• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Televisi

Televisi adalah paduan radio (broadcast) dan film (moving picture). Para penonton di rumah-rumah tidak mungkin menangkap siarat televisi, kalau tidak ada unsur-unsur radio. Dan tidak mungkin dapat melihat gambar-gambar yang bergerak pada layar pesawat televisi, jika tida ada unsur-unsur film. (Effendy, 2003:174)

Televisi terdiri dari istilah “tele” yang berarti jauh dan “visi” (vision) yang berarti penglihatan. Segi “jauh”-nya diusahkan oleh prinsip radio dan segi “penglihatan”-nya oleh gambar. Tanpa gambar tidak mungkin ada apa-apa yang dapat dilihat. Para penonton dapat menikmati siarat televisi, kalau pemancar televisi tadi memancarkan gambar. Dan gambar-gambar yang dipancarkan itu adalah gambar-gambar yang bergerak. (Effendy, 2003:174)

Televisi dikatakan sebagai “saudara muda” dari radio, karena lahirnya sesudah radio dan karenanya, sebagaimana dikatakan tadi dasarnya adalah radio.

Kelebihan televisi dari media massa lainnya ialah kemampuan menyajikan

berbagai kebutuhan manusia, baik hiburan, inforamsi, maupun pendiidikan dengan sangat memuaskan. Penonton televisi tidak perlu susah-susah pergi ke gedung bisokop atau gedung sandiwara karena pesawat televisi menyajikan ke rumah. (Effendy, 2004:60)

Televisi saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di depan pesawat televisi dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk ngobrol dengan keluarga atau pasangan mereka. Bagi banyak orang televisi adalah teman, televisi menjadi cermin perilaku masyarakat dan televisi dapat menjadi candu. (Morrisan, 2004:1).

2.1.2. Pengaruh Televisi Terhadap Sistem Komunikasi

Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak terlepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan pada umumnya. Bahwa televisi menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia, sudah banyak yang mengetahui dan merasakannya. Tetapi sejauh mana pengaruh yang positif dan sejauh mana pengaruh yang negatif, belum diketahui banyak. Di Indonesia, meskipun tidak sebanyak di negara-negara yang sudah maju, penelitian telah dilakukan, baik oleh Departemen Penerangan sebagai lembaga yang paling berkompeten, maupun oleh perguruan-perguruan tinggi. (Effendy, 2003:191)

Acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan perasaan para penonton, ini adalah hal yang wajar. Jadi, jika ada hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu, terpesona, atau latah bukanlah sesuatu yang istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologi dari televisi ialah seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga penonton tersebut dihanyutkan dalam suasana pertunjukan televisi. (Effendy, 2003:192)

Adalah kelatahan atau barangkali lebih tepat dikatakan peniruan yang seringkali dipermasalahkan yakni peniruan yang negatif, kenyataan televisi tidak selalu menimbulkan pengaruh peniruan negatif, tidak jarang juga yang positif. Yang

13

menjadi persoalan sekarang bagaimana kita harus menggalakkan peniruan yang positif dan mencegah peniruan yang negatif. (Effendy, 2003:192)

2.1.3. Teori Kebutuhan

Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila pegawai kebutuhannya tidak terpenuhi maka pegawai tersebut akan menunjukkan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi maka pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku yang gembira sebgaai manifestasi dari rasa puasnya.

Abraham Maslow mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut (Mangkunegara, 2002):

a. Kebutuhan fisiologis, kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah

atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar.

b. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman,

bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.

c. Kebutuhan untuk merasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima oleh

kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.

d. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati, dan dihargai oleh orang lain.

e. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunkaan

kemampuan, skill, dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan

2.1.4. Definisi dan Deskripsi Motif

Motif adalah suatu pengertian yang meliputi semua penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dari dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Istilah berbuat sesuatu tersebut disebabkan adanya tujuan yang hendak dicapai. Pencapaian tujuan itu merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan.

Kebutuhan-kebutuhan (needs) inilah yang menyebabkan timbulnya motif yang mendorong aktifitas individu menggunakan media tertentu, artinya individu mencari pemuasan sejumlah kebutuahn dari penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya. Motif adalah pengertian yang melingkupi seluruh penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan individu berbuat sesuatu (Gerungan,2000:140).

Blumer (Rakhmat, 1999 : 66) motif meliputi: motif kognitif yaitu keinginan untuk menambah pengetahuan baru. Motif identitas personal yaitu keinginan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.Dan motif Integratif Personal yaitu keinginan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk memperkuat kepercayaan, kesetiaan, dan status pribadi.Maka pada dasarnya motif itu timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan atau identik dengan kebutuhan.

Motif itu akan dapat mempengaruhi manusia dalam melakukan aktifitas tertentu untuk memenuhi kebutuhan kepuasan pada diri individu dan motif seseorang dapat berbentuk melalui serangkaian pengalaman bersifat konstan meskipun ada kemungkinan berubah.

Motif merupakan pencerminan motif dan mengaktifkan perilaku. Pada umumnya peranan motif dalam segala tingkah laku manusia besar sekali. Dan

15

tampak bahwa motif orang pada umumnya banyak rupanya dan pada mulanya berasal dari dalam dirinya dan ada yang berasal dari luar dirinya (Gerungan, 2000 : 144).

Untuk memudahkan pengukuran tentang motif, maka didasarkan pada pendapat McQuail (2002:72) sebagai berikut:

1. Motif Kognitif

Kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat tertentu yang diinginkan, yang terdiri dari:

a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan

lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia

b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat dan

hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan

c. Mengetahui pengalaman-pengalaman orang lain tentang pekerjaan mereka

d. Mendapatkan informasi tentang kondisi masyarakat dan dunia

2. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity)

Kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khlayak sendiri, yang terdiri dari:

a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi

b. Meningkatkan rasa empati dan kepedulian terhadap lingkungan

c. Menemukan model perilaku, panutan atau figur untuk dicontoh

d. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri

3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (Personal Relationships) Kebutuhan akan Integrasi dan Interaksi Sosial terdiri dari:

a. Meningkatkan hubungan baik dengan masyarakat sekitar

b. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial

c. Memperoleh teman selain dari manusia (media)

d. Memungkinkan individu untuk dapat menghubungi sanak-keluarga, teman,

dan masyarakat 4. Motif Hiburan (Diversi)

Kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan, yang terdiri dari:

a. Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan

b. Bersantai

c. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis

d. Mengisi waktu

2.1.5. Remaja Sebagai Pemirsa Televisi

Secara psikologis, remaja adalah suatu masa dimana individu mulai terintegrasi beralih kedalam masyarakat dewasa. Pada masa remaja perkembangan intelektual juga sedang mengalami perkembangan yang pesat dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya kedalam masyarakat dewasa, tetapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan.

Seperti yang dikatakan Monks. (2002 : 260) dalam bukunya psikologi perkembangan, bahwa remaja dibagi menjadi tiga fase yaitu : masa remaja awal

(13-17

15 tahun), masa remaja pertengahan (16-18 tahun) dan masa remaja akhir (19-21 tahun). Istilah remaja masih digunakan bagi mereka bahkan sampai usia 21 tahun, menunjukkan bahwa mereka masih pada tahap peralihan dari dunia remaja ke dunia dewasa.

Masa remaja merupakan fase perkembangan manusia yang sangat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif. Emosi maupun fisik. Perkembangan intelekyual yang terus menerus menyebabkan remaja mencapai tahap berfikir operasional formal. Tahap ini memungkinkan remaja mampu berfikir secara lebih abstrak, menguji hipotesis dan mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanyadaripada sekadar melihata apa adanya. Kemampuan intelektal ini yang membedaka fase remaja dengan fae-fase sebelumya (Ali, 2005:9). Karena itulah pada fase ini remaja yang sedang mengalami perkembangan intelektual menjadi haus akan informasi, dan informasi bisa di dapat dari berbagai sumber yang termasuk di antaranya adalah media massa.

Di dalam kamus bahasa indonesia, remaja didefinisikan sebagai suatu fase dalam kehidupan mulai dewasa, sudah sampai umur untuk kawin. Zakiyah darajat (1974) mengkategorikan bahwa masa remaja sebagai anak yang ada pada masa peralihan dari masa anak anak menuju usia dewasa. Pada masa peralihan ini biasanya terjadi percepatan pertumbuhan dalam segi fisik maupun psikis. Baik ditinjau dalam bentuk badan, sikap,cara berpikir, dan bertindak, mereka bukan lagi anak-anak. Mereka juga belum dikatakan manusia dewasa yang memiliki kematangan pikiran.

Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton dan pemirsa sebagai

media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang lebih ditekankan, khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu memiliki jumlah yang besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonym, serta mempunyai kelemahan dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat berubah dengan cepat (Mc.Quail, 1994:201).

Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui media televisi. Komunikasi dapat efektif, apabila pemirsa terpikat perhatiannya, tertarik minatnya, mengerti, dan melakukan kegiatan yang diinginkan komunikator. Pada dasarnya pemirsa televisi dapat dibedakan dalam 4 hal yaitu: pertama, heterogen (aneka ragam) yakni pemirsa televisi adalah massa, sejumlah orang sangat banyak, yang sifatnya heterogen terpencar-pencar diberbagai tempat. Selain itu pemirsa televisi dapat dibedakan pula menurut jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan taraf kehidupan, dan kebudayaan. Kedua, pribadi yakni untuk dapat diterima dan dimengerti oleh pemirsa, maka isi pesan yang disampaikan melalui televisi bersifat pribadi dalam arti sesuai dengan situasi pemirsa saat itu. Ketiga, aktif yakni pemirsa sifatnya aktif. Mereka aktif, seperti apabila mereka menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun televisi mereka berpikir aktif, aktif melakukan interprestasi. Mereka bertanya-tanya pada pada dirinya, apakah yang diucapkan oleh seorang penyiar televisi, benar atau tidak. Keempat, selektif yakni pemirsa sifatnya selektif. Ia memilih program televisi yang disukainya (Effendy, 1990:84).

2.1.6. Tayangan Reality Show

Sebuah tayangan reality show merupakan suatu bentuk tayangan yang menyajikan kisah kehidupan nyata ( realitas ) yang dikemas dalam drama atau

19

hiburan. Tayangan reality show yang ada dan pernah ditayangkan oleh beberapa stasiun televisi swasta diantaranya adalah termehek-mehek, curhat, minta tolong, bedah rumah, orang ketiga, jejak petualang dan lainnya. Acara-acara tersebut sangat diminati oleh khalayak karena mampu menyajikan tampilan lain daripada yang lainnya, menghibur dan nyata.

Acara-acara reality show yang ditayangkan tersebut dalam kenyataanya membawa dampak atau efek terhadap tingkat emosional khalayak. Masing-masing khalayak mempunyai tingkat emosi yang berbeda. Ada yang sangat senang dengan tayangan tersebut ada yang biasa saja dan sebagainya.

Dari beberapa acara reality show tersebut dalam penelitian ini yang akan di teliti adalah reality show primitive runaway. Hal ini disebabkan acara reality show primitive runaway merupakan acara reality show yang akan mencoba membangun rasa empati para selebriti maupun pamirsanya dengan menantang meraka melakukan dan merasakan kehidupan para selebrity yang berbeda jauh dengan kehidupan masyarakat pedalaman. Acara relity show ini menyampaikan pesan moral yang sangat baik bagi pemirsanya. Dengan demikian diharapkan pesan tersebut akan diikuti oleh masyarakat pemirsanya.

2.1.7. Acara Primitive Runaway di Trans TV

Primitive runaway sengaja dibuat untuk melihat sejauh mana seorang selebriti untuk mempelajari semua adat istiadat, budaya maupun kebiasaan sebuah suku, kebiasaan yang terkadang luput dari perhatian kita. Dengan dipandu langsung oleh

selebriti yang mengisi acara tersebut, progam berdurasi 60 menit itu menyuguhkan kehidupan dan kebiasaan suku pedalaman yang luput dari kehidupan kita. Primitive Runaway tayang setiap hari Jum’at pukul 19.30 WIB di Trans TV

2.1.8 Teori Uses dan Gratifications

Teori Uses dan Gratifications merupakan pergeseran fokus dari tujuan

komunikator ke tujuan komunikan. Model ini menentukan fungsi komunikasi massa dalam melayani khalayak. (Effendy, 2003:289)

Pendekatan Uses dan Gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi

permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobot ialah pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus.

Mengenai kebutuhan biasannya orang merujuk kepada hirarki kebutuhan yang ditampilkan oleh Abraham Maslow. Ia membedakan lima perangkat kebutuhan dasar:

1. Psysiological needs (kebutuhan fisiologi) adalah kebutuhan primer yang

menyangkut fungsi biologis bagi organisme manusia seperti kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan fisik.

2. Safety needs (kebutuhan keamanan) adalah kebutuhan mengenai perlindungan

dari bahaya, perlakuan tidak adil, dan terjaminnya keamanan diri.

3. Love needs (kebutuhan cinta) adalah kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan

21

4. Esteem needs (kebutuhan penghargaan) adalah kebutuhan dihargai secara

prestasi, kemampuan, kedudukan atau status.

5. Self-actualization needs (kebutuhan aktualisasi diri) adalah kebutuhan

mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimal, kreativitas dan ekspresi diri.

Model ini memulai dengan lingkungan social (social environment) yang menentukan kebutuhan kita. Lingkungan social tersebut meliputi cirri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual (individual’s needs) dikategorisasikan sebagai cognitive needs, effective needs, personal integrative, social integrative needs, dan escapist needs.

1. Cognitive needs (kebutuhan kognitif) adalah kebutuhan yang berkaitan dengan

peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungannya.

2. Affective needs (kebutuhan Afekjtif) adalah kebutuhan yang berkaitan dengan

peneguhan pengalaman-pengalaman estetis, menyenangkan dan emosional.

3. Personal integrative needs (kebutuhan pribadi secara integratif) adalah

kebutuhan yang terkait dengan kreatifitas.

4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif) adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia.

5. Escapist needs (kebutuhan pelepasan) adalah berkaitan dengan upaya

menghindar dari tekanan, ketegangan dan hasrat akan keanekaragaman.

Untuk memperoleh kejelasan mengenai Model Uses and Gratification maka Katz, Gurevitch dan Haas mengemukakan gambar model Uses and Gratification dalam Effendy (2003 : 293) adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1

Uses dan Gratification Model

Pada perilaku penggunaan media, teori Uses and Gratification menyatakan bahwa pemilihan dan penggunaan media massa ditentukan oleh khalayak berdasarkan kebutuhan yang ingin dipenuhi, sehingga terfokus pada apa yang dilakukan khalayak pada media massa yang diteliti disini adalah motif mengkonsumsi media untuk mencari kepuasan.

Dokumen terkait