang sampah sembarangan.

Walau kita sudah buang di tempatnya, tapi kan ternyata hujan, dan terbawa aliran air dan masuk ke sungai. Atau misalkan kita tidak sengaja buang sampah di- mungkin bukan kita ya, misalnya orang di luar sana yang belum paham akan dampaknya itu kan. Mungkin dia buang sampah di selokan atau di mana. itu kan menjadi polusi sendiri.

lix

(41)

Kalau untuk menariknya sendiri itu, bagaimana kita bersama-sama punya pemahaman yang sama terkait penanganan ini, karena kalau sampahnya, limbahnya sendiri semua orang sudah paham, sudah terlihat jelas di mata mereka bahwa air ini mencemari, baik air yang ada di sungai atau air tanah sekalipun, apalagi di Kota Jakarta. Mungkin dulu orang tua kita, bisa dapat air di kedalaman tertentu sudah dapat air yang bersih, mungkin sekarang sumur bornya harus lebih dalam lagi, walaupun sudah dalam ternyata menimbulkan bau yang tidak sedap.

Limbah itu sendiri sudah di depan mata, orang juga sudah cukup paham. Nah, cuman yang menarik itu, tadi bagaimana bersama-sama punya pemahaman ini (polusi air) harus ditangani sesegera mungkin. Nah mungkin orang belom merasakan sampai skala individu bagaimana itu diterapkan dengan efektif dan efisien. Contoh misalkan pas mas Ivan pergi ke Singapur, gak pengen tuh buang sampah sembarangan. Walaupun sudah diterapkan sanksi yang tegas, misalnya buang sampah kena berapa ribu dolar. Tapi, melihat ​behaviour ​dan lingkungan yang mendukung, orang jadi segan. Di Indonesia, mungkin itu ​awareness ​atau rasa kesadaran itu masih rendah, jadi memang perlu ditingkatkan lagi. Makanya perlu sosialisasi, perlu kerja sama, bukan hanya tugas pemerintah itu sendiri, tapi juga bagaimana pemerintah dan masyarakatnya pun mau bersama-sama buat menangani ini sih. Jadi yang menarik di lapangan itu, inisiatifnya banyak, tapi karena kompleksitas dari masalah dan kompleksitas dari struktur sosial dan masyarakatnya sendiri membuat penanganan ini terkesan tidak bergerak, padahal sudah banyak penanganan. Misalnya inisiatif dan gerakan dari lingkungan. Tapi,

(42)

yang belum tersentuh itu dampaknya buat mereka apa, sosialisasinya masih kurang. Tapi, sekarang industri besar seperti Danone dan seperti Nestle juga kerjasama dengan kemendikbud menciptakan suatu kurikulum yang terkait dengan penanganan sampah. Jadi mulai mengenalkan tentang sampah itu dari level sekolah. Mungkin kalau zaman sebelumnya, mungkin 20 tahun yang lalu,

‘Oiya, jangan buang sampah sembarangan’, tapi ‘apa’ sampah itu kan belum mulai dibahas, tapi sekarang sudah mula inisiatif seperti itu mulai bermunculan, terus apalagi misalkan banyak gerakan seperti diet kantong plastik dan lain-lainnya sudah banyak. Cuman, bagaimana bisa bersama-sama untuk itu.

Karena masyarakat di Indonesia itu kan struktur sosialnya kan itu kompleks ya.

Ada yang katakanlah kita disuruh bawa kantong belanjaan dari rumah, itu mungkin bisa untuk orang yang di ​level ​atas, tapi buat yang ​level ​bawah itu mungkin belom kepikiran seperti itu. Jadi balik lagi, fakta menarik di lapangan ya itu, ketika semua ingin bersama-sama untuk menangani ini, tapi memang semua ini proses.

P : Oke, pertanyaan terakhir ya mas. Unsur apa yang harus saya tekankan di board game ​saya, terutama mengenai polusi air dan penanganannya?

N : Sebenarnya dari yang saya lihat, satu, mas Ivan juga sudah cukup bagus nih targetnya itu anak 7-12 tahun, itu anak SD kan ya. Itu kalau boleh saya kasih masukan, saya gak tahu, tapi mas Ivan juga sudah kepikiran kali ya.

lxi

(43)

Coba diskusi atau interview dengan guru SD, kira-kira dari sisi mereka, apa sih permasalahan anak SD terkait lingkungan atau sampah. Karena kalau kita ngomongin polusi air itu berdampak dan air itu variabel lingkungan. Walaupun variabel lingkungan ada udara dan lain-lainnya, tapi ketika ngomong sama anak SD kan, ‘oke, pencemaran air’ paling gampang ya itu, buang sampah sembarangan sama tadi ada pabrik dan limbah cairnya. Atau misalkan kita mencuci mobil, itu kan airnya masuk ke selokan tuh. Nah, gimana proses pengolahan air di perumahan tersebut kan kita juga kan sudah terintegrasi, karena kalau mungkin perumahan yang sekarang ini pengolahan limbahnya sudah teratur, jadi ketika dibuang lagi ke sungai mereka sudah baik. Tapi kan mungkin, selokan yang langsung masuk ke sungai kan, bekas cuci baju, bekas cuci mobil kan limbahnya langsung masuk ke sungai. Nah, mungkin kalau saran, bisa coba diskusi dengan guru SD, tentang sudah sejauh mana sih pemahaman anak SD itu pada limbah ini. Terus yang kedua, yang menarik buat mereka itu apa, karena ini kaitannya dengan psikologis dari anak tersebut. Jadi misalkan, anak SD tuh senengnya kayak gimana sih, mungkin kalau kita diajarkan jangan buang sampah sembarangan dari TK, tapi kalau mas Ivan ada waktu juga coba diskusikan dengan guru dari 2 atau 3 ​background​yang berbeda, contoh SD negri, SD swasta, dan SD internasional. Itu pasti akan beda-beda tuh. Terus, kalau mungkin ada ​channel atau ​network ​orang tua murid, orang tua di pemukiman padat penduduk yang secara ekonomi di bawah rata-rata, terus orang tua yang di middle class, ​atau memang orang tua yang di ​upper class​. Karena mereka akan memberikan ​insight

(44)

yang berbeda-beda, karena ​board game ​ini akan menjadi media yang sangat efektif buat sosialisasi lingkungan ini. Mungkin dalam bentuk fisik, dan​one day dalam bentuk ​apps. ​Terus, yang perlu ditekankan lagi juga, mungkin orang kita (indonesia) tuh selalu berpikirnya langsung ​advance​gitu, ‘ada sampah ini, pakai teknologi ini’. Itu kalau pendekatannya aspek teknologi, tapi mas Ivan harus menekankan aspek mana nih. Aspek teknologi, aspek kelembagaan, aspek sosial atau aspek regulasi. Soalnya kalau berbicara tentang teknologi itu gampang.

Misalnya, ‘Okei, ada sampah plastik atau apapun di sungai’, ya kita taruh aja alat penangkap sampah di sungai. Nah itu kalau pendekatannya teknologi. Tapi kalau pendekatannya sosial, nah harus sosial ke lapangan, membuat sosialisasi, bekerjasama dengan pemerintah, katakanlah pemerintah membuat bank sampah.

Nah bank sampah itu biar orang tertarik di situ ada gajinya. Nah kan itu pendekatannya berbeda lagi tuh. Gak semata-mata pendekatan teknologi. Nah, misalnya kalau di luar negri mereka sudah lebih jauh ke depan, karena mereka sudah melewati prosesnya lebih dulu dari Indonesia. Mungkin hasil dari diskusinya dari sekolah atau orang tua, bisa jadi ditemukan temuan-temuan baru, seperti ‘oh, anak SD tuh belum kepikiran buat menciptakan teknologi penanganan sampah, tapi mereka baru berpikir bahwa sampah itu jangan dibuang dulu atau dalam tahapan mengenal sampah’, nari dari situ mungkin buat di ​board game-​nya mas Ivan, mungkin cukup di ​level beginner-​nya,

lxiii

(45)

mereka cukup mengenal apa sih itu perbedaan limbah cair dan limbah padat, baru penanganannya seperti apa, jadi ini harus berjenjang tidak bisa secara langsung

‘ada sampah, kita tangani’, karena kita perlu tahu juga proses di dalamnya seperti apa. Lalu, saran saya yang perlu ditekankan lagi juga, itu terkait gimana sampah ini bisa dimanfaatkan lagi untuk ke depan. Jadi, kita tidak hanya mengetahui sampah, lalu bagaimana mengolahnya, namun bisa bermanfaat lagi. Kan kalau paling sederhananya bekas plastik atau kain perca bisa jadi tas atau jadi bahan baru, tapi kan bisa jadi kalau setelah tahu sampah ini dikelola, bisa mendaur ulang sampahnya lagi. Nah, bagaimana itu bisa ​sustainable ​di kemudian hair, melihat sustainability-​nya juga sih.

P : Baik, itu pertanyaan terakhir dari saya.

Referensi

Dokumen terkait

Luas lingkup manual penetapan standar pendidikan tinggi Universitas Medan Area adalah merancang, merumuskan dan menetapkan standar pendidikan tinggi dan standar

Jenis – jenis tubuh batuan ini \yaitu Dyke ( tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki bentuk tabular atau memanjang), Batolith ( tubuh batuan yang

Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Peraturan Gubemur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Bantuan Keuangan dan Tata Cara Bagi

Penentuan konsisten atau inkonsistensi penutupan lahan terhadap RTRW Kabupaten Kotabaru mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010

Persentase penduduk miskin untuk setiap kecamatan di Kabupaten Malang dengan metode Bayes Empirik yang disajikan pada gambar 6b menunjukkan bahwa persentase

Panduan Amalan 5S yang disediakan ini memberi panduan kepada staf Pejabat Pendaftar dalam pengurusan persekitaran kerja yang bersih, kemas dan tersusun serta selamat. Melalui Amalan

Indonesia dan negara berkembang anggota G-33 merasa perlu untuk membentuk sebuah kelompok kepentingan bersama di dalam kerangka WTO untuk memperjuangkan kepentingan

Jenis data yang digali dalam penelitian pengembangan ini adalah mengenai kalayakan dan keefektifan model layanan bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran