• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORI

2.1 Fasilitas Pedestrian

2.1.2 Fasilitas Pendukung

2.1.2.1 Lampu Penerangan

Lampu Penerangan yang memadai dapat meminimalisir dari tindak kejahatan dan masalah transportasi (Florez dkk, 2014). Oleh sebab itu penerangan harus dirancang menurut standar lokal yang berlaku agar memberikan keamanan dan kenyamanan pejalan kaki Adapun kriteria penerangan jalan di kawasan perkotaan menurut SNI (7391:2008) yaitu menghasilkan kekontrasan antara objek dan permukaan jalan sebagai alat bantu navigasi pengguna jalan, meningkatkan keselamatan pengguna jalan khususnya pada malam hari, mendukung keamanan lingkungan, serta memberikan keindahan lingkungan jalan dengan bentuk dan warna yang menarik (Gambar 2.5).

14 Gambar 2.5 Penerangan Jalan

(Sumber: SNI (7391:2008)) 2.1.2.2Tempat Sampah

Lingkungan yang bersih dapat membuat suatu kawasan lebih menarik (Zakaria dan Ujang, 2015). Tempat sampah digunakan untuk menjaga agar jalur pedestrian tetap bersih. Lingkungan yang tidak higienis akan menganggu psikologi dan fisik pejalan kaki (Alfonzo, 2005). Jalur pedestrian yang bersih akan menambah daya tarik serta kenyamanan individu saat berjalan. Menurut danoe (2006) jarak antar tempat sampah adalah 15-20 m, mudah dalam sistem pengangkutan sampah (Gambar 2.6).

Gambar 2.6 tempat sampah

15 2.1.2.3Tempat duduk

Tempat duduk merupakan fasilitas pendukung yang dapat menciptakan kenyamanan pejalan kaki serta dapat memperindah jalur pedestrian jika di desain dengan baik. Pedoman penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana ruang pejalan kaki di perkotaan yang dikeluarkan oleh departemen pekerjaan umum bahwa tempat duduk diletakan pada jalur amenitas. Terletak setiap 10 m dengan lebar 40-50 centimeter, panjang 150 centimeter dan menggunakan bahan dengan durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak.

Menurut pattisinai (2013) jalur pedestrian memiliki fungsi rekreatif sehingga diperlukan bangku untuk tempat beristirahat. Sedangkan menurut natalivan (2003) bangku merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan kenyamanan pejalan kaki dan mudah digunakan oleh semua lapisan masyarakat. Fungsi lain dari bangku yaitu meningkatkan interaksi sosial dengan masyarakat lainnya (Natalivan, 2003).

2.1.2.4Vegetasi

Penempatan dan pemilihan jenis vegetasi yang sesuai akan memberikan kenyamanan secara fisik dan psikologi pejalan kaki. Pemilihan jenis pohon tertentu dapat menghindari pejalan kaki dari paparan sinar matahari Serta dapat menyaring polusi (sutikno, 2013). Vegetasi bukan hanya dipergunakan sebagai penambah nilai estetis suatu kawasan, namun bisa dipergunakan untuk pemisah antara jalur pedestrian dan jalan lintas kendaraan (Danoe, 2006).

16 2.1.2.5Rambu Jalan

Rambu jalan berfungsi untuk memberikan informasi maupun larangan kepada kendaraan (Danoe, 2006). Kendaraan yang mematuhi peraturan lalu lintas akan mengurangi konflik dengan pejalan kaki, sehingga akan mengurangi resiko kecelakaan. Adapun persyaratan rambu lalu lintas menurut Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga NO. 011/T/BT/1995 yaitu rambu diletakkan di sebelah kiri menurut arah lalu lintas dan berada di tepi paling luar jalur pedestrian, mudah terlihat khususnya pada malam hari, tidak menghalangi pejalan kaki serta bersifat tetap dan kokoh.

2.1.2.6Bangunan

Berjalan kaki di jalur pedestrian membutuhkan pemandangan visual yang baik karena bangunan memberikan pengalaman visual pada pejalan kaki (Zakaria dan Ujang, 2015). Proporsi serta fasad bangunan mengambil peranan penting untuk meningkatkan minat berjalan serta menambah rasa nyaman ketika seseorang berada pada suatu lingkungan (Natalivan, 2003). Pemasangan kanopi bangunan merupakan inisiatif pemilik bangunan komersial untuk menambah kenyamanan. Keberadaan kanopi bangunan khususnya pada area komersial bisa menjadi penghalang pejalan kaki dari paparan sinar matahari langsung (Aristo dan Natalivan, 2012).

2.2 Self Efficacy

Self efficacy adalah kepercayaan individu terhadap kemampuan yang dimiliki untuk dapat meraih tujuan tertentu (Bandura dan Locke, 2003). Self

17 efficacy juga diartikan sebagai kemampuan individu untuk dapat memunculkan keyakinan pada diri sendiri (Idrus, 2014). Individu yang percaya dengan dirinya mampu menunjukkan bakat, pengetahuan, keterampilan dengan kesabaran dan ketekunan untuk meraih kesuksesan. Hal ini menunjukan bahwa self efficacy pada penelitian tersebut terfokus dari dalam diri individu atau internal efficacy. Sedangkan, Internal efficacy berbeda dengan eksternal efficacy.

Eksternal efficacy menurut Eden (2001) adalah kepercayaan inividu terhadap sumber daya yang berasal dari luar dirinya. Eksternal efficacy tidak mengacu kepada kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri, melainkan kepercayaan yang muncul karena pengaruh dari luar dirinya.

Self efficacy berkaitan dengan identitas tempat yang merujuk kepada lingkungan fisik yang berada di luar dirinya (Ernawati, 2011). Identitas tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan terbentuk karena adanya pemahaman dan pemaknaan terhadap tempat yang melekat di pikiran manusia (Amar, 2010). Selanjutnya identitas juga terbangun karena adanya persepsi positif sehingga membentuk keterikatan terhadap tempat (Twigger dan Uzzel, 1996). Persepsi berdasarkan kondisi lingkungan yang dapat meningkatkan keyakinan diri. Hal tersebut berdasarkan respon manusia terhadap lingkungan, sehingga lingkungan mengambil peranan penting dalam pembentukan makna sebuah tempat yang pada akhirnya berkontribusi terhadap identitas. Ginting dan Rahman (2016) berpendapat bahwa identitas tempat dapat memberikan keunikan dan daya tarik pariwisata.

18 Faktor lingkungan fisik merupakan elemen penting untuk meningkatkan eksternal efficacy (Ben-Ami dkk, 2014). Kriteria lingkungan yang dapat meningkatkan eksternal efficacy yaitu lingkungan yang mampu memfasilitasi dan memudahkan individu untuk mencapai tujuan. Berikut adalah penelitian dari beberapa teori mengenai self efficacy yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi self efficacy

Referensi Faktor Pembahasan

Ginting (2016)

Kenyamanan Fasilitas pendukung Keamanan Jalur pedestrian Aksesibilitas Transportasi umum

Keyakinan Internal efficacy

Alfonzo (2005)

Kemungkinan Gerakan

(Usia dan berat badan) Waktu

Aksesibilitas Kesinambungan jalan Keamanan Kriminalitas

Penerangan jalan

Desain yang sesuai standar

Kenyamanan Fasilitas pedestrian yang memadai

Kesenangan Estetika lingkungan Twigger dan

Uzzel (1996)

Kenyamanan Polusi

Fasilitas umum Keamanan Kriminalitas

Aksesibilitas Transportasi publik

Pada penelitian Alfonzo (2005) menjelaskan bahwa untuk meningkatkan self efficacy saat berjalan, faktor kemungkinanpada jangka waktu tertentu menjadi hal utama untuk meningkatkan self efficacy yang dipengaruhi motivasi dari dalam diri (internal efficacy) karena individu mempunyai harapan yang baik terhadap lingkungan fisik. Akses yang mudah akan ikut serta memantapkan keyakinan diri

19 untuk datang berkunjung (Ginting, 2016). Lalu ketika sampai pada tempat tujuan, lingkungan yang aman dan nyaman akan semakin meningkatkan eksternal efficacy sehingga individu mendapatkan kesenangan di lingkungan tersebut. Atas dasar teori-teori tersebut, unsur-unsur utama self efficacy pada fasilitas pedestrian yaitu aksesibilitas, keamanan dan kenyamanan.

2.2.1 Aksesibilitas

Akses yang mudah akan mempengaruhi minat individu untuk datang berkunjung ke suatu tempat (Ginting, 2016). Individu tidak bisa merasakan lingkungan yang aman dan nyaman apabila tidak terdapat akses yang memadai menuju kesuatu tempat. Aksesibilitas diartikan sebagai kemudahan bergerak dari tempat asal ke tempat tujuan (Zakaria dan Ujang, 2015). Hal tersebut berkaitan erat dengan kesinambungan jalur pedestrian. Kesinambungan jalur pedestrian akan mempermudah akses seseorang ke tempat tujuan yang diinginkannya. Natalivan (2003) menjelaskan bahwa pejalan kaki membutuhkan jalur pedestrian yang mampu memenuhi kebutuhan untuk bisa bersosialisasi. Artinya jalur pedestrian membutuhkan lebar yang mencukupi untuk individu saling berinteraksi satu sama lainnya, minimal harus bisa dilalui oleh 2 pejalan kaki. Selain itu jalur pedestrian harus mampu mengakomodasi pejalan kaki yang mempunyai masalah mobilitas.

2.2.2 Keamanan

Lingkungan yang aman memberikan individu kebebasan untuk beraktivitas, karena dengan merasa aman, individu merasa terlindungi dari bahaya yang mengancam jiwanya (Nur dan Suwandono, 2015). Hal tersebut dapat

20 meningkatkan efficacy pengunjung untuk berperilaku efisien dan rasional pada suatu lingkungan (Ginting, 2016), sehingga berpengaruh terhadap pencapaian tujuan karena tidak ada perasaan takut akan rintangan yang menghambat tujuan.

Individu yang berkunjung kesuatu tempat membutuhkan keamanan dan kenyamanan untuk berkeliling menikmati suasana. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan yang aman yaitu faktor fisik dan non fisik. Faktor fisik adalah kualitas fisik jalur pedestrian yang terhindar dari hambatan untuk memudahkan individu bergerak ketempat tujuan yang diinginkan (Nataliven, 2003). Kualitas fisik jalur pedestrian akan menentukan keinginan pejalan kaki untuk mengakses jalur pedestrian (Rahman, Shuhana, dan Izzam 2014). Kualitas fisik tersebut berkaitan dengan keadaan permukaan jalur pedestrian. Sedangkan faktor non fisik adalah kriminalitas. Twigger dan Uzzel (1996) menjelaskan bahwa lingkungan dengan kriminalitas yang tinggi membuat individu tidak betah untuk berlama-lama berada dilingkungan tersebut. Lingkungan yang transparan akan mengurangi resiko dari tindakan kejahatan (Zakaria dan Ujang, 2015). Karena individu dapat bebas melihat kawasan sekitar. Selain itu, perilaku pengendara motor juga berpengaruh terhadap keselamatan pejalan kaki (Zakaria dan Ujang, 2015). Untuk meminimalisir konflik antara pejalan kaki dan pengendara dapat dicegah dengan tersedianya jalur penyeberangan untuk pejalan kaki, rambu jalan dan penerangan yang memadai pada malam hari.

21 2.2.3 Kenyamanan

Cukup sulit untuk menentukan kenyamanan seseorang, sebab setiap orang mempunyai cara berbeda dalam merespon dan memberikan persepsi pada lingkungan. Konsep kenyamanan menurut Zakaria dan Ujang (2015) yaitu keadaan menyenangkan dari fisiologis, fisik dan psikologi manusia terhadap lingkungannya. Alfonzo (2005) juga menjelaskan bahwa kenyamanan merupakan tingkatan dari kemudahan, nyaman lalu merasa puas. Pernyataan-pernyataan tersebut mengacu kepada perasaan senang individu ketika berinteraksi dengan lingkungan. Dengan merasa nyaman seseorang pasti merasa senang berada di lingkungan.

Lingkungan mengambil peranan yang penting untuk kenyamanan seseorang. Keharmonisan dan keindahan lingkungan sekitar akan menambah kesenangan orang untuk berjalan (Natalivan, 2003), sehingga pejalan kaki akan berjalan lebih jauh.

Faktor polusi juga berpengaruh terhadap kenyamanan. Suatu kawasan dengan tingginya minat menggunakan kendaraan serta tidak adanya penanganan dapat menimbulkan permasalahan seperti polusi udara dan suara (Florez dkk, 2013). Hal ini akan membuat minat individu untuk berjalan semakin berkurang.

2.3 Rangkuman

Untuk mendukung kegiatan suatu tempat, dibutuhkan fasilitas yang dapat memudahkan manusia untuk melakukan berbagai aktivitas sehingga akan

22 meningkatkan self efficacy. Fasilitas pedestrian menjadi kebutuhan untuk mendukung kegiatan berbelanja. Menurut Ginting (2016), Alfonzo (2005) serta Twigger dan Uzzel (1996) beberapa hal yang dapat meningkatkan self efficacy pada fasilitas pedestrian yaitu kenyamanan, keamanan, dan aksesibilitas. Berikut adalah kerangka teori dari self efficacy pada fasilitas pedestrian di Jalan Perniagaan.

Gambar 2.7 Diagram Kerangka Teori Self Efficacy pada Fasilitas Pedestrian di Jalan Perniagaan Self Efficacy Kenyamanan Keamanan Aksesibilitas Fasilitas Pedestrian Fasilitas Utama Jalur pedestrian Fasilitas Pendukung Penerangan Vegetasi

Tempat Sampah Bangunan

Bangku Rambu

Self Efficacy pada Fasilitas Pedestrian di Jalan Perniagaan

Dokumen terkait