• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS DAN DAYA SAING PROGRAM REVITALISASI PASAR TRADISIONAL DI PASAR AGUNG PENINJOAN DESA PEGUYANGAN KANGIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS DAN DAYA SAING PROGRAM REVITALISASI PASAR TRADISIONAL DI PASAR AGUNG PENINJOAN DESA PEGUYANGAN KANGIN"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS DAN DAYA SAING

PROGRAM REVITALISASI PASAR TRADISIONAL

DI PASAR AGUNG PENINJOAN

DESA PEGUYANGAN KANGIN

MADE SANTANA PUTRA ADIYADNYA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

(2)

i

TESIS

ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS DAN DAYA SAING

PROGRAM REVITALISASI PASAR TRADISIONAL DI

PASAR AGUNG PENINJOAN

DESA PEGUYANGAN KANGIN

MADE SANTANA PUTRA ADIYADNYA NIM : 1291462005

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

ii

ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS DAN DAYA SAING

PROGRAM REVITALISASI PASAR TRADISIONAL DI

PASAR AGUNG PENINJOAN

DESA PEGUYANGAN KANGIN

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Study Ilmu Ekonomi,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

MADE SANTANA PUTRA ADIYADNYA NIM : 1291462005

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(4)

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 9 MARET 2015

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE., MS Dr. Ni Nyoman Yuliarmi, SE, MP NIP. 19530730 198303 1 001 NIP. 19600706 198601 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Direktur

Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Program Pascasarjana Univeritas Udayana Universitas Udayana

Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE., MS Prof. Dr. dr. A. A Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 19530730 198303 1 001 NIP. 19590215 198510 2 001

(5)

iv

Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 9 Maret 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No : 0627/UN.14.4/HK/2015, Tanggal : 2 Maret 2015

Ketua : Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE., MS Anggota :

1. Dr. Ni Nyoman Yuliarmi, SE, MP 2. Dr. Ida Ayu N Saskara, SE., M.Si 3. Dr. I Gede Sudjana Budiasa, SE., M.Si 4. Dr. I Gst Wayan Murjana Yasa, SE., M.Si

(6)

v

Surat Pernyataan Bebas Plagiat

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Made Santana Putra Adiyadnya

NIM : 1291462005

Program Studi : Magister Ilmu Ekonomi

Judul Tesis : Analisis Tingkat Efektivitas dan Daya Saing Program Revitalisasi Pasar Tradisional di Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.

Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 9 Maret 2015 Yang membuat pernyataan

Made Santana Putra Adiyadnya NIM. 1291462005

(7)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis Tingkat Efektivitas dan Daya Saing Program Revitalisasi Pasar Tradisional di Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin”.

Penulis menyadari, bahwa tesis ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan tesis ini. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE., MS selaku Pembimbing I dan Ketua Program Magister Ilmu Ekonomi serta Dr. Ni Nyoman Yuliarmi, SE, MP sebagai Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dorongan serta bantuan yang sangat berguna bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. A. A. I. N. Marhaeni, SE, MS sebagai Sekretaris Program Magister Ilmu Ekonomi.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD KEMD., dan Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A. A Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister Ilmu Ekonomi Universitas Udayana. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE., MS sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

(8)

vii

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada Dr. I Gst Wayan Murjana Yasa, SE., M.Si., Dr. Ida Ayu N Saskara, SE., M.Si., Dr. I Gede Sudjana Budiasa, SE., M.Si sebagai penguji tesis ini. Keluarga tercinta, Drs. I Putu Yadnya, MM., Ni Luh Putu Tirtayadi, S.Sos dan kakak (Putu Nugrahini Widiyadnya) serta kekasih tersayang Ni Wayan Gita Cintya Purnama, S.Pd., M.Pd yang selalu menemani dalam pembuatan tesis ini, beserta keluarga lain yang sangat penulis hormati yang selalu memberikan dukungan, dorongan dan doa serta bantuan moral maupun material kepada penulis selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Namun demikian, tesis ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan.

Denpasar, 9 Maret 2015

(9)

viii

ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS DAN DAYA SAING PROGRAM REVITALISASI PASAR TRADISIONAL DI PASAR AGUNG PENINJOAN DESA PEGUYANGAN KANGIN

ABSTRAK

Pembangunan merupakan suatu proses secara terstruktur untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan sesuai dengan program-program yang telah ditentukan sebelumnya. Pembangunan ekonomi mengarah pada kebijakan yang diambil pemerintah guna mencapai tujuan ekonomi yang mencakup dalam pengendalian inflasi, kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pasar sangat berkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) guna menunjang pembangunan perekonomian suatu daerah. Peran pasar tradisional dari waktu ke waktu semakin menurun hingga sekarang. Berkurangnya peran pasar tradisional akan mengakibatkan hilangnya lapangan pekerjaan untuk masyarakat dengan perekonomian menengah ke bawah.

Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk menganalisis tingkat efektivitas pelaksanaan program revitalisasi pasar tradisional di Pasar Agung Peninjoan, Desa Peguyangan Kangin dan 2) untuk menganalisis tingkat daya saing Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin setelah program revitalisasi pasar tradisional. Hasil yang diperoleh dari proses tabulasi, dianalisis dengan bantuan program SPSS dalam rangka menjawab semua permasalahan penelitian. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan menggunakan uji statistik beda rata-rata sampel berpasangan.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah 1) Koefisien hasil penghitungan efektivitas pelaksanaan program revitalisasi pasar tradisional di Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin adalah sebesar 81,66 persen yang termasuk dalam kategori sangat efektif dan 2) Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara secara mendalam dan terstruktur kepada pengelola pasar dan pedagang pasar setelah program revitalisasi pasar tradisional, bahwa daya saing Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin dilihat dari pengelolaan internal pasar, kualitas produk dan pangsa pasar adalah terdapat peningkatan daya saing setelah pelaksanaan program revitalisasi pasar tradisional di Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin. Kata Kunci : Pembangunan ekonomi, revitalisasi pasar tradisional, efektivitas

(10)

ix

ANALYSIS ON THE IMPACT OF TRADITIONAL MARKET REVITALIZATION, THE LEVEL OF EFFECTIVENESS AND COMPETITIVENESS OF THE AGUNG PENINJOAN MARKET OF

PEGUYANGAN KANGIN VILLAGE

ABSTRACT

Development is a structured process to achieve the goals and programs that have been planned in advance. Economic development leads to policies taken by the government in order to achieve economic goals that include: controlling inflation, employment and sustainable economic growth. The market is closely related to local revenue (the PAD) to support the economic development of a region. The role of traditional market from time to time keeps on decreasing up to the present day. The diminishing role of traditional markets will result in the loss of jobs for the middle and lower class.

The purpose of this study was 1) to analyze the effectiveness of the implementation of the program of revitalization of traditional markets in the Agung Peninjoan Traditional Market of Peguyangan Kangin village and 2) to analyze the level of competitiveness of the Agung Peninjoan Traditional Market of Peguyangan Kangin village, after the traditional market revitalization program. The results of the tabulation process were analyzed by SPSS in order to figure out the answers to all of the research problems. The analysis tool used was descriptive analysis and by using a paired sample t-test .

The research results indicated that 1) the coefficient of calculation results of the effectiveness of the implementation of the traditional markets revitalization program of the Agung Peninjoan Traditional Market of Peguyangan Kangin village was at 81,66percent that can be categorized to be very effective and 3) Based on the results of the questionnaire and an in-depth systematic interviews to the market managers and the traders after the market revitalization program, that there was an increase in competitiveness of the Agung Peninjoan Traditional Market of Peguyangan Kangin village, seen from the internal management of market, product quality and market share.

Keywords: economic development, revitalization of traditional markets, effectiveness

(11)

x DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PERSYARATAN GELAR ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 13

1.3 Tujuan Penelitian ... 13

1.3 Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 15

2.1.1 Konsep Pasar Tradisional dan Pembangunan Ekonomi ... 15

2.1.2 Jenis-jenis Pasar …... 18

2.1.3 Fungsi Pasar …... 21

2.1.4 Konsep Pasar Tradisional ... 23

2.1.5 Konsep Pajak dan Retribusi ... 25

2.1.6 Konsep Revitalisasi ... 27

2.1.7 Konsep Efektivitas Program ... 29

2.1.8 Konsep Pendapatan ... 30

2.1.9 Konsep Daya Saing ... 31

2.2 Keaslian Penelitian ... 33

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir ... 37

3.2 Konsep Penelitian ... 39

(12)

xi BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian ... 44

4.2 Lokasi, Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian ... 45

4.3 Identifikasi Variabel Penelitian ... 46

4.4 Definisi Operasional Variabel ... 46

4.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 49

4.6 Jenis dan Sumber Data ... 52

4.6.1 Data Menurut Jenisnya ... 52

4.6.2 Data Menurut Sumbernya ... 52

4.7 Metode Pengumpulan Data ... 53

4.8 Teknik Analisis Data ... 54

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 58

5.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 60

5.3 Pembahasan ... 65

5.3.1 Uji Beda Dua Rata-rata Sampel Berpasangan ... 65

5.3.2 Analisis Efektivitas Program Revitalisasi Pasar Tradisional ... 67

5.3.2.1 Analisis Efektivitas Variabel Input ... 67

5.3.2.2 Analisis Efektivitas Variabel Proses ... 71

5.3.2.3 Analisis Efektivitas Variabel Output ... 75

5.3.3 Daya Saing Pasar Setelah Revitalisasi Pasar Tradisional 78

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ... 85

6.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(13)

xii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

2.1 Kriteria Efektivitas ……… 29 4.1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian …….………... 50 5.1 Hasil Analisis Uji Beda Dua Rata-rata Sampel Berpasangan …... 66 5.2 Pendapat Responden Mengenai Ketepatan Sasaran Program

Revitalisasi Pasar Tradisional ……….... 68 5.3 Pendapat Responden Mengenai Sosialisasi Program Revitalisasi

Pasar Tradisional ………... 69 5.4 Pendapat Responden Mengenai Tujuan Program Revitalisasi

Pasar Tradisional ………... 70 5.5 Pendapat Responden Mengenai Respon Petugas Pasar Dalam

Program Revitalisasi Pasar Tradisional ……….... 72 5.6 Pendapat Responden Mengenai Monitoring Program Revitalisasi

Pasar Tradisional ……….... 73 5.7 Pendapat Responden Mengenai Evaluasi Program Revitalisasi

Pasar Tradisional ……….... 74 5.8 Pendapat Responden Mengenai Pendapatan Pedagang Setelah

Pelaksanaan Program Revitalisasi Pasar Tradisional ……….... 76 5.9 Pendapat Responden Mengenai Pengelolaan Internal Pasar

Program Revitalisasi Pasar Tradisional ………... 79 5.10 Pendapat Responden Mengenai Kualitas Produk Program

Revitalisasi Pasar Tradisional ……….…….... 80 5.11 Pendapat Responden Mengenai Pangsa Pasar Program

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

2.1 Lima Kekuatan Strategi Pembentuk Persaingan Industri …… 32 3.1 Kerangka Berpikir Penelitian Analisis Dampak Revitalisasi Pasar

Tradisional, Tingkat Efektivitas dan Daya Saing di Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin ……… 38 3.2 Kerangka Konsep Penelitian Analisis Dampak Revitalisasi Pasar

Tradisional, Tingkat Efektivitas dan Daya Saing di Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin ………. 40 4.1 Rancangan Penelitian Analisis Dampak Revitalisasi Pasar

Tradisional, Tingkat Efektivitas dan Daya Saing di Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin ... 43 5.1 Struktur Organisasi Pengelola Pasar Agung Peninjoan Desa

Peguyangan Kangin ... 59 5.2 Karakteristik Responden Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan

Kangin Berdasarkan Kelompok Umur ... 60 5.3 Karakteristik Responden Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan

Kangin Berdasarkan Jenis Kelamin …... 61 5.4 Karakteristik Responden Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan

Kangin Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 62 5.5 Karakteristik Responden Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan

Kangin Berdasarkan Status Kawin ... 63 5.6 Karakteristik Responden Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan

(15)

xiv

DAFTAR GRAFIK

No. Gambar Halaman

1.1 Lima Besar Omset Penjualan Per Bulan Pasar Desa Adat Kota

Denpasar tahun 2013 ……….…… 5

1.2 Jumlah Pedagang Menurut Lokasi Usaha Pasar Agung Peninjoan

Desa Peguyangan Kangin ………….……… 8

1.3 Perkembangan Penerimaan PasarAgung Peninjoan Desa Peguyangan

Kangin ………..………. 10

1.4 Jumlah Pengunjung Berdasarkan Kendaraan Roda Dua dan Roda

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1. 5 Besar Omset Penjualan Perbulan Pasar Desa Adat Kota Denpasar Tahun 2013 ... 92 2. Jumlah Pedagang Menurut Lokasi Usaha Pasar Agung Peninjoan Desa

Peguyangan Kangin ... 93 3. Perkembangan Penerimaan Pasar Agung Peninjoan Desa

Peguyangan Kangin ... 94 4. Jumlah Pengunjung Berdasarkan Kendaraan Roda Dua dan Roda

Empat ... 95 5. Tabel Jumlah Pedagang Menurut Lokasi Jualan dan Jenis Dagangan yang

Terdaftar pada Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin... 96 6. Penghitungan Populasi dan Sampel Jumlah Pedagang Menurut

Lokasi Jualan dan Jenis Dagangan ... 97 7. Jumlah Sampel Pedagang Menurut Lokasi Jualan dan Jenis Dagangan

pada Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin ... 100 8. Hasil Uji Beda Rata-rata Sampel Berpasangan …………... 101

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya meningkatkan pembangunan ekonomi untuk mewujudkan masyarakat demokratis yang berkeadilan dan sejahtera. Witjaksono (2009) mendefinisikan pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara/daerah dalam rangka memakmurkan warga negara atau penduduk daerah setempat. Pembangunan ekonomi mengarah pada kebijakan yang diambil pemerintah guna mencapai tujuan ekonomi yang mencakup dalam pengendalian inflasi, kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pengendalian kesempatan kerja dapat diwujudkan dalam pemanfaatan pasar sebagai tempat penyerapan tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran. Pasar dapat dikatakan sebagai pusat pembangunan perekonomian karena mampu menciptakan kesempatan kerja.

Pasar merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah hak dari Pemerintah Daerah yang dapat diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam suatu periode pemerintahan yang bersangkutan. Defitri (2011) Menyebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber PAD yang salah satunya

(18)

2

berasal dari retribusi pelayanan pasar. Peran pasar sangat berkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) guna menunjang pembangunan perekonomian suatu daerah sehingga keberadaan pasar harus mendapat perhatian khusus oleh pemerintah daerah setempat.

Pasar dianggap sebagai suatu tempat untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakat untuk bertahan hidup dalam pola konsumsi masyarakat pada sepuluh tahun kebelakang. WJ Stanton dalam Sudirmansyah (2011) berpendapat bahwa pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan, uang untuk berbelanja serta kemauan untuk membelanjakannya. Pasar adalah tempat dimana calon pembeli dan penjual melakukan transaksi untuk memperoleh suatu barang dan jasa dengan sejumlah pengorbanan. Transaksi adalah kesepakatan dalam kegiatan jual-beli yang mempunyai syarat adanya barang yang diperjualbelikan, ada pedagang, ada pembeli, ada kesepakatan harga barang, dan tidak ada paksaan dari pihak manapun (Fadly, 2009). Transaksi dapat terjadi karena permintaan barang atau jasa oleh konsumen dan penawaran berupa barang atau jasa yang ditawarkan oleh produsen atau distributor saling bertemu.

Peran pasar sangat penting dalam perekonomian karena mampu menunjang pembangunan negara. Kottler (2005) menjelaskan bahwa pasar merupakan kumpulan seluruh pembeli dan potensial atas tawaran pasar tertentu. Pasar dapat membantu pembangunan dengan menyediakan barang dan jasa bagi produsen, konsumen maupun pemerintah. Pasar dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara yang berasal dari pajak dan retribusi. Penyerapan tenaga kerja dapat mengurangi

(19)

3

pengangguran yang merupakan keuntungan lainnya yang diperoleh negara dengan keberadaan pasar.

Pasar tradisional adalah pasar yang dikelola oleh pemerintah daerah. Peran pasar tradisional dari waktu ke waktu semakin menurun hingga sekarang. Berkurangnya peran pasar tradisional akan mengakibatkan hilangnya lapangan pekerjaan untuk masyarakat dengan perekonomian menengah ke bawah. Masyarakat Indonesia sebagian besar tergolong dalam ekonomi menengah kebawah, jadi seharusnya peran pasar tradisional kembali diaktifkan. Mengaktifkan kembali peran pasar tradisional, diharapkan mampu menggalakkan pembangunan ekonomi.

Ayuningsasi (2010) menggambarkan pasar tradisional identik dengan kondisi

yang kumuh, kotor, dan bau, sehingga memberikan atmosfer yang tidak nyaman dalam

berbelanja. Ini merupakan kelemahan terbesar pasar tradisional. Sebaliknya, pusat

perbelanjaan modern memberikan suasana berbelanja yang nyaman serta dilengkapi

pendingin ruangan dengan fasilitas belanja yang bersih dan higienis, maka tidak salah

apabila konsumen lebih memilih berbelanja di pusat perbelanjaan modern dibandingkan

pasar tradisional. Keberadaan pasar tradisional terancam oleh keberadaan pasar modern dengan keunggulan yang dimiliki. Eksistensi pasar modern menimbulkan persaingan antara kedua pasar tersebut.

Perkembangan pasar modern semakin pesat, bukan hanya di daerah kota tapi hingga ke pelosok desa. Supermarket, hypermarket, minimarket dan lain sebagainya begitu menjamur di kalangan masyarakat. Keunggulan pasar modern dengan lingkungan yang bersih serta ditunjang fasilitas lainnya seperti toilet, tempat parkir

(20)

4

yang memadai sehingga memberikan kenyamanan berbelanja kepada konsumen. Perubahan gaya hidup masyarakat yang lebih memilih bertransaksi di pasar modern menyebabkan peran pasar tradisional dalam kehidupan masyarakat mulai terpinggirkan. Masitoh (2013) menjelaskan saat ini pasar tradisional tengah mengalami banyak tantangan. Ekspansi besar-besaran pasar modern di daerah-daerah telah menghadapkan para pedagang kecil pada persaingan terbuka yang keras. Persaingan menjadi tidak seimbang karena perbedaan modal antara pedagang di pasar tradisional dengan peritel modern.

Pasar modern dan pasar tradisional mempunyai perbedaan yang mendasar. Perbedaan dalam menentukan harga menjadi hal yang mencolok dalam perbedaannya. Tawar menawar harga barang masih sering dijumpai di pasar tradisional, sebaliknya di pasar modern harga barang ditandai dengan label sehingga tidak bisa ditawar lagi. Teknologi yang digunakan juga menjadi faktor pembeda, dimana pasar tradisional tanpa menggunakan teknologi modern yang bertolak belakang dengan pasar modern.

Program revitalisasi pasar tradisional bertujuan untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional itu sendiri sehingga dapat bersaing dengan pasar modern. Program revitalisasi pasar tradisional yang dikelola oleh desa adat diharapkan mampu meningkatkan omset penjualan pedagang di pasar tradisional untuk meningkatkan pendapatan pedagang. Grafik 1.1 menunjukkan lima besar omset penjualan perbulan pasar desa adat di Kota Denpasar tahun 2013.

(21)

5

Lima Besar Omset Penjualan Perbulan Pasar Desa Adat Kota Denpasar Tahun 2013

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar Tahun 2013

Lima besar omset penjualan perbulan pasar desa adat Kota Denpasar tahun 2013 yang ditunjukkan oleh Grafik 1.1 menunjukkan bahwa Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin memperoleh omset penjualan yang paling tinggi diantara pasar desa adat lainnya di Kota Denpasar. Omset Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin mencapai Rp 13.200.000.000. Program revitalisasi pasar yang dilaksanakan di Pasar Agung terkait tata kelola, kebersihan serta kualitas barang berpengaruh terhadap omset pasar. Efektivitas program revitalisasi diharapkan mampu menambah daya saing pasar tradisional terhadap pasar modern.

Perkembangan pasar modern memberikan dampak negatif bagi keberadaan pasar tradisional. Pedagang di pasar tradisional yang kurang memiliki pengetahuan

Pasar Agung Peninjoan Pasar Tradisional Kesiman Pasar Gunung Sari Pasar Intaran Pasar Desa Nyanggelan

(22)

6

mengenai perilaku konsumen semakin memperburuk keadaan. Pasar tradisional sebagai pusat pembangunan perekonomian, diharapkan mampu bertahan bahkan terus berkembang menghadapi dunia persaingan untuk merebut konsumen. Pasar tradisional harus bersaing dengan pasar modern dan usaha ritel dimana keduanya merupakan usaha yang sangat diminati karena perannya yang sangat strategis. Peran pemerintah menjadi sangat penting guna mengatasi permasalahan ini.

Segmen pasar tradisional dan pasar modern secara konseptual, banyak yang beranggapan memiliki segmen pasar yang berbeda. Realitanya, segmen pasar tradisional sama dengan segmen yang dimiliki oleh pasar modern sehingga kedua pasar bersaing secara bebas. Akibat persaingan bebas antara pasar modern dan pasar tradisional menurut Susilo (2012) adalah pasar tradisional yang kalah karena beberapa keunggulan yang ada pada pasar modern seperti bisa menjual produk dengan harga yang lebih murah, kualitas produk terjamin, kenyamanan berbelanja, dan banyaknya pilihan cara pembayaran. Pasar modern yang mempunyai beberapa keunggulan tersebut dianggap mampu mengungguli persaingan dengan pasar tradisional. Pemerintah seharusnya membuat kebijakan tertentu untuk melindungi eksistensi pasar tradisional.

Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern dan Peraturan Menteri Perdagangan nomor 53/MDag/Per/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern, merupakan salah satu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk mengatasi persaingan yang tidak

(23)

7

seimbang antara pasar tradisional dengan pasar modern. Regulasi yang dikeluarkan pemerintah diharapkan benar-benar dilaksanakan dengan tepat khusunya oleh pelaku dalam pasar modern.

Pasar tradisional dikelola tanpa inovasi yang berarti yang mengakibatkan pasar menjadi tidak nyaman dan kompetitif (Kasali, 2007). Revitalisasi pasar merupakan salah satu bentuk dari program yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait dengan pengembangan pembangunan Kota Denpasar. Program revitalisasi dikeluarkan untuk menghapus citra kurang baik yang biasanya melekat pada pasar tradisional. Kelemahan-kelemahan yang ada di pasar tradisional berusaha untuk diperbaiki sehingga pengunjung pasar tradisional meningkat. Tata kelola pasar yang menjadi titik lemah harus diperbaiki untuk menambah jumlah konsumen di pasar tradisional.

Keberadaan pasar tradisional yang berada tepat di Kota Denpasar, resmi dibuka untuk umum pasca revitalisasi yang dilaksanakan pada tanggal 4 Agustus 2010 oleh Menteri Perdagangan Marie Eka Pangestu didampingi oleh Gubernur Bali I Made Mangku Pastika, Walikota Rai Dharmawijaya Mantra, I.B. dan Sekretaris Daerah Denpasar Rai Iswara, A.A.N serta beberapa pimpinan instansi terkait. Program ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk mendukung sepenuhnya keberadaan pasar tradisional sebagai pusat pembangunan perekonomian.

Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin merupakan salah satu pasar tradisional yang merasakan dampak revitalisasi pasar dari Pemerintah Kota Denpasar. Program revitalisasi Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah daerah untuk mengubah citra masyarakat

(24)

8

mengenai keadaan pasar tradisional. Perbaikan tata kelola, kualitas barang dan kebersihan menjadi faktor utama yang diperhatikan dalam program revitalisasi di Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin. Grafik 1.2 berikut ini menunjukkan jumlah pedagang menurut lokasi usaha Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin sebelum program revitalisasi.

Grafik 1.2

Jumlah Pedagang Menurut Lokasi Usaha Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin

Sumber : Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin Tahun 2013 (Data diolah)

Grafik 1.2 menggambarkan penggolongan jumlah pedagang menurut lokasi usaha di Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin sebelum revitalisasi yang didominasi oleh usaha los sebesar 45 persen yaitu sejumlah 153 usaha yang kemudian

(25)

9

meningkat menjadi 175 setelah revitalisasi. Jenis dagangan dari usaha los antara lain, alat upacara, slip daging ikan tempe dan tahu, buah, sembako, jajan, makanan, sayur mayu serta snack.

Sukriswanto (2012) menjelaskan pasar tradisional mempunyai peran strategis dalam perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa sehingga tidak mampu menggeser

peran pasar tradisional bagi masyarakat. Peran pasar tradisional terhadap pendapatan

pedagang pasar seharusnya meningkat karena masyarakat di sekitar Pasar Agung

Peninjoan sudah terbiasa melakukan transaksi di Pasar Agung Peninjoan Desa

Peguyangan Kangin. Perkembangan Penerimaan Pasar Agung Peninjoan Desa

Peguyangan Kangin dapat dilihat pada Grafik 1.3

Grafik 1.3 menjelaskan perkembangan penerimaan Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin Tahun 2007-2013. Perkembangan penerimaan Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin secara umum berfluktuasi. Sebelum adanya revitalisasi yaitu pada tahun 2010 hingga 2011 penerimaan Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin mengalami penurunan yang signifikan. Adanya program revitalisasi pada tahun 2011 ternyata berdampak terhadap penerimaan Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin yang meningkat dengan sangat signifikan. Penerimaan Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin tahun 2012 meningkat sebesar 297,96 persen dari tahun sebelumnya. Program revitalisasi di Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin ternyata memang diperlukan untuk meningkatkan penerimaan di Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin. Hasil penerimaan

(26)

10

akan diserahkan ke Desa Adat Pekraman Peninjoan sebesar 70 persen dan 30 persen ke Desa Dinas.

Grafik 1.3

Perkembangan Penerimaan Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin

(27)

11

Tingkat efektivitas dari program revitalisasi pasar tradisional meliputi variabel input, variabel proses dan variabel output. Subagyo (2000) menjelaskan efektivitas adalah kesesuaian antara output dan tujuan yang ditetapkan. Variabel input diukur dengan tingkat ketepatan sasaran, sosialisasi program dan tujuan program revitalisasi pasar tradisional. Variabel proses dapat diukur dengan tingkat kecepatan respon petugas pasar, tingkat monitoring dan evaluasi program revitalisasi pasar tradisional, dan tingkat output dinilai dari tingkat pendapatan pedagang. Peningkatan efektivitas dari masing-masing variabel diharapkan mempu mempengaruhi jumlah pengunjung pasar tradisional sehingga dapat menambah pendapatan pedagang pasar tradisional. Jumlah pengunjung Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin berdasarkan angkutan roda dua dan roda empat dapat dilihat pada grafik 1.4

Grafik 1.4

(28)

12

Sumber : Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin 2007-2013(Data diolah)

Grafik 1.4 menunjukkan perkembangan jumlah pengunjung berdasarkan kendaraan roda dua dan roda empat yang diperoleh dari kontribusi parkir terhadap penerimaan Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin. Perkembangan jumlah pengunjung baik kendaraan roda dua maupun roda empat tahun 2010 hingga 2011 mengalami penurunan yang cukup tajam dimana pengunjung masih dikenakan biaya sebesar Rp 500. Setelah revitalisasi tahun 2011 dimana pengunjung dikenakan biaya parkir sebesar Rp 1000 terjadi peningkatan yang sangat siginifikan, akan tetapi kemudian jumlah pengunjung kembali menurun pada tahun 2013. Fenomena ini menunjukkan bahwa program revitalisasi ternyata tidak berpengaruh terhadap jumlah pengunjung Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin.

Tingkat efektivitas digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam upaya merealisasikan program revitalisasi pasar tradisional yang ditetapkan dan kemudian dibandingkan dengan target yang telah ditentukan sebelumnya. Tingkat efektivitas dari program revitalisasi pasar tradisional yang diukur dari variabel input, proses dan output setiap tahunnya diharapkan terus meningkat. Tingkat efektivitas yang meningkat diharapkan dapat meningkatkan kualitas pasar baik dari sisi pengelolaan pasar maupun tata kelola pasar dan berpengaruh terhadap kepuasan bagi staf pasar, pedagang maupun bagi konsumen pasar tersebut.

Peningkatan efektivitas diharapkan akan berpengaruh terhadap daya saing pasar, baik dari sisi pengelolaan pasar, kualitas produk dan pangsa pasar. Peningkatan

(29)

13

daya saing pasar mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan persaingan pasar tradisional. Daya saing yang meningkat diharapkan mampu memberi keunggulan komparatif bagi pasar tradisional. Program revitalisasi pasar bertujuan untuk meningkatkan daya saing pasar dan mengaktifkan kembali kegiatan pasar tradisional agar dapat bersaing dengan pasar modern sehingga bukan hanya meningkatkan pendapatan pedagang tapi juga meningkatkan daya saing untuk memperluas pangsa pasar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka pokok permasalahan yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Bagaimanakah tingkat efektivitas pelaksanaan program revitalisasi pasar tradisional di Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin?

2) Adakah peningkatan daya saing di Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin setelah pelaksanaan program revitalisasi pasar tradisional?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

(30)

14

1) Untuk menganalisis tingkat efektivitas pelaksanaan program revitalisasi pasar tradisional di Pasar Agung Peninjoan, Desa Peguyangan Kangin.

2) Untuk menganalisis tingkat daya saing Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin setelah program revitalisasi pasar tradisional.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:

1) Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ayuningsasi (2010) yang menyatakan bahwa dengan adanya program revitalisasi pasar tradisional dapat meningkatkan pendapatan pedagang. Penelitian ini juga mendukung teori yang diungkapkan oleh Barney (2001) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi keuntungan kompetitif yang berkelanjutan adalah kualitas barang yang diproduksi, promosi yang meluas, tenaga kerja yang terampil dan kreativitas serta motivasi yang tinggi. Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan program revitalisasi pasar tradisional.

(31)

15

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil langkah-langkah kebijakan dalam bidang pelaksanaan program revitalisasi dan menjadi media untuk memberikan pikiran dan pengembangan bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan berbagai temuan dilapangan yang terkait dengan program revitalisasi pasar tradisional pada khususnya.

(32)

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Konsep Pasar Tradisional dan Pembangunan Ekonomi

Kemampuan masyarakat yang meningkat dalam memenuhi kebutuhan pokok serta kemampuan masyarakat dalam memilih serta harga diri masyarakat yang terus meningkat merupakan salah satu cerminan kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat dan dalam pembangunan perekonomian negara. Pembangunan merupakan suatu proses secara terstruktuk untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan sesuai dengan program-program yang telah ditentukan sebelumnya. Adam Smith dalam Adisasmita (2005) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai proses kenaikan pendapatan riil perkapita dalam suatu jangka waktu yang panjang. Kemajuan ekonomi merupakan komponen utama dari suatu pembangunan, tetapi bukan satu-satunya komponen pembangunan negara.

Pembangunan ekonomi dapat diukur dari tingkat kemajuan struktur produksi serta penyerapan tenaga kerja. Todaro (2006) mengungkapkan indeks ekonomi yang sering digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan adalah tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita (income per capita) atau GNI per kapita dengan mengukur kemampuan suatu negara untuk memperbesar outputnya dalam laju yang lebih cepat daripada tingkat pertumbuhan penduduknya. Pembangunan perekonomian

(33)

17

merupakan tujuan dari seluruh negara tanpa terkecuali Negara Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang.

Tujuan dari pembangunan ekonomi antara lain meningkatkan taraf hidup dari masyarakat suatu negara, selain meningkatkan pendapatan per kapita dan menciptakan lapangan kerja, serta menyediakan pendidikan yang lebih bermutu dan perhatian yang lebih terhadap nilai-nilai budaya dan kemanusiaan yang ada. Pembangunan perekonomian secara keseluruhan akan memperbaiki kesejahteraan dari kehidupan masyarakat dan menghasilkan rasa percaya diri masing-masing individu sebagai suatu bangsa. Tingkat kemakmuran sangat berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Nehen (2012) menjelaskan komponen utama pertumbuhan ekonomi antara lain : a) Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk investasi baru yang ditambahkan pada tanah, peralatan fisik dan modal atau sumber daya manusia, b) Pertumbuhan penduduk, yang pada akhirnya akan memperbanyak jumlah angkatan kerja dan c) Kemajuan teknologi

Salah satu sektor yang memberikan dampak signifikan terhadap pembangunan perekonomian adalah sektor industri. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, sektor industri merupakan sektor yang menjadi prioritas utama dalam pembangunan perekonomian. Pasar merupakan tempat berkumpulnya banyak industri sehingga sangat penting untuk menjaga dan mengembangkan keberadaan pasar tradisional untuk meningkatkan pembangunan perekonomian negara.

(34)

18

Kegiatan ekonomi masyarakat baik dalam hal produksi, distribusi dan konsumsi sangat berkaitan dengan kegiatan pasar. Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Stanton (2006) mengungkapkan bahwa pasar sebagai orang-orang yang mempunyai kebutuhan untuk dipuaskan, mempunyai uang untuk dibelanjakan dan kemauan untuk membelanjakan uang. Pasar sangat penting perannya dalam pembangunan perekonomian. Kottler (2002) melihat arti pasar dalam beberapa sisi, antara lain: 1) Dalam pengertian aslinya, pasar adalah suatu tempat fisik di mana pembeli dan penjual berkumpul untuk mempertukarkan barang dan jasa, 2) Bagi seorang ekonom, pasar mengandung arti semua pembeli dan penjual yang menjual dan melakukan transaksi atas barang/jasa tertentu. Dalam hal ini para ekonom memang lebih tertarik akan struktur, tingkah laku dan kinerja dari masing-masing pasar ini serta 3) Bagi seorang pemasar pasar adalah himpunan dari semua pembeli nyata dan pembeli potensial dari pada suatu produk.

Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli yang melakukan tawar-menawar hingga terjadi transaksi. Transaksi adalah kesepakatan dalam kegiatan jual-beli yang mempunyai syarat adanya barang yang diperjualbelikan, ada pedagang, ada pembeli, ada kesepakatan harga barang, dan tidak ada paksaan dari pihak manapun (Fadly, 2009).

Keberadaan pasar akan mempermudah seseorang untuk memperoleh barang dan jasa kebutuhannya sehari-hari. Pasar tradisional memiliki perbedaan yang mendasar dibandingkan dengan pasar modern. Tawar menawar harga yang merupakan ciri dari suatu pasar masih dapat dilakukan di pasar tradisional, sedangkan pada pasar

(35)

19

modern harga barang sudah ditentukan dan tidak bisa ditawar kembali. Mudrajad Kuncoro (2008) memaparkan mengenai isu utama yang berkaitan dengan perkembangan pasar tradisional adalah sebagai berikut : a) Jarak antara pasar tradisional dengan hypermarket yang saling berdekatan, b) Tumbuh dengan pesatnya minimarket (yang dimiliki pengelola jaringan) ke wilayah pemukiman, c) Penerapan berbagai macam syarat perdagangan oleh ritel modern yang memberatkan pemasok barang. d) Kondisi pasar tradisional secara fisik sangat tertinggal, maka perlu ada program kebijakan untuk melakukan pengaturan.

Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun 2007, menyebutkan bahwa pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu, baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Kesimpulan penting dari definisi pasar yang harus dicermati adalah : (1) tempat bertemunya penjual dan pembeli, (2) penjual dan pembeli saling membutuhkan dan (3) terjadi interaksi dan dan kesepakatan antara penjual dan pembeli

2.1.2 Jenis-jenis Pasar

M. Fuad, dkk (2008), memaparkan bahwa secara garis besar, pasar dapat dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu: pasar menurut jenis barang yang diperjualbelikan, waktu bertemunya penjual dan pembeli, luas kegiatan distribusi, fisik pasar serta menurut bentuk dan strukturnya.

Pasar menurut sifat atau jenis barang yang diperjualbelikan dibedakan menjadi dua macam, yaitu pasar konkrit dan pasar nyata. Pasar konkret (pasar nyata) adalah

(36)

20

tempat pertemuan antara pembeli dan penjual melakukan transaksi secara langsung. Barang yang diperjualbelikan juga tersedia di pasar. Contohnya, pasar sayuran, buah-buahan, dan pasar tradisional sedangkan pasar abstrak (pasar tidak nyata) adalah terjadinya transaksi antara penjual dan pembeli hanya melalui telepon, internet, dan lain-lain berdasarkan contoh barang. Contohnya telemarket dan pasar modal.

Pasar menurut waktu bertemu antara penjual dan pembeli dibedakan menjadi lima jenis, antara lain:

a) Pasar harian adalah pasar yang aktivitasnya berlangsung setiap hari dan sebagian barang yang diperjualbelikan adalah barang kebutuhan sehari-hari. b) Pasar mingguan adalah pasar yang aktivitasnya berlangsung seminggu sekali.

Biasanya terdapat di daerah yang belum padat penduduk dan lokasi pemukimannya masih berjauhan.

c) Pasar bulanan adalah pasar yang aktivitasnya berlangsung sebulan sekali. Biasanya barang yang diperjualbelikan barang yang akan dijual kembali (agen/grosir).

d) Pasar tahunan adalah pasar yang aktivitasnya berlangsung setahun sekali, misalnya PRJ (Pasar Raya Jakarta).

Pasar menurut barang yang diperjualbelikan dibedakan menjadi dua, yaitu pasar barang konsumsi dan pasar sumber daya produksi. Pasar barang konsumsi adalah pasar yang memperjualbelikan barang-barang konsumsi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pasar sumber daya produksi adalah pasar yang memperjualbelikan faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja, tenaga ahli,

(37)

21

mesin, dan tanah. Kedua jenis pasar tersebut mempunyai peran yang sama pentingnya dalam kegiatan perekonomian.

Pasar menurut area luas kegiatannya dapat dibagi menjadi : (a) Pasar setempat adalah pasar yang penjual dan pembelinya hanya penduduk setempat, (b) Pasar daerah atau pasar lokal adalah pasar di setiap daerah yang memperjualbelikan barang-barang yang diperlukan penduduk derah tersebut, (c) Pasar Nasional adalah pasar yang melakukan transaksi jual beli barang mencakup satu negara dan (d) Pasar Internasional adalah pasar yang melakukan transaksi jual beli barang-barang keperluan masyarakat internasional. Transaksi internasional meliput kegiatan ekspor dan impor.

Dalam aktivitas pasar, tanpa disadari bentuk setiap pasar berbeda-beda. Pasar menurut bentuknya dapat dibagi menjadi enam, yaitu:

a) Pasar monopoli adalah pasar yang penjual suatu barang di pasar hanya satu orang. Contohnya PT Kereta Api Indonesia.

b) Pasar duopoli adalah pasar yang penjualnya hanya dua orang dan menguasai penawaran suatu barang dan mengendalikan harga barang.

c) Pasar oligopoli adalah pasar yang di dalamnya terdapat beberapa penjual dengan dipimpin oleh salah satu dari penjual tersebut mengendalikan tingkat harga barang. Contohnya perusahaan otomotif Astra Indonesia.

d) Pasar monopsoni adalah pasar yang pembentukan harga barangnya dikendalikan oleh satu orang atau sekelompok pembeli.

e) Pasar duopsoni adalah pasar pembentukan harga barangnya dikendalikan oleh dua orang atau dua kelompok pembeli.

(38)

22

f) Pasar oligopsoni adalah pasar yang pembentukan harga barangnya dikendalikan oleh beberapa orang atau beberapa kelompok pembeli.

Fungsi dan peran pasar sangat strategis dalam peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja, maka dalam pembangunan dari sektor perdagangan pasar merupakan salah satu prioritas pemerintah yang harus dikembangkan.

2.1.3 Fungsi Pasar

Pasar mempunyai fungsi yang sangat penting dalam dalam aktivitas transaksi antara produsen dan konsumen. Pasar merupakan tempat untuk mempermudah proses distribusi barang hasil produksi bagi produsen, sedangkan untuk konsumen, dengan adanya pasar akan memudahkan memperoleh barang dan jasa untuk kebutuhan sehari-hari. Pasar secara umum mempunyai tiga fungsi utama antara lain sebagai sarana distribusi, sebagai pembentukan harga, dan sebagai tempat promosi (Fadly, 2008). a) Pasar sebagai sarana distribusi, berfungsi memperlancar proses penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Dengan adanya pasar, produsen dapat berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menawarkan hasil produksinya kepada konsumen. Pasar dikatakan berfungsi baik jika kegiatan distribusi barang dan jasa dari produsen ke konsumen berjalan lancar. Sebaliknya, pasar dikatakan tidak berfungsi baik, jika kegiatan distribusi seringkali macet. b) Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli. Di pasar tersebut penjual menawarkan barang-barang atau jasa kepada pembeli. Pembeli yang membutuhkan barang-barang atau jasa akan berusaha menawar harga dari barang atau jasa tersebut, sehingga terjadilah tawar-menawar antara kedua belah pihak. Setelah terjadi kesepakatan, maka terbentuklah

(39)

23

harga. Dengan demikian, pasar berfungsi sebagai pembentuk harga. Harga yang telah menjadi kesepakatan tersebut, tentunya telah diperhitungkan oleh penjual dan pembeli. Penjual tentu telah memperhitungkan laba yang diinginkannya, sedangkan pembeli telah memperhitungkan manfaat barang atau jasa serta keadaan keuangannya. c) Pasar sebagai sarana promosi artinya pasar menjadi tempat memperkenalkan dan menginformasikan suatu barang/jasa tentang manfaat, keunggulan, dan kekhasannya pada konsumen. Promosi dilakukan untuk menarik minat pembeli terhadap barang atau jasa yang diperkenalkan. Promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain, memasang spanduk, menyebarkan brosur, pameran, dan sebagainya. Banyaknya cara promosi yang dilakukan oleh produsen, membuat konsumen lebih selektif dalam memilih barang yang akan dibeli. Biasanya produsen yang menawarkan barang dengan harga murah dan kualitasnya bagus akan menjadi pilihan konsumen.

Pasar merupakan tempat terjadi proses pertukaran yaitu proses mendapatkan produk yang diinginkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai imbalannya kepada pihak lain. Supaya muncul potensi pertukaran, ada beberapa syarat harus dipenuhi (Kotler, 2003): sekurang-kurangnya ada dua pihak, masing-masing pihak memiliki sesuatu yang bisa bernilai bagi pihak lain, masing-masing pihak mampu mengkomunikasikan dan menyerahkan sesuatu, masing-masing pihak bebas untuk menerima atau menolak imbalan pertukaran, serta masing-masing pihak yakin bahwa bertransaksi dengan pihak lain merupakan tindakan yang tepat dan diinginkan. 2.1.4 Konsep Pasar Tradisional

(40)

24

Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 Tahun 2007, definisi pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.

Syarat-syarat pasar tradisional menurut peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 112 tahun 2007, tentang pembangunan, penataan dan pembinaan pasar tradisional, adalah: 1) Aksesibilitas, yaitu kemungkinan pencapaian dari dan ke kawasan,dalam kenyataanya ini berwujud jalan dan transportasi atau pengaturan lalu lintas, 2) Kompatibilitas, yaitu keserasian dan keterpaduan antara kawasan yang menjadi lingkungannya, 3) Fleksibilitas, yaitu kemungkinan pertumbuhan fisik atau pemekaran kawasan pasar dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana dan 4) Ekologis, yaitu keterpaduan antara tatanan kegiatan alam yang mewadahinya.

Pembentukan harga dalam pasar tradisional secara turun-temurun tercipta dari prosos tawar menawar yang dilakukan antara penjual dan calon pembeli. Fasilitas yang tersedia di pasar tradisional adalah kios, toko, los, gudang dan toilet umum yang berada di sekitar pasar. Pasar tradisional tidak terlapas dari isu negatif mau pun isu positif. Mudrajad Kuncoro (2008), menjelaskan isu utama yang berkaitan dengan perkembangan pasar tradisional adalah sebagai berikut: a) Jarak antara pasar

(41)

25

tradisional dengan hypermarket yang saling berdekatan, b) Tumbuh dengan pesatnya minimarket (yang dimiliki pengelola jaringan) ke wilayah pemukiman, c) Penerapan berbagai macam syarat perdagangan oleh ritel modern yang memberatkan pemasok barang serta d) Kondisi pasar tradisional secara fisik sangat tertinggal, maka perlu ada program kebijakan untuk melakukan pengaturan.

Pasar modern yang berkembang secara pesat, perlahan mengurangi peran pasar tradisional di masyarakat. Keberadaan pasar modern dapat dikatakan mengancam keberadaan pasar tradisional. Hasbiah (2006) menjelaskan ada beberapa factor yang mengancam kelangsungan pasar tradisional. Ancaman yang dihadapi berkaitan dengan peran dari pasar tradisional di masyarakat adalah sebagai berikut : 1) Pasar tradisional belum dapat dibebaskan dari cintra negatif sebagai tempat yang kumuh, semrawut, becek, kotor, kriminal tinggi, tidak nyaman, fasilitas minim (tempat parkir terbatas, toilet tidak terawat, tempat sampah yang bau, instalasi listrik yang gampang terbakar, dan lorong yang sempit), 2) Pasar tradisional masih dipenuhi oleh para pedagang informal yang sulit diatur dan mengatur diri. Pengelola pasar masih mengalami kesulitan untuk melakukan penataan yang lebih tertib terhadap mereka. Kondisi ini membuat pasar tradisional menjadi semrawut dan tidak nyaman untuk dikunjungi dan 3) Pasar dengan pola pengelolaan modern semakin banyak bermunculan sebagai salah satu alternatif tempat berbelanja yang tidak semrawut dan nyaman. Penduduk yang berpenghasilan tinggi menyambut gembira kedatangan pasar modern yang jumlahnya semakin banyak tersebar di berbagai wilayah dan berlokasi ditempat yang mudah di jangkau.

(42)

26

Persamaan peran yang dimiliki oleh pasar modern serta pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing. Pasar tradisional merupakan pusat perdagangan Indonesia, dimana didalam pasar tradisional terdapat interaksi antara pedagang dan pembeli, yang tidak dapat ditemui di pasar modern yaitu proses tawar-menawar. Pentingnya keberadaan pasar tradisional harus mendapat perhatian dan perlingdungan dari pemerintah agar dapat bersaing dengan pasar modern karena masyarakat Indonesia yang sebagian besar tergolong dalam ekonomi menengah kebawah, jadi seharusnya peran pasar tradisional kembali diaktifkan. Peran pasar tardisional yang strategis diperlukan untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional.

2.1.5 Konsep Pajak dan Retribusi

Pajak merupakan pungutan yang dilakukan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah kepada setiap orang atau badan usaha. Adriani dalam Yunita Liliyana (2010) menjelaskan pengertian pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. Pajak yang dipungut dapat digunakan sebagai sumber dana bagi pemerintah daerah maupun pemerintah pusat untuk membiayai segala pengeluarannya serta sebagai alat ukur yang digunakan untuk mengatur dalam pelaksanaan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

(43)

27

Sama halnya dengan pajak, retribusi dikelola oleh pemerintah kota atupun pemerintah pusat. Zorn dalam Silalahi, Hasudungan (2008) menjelaskan terdapat tiga syarat penting yang harus dipenuhi sebelum retribusi dikenakan untuk membiayai pengadaan barang dan jasa, yaitu pemisahan kenikmatan, dapat dikenakan pungutan dan sukarela. Retribusi yang dikenakan terhadap pedagang di pasar tradisional haruslah dipergunakan untuk memperbaiki fasilitas di lingkungan pasar tradisional, sehingga dampak dari retribusi yang dikeluarkan oleh pedagang dapat dirasakan secara langung oleh pedagang di lingkungan pasar itu sendiri. Pemerintah harus memiliki peran yang aktif dalam hal pengendalian dan pengawasan retribusi khususnya di lingkungan pasar tradisional. Perbaikan maupun penambahan fasilitias guna menunjang kenyaman konsumen serta pedagang harus dilakukan sebagai timbal balik dari pembayaran wajib retribusi yang dikeluarkan oleh pedagang.

2.1.6 Konsep Revitalisasi

Revitalisasi adalah suatu proses yang harus dilalui oleh pasar tradisional dalam persaingan era globalisasi. Banyaknya pasar modern dengan fasilitas yang memadai akan mengurangi peran pasar tradisional. Revitalisasi merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah hidup, namun mengalami degradasi oleh perkembangan jaman, menurut Danisworo (2000). Program revitalisasi diharapkan meningkatkan persaingan pasar tradisional agar tidak kalah bersaing dengan pasar modern.

Kuncoro (2008) menjelaskan permasalah umum yang dihadapi pasar tradisional antara lain banyaknya pedagang yang tidak tertampung, pasar tradisional

(44)

28

mempunyai kesan kumuh, dagangan yang bersifat makanan siap saji mempunyai kesan kurang higienis, pusat perbelanjaan modern yang banyak tumbuh dan berkembang merupakan pesaing serius pasar tradisional, rendahnya kesadaran pedagang untuk mengembangkan usahanya dan menempati tempat dasaran yang sudah ditentukan, banyaknya pasar yang tidak beroperasi maksimal, rendahnya kesadaran membayar retribusi dan masih ada pasar yang kegiatannya hanya pada hari pasaran.

Pemerintah sebagai pihak yang berhak mengeluarkan kebijakan, harus dapat melindungi peran pasar tradisonal dengan memperhatikan beberapa hal. Revitalisasi pasar tradisional yang dilakukan oleh pemerintah tidak hanya memerhatikan kondisi pasar, volume perdagangan dalam pasar, ketersediaan lahan yang digunakan untuk perbaikan pasar, dan desain rencana perbaikan pasar, selain itu perlu membatasi pertumbuhan pasar modern merupakan hal pertama yang harus diperhatikan. Revitalisasi pasar tradisional tanpa membatasi pertumbuhan pasar modern tidak ada akan berpengaruh signifikan apabila program revitalisasi yang dikeluarkan pemerintah hanya dalam bentuk berupa perbaikan fisik tanpa memperbaiki regulasi. Program revitalisasi ini hanya akan mematikan sektor usaha riil dari masyarakat kecil. Kedua, pemerintah daerah harus berani menata keberadaan pasar modern. Lokasi pasar modern harus jauh dari keberadaan pasar tradisional. Ketiga, pemerintah perlu memerhatikan persaingan harga. Persaingan harga perlu dikelola dengan sedemikian rupa agar tidak pihak yang dirugikan.

Revitalisasi dapat dilaksanakan apabila semua pihak yang terkait saling mendukung, baik pihak pemerintah, pedagang hingga pembeli. Aspek fisik, aspek

(45)

29

ekonomi serta aspek sosial menjadi perhatian yang utama dalam melaksanakan revitalisasi. Kenyamanan dalam aktivitas ekonomi merupakan target yang ingin dicapai, sehingga diharapkan akan memberi keuntungan bagi semua pihak yang terlibat. Tujuan akhir yang ingin dicapai dengan adanya revitalisasi adalah mencapai kesejahteraan untuk seluruh masyarakat. Masyarakat harus menyadari bahwa berbelanja di pasar tradisional tidak lagi dianggap ketinggalan zaman. Berbelanja di pasar tradisional merupakan salah satu bentuk penghargaan terhadap produk diri sendiri serta menguji kemampuan berkomunikasi. Keberadaan pasar tradisional sudah saatnya dilestarikan untuk menunjang pembangunan perekonomian dari masing-masing daerah.

2.1.6 Konsep Efektivitas Program

Efektivitas dalam penggunaan pendapatan merupakan salah satu tolak ukur kemajuan ekonomi masayarakat yang sering digunakan dalam melihat keberhasilan suatu proses pembangunan. Sugiyono (2004) menjelaskan efektivitas adalah kesesuaian antara output dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tingkat efektivitas digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam upaya merealisasikan program yang ditetapkan dan kemudian dibandingkan dengan target yang telah ditentukan sebelumnya. Tingkat efektivitas program revitalisasi pasar tradisional menggunakan kriteria efektivitas Litbang Depdagri (1991). Kriteria tersebut dapat dilihat dari tabel berikut.

(46)

30 Tabel 2.1 Kriteria Efektivitas

No Kriteria Keterangan

1 Koefisien efektivitas bernilai kurang dari 40 % Sangat tidak efektif 2 Koefisien efektivitas bernilai 40 % - 59,99 % Tidak efektif 3 Koefisien efektivitas bernilai 60 % - 79,99 % Cukup efektif 4 Koefisien efektivitas bernilai diatas 79,99 % Sangat efektif

Sumber: Litbang Depdagri, 1991

Nilai koefisien efektivitas yang lebih kecil dari 40 persen berarti program yang dilakukan oleh pemerintah sangat tidak efektif. Koefisien efektivitas yang memiliki nilai 40 – 59,99 persen, maka ini berarti program yang laksanakan tidak efektif. Nilai koefisien efektivitas yang memiliki nilai 60 – 79,99 persen, menandakan program yang dilakukan dapat dikatakan cukup efektif, dan apabila nilai koefisien efektivitas lebih dari 79,99 persen dapat dikategorikan dalam sangat efektif.

2.1.7 Konsep Pendapatan

Pendapatan nasional merupakan salah satu indikator pertumbuhan perekonomian suatu negara. Hasanah dan Danang (2013) menjelaskan pengertian pendapatan nasional (National Income) secara definitive merupakan nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam suatu Negara, dalam kurun waktu tertentu prinsip ini mewakili konsep Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk Nasional Bruto (PNB). PDB dan PNB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dari sebuah struktur ekonomi, sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

(47)

31

Pendapatan merupakan suatu bentuk balas jasa yang diterima suatu pihak atas keikut sertaannya dalam proses produksi barang dan jasa. Sukirno (2000), mengungkapkan bahwa pendapatan individu merupakan pendapatan yang diterima seluruh rumah tangga dalam perekonomian dari pembayaran ke atas penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya dan dari sumber lain. Putong (2000), memaparkan konsep perhitungan pendapatan dapat dihitung melalui tiga pendekatan, yaitu: a) Pendekatan produksi (production approach), yaitu dengan menghitung seluruh nilai tambah produksi barang atau jasa yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, b) Pendekatan pendapatan (income approach), yaitu dengan menghitung seluruh nilai balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi dalam kurun waktu tertentu dan c) Pendekatan pengeluaran (expenditures approach), yaitu dengan menghitung seluruh pengeluaran dalam kurun waktu tertentu

Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemajuan perekonomian masyarakat yang digunakan untuk menghitung keberhasilan proses pembangunan suatu daerah ataupun suatu negara. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penghasilan dapat digunakan beberapa cara, antara lain: (a) pemanfaatan waktu luang, dimana suatu individu mampu memanfaatkan waktu luang yang dimiliki dari pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya yang kemudian menjadi kesempatan yang baru untuk menambah penghasilan, (b) kreatifitas dan inovasi, suatu individu mampu berpikir kreatif dan inovatif untuk menciptakan terobosan-terobosan baru yang berarti untuk mendapatkan kebutuhan yang dirasakan masih kurang atau belum terpenuhi.

(48)

32 2.1.8 Konsep Daya Saing

Faktor keunggulan komparatif (comparative adventage) dan faktor keunggulan kompetitif (competitive advantage) merupakan dua faktor utama yang menjadi faktor penentu dalam meningkatkan daya saing. Porter (2008) menjelaskan mengenai Lima Kekuatan Strategi Pembentuk Persaingan Industri dimana lima faktor yang menentukan kekuatan persaingan dalam suatu industry adalah; (1) ancaman dari produk pengganti, (2) ancaman pesaing lainnya, (3) ancaman yang berasal dari pendatang baru, (4) daya tawar pemasuk, serta (5) daya tawar yang dimiliki oleh konsumen. Cara yang dapat dilakukan dalam mengatasi para pesaing salah satunya adalah dengan menaikkan atau menurunkan harga barang untuk mendapatkan keuntungan, akan tetapi keuntungan tersebut hanya bersifat sementara.

Menurut Amir (1992), daya saing ekspor adalah kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan dalam pasar itu. Daya saing suatu produk dapat diukur dengan membandingkan pangsa pasar suatu komoditi pada kondisi yang tetap. Analisis industri serta analisis pengembangan strategis bisnis perlu dilakukan untuk memperoleh keunggulan kompetitif.

Keunggulan kompetitif merupakan usaha perusahaan untuk membedakannya dari perusahaan pesaing yang lainnya. Barney (2001) memaparkan mengenai indikator empiris yang memiliki potensi sumber daya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan kompetitif yang berkelanjutan adalah nilai, kelangkaan, sulit ditiru oleh persusahaan pesaing dan keberadaan barang pengganti. Faktor-faktor yang harus dimiliki untuk mencapai keunggulan komparatif adalah teknologi, produktivitas yang

(49)

33

tinggi, tingkat entrepreneurship yang tinggi, kualitas barang yang diproduksi, promosi meluas yang gencar, tenaga kerja terampil yang profesional, kreativitas dan motivasi yang tinggi.

Gambar 2.1

Lima Kekuatan Strategi Pembentuk Persaingan Industri

Keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif menjadi faktor penentu untuk meningkatkan daya saing suatu produk. Hamdy (2001) menjelaskan bahwa penentuan keunggulan komparatif pola perdagangan suatu negara bermula pada harga suatu produk yang merupakan refleksi dari teknologi yang digunakan dengan permintaan dan penawaran faktor – faktor produksi. Daya saing produk yang dimiliki oleh suatu negara akan sangat bergantung pada kemampuan inovasi dalam pengembangannya sebagai produk unggulan. Penilaian daya saing dalam penelitian ini dilakukan dengan proses wawancara secara terinci dan mendalam. Nilai daya saing

(50)

34

dalam peneliian ini diperoleh berdasarkan tiga faktor yaitu, pengelolaan internal pasar, kualitas produk dan pangsa pasar. Dengan memperhatikan ketiga faktor tersebut, diharapkan program revitalisasi pasar tradisional mampu meningkatkan daya saing Pasar Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin.

2.2 Keaslian Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengacu pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini dimaksudkan memberi dasar yang kuat dalam penyajian materi, baik dari segi variabel maupun konsep umum yang dipakai. Penelitian sebelumnya yang digunakan antara lain:

Penelitian oleh Ayuningsasi (2010), dengan judul „Analisis Persepsi Pedagang dan Pembeli Sebelum dan Sesudah Program Revitalisasi Pasar Tradisional di Kota Denpasar‟. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana persepsi pedagang dan pembeli di Pasar Sudha Merta Desa Sidakarya Denpasar sebelum dan sesudah program revitalisasi pasar. Berdasarkan hasil analisis, simpulan secara umum bahwa program revitalisasi pasar mendapat respon yang positif dari masyarakat, baik pedagang maupun pembeli berkaitan dengan keindahan, kebersihan dan kenyamanan sebelum dan sesudah program revitalisasi berbeda secara signifikan. Penilaian yang diberikan oleh pedagang dan pembeli untuk ketiga aspek meningkat dari sebelum dilakukan program revitalisasi pasar. Dari hasi analisis juga dapat diketahui bahwa persepsi pedagang tidak berbeda secara signifikan dengan persepsi pembeli berkaitan

(51)

35

dengan keindahan dan kebersihan, namun pedagang dan pembeli memiliki persepsi yang berbeda berkaitan dengan kenyamanan di Pasar Sudha Merta.

Penelitian oleh Nahdliyul Izza (2010), dengan judul „Pengaruh Pasar Modern Terhadap Pedagang Pasar Tradisional (Studi Pengaruh Ambarukmo Plaza Terhadap Perekonomian Pedagang Pasar Desa Caturtunggal Nologaten Depo Sleman Yogyakarta‟. Penelitian ini ingin mengetahui seberapa besar pengaruh pasar modern terhadap pasar tradisional di Pasar Desa Caturtunggal Nologaten Depo Sleman Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis, simpulan secara umum adalah bahwa timbulnya pasar modern bagi para pedagang di Pasar Caturtunggal dalam hal pendapatan bervariasi, terdapat kelompok yang menanggapi secara positif dan negatif. Para pedagang yang merasa pendapatannya menurun semenjak dibukanya pasar modern di Pasar Caturtunggal, dikarenakan keadaan pasar modern begitu aman dan nyaman. Pedagang yang merasa mengalami penurunan pendapatan adalah pedagang sembako, buah, ikan, sepatu, dan pakaian. Bagi pedagang yang merasakan keuntungan dengan adanya pasar modern dikarenakan adanya diskon di pasar modern sehingga pedagang memanfaatkan hal tersebut untuk membelinya dan dijual kembali di pasar desa. Pedagang yang merasakan keuntungan adalah pedagang makanan ringan, bumbu pawon, sayur mayor, roti, plastik dan perutan. Keberadaan pasar Caturtunggal masih berdiri dan bertahan hingga sekarang dikarenakan beberapa factor, yaitu: (1) aspek karakter (tawar menawar), (2) pasar tradisional wajib ada untuk menyerap produksi, (3) aspek khas (praktis), (4) adanya revitalisasi pasar tradisional dan (5) penambahan jumlah dan ragam komoditas para pedagang.

(52)

36

Penelitian pendapatan pedagang di Pasar tradisional dilakukan oleh Galih Suryananto (2005), di Pasar Godean, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh jam berdagang, modal dagang, pengalaman berdagang terhadap pendapatan pedagang konveksi di Pasar Godean, Sleman, Yogyakarta baik secara parsial maupun simultan. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa modal dagang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang konveksi. Modal adalah faktor yang sangat penting bagi pedagang konveksi semakin banyak modal yang digunakan maka dagangan akan semakin bermacam dan semakin banyak pula pendapatan yang akan diperoleh. Jam berdagang tidak berpengaruh atau signifikan terhadap pendapatan pedagang konveksi. Hal ini disebabkan karena didalam pasar seorang pedagang satu dengan yang lain berbeda dalam membuka dagangannya mungkin ada yang membuka pada waktu pengunjung ramai dan ada juga yang mungkin pedagang pada waktu membuka dagangnnya pada waktu sepi. Jam berdagang tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang. Semakin lama pedagang membuka dagangannya, maka kemungkinan meningkatkan pendapatan akan semakin tinggi. Pengalaman berdagang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang konveksi. Hal ini disebabkan dengan pengalaman berdagang yang semakin lama, maka pedagang akan semakin mengetahui karakter dan perilaku konsumen, sehingga relatif lebih baik dalam menawarkan barang dagangannya dan akan meningkatkan pandapatan bagi pedagang. Secara bersama-sama modal dagang, jam berdagang, dan pengalaman berdagang sangat mempengaruhi

Gambar

Gambar  5.5  menunjukkan  karakteristik  responden  berdasarkan  status  kawin.
Tabel  5.2  menjelaskan  bahwa  koefisien  nilai  efektivitas  untuk  indikator  ketepatan sasaran cukup tinggi yaitu sebesar 80,32  persen sedangkan sisanya sebesar  19,68 persen berpendapat tidak setuju mengenai ketepatan sasaran program revitalisasi  pa
Tabel  5.6  menunjukkan  persentase  responden  yang  berpendapat  bahwa  monitoring dilakukan secara rutin sebesar 83,66 persen dan 16,34 persen menyatakan  sebaliknya  bahkan  tidak  pernah  ada  monitoring,  hal  tersebut  terjadi  kemungkinan  dikarena
Tabel  5.1  menunjukkan  rata-rata  penjualan  sebelum  pelaksanaan  program  revitalisasi  pasar  tradisional  dan  setelah  pelaksanaan  program  revitalisasi  pasar  tradisional
+4

Referensi

Dokumen terkait