• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran 8 : Materi Penelitian PKn

Dalam dokumen Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian (Halaman 42-54)

MENAMPILKAN KETAATAN TERHADAP PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL

Negara Indonesia adalah suatu negara hukum. Pengertian negara hukum di Indonesia berdasar UUD 1945, yaitu berdasar pada kedaulatan hukum. Negara dipandang sebagai subjek hukum maka jika seseorang melanggar hukum, ia akan dituntut di pengadilan. Landasan hukum negara Indonesia menurut Batang Tubuh UUD 1945 : Pasal 1 ayat 3, Pasal 9 tentang Sumpah Presiden atau Wakil Presiden, Pasal 27 ayat 1.

Ciri-ciri negara hukum :

1) Hak asasi manusia mendapat pengakuan dan jaminan. Terjaminnya hak asasi manusia di dalam undang-undang atau juga keputusan pengadilan. 2) Adanya suatu peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan

tidak memihak. Membatasi kekuasaan serta wewenang organ-organ negara terhadap perseorangan.

3) Adanya legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya. Bahwa segala tindakan penyelenggara negara maupun warga negara dibenarkan oleh kaidah hukum yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan. Unsur-unsur negara hukum :

1) Terdapat sistem demokrasi dalam pemerintahan;

2) Terdapat kedaulatan rakyat dan adanya sistem perwakilan dalam pemerintahan, artinya sistem negara berdasarkan kedaulatan rakyat. 3) Terdapat pemerintahan yang diawasi oleh suatu badan negara, artinya

adanya pengawasan dari badan-badan peradilan (rechterlijke controle) yang bebas dan mandiri.

4) Terdapat penghormatan terhadap hak asasi manusia, artinya ada jaminan terhadap hak-hak asasi manusia.

6) Berlakunya rule of law demi tegaknya hukum;

7) Adanya kepastian hukum dan tertib hukum dalam masyarakat, bangsa, dan negara.

Menurut J.P Glastra van Loan dalam menjalankan peranannya, hukum mempunyai fungsi :

1) Menertibkan masyarakat dan pengaturan pergaulan hidup; 2) Menyelesaikan pertikaian;

3) Memelihara dan mempertahankan tata tertib dan aturan, jika perlu dengan kekerasan;

4) Mengubah tata tertib dan aturan-aturan dalam rangka penyesuaian dengan kebutuhan masyarakat;

5) Memenuhi tuntutan keadilan dan kepastian hukum dengan cara merealisasikan fungsi hukum sebagaimana disebutkan di atas.

Peraturan ada yang tertulis dan tidak tertulis. Contoh peraturan tertulis undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan daerah, dan sebagainya. Contoh peraturan tidak tertulis adalah hukum adat, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang dilaksanakan dalam praktik penyelenggaraan negara atau konvensi. Peraturan yang tertulis memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Keputusan yang dikeluarkan oleh yang berwenang,

b. Isinya mengikat secara umum, tidak hanya mengikat orang tertentu, c. Bersifat abstrak (mengatur yang belum terjadi)

Ferry Edwar dan Fockema Andreae menyatakan bahwa perundang-undangan (legislation, wetgeving atau gezetgebung) mempunyai dua pengertian, pertama perundang-undangan merupakan proses pembentukan atau proses membentuk peraturan perundang-undangan negara, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Kedua perundang-undangan adalah segala peraturan negara yang merupakan hasil pembentukan peraturan-peraturan, baik tingkat pusat maupun di tingkat daerah.

Landasan Berlakunya Peraturan Perundang-undangan

Peraturan Perundang-undangan yang akan di bentuk di negara Republik Indonesia harus berlandaskan kepada :

a. Landasan Filosofis

Setiap setiap penyusunan peraturan perundang-undangan harus memperhatikan cita-cita moral dan cita-cita hukum sebagaimana diamanatkan oleh Pancasila, yakni :

1) Nilai-nilai religius bangsa Indonesia yang terangkum dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa,

2) Nilai-nilai hak-hak asasi manusia dan penghormatan terhadap harkat dan martabat kemanusiaan sebagaimana terdapat dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3) Nilai-nilai kepentingan bangsa secara utuh, dan kesatuan hukum nasional seperti yang terdapat di dalam sila Persatuan Indonesia, 4) Nilai-nilai demokrasi dan kedaulatan rakyat, sebagaimana terdapat di

dalam sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan

5) Nilai-nilai keadilan, baik individu maupun sosial seperti yang tercantum dalam sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. b. Landasan Sosiologis

Pembentukan peraturan perundang-undangan harus sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan masyarakat.

c. Landasan Yuridis

Menurut Lembaga Administrasi Negara landasan yuridis dalam pembuatan peraturan perundang-undangan memuat keharusan :

1) Adanya kewenangan dari pembuat peraturan perundang-undangan, 2) Adanya kesesuaian antara jenis dan materi muatan peraturan

perundang-undangan,

3) Mengikuti cara-cara atau prosedur tertentu,

4) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya.

Prinsip-prinsip Peraturan Perundang-Undangan

Lembaga administrasi Negara menyatakan, bahwa prinsip-prinsip yang mendasari pembentukan peraturan perundang-undangan, adalah :

a) Dasar yuridis (hukum) sebelumnya.

Penyusunan peraturan perundang-undangan harus mempunyai landasan yuridis yang jelas. Adapun yang dijadikan landasan yuridis adalah peraturan perundang-undangan, sedangkan hukum lain hanya dapat dijadikan bahan dalam penyusunan peraturan perundang-undangan tersebut.

b) Hanya peraturan perundang-undangan tertentu saja yang dapat dijadikan landasan yuridis.

Tidak semua peraturan perundang-undangan dapat dijadikan landasan yuridis. Peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan dasar yuridis adalah peraturan yang sederajat atau yang lebih tinggi dan terkait langsung dengan peraturan perundang-undangan yang akan dibuat.

c) Peraturan perundang-undangan hanya dapat dihapus, dicabut, atau diubah oleh peraturan perundang-undangan yang sederajat atau yang lebih tinggi.

d) Peraturan perundang-undangan baru mengesampingkan peraturan perundang-undangan lama.

Dengan dikeluarkannya suatu peraturan perundang-undangan baru, maka apabila telah ada peraturan perundang-undangan sejenis dan sederajat yang telah diberlakukan secara otomatis akan dinyatakan tidak berlaku.

e) Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi mengesampingkan peraturan perundang-undangan yang lebih rendah.

Peraturan perundang-undangan yang secara hirarki lebih rendah kedudukannya dan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka secara otomatis dinyatakan batal demi hukum.

f) Peraturan perundang-undangan yang bersifat khusus mengesampingkan peraturan perundang-undangan yang bersifat umum.

Apabila terjadi pertentangan antara peraturan perundang-undangan yang bersifat khusus dan peraturan perundang-undangan yang bersifat umum yang sederajat tingkatannya, maka yang dimenangkan adalah peraturan perundang-undangan yang bersifat khusus.

g) Setiap jenis peraturan perundang-undangan materinya berbeda.

Setiap UU yang dikeluarkan pemerintah hanya mengatur satu obyek tertentu saja. Contoh Undang-Undang Republik Indonesia nomor 4 tahun 2004 mengatur masalah kehakimana, nomor 4 tahun 2004 mengatur Mahkamah Agung.

Arti Penting Peraturan Perundang-Undangan : a. Pedoman para penyelenggara

Sebagai pedoman/panduan para penyelenggara di dalam menjalankan tugas dan fungsinya, tanpa adanya peraturan perundang-undangan para penyelenggara negara cenderung untuk menyimpang dari amanat yang telah diberikan oleh rakyat. Dengan adanya peraturan perundang-undangan, para penyelenggara tinggal melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Melindungi dan mengayomi hak-hak warga negara

Perundang-Undangan berfungsi juga melindungi dan mengayomi hak-hak warga negara. Hak-hak-hak warga negara sebenarnya sudah ada sebelum ada peraturan, tetapi tanpa ada peraturan hak itu akan dirampas oleh oranng lain.

c. Memberikan rasa keadilan bagi warga negara

Perundang-Undangan dibuat untuk menciptakan keadilan karena dengan peraturan terdapat bukti-bukti tertulis untuk mengatur kehidupan manusia.

d. Menjamin kepastian hukum

Dengan adanya peraturan perundang-undangan ada kepastian hukum bagi warga negara untuk melakukan perbuatan karena mengetahui mana yang benar, mana yang salahdan ada pedoman yang jelas sehingga tidak ragu-ragu dalam melakukan perbuatan.

Proses pembuatan peraturan perundang-undangan nasional meliputi tiga tahap, yaitu tahap inisiasi, tahap sosio-politis, dan tahap yuridis.

1. Tahap Inisiasi

Tahap inisiasi adalah munculnya gagasan-gagasan atau ide dari masyarakat. Hukum tersebut berhubungan dengan keinginan agar suatu masalah diatur oleh hukum dalam peraturan perundang-undangan. Misalnya, masyarakat menginginkan adanya pengaturan tentang pembrantasan KKN, tindak pidana terorisme, dsb.

2. Tahap Sosio-Politis

Tahap sosio-politis adalah tahap pengolahan gagasan tentang perlunya pengaturan hukum dari masalah tertentu. Dimulailah penampungan gagasan dari berbagai sumber. Kemudian disiapkan bahan-bahan atau isi hukum yang dibutuhkan. Bahan-bahan yang terkumpul itu kemudian dibicarakan, dikritisi, dan dipertahankan melalui pertukaran pendapat antar berbagai golongan dan kekuatan dalam masyarakat. Bahan-bahan itu kemudian dipertajam dan dimatangkan lembaga pemerintah, baik departemen maupun nondepartemen.

3. Tahap Yuridis

Tahapan yuridis merupakan tahapan kegiatan yang murni yuridis, yatu perumusan dalam bahasa hukum perundang-undangan. Tahapan ini dilakukan oleh lembaga yang berwenang tergantung dari tingkat perundang-undangan tersebut. Pasal 21 bahwa rancangan undang-undang dapat berasal dari Presiden atau DPR.

Landasan proses penyusunan Undang-Undang adalah UUD 1945 Pasal 5 dan Pasal 20 :

a. Pasal 5 Ayat (1) : Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR.

Pasal 5 Ayat (2) : Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. b. Pasal 20 Ayat (1) : DPR memegang kekuasaan membentuk

undang-undang.

Pasal 20 Ayat (2) : Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan presiden untuk mendapat persetujuan bersama. Pasal 20 Ayat (3) : Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan DPR masa itu. Pasal 20 Ayat (4) : Presiden mengesahkan rancangan undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi undang-undang.

Pasal 20 Ayat (5) : Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh presiden dalam waktu 30 (tiga puluh) hari semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan undang-undang-undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.

Adapun proses penyusunan Undang-Undang adalah sebagai berikut :

a. Tahap Penyiapan Rancangan Undang-Undang (RUU)

RUU dapat dibuat oleh Presiden (pemerintah) dan DPR. RUU yang diajukan oleh pemerintah dibuat oleh menteri/pimpinan lembaga pemerintah non departemen, setelah itu diajukan kepada Presiden untuk disetujui/tidak. Jika disetujui, RUU diajukan Presiden kepada pimpinan DPR. Langka selanjutnya mengadakan sidang untuk membahas RUU tersebut. RUU dari DPR, anggota DPR

membuat RUU, selanjutnya disampaikan kepada Presiden melalui pimpinan DPR. Presiden menyampaikan RUU kepada menteri sekretaris negara.

b. Tahap Pembahasan dan Pengesahan

RUU beserta penjelasannya yang berasal dari DPR disampaikan secara tertulis oleh pimpinan DPR kepada Presiden. Presiden memberitahu dan membagikannya kepada seluruh anggota kabinet. RUU yang sudah disetujui bersama antara DPR dengan Presiden, paling lambat 7 (tujuh hari) kerja disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada Presiden untuk disahkan menjadi undang-undang. Apabila setelah 15 (lima belas) hari kerja, RUU yang sudah disampaikan kepada Presiden belum disahkan menjadi undang-undang, Pimpinan DPR mengirim surat kepada Presiden untuk meminta penjelasan. Apabila RUU yang sudah disetujui bersama tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak RUU tersebut disetujui bersama, RUU tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundang-undangkan.

Tata urutan perundang-undangan nasional menurut TAP. MPR No. III/MPR/2000

1) UUD 1945

merupakan hukum dasar tertulis Negara Republik Indonesia, memuat dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara.

2) Ketetapan MPR

merupakan putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai pengemban kedaulatan rakyat yang ditetapkan dalam sidang-sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat.

3) Undang-Undang

Undang-Undang dibuat oleh DPR bersama Presiden untuk melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945 serta Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.

4) Peraturan Pemerintah Pengganti UU

Peraturan Pemerintah pengganti UU dibuat oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Peraturan Pemerintah pengganti UU harus diajukan ke DPR dalam

persidangan yang berikut.

b. DPR dapat menerima atau menolak Peraturan Pemerintah Pengganti UU dengan tidak mengadakan perubahan.

c. Jika ditolak DPR, Peraturan Pemerintah Pengganti UU harus dicabut.

5) Peraturan Pemerintah

Peraturan Pemerintah dibuat oleh Pemerintah untuk melaksanakan perintah Undang-Undang.

6) Keputusan Presiden

Keputusan Presiden yang bersifat mengatur dibuat oleh Presiden untuk menjalankan fungsi dan tugasnya berupa pengaturan pelaksanaan administrasi negara dan administrasi pemerintahan. 7) Peraturan Daerah

Peraturan Daerah merupakan peraturan untuk melaksanakan aturan hukum di atasnya dan menampung kondisi khusus dari daerah yang bersangkutan.

a. Peraturan Daerah Propinsi dibuat oleh DPRD Propinsi bersama dengan gubernur.

b. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh DPRD Kabupaten/Kota bersama bupati/walikota.

c. Peraturan Desa atau yang setingkat dibuat oleh badan perwakilan desa atau yang setingkat, sedangkan tata cara pembuatan peraturan

desa atau yang setingkat diatur oleh peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.

Tata Urutan Perundang-Undangan Nasional UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan :

1) UUD 1945

Peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPR dengan persetujuan bersama Presiden.

2) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah pengganti UU

Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa.

3) Peraturan Pemerintah

Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.

4) Peraturan Presiden

Peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden

5) Peraturan Daerah, terdiri atas peraturan daerah provinsi, kabupaten/kota, desa

Peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama Kepala Daerah.

 Peraturan Daerah Propinsi dibuat oleh DPRD Propinsi bersama dengan gubernur.

 Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh DPRD Kabupaten/Kota bersama bupati/walikota.

 Peraturan Desa atau yang setingkat dibuat oleh badan perwakilan desa atau nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.

Partisipasi warga negara dalam proses penyusunan hukum dapat dilakukan dengan cara-cara :

a. Memberi masukan kepada pemerintah dalam proses pembuatan hukum. b.Menaati peraturan hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau

c. Sadar dan taat pada hukum dan peraturan yang ada. d. Mengutamakan kepentingan umum.

Orang yang mempunyai kesadaran terhadap aturan hukum akan mematuhi apa yang menjadi tuntutan peraturan tersebut. Dengan kata lain dia menjadi patuh terhadap berbagai peraturan yang ada, orang menjadi patuh, karena :

1. Sejak kecil dididik untuk selalu mematuhi dan melaksanakan berbagai aturan yang berlaku, baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun secara nasional.

2. Orang taat karena dia merasakan, bahwa peraturan yang ada dapat memberikan manfaat bagi kehidupan diri dan lingkungannya.

3. Kepatuhan atau ketaatan karena merupakan salah satu sarana untuk mengadakan identifikasi dengan kelompok.

4. Pada awalnya bisa saja seseorang patuh terhadap hukum karena adanya tekanan atau paksaan untuk melaksanakan berbagai aturan tersebut. Pelaksanaan aturan yang semula karena faktor paksaan lama kelamaan menjadi suatu kebiasaan, sehingga tanpa sadar dia melakukan perbuatan itu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perilaku menaati peraturan perundang-undangan di lingkungan keluarga dapat dilakukan dengan cara :

a. Menaati tata tertib keluarga.

b. Tidak melakukan tindak kekerasan sesama anggota keluarga. c. Menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan keluarga. d. Menyelesaikan permasalahan dengan penuh kekeluargaan.

Perilaku menaati peraturan perundang-undangan di lingkungan sekolah dapat dilakukan dengan cara :

a. Mematuhi tata tertib.

b. Menghormati guru dan karyawan.

c. Tidak membuat suasana gaduh pada saat mengikuti pelajaran. d. Mengenakan pakaian seragam sesuai ketentuan yang berlaku. e. Menjaga kebersihan, keamanan, dan ketertiban lingkungan sekolah.

Perilaku menaati peraturan perundang-undangan di lingkungan masyarakat dapat dilakukan dengan cara :

a. Tidak main hakim sendiri.

b. Menghormati hak milik orang lain.

c. Menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan masyarakat.

d. Menyelesaikan permasalahan dengan penuh kekeluargaan berdasar peraturan yang berlaku.

Perilaku menaati peraturan perundang-undangan di lingkungan bangsa dan negara dapat dilakukan dengan cara :

a. Disiplin membayar pajak. b. Mematuhi peraturan lalu lintas. c. Mendukung gerakan disiplin nasional.

d. Menjaga benda-benda milik negara dan fasilitas umum.

e. Membantu negara dalam menciptakan keamanan dan ketertiban lingkungan.

Dalam dokumen Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian (Halaman 42-54)

Dokumen terkait