• Tidak ada hasil yang ditemukan

144 Lampiran 7: Hasil Observasi (sambungan)

Dalam dokumen Lampiran 1: Panduan Wawancara (Halaman 75-100)

Senin, 9

- Tuti kurang berkomitmen pada usahanya, terlihat dari

Regulative pillar - Pemerintah menyediakan tempat bagi para pelaku UMKM untuk memasarkan produknya. Pelaku UMKM di Kampung Kue juga ada yang melakukan konsinyasi di Sentra UKM Merr.

Cultural-cognitive pillar (Kasiami)

- Kasiami berkomitmen pada usahanya, terlihat dari

- Tuti kurang berkomitmen pada usahanya, terlihat dari toko kelontongnya tutup.

Kampung Kue 10.27 – 10.32 WIB

Regulative pillar - Peran paguyuban Kampung Kue memperkenalkan

Regulative pillar - Peran paguyuban Kampung Kue mengikutkan 6

151

Keterangan:

Informan 1: Choirul Mahpuduanh Informan 2: Kasitin

Informan 3: Tuti Informan 4: Sumiatun Informan 5: Kasiami

Materi Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4 Informan 5 Hasil Observasi Hasil

Triangulasi Ket Regulative Pillar

Kemudahan dalam mengurus legalitas usaha

Untuk mengurus SIUP tidak sulit dan gratis di Surabaya kalo lagi ada program. Hanya melengkapi berkas yang diperlukan dan mengisi formulir. Untuk PIRT harus pelatihan dulu, seperti sanitasi, kebersihan, dan bahan makanan.

Kita tidak dipersulit. Kita hanya kumpul KSK dan fotocopy KTP aja nanti diuruskan sama mereka.

Biayanya juga Disperindag.

Nanti diundang untuk

sosialisasi.

Justru pegawainya Disperindag yang bola-balik ke sini.

Untuk mengurus legalitas difasilitasi. Jadi ada sosialisasi, pelatihan untuk sertifikasi itu.

Pemerintah memberikan faslitasi dan kemudahan bagi pengurusan legalitas UMKM di Kampung Kue

VALID

152

Lampiran 9: Tabel Triangulasi Faktor Institusional di Kampung Kue (sambungan)

Fasilitas yang

153

Disperindag.

Kita tidak dipersulit.

Disperindag memberi tempat untuk menjual produk di Sentra UKM Merr dan Sentra UKM ITC. Kita didampingi oleh Disperindag, diajari merinci harga. Dari kelurahan dan kecamatan juga kalau mau memberi oleh-oleh tidak boleh-oleh beli di luar, harus di UKM kita sendiri.

Hambatan institusional

Air bersih ada, tapi masing-masing tidak bisa mengakses saluran air bersih, tidak bisa buka meteran. Elpiji kemarin dibatasi karena

Air ada yang beli, ada yang enggak. Kalau yang kost tidak ada PDAM.

Saya sendiri tidak ada, ya beli yang jurigen-jurigen itu. Untuk elpiji

Kita langganan PDAM tapi air yang mengalir kecil dan kotor.

Jadi untuk masak, kami harus membeli air isi ulang.

Untuk elpiji kalau orang itu

Itu mungkin bagi orang yang kost. Orang yang kost kan beli. Kalo kami sudah menetap ya sudah beres.

Kemarin elpiji dibatasi, mungkin

Tidak semua penduduk Rungkut Lor Gang 2 bisa mengakses saluran PDAM.

Untuk elpiji dulu memang dibatasi, tetapi sejak

VALID

154

Lampiran 9: Tabel Triangulasi Faktor Institusional di Kampung Kue (sambungan)

ternyata katanya

155

156

Lampiran 9: Tabel Triangulasi Faktor Institusional di Kampung Kue (sambungan)

Normative Pillar

157

158

Lampiran 9: Tabel Triangulasi Faktor Institusional di Kampung Kue (sambungan)

banyak orang

159

160

Lampiran 9: Tabel Triangulasi Faktor Institusional di Kampung Kue (sambungan)

uang 10 ribu,

161

Kebebasan Bisa bebas mau kemana-mana.

162

Lampiran 9: Tabel Triangulasi Faktor Institusional di Kampung Kue (sambungan)

dengan bahan

163

164

Lampiran 9: Tabel Triangulasi Faktor Institusional di Kampung Kue (sambungan)

kemudian saya

165

166

Lampiran 9: Tabel Triangulasi Faktor Institusional di Kampung Kue (sambungan)

Yang kedua

167

168

Lampiran 9: Tabel Triangulasi Faktor Institusional di Kampung Kue (sambungan)

cenderung

169

170

Lampiran 9: Tabel Triangulasi Faktor Institusional di Kampung Kue (sambungan)

harga bahan

171

beli, akhirnya saya berikan panti asuhan.

maksimal.

Berpikir analitis Cheese paling laris, karena

172

Lampiran 9: Tabel Triangulasi Faktor Institusional di Kampung Kue (sambungan)

Mengatur bahan

173

berpengaruh.

Kalau kita terpengaruh terhadap ekonomi secara global. Dengan dolar naik, mempengaruhi produk saya, karena almond-nya impor.

untung. Kalau bahan bakunya naik, untungnya sudah menipis, harga kuenya dinaikkan.

buat makan. sendiri harus dibayar.

apakah diambil dari harga yang terendah, atau yang menengah, atau yang teratas. Saya mengambil dibawah yang teratas. Jadi kalau bahan baku ada yang naik sedikit tidak seberapa terpengaruh.

Sumber: Data diolah (2015)

174

Lampiran 10: Pidato Mantan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini

Pidato Walikota Surabaya, Tri Rismaharini untuk Memotivasi Para Pelaku UMKM di Kampung Kue dalam Menghadapi MEA, Surabaya, 21 Oktober 2015

Assalamualaikum wr.wb.

Yang saya hormati kepada Ketua RT beserta para tokoh masyarakat. Yang saya hormati Ibu Irul sebagai pembina atau pelopor dari Kampung Rungkut Lor Gang 2 jadi Kampung Kue. Ibu-ibu semuanya, bapak ibu sekalian yang saya muliakan.

Pertama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah subhahanahu wa ta‟ala karena berkat ridho, hidayah, dan inayah sehingga kita dapat besilaturahmi bersama dalam kondisi sehat walafiat. Yang kedua, Ibu-ibu saya ingin menyampaikan tadi saya bisik-bisik sama Bu Irul bagaimana meningkatkan produktifitas Kampung Kue ini, Kampung Rungkut Lor Gang 2 ini.

Keliru lagi tadi Pak RT ya. Saya ingin menyampaikan Bapak-Ibu sekalian, mungkin nanti ke depan kita harus arahkan membuat kue, membuat makanan tapi kita bisa dapatkan keuntungan yang lebih besar.

Bapak-Ibu sekalian, saya ingat sekali pada waktu ini di buat (mengambil Almond Crispy produk Choirul Mahpuduah), ini sekarang sudah terkenal di Jakarta. Jadi produk ini kalo misalkan kami bawa ke Jakarta, jadi kalo saya ke Jakarta itu ini pasti laris duluan. Betul ya, Bu ya?

(bertanya pada Choirul) Kemarin kita sudah bisa bersaing dengan makanan-makanan yang harganya mahal, ada pameran di Ciputra World kita jual, ini paling laris. Kalo nggak salah rencananya 3 hari, 1 hari sudah habis. Betul ya, Bu ya? (bertanya pada Choirul) Jadi itu, barang itu rencananya kita buat untuk 3 hari tapi sehari sudah habis.

Kenapa sehari habis, Ibu-Ibu? Jadi ini saya sampaikan, kenapa mereka bisa terima produk ini. Jadi kalo masyarakat menengah atas itu dia nggak peduli harga. Mereka nggak ngitung harga.

Kalo ini dilihat sehat kemudian, oh apalagi ditulisi green tea gitu, orang Jakarta lagi tergila-gila yang namanya green tea, itu langsung dia beli. Tanpa dia melihat berapa harganya. Karena itu tadi saya bisik-bisik, “Bu nanti kita harus tingkatkan kualitasnya.” Packaging-nya termasuk, kemasannya ini, Bu kenapa mereka mau terima, karena ini kemasannya bagus. Mungkin isinya ya podo ae, betul ya Bu ya. Tapi karena kemudian kemasannya bagus sehingga orang kaya dia mau membeli, tanpa dia melihat harganya.

Karena itu saya pingin nanti ke depan kue-kue ini ada dua segmen. Jadi satu segmen untuk menengah atas, yang panjenegan kalo menjual itu sudah tidak peduli lihat harga. Yang kedua itu segmen yang selama ini ada. Nanti saya akan komunikasi dengan Bu Irul bagaimana meningkatkan kapasitas itu. Kenapa? Supaya panjenengan bebas menentukan harganya. Kalo digunakan untuk menengah bawah, itu harganya pasti terbatas. Betul, Bu? Kadang sek di-nyang ya kan? Kalo yang menengah atas itu masih kita akan ada keleluasaan harga. Karena itu nanti mesti harus dibikin dua jenis dua produk. Sama masaknya tapi packaging-nya beda, kemasannya beda, mungkin juga ada yang sedikit beda, misalkan, nyuwun sewu, (mengambil ote-ote) biasanya kan topping-nya udang ya. Ini ada udangnya, di atasnya ada dikasi udang. Nah nanti mungkin lagi kita kasi apa, supaya orang tertarik.Terus kemasannya justru kalo orang yang kaya-kaya itu kecil, bukan tambah gede. Jadi kecil justru, tapi harganya lebih mahal.

Karena itu nanti ada, saya sampaikan, nanti mungkin kita harus masuk segmen itu, menengah atas, supaya panjenengan merdeka secara ekonomi. Nanti kalo masuk level bawah terus itu harganya pas-pasan terus. Kalo sudah sakit, atau itu, nggak bisa itu, terus bubukane dijupuk.

Jadi karena itu ke depan kita harus pikirkan sama-sama, insya allah kita bisa, Bu. Nanti kalo era Masyarakat Ekonomi Asean, jadi tahun ini kita akan masuki era baru yang namanya Masyarakat Ekonomi Asean, insya allah kalo harga-harga itu bisa masuk, bentuk-bentuk makanan itu, bisa masuk ke segmen keluarga yang kaya. Saya kepingin itu.

Karena itu Ibu-Ibu mari, panjenengan sudah bagus ini tadi disampaikan oleh Pak RT dulu berbeda, tapi kita tidak boleh puas. Saya selalu sampaikan sabda Rasulullah bahwa Allah tidak akan merubah nasib kaumnya kalo kaum itu tidak merubah nasibnya sendiri. Itu yang selalu saya pegang. Jadi memang kita harus tidak boleh puas, berhenti di sini, kita harus terus, terus, terus kita tingkatkan kualitas kita. Tidak peduli tua, tidak peduli muda. Kita tidak boleh berhenti karena kita tua, tidak boleh. Saya banyak ibu-ibu yang usianya sudah 70 tahun masih berkarya, dan karena justru berkarya itu kemudian ndak gampang pikun. Betul, Bu. Saya justru itu. Sekarang Ibu-Ibu

175

podo sehat, podo senang. Coba dicek. Kemaren saya dapat kabar, anak usia 30 tahun meninggal karena gagal ginjal, itu karena perilaku makan yang salah, perilaku kehidupan yang salah.

Nah panjenengan setiap minggu senam, iya kan? Betul ya? Tambah sehat. Kenapa? Saya juga dikasi tau, profesor dari Cina, dia ngomong, “Bu Wali, wargamu itu banyak yang berobat.”

Waktu saya berkunjung ke sana di Tiongkok. Kenapa? Karena banyak pengeroposan tulang, terutama ibu-ibu. Makanya sekarang minta ibu-ibu itu keluar kalo siang bisa berjemur kena panas.

Nah panjenengan ada senam itu kalo bisa diikuti supaya panejengan sehat.

Nah saya tidak banyak ngomong Ibu-Ibu, mungkin panjenengan mau usul ke saya itu sebagai bahan saya kalo, insya allah, kalo Allah mempercayai saya. Itu juga saya lakukan 5 tahun yang lalu, jadi program-program itu kenapa saya support Bu Irul untuk mendukung ini, karena memang ke depan kita harus produktif. Karena kalo tidak produktif, Bu nanti makanan kita diambil oleh orang lain. La orang lain itu cilakanya bukan hanya orang Indonesia. Nanti tahun depan itu orang Singapore, orang Malaysia, orang Filipina, orang Thailand, orang Vietnam, itu bisa dagang dan jualan di sini. Nanti kalo tidak pecaya, sekarang aja sudah banyak yang masuk.

Kemarin waktu saya masih jadi Walikota saya sweeping, Bu. Ada 15 orang yang sudah saya usir, karena dia ijinnya hanya ijin wisata tapi dia kerja, saya usir, Bu. Karena kalo tidak kita usir, nanti kita nggak bisa makan. Dia jualan kan, apalagi orang kita seneng ditulisi Dawet Singapore, gitu aja sudah padahal ya dawet biasa ya.

Nah karena itu saya ingin menyampaikan kenapa kita harus kuasai dulu pasar ini supaya mereka nggak bisa masuk. Panjenengan tau di Malaysia itu juga ada kue moci itu ya, kue-kuenya hampir sama. Tapi terus kemudian warga yang punya uang itu di-branding ini moci Malaysia, dia tertarik itu, dipikir kalo dari luar itu pasti makanannya enak. Padahal kemarin itu saya ke Jakarta saya makan ngomong, “Bu ini pokoknya di sini semua enak,” katanya temen saya restorannya.

Tibae rasane nggak enak blas. Enak makanan di Surabaya. Karena itu Bapak-Ibu semuanya, ayo kita siapkan supaya kita tidak kalah dan kita tidak jadi penonton di kota kita sendiri. Sayang kalo mereka ambil itu. Dan mereka akan masuk ke sini. Panjenengan pernah dengar ono wong Itali dodolan dadi PKL itu. Pernah tau to? Larise masha Allah antrine. Akhirnya saya usir. Saya usir karena memang dia tidak punya ijin. Ya, jadi itu Bapak-Ibu. Kenapa? La kalo mereka bisa jualan nanti mereka seenaknya bisa jualan kalo mereka tidak hati-hati. Nah warga saya jualan di mana.

Kan gitu kemarin itu ya.

Jadi itu saya kira Ibu-Ibu. Saya sebaiknya banyak mendengar dari Ibu-Ibu supaya saya bisa tau masalah-masalahnya. Kemarin saya sampaikan dari PJR itu, “Bu itu, dulu kan itu Kampung Rungkut Lor,” nanti Pak RT, “Kampung Kue,” saya bilang. “Sudah ada, Bu gasnya” katanya begitu, tapi dibangun dari PT apa gitu. Nah, saya kira begitu, karena kalo kita gunakan gas itu lebih murah, tapi saya tidak tahu di sini nanti mungkin panjenengan bisa cerita masalah-masalahnya. Saya kira begitu, terima kasih Bapak-Ibu sekalian. Mohon maaf kalo ada tutur kata yang kurang berkenan.

Wassalamualaikum wr. wb.

Dalam dokumen Lampiran 1: Panduan Wawancara (Halaman 75-100)

Dokumen terkait