• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Konsep Pasar Tradisional dan Pembangunan Ekonomi

Kemampuan masyarakat yang meningkat dalam memenuhi kebutuhan pokok serta kemampuan masyarakat dalam memilih serta harga diri masyarakat yang terus meningkat merupakan salah satu cerminan kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat dan dalam pembangunan perekonomian negara. Pembangunan merupakan suatu proses secara terstruktuk untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan sesuai dengan program-program yang telah ditentukan sebelumnya. Adam Smith dalam Adisasmita (2005) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai proses kenaikan pendapatan riil perkapita dalam suatu jangka waktu yang panjang. Kemajuan ekonomi merupakan komponen utama dari suatu pembangunan, tetapi bukan satu-satunya komponen pembangunan negara.

Pembangunan ekonomi dapat diukur dari tingkat kemajuan struktur produksi serta penyerapan tenaga kerja. Todaro (2006) mengungkapkan indeks ekonomi yang sering digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan adalah tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita (income per capita) atau GNI per kapita dengan mengukur kemampuan suatu negara untuk memperbesar outputnya dalam laju yang lebih cepat daripada tingkat pertumbuhan penduduknya. Pembangunan perekonomian

17

merupakan tujuan dari seluruh negara tanpa terkecuali Negara Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang.

Tujuan dari pembangunan ekonomi antara lain meningkatkan taraf hidup dari masyarakat suatu negara, selain meningkatkan pendapatan per kapita dan menciptakan lapangan kerja, serta menyediakan pendidikan yang lebih bermutu dan perhatian yang lebih terhadap nilai-nilai budaya dan kemanusiaan yang ada. Pembangunan perekonomian secara keseluruhan akan memperbaiki kesejahteraan dari kehidupan masyarakat dan menghasilkan rasa percaya diri masing-masing individu sebagai suatu bangsa. Tingkat kemakmuran sangat berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Nehen (2012) menjelaskan komponen utama pertumbuhan ekonomi antara lain : a) Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk investasi baru yang ditambahkan pada tanah, peralatan fisik dan modal atau sumber daya manusia, b) Pertumbuhan penduduk, yang pada akhirnya akan memperbanyak jumlah angkatan kerja dan c) Kemajuan teknologi

Salah satu sektor yang memberikan dampak signifikan terhadap pembangunan perekonomian adalah sektor industri. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, sektor industri merupakan sektor yang menjadi prioritas utama dalam pembangunan perekonomian. Pasar merupakan tempat berkumpulnya banyak industri sehingga sangat penting untuk menjaga dan mengembangkan keberadaan pasar tradisional untuk meningkatkan pembangunan perekonomian negara.

18

Kegiatan ekonomi masyarakat baik dalam hal produksi, distribusi dan konsumsi sangat berkaitan dengan kegiatan pasar. Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Stanton (2006) mengungkapkan bahwa pasar sebagai orang-orang yang mempunyai kebutuhan untuk dipuaskan, mempunyai uang untuk dibelanjakan dan kemauan untuk membelanjakan uang. Pasar sangat penting perannya dalam pembangunan perekonomian. Kottler (2002) melihat arti pasar dalam beberapa sisi, antara lain: 1) Dalam pengertian aslinya, pasar adalah suatu tempat fisik di mana pembeli dan penjual berkumpul untuk mempertukarkan barang dan jasa, 2) Bagi seorang ekonom, pasar mengandung arti semua pembeli dan penjual yang menjual dan melakukan transaksi atas barang/jasa tertentu. Dalam hal ini para ekonom memang lebih tertarik akan struktur, tingkah laku dan kinerja dari masing-masing pasar ini serta 3) Bagi seorang pemasar pasar adalah himpunan dari semua pembeli nyata dan pembeli potensial dari pada suatu produk.

Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli yang melakukan tawar-menawar hingga terjadi transaksi. Transaksi adalah kesepakatan dalam kegiatan jual-beli yang mempunyai syarat adanya barang yang diperjualbelikan, ada pedagang, ada pembeli, ada kesepakatan harga barang, dan tidak ada paksaan dari pihak manapun (Fadly, 2009).

Keberadaan pasar akan mempermudah seseorang untuk memperoleh barang dan jasa kebutuhannya sehari-hari. Pasar tradisional memiliki perbedaan yang mendasar dibandingkan dengan pasar modern. Tawar menawar harga yang merupakan ciri dari suatu pasar masih dapat dilakukan di pasar tradisional, sedangkan pada pasar

19

modern harga barang sudah ditentukan dan tidak bisa ditawar kembali. Mudrajad Kuncoro (2008) memaparkan mengenai isu utama yang berkaitan dengan perkembangan pasar tradisional adalah sebagai berikut : a) Jarak antara pasar tradisional dengan hypermarket yang saling berdekatan, b) Tumbuh dengan pesatnya minimarket (yang dimiliki pengelola jaringan) ke wilayah pemukiman, c) Penerapan berbagai macam syarat perdagangan oleh ritel modern yang memberatkan pemasok barang. d) Kondisi pasar tradisional secara fisik sangat tertinggal, maka perlu ada program kebijakan untuk melakukan pengaturan.

Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun 2007, menyebutkan bahwa pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu, baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Kesimpulan penting dari definisi pasar yang harus dicermati adalah : (1) tempat bertemunya penjual dan pembeli, (2) penjual dan pembeli saling membutuhkan dan (3) terjadi interaksi dan dan kesepakatan antara penjual dan pembeli

2.1.2 Jenis-jenis Pasar

M. Fuad, dkk (2008), memaparkan bahwa secara garis besar, pasar dapat dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu: pasar menurut jenis barang yang diperjualbelikan, waktu bertemunya penjual dan pembeli, luas kegiatan distribusi, fisik pasar serta menurut bentuk dan strukturnya.

Pasar menurut sifat atau jenis barang yang diperjualbelikan dibedakan menjadi dua macam, yaitu pasar konkrit dan pasar nyata. Pasar konkret (pasar nyata) adalah

20

tempat pertemuan antara pembeli dan penjual melakukan transaksi secara langsung. Barang yang diperjualbelikan juga tersedia di pasar. Contohnya, pasar sayuran, buah-buahan, dan pasar tradisional sedangkan pasar abstrak (pasar tidak nyata) adalah terjadinya transaksi antara penjual dan pembeli hanya melalui telepon, internet, dan lain-lain berdasarkan contoh barang. Contohnya telemarket dan pasar modal.

Pasar menurut waktu bertemu antara penjual dan pembeli dibedakan menjadi lima jenis, antara lain:

a) Pasar harian adalah pasar yang aktivitasnya berlangsung setiap hari dan sebagian barang yang diperjualbelikan adalah barang kebutuhan sehari-hari. b) Pasar mingguan adalah pasar yang aktivitasnya berlangsung seminggu sekali.

Biasanya terdapat di daerah yang belum padat penduduk dan lokasi pemukimannya masih berjauhan.

c) Pasar bulanan adalah pasar yang aktivitasnya berlangsung sebulan sekali. Biasanya barang yang diperjualbelikan barang yang akan dijual kembali (agen/grosir).

d) Pasar tahunan adalah pasar yang aktivitasnya berlangsung setahun sekali, misalnya PRJ (Pasar Raya Jakarta).

Pasar menurut barang yang diperjualbelikan dibedakan menjadi dua, yaitu pasar barang konsumsi dan pasar sumber daya produksi. Pasar barang konsumsi adalah pasar yang memperjualbelikan barang-barang konsumsi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pasar sumber daya produksi adalah pasar yang memperjualbelikan faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja, tenaga ahli,

21

mesin, dan tanah. Kedua jenis pasar tersebut mempunyai peran yang sama pentingnya dalam kegiatan perekonomian.

Pasar menurut area luas kegiatannya dapat dibagi menjadi : (a) Pasar setempat adalah pasar yang penjual dan pembelinya hanya penduduk setempat, (b) Pasar daerah atau pasar lokal adalah pasar di setiap daerah yang memperjualbelikan barang-barang yang diperlukan penduduk derah tersebut, (c) Pasar Nasional adalah pasar yang melakukan transaksi jual beli barang mencakup satu negara dan (d) Pasar Internasional adalah pasar yang melakukan transaksi jual beli barang-barang keperluan masyarakat internasional. Transaksi internasional meliput kegiatan ekspor dan impor.

Dalam aktivitas pasar, tanpa disadari bentuk setiap pasar berbeda-beda. Pasar menurut bentuknya dapat dibagi menjadi enam, yaitu:

a) Pasar monopoli adalah pasar yang penjual suatu barang di pasar hanya satu orang. Contohnya PT Kereta Api Indonesia.

b) Pasar duopoli adalah pasar yang penjualnya hanya dua orang dan menguasai penawaran suatu barang dan mengendalikan harga barang.

c) Pasar oligopoli adalah pasar yang di dalamnya terdapat beberapa penjual dengan dipimpin oleh salah satu dari penjual tersebut mengendalikan tingkat harga barang. Contohnya perusahaan otomotif Astra Indonesia.

d) Pasar monopsoni adalah pasar yang pembentukan harga barangnya dikendalikan oleh satu orang atau sekelompok pembeli.

e) Pasar duopsoni adalah pasar pembentukan harga barangnya dikendalikan oleh dua orang atau dua kelompok pembeli.

22

f) Pasar oligopsoni adalah pasar yang pembentukan harga barangnya dikendalikan oleh beberapa orang atau beberapa kelompok pembeli.

Fungsi dan peran pasar sangat strategis dalam peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja, maka dalam pembangunan dari sektor perdagangan pasar merupakan salah satu prioritas pemerintah yang harus dikembangkan.

2.1.3 Fungsi Pasar

Pasar mempunyai fungsi yang sangat penting dalam dalam aktivitas transaksi antara produsen dan konsumen. Pasar merupakan tempat untuk mempermudah proses distribusi barang hasil produksi bagi produsen, sedangkan untuk konsumen, dengan adanya pasar akan memudahkan memperoleh barang dan jasa untuk kebutuhan sehari-hari. Pasar secara umum mempunyai tiga fungsi utama antara lain sebagai sarana distribusi, sebagai pembentukan harga, dan sebagai tempat promosi (Fadly, 2008). a) Pasar sebagai sarana distribusi, berfungsi memperlancar proses penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Dengan adanya pasar, produsen dapat berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menawarkan hasil produksinya kepada konsumen. Pasar dikatakan berfungsi baik jika kegiatan distribusi barang dan jasa dari produsen ke konsumen berjalan lancar. Sebaliknya, pasar dikatakan tidak berfungsi baik, jika kegiatan distribusi seringkali macet. b) Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli. Di pasar tersebut penjual menawarkan barang-barang atau jasa kepada pembeli. Pembeli yang membutuhkan barang-barang atau jasa akan berusaha menawar harga dari barang atau jasa tersebut, sehingga terjadilah tawar-menawar antara kedua belah pihak. Setelah terjadi kesepakatan, maka terbentuklah

23

harga. Dengan demikian, pasar berfungsi sebagai pembentuk harga. Harga yang telah menjadi kesepakatan tersebut, tentunya telah diperhitungkan oleh penjual dan pembeli. Penjual tentu telah memperhitungkan laba yang diinginkannya, sedangkan pembeli telah memperhitungkan manfaat barang atau jasa serta keadaan keuangannya. c) Pasar sebagai sarana promosi artinya pasar menjadi tempat memperkenalkan dan menginformasikan suatu barang/jasa tentang manfaat, keunggulan, dan kekhasannya pada konsumen. Promosi dilakukan untuk menarik minat pembeli terhadap barang atau jasa yang diperkenalkan. Promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain, memasang spanduk, menyebarkan brosur, pameran, dan sebagainya. Banyaknya cara promosi yang dilakukan oleh produsen, membuat konsumen lebih selektif dalam memilih barang yang akan dibeli. Biasanya produsen yang menawarkan barang dengan harga murah dan kualitasnya bagus akan menjadi pilihan konsumen.

Pasar merupakan tempat terjadi proses pertukaran yaitu proses mendapatkan produk yang diinginkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai imbalannya kepada pihak lain. Supaya muncul potensi pertukaran, ada beberapa syarat harus dipenuhi (Kotler, 2003): sekurang-kurangnya ada dua pihak, masing-masing pihak memiliki sesuatu yang bisa bernilai bagi pihak lain, masing-masing pihak mampu mengkomunikasikan dan menyerahkan sesuatu, masing-masing pihak bebas untuk menerima atau menolak imbalan pertukaran, serta masing-masing pihak yakin bahwa bertransaksi dengan pihak lain merupakan tindakan yang tepat dan diinginkan. 2.1.4 Konsep Pasar Tradisional

24

Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 Tahun 2007, definisi pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.

Syarat-syarat pasar tradisional menurut peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 112 tahun 2007, tentang pembangunan, penataan dan pembinaan pasar tradisional, adalah: 1) Aksesibilitas, yaitu kemungkinan pencapaian dari dan ke kawasan,dalam kenyataanya ini berwujud jalan dan transportasi atau pengaturan lalu lintas, 2) Kompatibilitas, yaitu keserasian dan keterpaduan antara kawasan yang menjadi lingkungannya, 3) Fleksibilitas, yaitu kemungkinan pertumbuhan fisik atau pemekaran kawasan pasar dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana dan 4) Ekologis, yaitu keterpaduan antara tatanan kegiatan alam yang mewadahinya.

Pembentukan harga dalam pasar tradisional secara turun-temurun tercipta dari prosos tawar menawar yang dilakukan antara penjual dan calon pembeli. Fasilitas yang tersedia di pasar tradisional adalah kios, toko, los, gudang dan toilet umum yang berada di sekitar pasar. Pasar tradisional tidak terlapas dari isu negatif mau pun isu positif. Mudrajad Kuncoro (2008), menjelaskan isu utama yang berkaitan dengan perkembangan pasar tradisional adalah sebagai berikut: a) Jarak antara pasar

25

tradisional dengan hypermarket yang saling berdekatan, b) Tumbuh dengan pesatnya minimarket (yang dimiliki pengelola jaringan) ke wilayah pemukiman, c) Penerapan berbagai macam syarat perdagangan oleh ritel modern yang memberatkan pemasok barang serta d) Kondisi pasar tradisional secara fisik sangat tertinggal, maka perlu ada program kebijakan untuk melakukan pengaturan.

Pasar modern yang berkembang secara pesat, perlahan mengurangi peran pasar tradisional di masyarakat. Keberadaan pasar modern dapat dikatakan mengancam keberadaan pasar tradisional. Hasbiah (2006) menjelaskan ada beberapa factor yang mengancam kelangsungan pasar tradisional. Ancaman yang dihadapi berkaitan dengan peran dari pasar tradisional di masyarakat adalah sebagai berikut : 1) Pasar tradisional belum dapat dibebaskan dari cintra negatif sebagai tempat yang kumuh, semrawut, becek, kotor, kriminal tinggi, tidak nyaman, fasilitas minim (tempat parkir terbatas, toilet tidak terawat, tempat sampah yang bau, instalasi listrik yang gampang terbakar, dan lorong yang sempit), 2) Pasar tradisional masih dipenuhi oleh para pedagang informal yang sulit diatur dan mengatur diri. Pengelola pasar masih mengalami kesulitan untuk melakukan penataan yang lebih tertib terhadap mereka. Kondisi ini membuat pasar tradisional menjadi semrawut dan tidak nyaman untuk dikunjungi dan 3) Pasar dengan pola pengelolaan modern semakin banyak bermunculan sebagai salah satu alternatif tempat berbelanja yang tidak semrawut dan nyaman. Penduduk yang berpenghasilan tinggi menyambut gembira kedatangan pasar modern yang jumlahnya semakin banyak tersebar di berbagai wilayah dan berlokasi ditempat yang mudah di jangkau.

26

Persamaan peran yang dimiliki oleh pasar modern serta pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing. Pasar tradisional merupakan pusat perdagangan Indonesia, dimana didalam pasar tradisional terdapat interaksi antara pedagang dan pembeli, yang tidak dapat ditemui di pasar modern yaitu proses tawar-menawar. Pentingnya keberadaan pasar tradisional harus mendapat perhatian dan perlingdungan dari pemerintah agar dapat bersaing dengan pasar modern karena masyarakat Indonesia yang sebagian besar tergolong dalam ekonomi menengah kebawah, jadi seharusnya peran pasar tradisional kembali diaktifkan. Peran pasar tardisional yang strategis diperlukan untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional.

2.1.5 Konsep Pajak dan Retribusi

Pajak merupakan pungutan yang dilakukan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah kepada setiap orang atau badan usaha. Adriani dalam Yunita Liliyana (2010) menjelaskan pengertian pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. Pajak yang dipungut dapat digunakan sebagai sumber dana bagi pemerintah daerah maupun pemerintah pusat untuk membiayai segala pengeluarannya serta sebagai alat ukur yang digunakan untuk mengatur dalam pelaksanaan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

27

Sama halnya dengan pajak, retribusi dikelola oleh pemerintah kota atupun pemerintah pusat. Zorn dalam Silalahi, Hasudungan (2008) menjelaskan terdapat tiga syarat penting yang harus dipenuhi sebelum retribusi dikenakan untuk membiayai pengadaan barang dan jasa, yaitu pemisahan kenikmatan, dapat dikenakan pungutan dan sukarela. Retribusi yang dikenakan terhadap pedagang di pasar tradisional haruslah dipergunakan untuk memperbaiki fasilitas di lingkungan pasar tradisional, sehingga dampak dari retribusi yang dikeluarkan oleh pedagang dapat dirasakan secara langung oleh pedagang di lingkungan pasar itu sendiri. Pemerintah harus memiliki peran yang aktif dalam hal pengendalian dan pengawasan retribusi khususnya di lingkungan pasar tradisional. Perbaikan maupun penambahan fasilitias guna menunjang kenyaman konsumen serta pedagang harus dilakukan sebagai timbal balik dari pembayaran wajib retribusi yang dikeluarkan oleh pedagang.

2.1.6 Konsep Revitalisasi

Revitalisasi adalah suatu proses yang harus dilalui oleh pasar tradisional dalam persaingan era globalisasi. Banyaknya pasar modern dengan fasilitas yang memadai akan mengurangi peran pasar tradisional. Revitalisasi merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah hidup, namun mengalami degradasi oleh perkembangan jaman, menurut Danisworo (2000). Program revitalisasi diharapkan meningkatkan persaingan pasar tradisional agar tidak kalah bersaing dengan pasar modern.

Kuncoro (2008) menjelaskan permasalah umum yang dihadapi pasar tradisional antara lain banyaknya pedagang yang tidak tertampung, pasar tradisional

28

mempunyai kesan kumuh, dagangan yang bersifat makanan siap saji mempunyai kesan kurang higienis, pusat perbelanjaan modern yang banyak tumbuh dan berkembang merupakan pesaing serius pasar tradisional, rendahnya kesadaran pedagang untuk mengembangkan usahanya dan menempati tempat dasaran yang sudah ditentukan, banyaknya pasar yang tidak beroperasi maksimal, rendahnya kesadaran membayar retribusi dan masih ada pasar yang kegiatannya hanya pada hari pasaran.

Pemerintah sebagai pihak yang berhak mengeluarkan kebijakan, harus dapat melindungi peran pasar tradisonal dengan memperhatikan beberapa hal. Revitalisasi pasar tradisional yang dilakukan oleh pemerintah tidak hanya memerhatikan kondisi pasar, volume perdagangan dalam pasar, ketersediaan lahan yang digunakan untuk perbaikan pasar, dan desain rencana perbaikan pasar, selain itu perlu membatasi pertumbuhan pasar modern merupakan hal pertama yang harus diperhatikan. Revitalisasi pasar tradisional tanpa membatasi pertumbuhan pasar modern tidak ada akan berpengaruh signifikan apabila program revitalisasi yang dikeluarkan pemerintah hanya dalam bentuk berupa perbaikan fisik tanpa memperbaiki regulasi. Program revitalisasi ini hanya akan mematikan sektor usaha riil dari masyarakat kecil. Kedua, pemerintah daerah harus berani menata keberadaan pasar modern. Lokasi pasar modern harus jauh dari keberadaan pasar tradisional. Ketiga, pemerintah perlu memerhatikan persaingan harga. Persaingan harga perlu dikelola dengan sedemikian rupa agar tidak pihak yang dirugikan.

Revitalisasi dapat dilaksanakan apabila semua pihak yang terkait saling mendukung, baik pihak pemerintah, pedagang hingga pembeli. Aspek fisik, aspek

29

ekonomi serta aspek sosial menjadi perhatian yang utama dalam melaksanakan revitalisasi. Kenyamanan dalam aktivitas ekonomi merupakan target yang ingin dicapai, sehingga diharapkan akan memberi keuntungan bagi semua pihak yang terlibat. Tujuan akhir yang ingin dicapai dengan adanya revitalisasi adalah mencapai kesejahteraan untuk seluruh masyarakat. Masyarakat harus menyadari bahwa berbelanja di pasar tradisional tidak lagi dianggap ketinggalan zaman. Berbelanja di pasar tradisional merupakan salah satu bentuk penghargaan terhadap produk diri sendiri serta menguji kemampuan berkomunikasi. Keberadaan pasar tradisional sudah saatnya dilestarikan untuk menunjang pembangunan perekonomian dari masing-masing daerah.

2.1.6 Konsep Efektivitas Program

Efektivitas dalam penggunaan pendapatan merupakan salah satu tolak ukur kemajuan ekonomi masayarakat yang sering digunakan dalam melihat keberhasilan suatu proses pembangunan. Sugiyono (2004) menjelaskan efektivitas adalah kesesuaian antara output dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tingkat efektivitas digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam upaya merealisasikan program yang ditetapkan dan kemudian dibandingkan dengan target yang telah ditentukan sebelumnya. Tingkat efektivitas program revitalisasi pasar tradisional menggunakan kriteria efektivitas Litbang Depdagri (1991). Kriteria tersebut dapat dilihat dari tabel berikut.

30 Tabel 2.1 Kriteria Efektivitas

No Kriteria Keterangan

1 Koefisien efektivitas bernilai kurang dari 40 % Sangat tidak efektif 2 Koefisien efektivitas bernilai 40 % - 59,99 % Tidak efektif 3 Koefisien efektivitas bernilai 60 % - 79,99 % Cukup efektif 4 Koefisien efektivitas bernilai diatas 79,99 % Sangat efektif

Sumber: Litbang Depdagri, 1991

Nilai koefisien efektivitas yang lebih kecil dari 40 persen berarti program yang dilakukan oleh pemerintah sangat tidak efektif. Koefisien efektivitas yang memiliki nilai 40 – 59,99 persen, maka ini berarti program yang laksanakan tidak efektif. Nilai koefisien efektivitas yang memiliki nilai 60 – 79,99 persen, menandakan program yang dilakukan dapat dikatakan cukup efektif, dan apabila nilai koefisien efektivitas lebih dari 79,99 persen dapat dikategorikan dalam sangat efektif.

2.1.7 Konsep Pendapatan

Pendapatan nasional merupakan salah satu indikator pertumbuhan perekonomian suatu negara. Hasanah dan Danang (2013) menjelaskan pengertian pendapatan nasional (National Income) secara definitive merupakan nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam suatu Negara, dalam kurun waktu tertentu prinsip ini mewakili konsep Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk Nasional Bruto (PNB). PDB dan PNB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dari sebuah struktur ekonomi, sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

31

Pendapatan merupakan suatu bentuk balas jasa yang diterima suatu pihak atas keikut sertaannya dalam proses produksi barang dan jasa. Sukirno (2000), mengungkapkan bahwa pendapatan individu merupakan pendapatan yang diterima seluruh rumah tangga dalam perekonomian dari pembayaran ke atas penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya dan dari sumber lain. Putong (2000), memaparkan konsep perhitungan pendapatan dapat dihitung melalui tiga pendekatan, yaitu: a) Pendekatan produksi (production approach), yaitu dengan menghitung seluruh nilai tambah produksi barang atau jasa yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, b) Pendekatan pendapatan (income approach), yaitu dengan menghitung seluruh nilai balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi dalam kurun waktu tertentu dan c) Pendekatan pengeluaran (expenditures approach), yaitu dengan menghitung seluruh pengeluaran dalam kurun waktu tertentu

Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemajuan perekonomian masyarakat yang digunakan untuk menghitung keberhasilan

Dokumen terkait